Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Geografi, dengan
judul ”Banjir”. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih peduli
terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan sehingga tidak rawan terjadinya bencana
banjir.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irni yang tidak lelah dan bosan
untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.6 Sistematika Penulisan
Pada makalah ini akan dijelaskan, yang dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini
meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan , metode, kegunaan
penulisan, sampai terahir kepada sistematika penelitian.
Dilanjutkan dengan bab kedua, kami membahas secara keseluruhan tentang masalah
yang diangkat, yaitu tentang banjir.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini, kami
menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran
mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan agar tidak rawan terhadap bencana banjir.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir sungai Citarum Karawang, Jawa
Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir sungai.
Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan
dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan
kecamatan dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati
Karawang Dadang S. Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang
dinilai terlambat itu.
Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola Waduk Ir.
Juanda Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air
waduk untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan
di Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi untuk mencegah
meluasnya banjir.
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug dan Bendung
Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan Tarum Timur untuk
mengurangi debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang aliran sungai
yang meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Karawang Barat
(dengan 7.389 rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur
(3.576 rumah), Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya (250
rumah), Pakisjaya (1.533 rumah), Rengasdengklok (486 rumah), dan Klari (97 rumah).
Kecamatan terakhir yang ikut terendam banjir, sejak Rabu dini hari adalah Kecamatan
Jayakarta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang mencapai 817 hektar dan tersebar di
tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha),
Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha).
Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas sawah yang
terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring meluasnya genangan.
Penambahan terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
3
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh menjelaskan, debit yang
dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga kapasitas maksimal, yakni 27 meter kubik
per detik ke Tarum Barat, 52,5 meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80 meter kubik
per detik ke Tarum Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum Timur
dilakukan di Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di Bendung Walahar.
Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat tinggi muka air
(TMA) bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada Rabu siang 108,27 meter
di atas permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu malam yang
mencapai 108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter dpl. Meski
pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran induk telah dioptimalkan,
debit air yang mengalir ke hilir Citarum tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi mencapai 1.600 meter kubik per
detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan sejumlah anak
sungai membuat debit tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang. Persawahan di
kanan dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug, Kecamatan Klari;
Desa Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air
pada Rabu pagi. Petani pun mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang sebelumnya kering, seperti
Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan
Karawang Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di beberapa kawasan perumahan, seperti
Perum Karaba Indah, Galuh Mas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe
Timur) juga mulai tergenang. Banjir juga memicu kemacetan, terutama di akses menuju
dan dari Pintu Tol Karawang Barat.
B. Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir danau adalah
banjir ketika melanda situ gintung pada tahun 2009.
Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09) sangat mengejutkan. Dengan korban
lebih dari 50 orang meninggal tentu saja ini sebuah bencana yang cukup serius terjadi di
dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan sementara yang ada adalah
“keringkan saja danau ini, dan jangan dibendung lagi“.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disana ada sebuah taman wisata yang sangat
bagus. Namun alasan sederhana dibawah barangkali perlu dipikirkan secara saksama.
4
“Masih normal, hanya ketika melintas dititik -titik tersebut kendaraan berjalan harus pelan
-pelan karena situasi benar-benar padat ,” jelasnya. (ram)
5
datangnya banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air di musim kemarau
menjadi masalah yang serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal di daerah pinggiran sungai.
Namun jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun kini sudah tidak luput dari
banjir. Akhir-akhir ini, banjir tidak lagi terjadi di daerah pinggiran sungai saja,
namun banjir terjadi juga di daerah dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah
kehilangan fungsinya dalam menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan
dan pembangungan gedung dan perumahan yang tidak ramah lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat mengurangi banjir tahunan,
yaitu dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan tidak langsung mengalir ke
sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air pada akar pepohonan
akan berfungsi sebagai reservoir di musim kemarau.
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke sungai atau ke jalanan
juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang sembarangan, sampah
dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan
datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang terbaik untuk
daerah perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi warganya untuk
membuat sumur resapan melalui SK Gubernur DKI nomor 17 Tahun 1992, yang telah
dijadikan Perda no. 17/1996, isinya mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur
resapan. Namun karena biaya pembuatan yang cukup mahal, maka kebanyakan
warga DKI tidak melaksanakan aturan perda tersebut. Itu salah satu sebab mengapa
banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi banjir sangat
memegang peranan penting. Kurangnya kepedulian warga dan lemahnya peran
pemerintahan menjalankan peraturan yang ada, memicu masalah banjir semakin
buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta diharapkan akan
mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun pembangunan kanal
tersebut tidak menjamin bahwa banjir tidak akan terjadi. Kepedulian warga tetap
memegang peranan penting dalam mencegah banjir. Tanpa ada partisipasi
masyarakat secara luas, banjir sudah dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru dengan biaya cukup murah untuk mengatasi banjir ini adalah
dengan mebuat lubang resapan biopori didalam tanah. Biopori sendiri merupakan
pori-pori berbentuk lubang (terowongan ) yang terbentuk oleh aktivitas organisme
tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan menciptakan rongga-
rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi
udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka kemampuan
dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya
kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran
air di permukaan tanah. Dengan kata lain akan mengurangi banjir yang mungkin akan
terjadi. Karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal
kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti
sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput dan vegetasi lainnya.
Bahan organik ini melalui proses pengomposan, menjadi sumber energi bagi
organisme di dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang cukup, aktivitas
mereka didalam tanah akan meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas organisme
dalam tanah maka akan semakin banyak rongga-rongga biopori yang terbentuk.
6
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan membuat
sumur resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang cukup besar.
Lubang biopori bisa dibuat dimana saja seperti gedung perkantoran, taman dan kebun,
pelataran parkir, halaman rumah terutama disekitar rumah yang berlahan sempit
sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar parit. Dengan alat yang sederhana,
pembuatan lubang biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, peneliti dan dosen
Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB tahun 1976. Sebelum
disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah memakainya selama 20 tahun lebih di
lingkungan rumahnya.
7
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir.
Pertama, metode struktur yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun
waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi sungai,
sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem polder, serta pemangkasan
penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan
(stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada political will dari pemerintah,
yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara hibrida, dengan melaksanakan
gabungan metode struktur dan nonstruktur secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam
perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam
implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat
sektoral, alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir
metode struktur alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran
metode nonstruktur yang lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis masyarakat tidak
kalah pentingnya.
Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta
banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi
banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir, peningkatan
kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan
asuransi bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi,
pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke
sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung, peningkatan kapasitas
dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan konservasi.
8
kriteria sempadan sungai disebutkan, sekurang-kurangnya tiga puluh meter dihitung dari tepi
sungai untuk sungai yang tidak bertanggul. Penanggulangan banjir memang kompleks,
apalagi masyarakat tidak diajak berperan, jadi memang pantas ada sindiran bahwa sejak tiga
dekade lalu telah sejuta rencana, tetapi penanggulangan banjir belum juga berhasil.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi di berbagai daerah di negeri kita,
misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah besar dan banyak
memakan korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri,
misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar di hutan, maka terjadilah banjir,
kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air
tersumbat, maka terjadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau
perilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk
menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.
3.2 SARAN
Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak Terjadi
Hal-hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir”.
Lingkungan ini adalah lingkungan kita yang penting untuk dijaga kebersihan dan
kelestariannya untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Jaga kebersihan dan kelestarian lingkungan juga merupakan kewajiban bagi kita agar
terhindar dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti
kematian yang diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.
10
DAFTAR PUSTAKA
Situs Web
http://www.google.co.id/search?hl=id = banjir+laut+pasang =UTF (24 Januari 2013)
http://yuliee.wordpress.com/2010/02/20/pengertian-banjir/ (24 Januari 2013)
http://www.g-excess.com/499/pengetahuan-penyebab-banjir/ (24 Januari 2013)
http://pinrangword.blogspot.com/2012/08/cara-mencegah-banjir.html (24 Januari 2013)
http://blogger-indonessia.blogspot.com/2012/01/cara-mengatasi-banjir-html
(24 Januari 2013)
http://solusibsjirindonesia.wordpress.com/2012/04/28/jenis-jenis-banjir/
(24 Januari 2013)
http://etijaulighani.blogspot.com/2012/10/pengertian-penyebab-dampakaidan-cara.html (24
Januari 2013
11