Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAIN UNTUK TUJUAN KHUSUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik pengetahuan bahan garmen

Oleh :

1. Hana Annafi’u Parwoko ( 16040005)


2. Ghina Annisa Akyas ( 16040007)

Grup : 1G5

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, Maret 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................................4

BAB 2: PEMBAHASAN................................................................................................5

A. Pengertian Kain Untuk Tujuan Khusus.................................................................................5


B. Macam-macam , Proses Pembuatan dan Kegunaan Kain Untuk Tujuan Khusus……....5-12

BAB 3 : PENUTUP.......................................................................................................13

3.1. Kesimpulan.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14

3
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Setiap manusia selalu mempunyai kebutuhan, mulai dari sandang, pangan, dan
papan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengolah bahan-bahan yang
ada disekitar agar dapat diambil manfaatnya. Dalam dunia tekstil bahan utama yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sandang manusia adalah serat, serat
yang dipintal akan menjadi benang, lalu dirajut, ditenun, atau non woven akan menjadi
kain. Kain dapat dilakukan proses untuk memenuhi tujuan khusus yang di dapatkan
dari karakteristik serat tersebut atau dengan cara penyempurnaan tekstil.
Penyempurnaan ini memerlukan berbagai syarat dan sifat tertentu oleh karena itu
harus disesuaikan dengan syarat dan sifat yang dikehendaki.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang
didapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :

1. Apa yang dimaksud kain untuk tujuan khusus?


2. Apa saja kain untuk tujuan khusus, bagaimana proses pembuatannya, dan
kegunaannya?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kain untuk tujuan khusus;
2. Untuk mengetahui apa saja kain untuk tujuan khusus, bagaimana proses
pembuatannya, dan kegunaannya.

4
BAB 2: PEMBAHASAN

A. Pengertian Kain Untuk Tujuan Khusus

Kain untuk tujuan khusus adalah suatu kain dengan proses untuk memenuhi
permintaan khusus. Proses kain untuk tujuan khusus terdapat dua bagian, bisa karena
dari serat penyusunnya seperti kevlar dan nomex atau dengan suatu penyempurnaan
khusus misalnya kain anti air (Water Proof) atau tahan Api, dll.

B. Macam-macam , Proses Pembuatan dan Kegunaan Kain Untuk Tujuan Khusus


 Kain Untuk Tujuan Khusus dari Serat penyusunnya
a. Nomex
Nomex merupakan bahan fiber yang tahan api. Serat nomex disebut
meta-aramid karena memiliki struktur ikatan kimia dimana kelompok amida
melekat pada cincin fenil di posisi 1 dan 3. Cara pembuatan aramid umumnya
dihasilkan oleh reaksi antara gugus amina dan sekelompok halida asam
karboksilat.

Kegunaan Nomex : baju pemadam kebakaran karena tahan terhadap api, dll.
b. Kevlar
Serat Kevlar atau aramid termasuk golongan serat poliamida juga, tetapi
didalam pembuatannya senyawa diamina dan dikarboksilat yang digunakan
mempunyai gugus aromatik, sehingga serat ini disebut sebagai golongan
poliamida aromatik.Aramid memiliki struktur yang kuat, alot (tough), memiliki
sifat peredam yang bagus (vibration damping) , tahan terhadap asam (acid) dan
basa (leach) dan selain itu dapat menahan panas hingga 370°C, sehingga tidak
mudah terbakar.

Kegunaan kevlar : Bahan baju balap, terutama pada bagian siku dan lutut, sebagai
bahan tali busur panah, sebagai bahan layar pada olahraga, bahan sarung tangan
pelindung yang tahan api dan goresan, dll.
 Kain Untuk Tujuan Khusus dari Penyempurnaan Khusus

5
a. Anti Hama
Serangga yang dapat menghancurkan keratin seperti wol, rambut, kulit
berbulu, bulu burung dan sebagainya dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Ngengat pakaian
2. Kumbang dermestid
Ada tiga macam ngengat pakaian, yaiu Tincola Bisellella Hummel atau
ngengat pakaian biasa, Tincolla Pellionella L. atau ngengat kulit berbulu, dan
Trichopaga Tapetiella L. atau ngengat permadani. Ngengat pakaian yang dewasa
mempunyai warna seperti kulit kerbau dengan kilap logam. Ngengat ini dapat
mempunyai berbagai ukuran, yang betinanya biasanya mulai bertelur dalam 24
jam setelah dua kelamin kawin. Umur yang betinanya hanya 12 hari. Tetapi
bertelur tiap hari dengan jumlah rata-rata 150 buah dan diletakkan bebas pada
kain. Tetapi akan segera masuk kedalam celah-celah kain karena sangat kecilnya.
Telur mebetas dalam 8-10 haridan panjangnya kira-kira 1mm. keadaan tempayak
dapat membuat kerusakan pada serat keratin, karena zat ini yang digunakan
sebagai makanan dan sember air. Berat maksimum yang dapat dicapai adalah
550% dalam masa 70 hari. Setelah itu berubah menjadi kepompong, yang
berubah menjadi ngengat dalam 14 sampai 44 hari. Kumbang demestid tak
merusak tekstil pakaian melainkan karpet atau permadani.
Anti hama berfungsi untuk mencegah timbulnya jamur atau bakteri pada
larutan kanji dan benang yang telah dikanji. Benang yang dikanji dengan kanji
alam mudah dipengaruhi jamur atau bakteri, terutama apabila disimpan di tempat
yang lembab.
Anti hama dilakukan dalam dua proses ada yang dengan larutan kanji dan
penambahan resin. Zat yang banyak digunakan sebagai anti hama dalam larutan
kanji adalah seng khlorida, tembaga sulfat, natrium silikoflorida, fenol, kresol,
garam-garam dari asam benzoat atau salisilat. Penggunaan zat zat anti hama
berkisar antara 0,1 - 0,5% dari berat kanji. Garam-garam dari asam salisilat
kurang baik digunakan, karena adanya besi yang mengakibatkan timbulnya
warna, sedangkan fenol mudah menguap sehingga akan hilang pada waktu proses
pengeringan. Lalu dengan penambahan resin yaitu ada dua cara, sementara dan
permanen. Pada cara yang sementara, digunakan pelarut yang rendah tekanan
uapnya dan uapnya beracun. Contohnya ialah pengecetan kulit hewan dengan
minyak pohon aras (cedar oil).
Dan pada cara permanen yaitu dengan cara kimia, antara lain : Dengan
senyawa organik,tetapi dengan cara ini banyak kejelekannya. Senyawa organik
yang dapat digunakan sebagai zat anti hama adalah mula mula golongan eulan
yang berguna untuk menghilangkan serangga lalu berkembang terus dan
Dikhlorodifenil trikhloroetana. Sedangkan dengan senyawa anorganik, disamping
fluorida yang telah dijelaskan diatas dikenal pula larutan netral dari silikon
fluorida dari natrium, kalium, lithium, seng, alumunium. Zat-zat organik lainnya
ialah asam fosfotungstat, antimo tungstat, fosfo-molibdat tungstat, uranat, asam
silikat koloid, asam molibdat, kalium silikat, alumunium molibdat maupun asam
hidroflour, seng klorida titarium florida. Cara penegerjaannya ialah 100 kg wol
6
dicelupkan dalam air panas atau dingin yang beratnya 10x dari berat wol dan
mengandung 2kg trikalium difluorodisulfat lalu diikuti pembilasan dan
pengeringan.
Cara lain ialah mengubah struktur keratin secara kimia. Yang
dikemukakan oleh Geiger, Kobayashi, dan Haris. Yang mengubah ikatan
disulfida menjadi ikatan bis-tio ester.
Gugus disulfide mula-mula direduksi menjadi gugus sulfidril oleh
pengerjaan dengan merkaptan, seperti asam tioglikolat pada pH 7 pada suhu 50°c.
wol yang direduksi kemudian dicuci dan dialkilasi dengan alkil halide seperti
metilen dibromida pada pH 8 selama 2 jam pada suhu 50°c, dan senyawa
pengalkilasi yang digunakan 0.0005 mol untuk tiap gram wol. Efek anti hama ini
tak hilang karena pencucian kimia ataupun pencucian biasa.
b. Anti Septik
Kain yang difinis kanji mudah diserang oleh jamurapabila disimpan ditempat
yang gelap. Demikian pula larutan kanji yang disimpan mudah rusak karena
pengaruh atau diserang oleh jamur. Untuk menghindari tumbuhnya jamur perlu
ditambhakn zat anti septik pada larutan kanji.
Zat zat anti septik yang umumnya yang digunakan oleh industri tekstil antara
lain : magnesium khlorida, seng sulfat, barium khlorida, fenol, formal dehida, dll.
Dari penggunaan zat zat kimia tersebut ada kekurangan dan kelebihannya seperti
fenol memberikan bau tidak sedap. Formaldehida, memberikan larutan kanji tidak
stabil baik dalam suasan asam maupun basa. Zat yang paling baik digunakan
adalah salisil analida. Penggunaan anti septik yang diperlukan berbeda beda
tergantung jenisnya seperti fenol 0,5%, asam borat 2% asam salisilat 0,3%, dll.
c. Anti Mengkeret (Anti Sring)
Tujuan proses ini adalah untuk membuat kain mempunyai daya mengkeret
sekecil mungkin, sehingga bentuknya tidak berubah setelah dicuci berulang
ulang. Untuk mendapatkan anti mengkeret yang sempurna maka proses
penyempurnaan sejak awal sampai pada pengerjaan sebelum penyempurnaan
perlu mendapat perhatian khusus yaitu : semua proses basah agar dilakukan
dengan tegangan sekecil mungkin. Lalu dalam pengerjaan kain memasuki proses
relaxing agar mengkeret kembali ke panjang semula dan proses pengeringan kain
sebaiknya dilakukan pada mesin pengering yang tidak menimbulkan tegangan
seperti, pengering lup, stenter, dan palmer. Cara lain secara kimia yaitu dengan
memblokir atau menutup gugus gugus hidrofil atau permukaan serat sehingga
penggelembungan serat atau penarikan air oleh serat kapas dapat tercegah atau
terkurangi. Atau bisa juga dengan resin termosetting dimana selain anti kusut juga
anti mengkeret. Proses ini disebut penyempurnaan anti mengkeret secara kimia.
Cara lainnya adalah dengan penyempurnaan fisika atau mekanika, yang
memiliki arti yaitu penyempurnaan yang dilakukan secara fisika atau mekanika
sehingga dihasilkan kain dengan efek-efek tertentu. Proses anti mengkeret secara
mekanika banyak dikerjakan pada kain kapas. Sebab-sebab mengkeretnya kain
kapas pada waktu pencucian antara lain karena adanya tarikan-tarikan/tegangan-

7
tegangan yang tak dapat dihindarkan oleh bahan kapas pada waktu proses
pembuatan kain kapas tersebut, sejak dari pemintalan sampai penyempurnaan.
Selain itu juga disebabkan karena struktur kimia dari serat kapas yang bersifat
hidrofil, sehingga pada waktu pencucian akan menarik air dan diameter seratnya
menjadi bertambah besar, dengan akibat terjadi pemnegkeretan kearah panjang
serat. Penyempurnaan anti mengkeret mempunyai hak paten dari:
 Sanfor Clutch Peabody (USA)
 Vrigley Melville (Inggris) dengan nama Rigmel
Prinsip dari kedua patent tersebut praktis sama, yaitu contoh kecil dari
kain diberi penyempurnaan mengkeret, terlebih dahulu dicuci untuk mengetahui
persentase mengkeretnya pada bagian lusi maupun pakannya. Kemudian baru
kain dikerjakan pada mesin sanforise dengan memberikan mengkeret sesuai
dengan persentase mengkeret yang telah diketahui, dengan mengatur tebal
tipisnya felt (selimut).
Selain itu ada pula penyempurnaan anti mengkeret secara fisika-kimia,
karena tidak semua jenis kain dapat berhasil mendapatkan hasil anti mengkeret,
contohnya saja pada kain rayon viskosa. Hal ini disebabkan karena daya serap air
serat rayon viskosa jauh lebih besar dibandingkan serat kapas. Untuk mwmbuat
kain anti mengkeret pada kain rayon viskosa dilakuakn proses penyempurnaan
secara kimia-fisika, yang prinsip pengerjaannya juga sama seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya.
Prinsip kerjanya: mula-mula kain dikerjakan dengan zat-zat resin, seperti
halnya yang dikerjakan pada anti crease, kemudian baru dikerjakan secara
mekanika seperti pada proses sanforis. Yang perlu diperhatikan adalah
pembasahan dengan semprotan uap. Didalam pembasahan ini diusahakan agar
serat dan zat-zat resinnya mengembang bersama-sama dan dengan kondisi yang
tetap sebanding , yaitu jangan sampai seratnya mengembang lebih besar daripada
resinnya atau sebaliknya. Sebab, hal tersebut dapat menyebabkan pecahnya
polimer dari resin, sehinggaefek anti mengkeret yang dikehendaki tidak dapat
tercapai. Hasil proses anti mengkeret secara kimia-mekanika ini bila
mengkeretnya memenuhi syarat tidak lebih dari 1% disebut juga kain sanforised.
d. Tolak Air dan tahan air
Tahan air (water proof) dan tolak air (water repellent); perbedaannya yaitu,
bahan yang tahan air berarti dapat dilalui air namun tidak basah. Sedangkan
bahan yang tolak air berarti sama sekali tidak dapat dilalui oleh air. Resin tolak
air biasa digunakan untuk bahan jas hujan, payung, kap mobil, atau tenda terpal.
Resin tahan air biasa digunakan untuk pakaian renang. Teknik pembuatan kain
tolak air harus bersifat netral, bebas kanji, malam, dan zat aktif permukaan, harus
dapat dibasahi, tidak terdapat detergen dan zat-zat pembantu. Teknik tolak air
menurut jenis kainnya sebagai berikut:
 Untuk kain selulosa: menggunakan zat garam-garam alumunium, garam-
garam zirkonion, zat-zat tolak air yang mengandung aminoplast, senyawa
kompleks organo logam, dan dengan silicon.

8
 Untuk kain wol: pada umumnya kain wol kurang cepat dibasahi daripada
kain kapas, tetapi pembuatan sifat tolak air gunanya tidak hanya agar
tahan hujan, melainkan pula agar pakaian tak bertambah berat akibat
kandungan air. Wol dapat menyerap dan menahan air sampai 100%. Kain
wool dapat dbuat tahan air dengan pengerjaan emulsi malam, turunan
aluminium atau zirconium, senyawa kwarterner silicon dan zat flouro.
Kain harus bebas dari zat aktif permukaan seperti sabun dan zat
pembasahkemudian direndam dalam larutan atau emulsi yang
mengandung zat-zat pereaksi, diperas, dikeringkan, dan apabila perlu
dipanas-keringkan.
 Untuk kain sintetik: penyempurnaan
tolak air pada kain sintetik tergantung pada
proses pembutan kain sebelumnya, serta
persiapan untuk proses penyempurnaan tolak
air. Sama seperti yang lainnya kain harus
bebas dari zat aktif permukaan sehingga memerlukan proses scouring.
Dengan beberapa proes yaitu: dengan emulsi malam, dengan resin, dan
dengan silikon.
 Untuk nylon: zat yang digunakan adalah mystolene filler (catomance),
emulsi malam, resin sintetik, senyawa khronium, silikon dan dan
penyempurnaan flourokarbon.
 Untuk terylene: menggunakan larutan Quintolan W, Waxol PA, atau velan
PF, sebanyak 2-4% terhadap berat kain, yang diikuti oleh pengeringan dan
pemanas awetan.
 Untuk akrilat: zat yang digunakan adalah Velan PF 2-4% kain
diimpregnasi pada larutan tersebut, kemudian dikeringkan, dipanas-
awetkan pada suhu 180° c selama 2-4 menit, kemudian dicuci pada suhu
80°c dalam larutan soda abu 0.1% yang mengandung 0.5% detergen
sintetik, akhirnya dibilas dan dikeringkan. Atau bisa juga menggunakan
silikon.

e. Anti Jamur
Kondisi pokok pada pertumbuhan jamur adalah panas dan kelembaban,
sehingga pakaian yang disimpan dalam suasana dingin, kering dan cukup udara
sukar terserang mikroorganisme.
Adanya jamur dapat diamati dibawah cahaya ultra lembayung dan daerah-
daerah yang terkena jamur akan memberikan pendar flour kuning. Rusaknya
tekstil disebabkan oleh enzim yang dikeluarkan mikriorganisme. Jadi jamur dan
bakteri yang hidup pada selulosa tak dijamin kehidupannya oleh selulosa sendiri,
melainkan oleh hasil degradasi yang terbentuk oleh enzim.degradasi selulosa oleh
enzim sama seperti apabila ada asam, dengan perbedaan bahwa dengan adanya

9
enzim terjadi regenerasi secara tetap. Pembentukan glokosa adalah akibat enzim
selulosa dan selubiosa dan glukosa sendiri dapat berubah dengan adanya zimasa.
Dalam pengrusakan wol, sebagian yang aktif dari mikroorganisme adalah
enzim proteolitik yang dapat menghidrolisa ikatan peptide. Hidrolisa ini
disebabkan oleh triosin yang terdiri dari proteinasa, suatu politeptidasa dan
peptidasa. Enzin triptik selalu berhubungan dengan enterokinasa, merupakan
suatu pengatif yang tanpa ini protein alam tak dapat dirusak oleh tripsin. Keratin
biasa tak dapat dirusak oleh enzim triptik, kecuali apabila gugus disulfidanya
rusak, misalnya oleh oksidasi. Lapisan seperti sisik, yaitu lapisan terluar yang
bebas dari tirosin, lebih tahan daripada korteks dan medula.
Wol yang telah mengalami pengerjaan dengan alkali lebih mudah teserang
daripada wol yang belum mendapat pengerjaan apa apa. Sutra lebih tahan
terhadap serangan enzimatik daripada wol. Jamur yang tumbuh pada sutra hanya
pada bagian gomnya saja. Yang menyebabkan timbulnya warna kuning.
Sedangkan serangan pada bagian proteinnya disertai dengan pewarnaan coklat
dan bau ammonia, sehingga kekuatan tariknya berkurang.
Anti jamur merupakan proses perlindungan benang dan kain tekstil dari
pertumbuhan mikroorganisme yang biasanya dapat berlangsung pada kondisi
tropik seperti lembab dan panas. Dapat menggunakan fenol, kresol, asam salisilat,
formaldehida dan seng klorida. Zat yang umum digunakan salisil anilida dengan
nama dagang sirlan. Ada tiga macam shirlan: Shirlan ekstra, untuk kapas berat,
benang wol. Pembuatan larutan pokok adalah dengan menambahkan dua bagian
shirlan pada 89 bagian air kemudian dipanaskan pada suhu 70 derajat selsius dan
ditambahkan menurut keperluan dengan air atau dengan amonia encer. Kain atau
benang dimpregnasi dengan larutan tersebut dan kemudian dikeringkan. Shirlan
D, adalah salisil anilida dalam bentuk bubuk, yang dapat di dispersikan dan
kekuatannya kira kira 60% dari shirlan ekstra. Lalu dimpregnasi dengan larutan
tersebut dan kemudian dikeringkan. Shirlan A, biasanya dilakukan bersama sama
emolsi malam dalam pembuatan sifat tolak air dari kain tenda, kekuatannya 30%
dari shirlan ekstra dan berupa dispersi dalam air.
f. Anti Busuk
Pembusukan disebebakan karena bakteri dan pengaruh cuaca. Oleh karena itu
perlu adanya pencegahan dari pengaruh negatif udara, cahaya dan lembab.
Penyempurnaan anti busuk dapat dicapai dengan menggunakan resin sintetik
seperti resin amino-aldehida. Zat anti busuk harus tahan terhadap fungi dan bakteri,
tidak boleh asam atau alkali, tidak mudah menguap bila kena udara, tidak mudah
larut bila kena hujan, tidak menyebabkan fotos-oksidasi dan tidak beracun. Proses
penyempurnaan anti busuk berkualitas rendah yaitu menggunakan proses
kuproamonium, garam tembaga-organik, dan kreosot teetapi tidak dapat digunakan
pada pakaian.
Dari senyawa anorganik menggunakan proses hidroksida tembaga dan
khromium untuk proses ini dapat digunakan untuk pakaian. Kain diimpregnasi
dalam khromium sulfat basa atau asetat, diikuti oleh pengerjaan dengan alkali,
dengan larutan tembaga sulfat untuk menetralisasi alkali bebas dan pemberian
10
tambahan kekuatan. Juga dapatmenggunakan resin yang dapat memberikan sifat
anti busuk sekaligus anti kusut pada beberapa resin, yaitu antara lain koloid asam
dari melamin formal dehida atau urea formaldehida. Pembuatan resin ini secara
kondensasi tetapi sampai tingkat koloidal akan menghasilkan larutan kental yang
larut dalam air dan tak sampai masuk kedalam serat.
g. Anti Api
Kain anti api adalah kain yang tidak meneruskan nyala api keluar dari daerah
yang hangus jadi proses penyempurnaan tahan api tak menyebabkan air tak dapat
terbakar sama sekali. Pada umumnya ada dua acara yaitu:
1. Pengendapan garam-garam yang larut dapat digunakan natrium tungstat,
amonium fosfat, amonium fosfat dll. Garam-garam ini pada umumnya mempunyai
titik leleh yang rendah sehingga dengan adanya nyala api, garam tersebut dapat
segera meleleh dan meliputi bahan dengan suatu lapisan seperti gelas yang tak
dapat terbakar segera. Kemungkinan lain, ialah bahwa garam menghasilkan uap
yang tak dapat terbakar. Cara lain adalah dekomposisi rangkap dari dua garam.
2. pengendapan senyawa yang tak larut pada atau dalam kain. Garam
diendapkan dan terjadi penyempurnaan tahan api yang permanen.
Cara penyempurnaan senyawa yang dapat larut, yaitu:
1. Alkali dan senyawa yang menghasilkan larutan alkali (garam alkali, dari
asam anorganik lemah dan antrium ortofosfat).
2. Asam mineral kuat dan zat yang bereaksi asam (garam amonium, dari asam
organik)
3. Oksida atau zat pengoksida yang mudah direduksi.
Zat anti api uang baik adalah zat yang karena pengaruh panas dengan cepat
akan merusak kain. Campuran zat biasanya lebih efektif daripada komponen
murninya masing-masing. Contohnya borak dan asam borat (1:1) adalah efektif
bila terdapat 10% dalam kain. Sedangkan boraks saja efektifpada 60% berat kain
dan asam borat efektif pada 90% berat kain.
h. Anti Statik
Pada umumnya serat sintetik menunjukan sifat listrik(elekstrostatik) yaitu
bermuatan listrik dengan sendirinya. Hal ini mengganggu dalam pemintalan juga
pemakaian. Secara mekanik sifat ekrostatik dapa dihilangkan dengan melewatkan
benang atau kain dalam suatu alat mengawa-ion yang ternetralisasi muatan listrik.
Alat mengawa-ion menggunakan zat yang radio aktif yang dapat memancarkan
sinar x yang menetralisasi muatan negatif dari kain.
Selain itu dapat pula digunakan zat-zatt aktif permukaan. Seperti zat aktif
permukaan kation atau non-ion. Pada umumnya zat aktif permukaan yang
digunakan sebagai zat pelemas, dapat sekaligus berfungsi sebagai zat anti-statik.
Cara pengerjaan yaitu impregnasi, pemerasan, pengeringan, pemanas-awetan
dan pencucian. Zat zat yang digunakan ialah zat pelemas yang ionnya mengandung
12-15 gugus etilen oksida, senyawa polietanoksi, garam garam kwaterner, alkil
fosfat.
i. Anti Slip

11
Kain yang tahan kusut pada umumnya menunjukan kekurangannya sifat slip,
yaitu benangnya tak saling menggelincir. Banyak bahan yang slip menunjukan
distorsi dari struktur tenunan dan jarak antara benang-benangnya tak rata. Bahan-
bahan semacam ini mudah bertiras, pada pinggirnya bila dibuat pakaian.
Kecenderungan slip biasanya terdapat pada rayon.
Untuk mencegah slip disempurnakan dengan resin yang digunakan untuk anti
kusut. Resin sintetik akan berkedudukan didalam serat dan tidak pada permukaan
serat saja, sehingga permuakaan serat tetap halus. Rantai molekul seluluosa
mengandung gugus gugus hidroksil dan gugus ini memberikan ikatan hidrogen
baik dalam daerah kristalin maupun amorf yang menyebabkan kekusutan. Dengan
adanya resin, makan penggelinciran ini dapat dicegah. Resin yang digunakan
adalah resin termoplastik yang biasa digunakan untuk sifat tahan kusut.

BAB 3 : PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kain untuk tujuan khusus adalah suatu kain dengan proses untuk memenuhi
permintaan khusus. Proses kain untuk tujuan khusus terdapat dua bagian, bisa karena
dari serat nya seperti kevlar dan nomex atau dengan suatu penyempurnaan khusus
yaitu: anti hama, ananti septik, anti mengkeret (anti shrink), anti jamur, anti busuk,
anti api, anti statik, anti slip, dan tahan air. Semua itu memiliki proses pengerjaan yang
berbeda beda, dan memiliki fungsi yang berbeda beda sesuai dengan tujuan dibuatnya.
Serta tiap serat yang melakukan suatu proses penyempurnaan khusus dapat bermacam-
macam caranya sesuai serat dan zat yang digunakan.

12
DAFTAR PUSTAKA

“ Teknologi Penyempurnaan Tekstil “, Institut Teknologi Tekstil, Bandung

13

Anda mungkin juga menyukai