Anda di halaman 1dari 8

1.

Pendahuluan
Memberi pengarahan adalah fungsi atau tugas yang keempat dari pimpinan. Bila
perencanaan pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi sudah ditetapkan dan posisi (Jabatan)
dalam struktur organisasi atau perusahaan sudah terisi, berkewajibanlah pimpina untuk
menggerakkan bawahan. Artinya memutar roda mesin perusahaan dan pengkoordinasian agar
apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat direalisasi. Menggerakkan bawahan inilah yang
dimaksud dengan fungsi keempat dari pimpinan, yakni menggerakkan bawahan.

Sudah dimaklumi bahwa pemimpin itu adalah orang yang menghasilkan sesuatu melalui
bawahannya. Bawahan hanya menghasilkan sesuatu yang diinginkan atasannya, bila atasan itu
memerintah bawahan tersebut untuk berbuat atau tidak berbuat. Jadi, jelaslah bahwa fungsi
memberi perintah ialah fungsi yang berhubungan langsung dalam merealisasikan tujuan. Hampir
seluruh hidupnya , dalam suatu organisasi, bawahan selalu perlu petunjuk dan bimbingan dari
pimpinan maupun system organisasi, baik secara langsung maupun berdasarkan norma yang
telah tertulis . semakin besar frekuensi yang dibebankan kepada bawahan, cenderung semakin
besar pula petunjuk operasional yang dioperasikannya. Meskipun pada praktiknya selama
operasi, bawahan seolah-olah mampu mengerjakan pekerjaanya tanpa bantuan orang lain.
Namun sebelum tindakan dilakukan, strategi teknik pelaksanaannya telah dipelajari secara
matang, khususnya dari pimpinan kepada hierarki langsung bawahan yang bersangkutan.

2. Pengertian Pengarahan
Pengarahan (Perintah) adalah suatu instruksi resmi dari seseorang atasan kepada
karyawannya untuk mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu, guna merealisasikan
tujuan dari sebuah perusahaan.

Suatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh sebaliknya.
Bawahan yang di perintah ini haruslah bawahan dari atasan yang bersangkutan, tidak boleh
bawahan dari atasan yang lainnya, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Jadi atasan yang
memberi perintah kepada bawahan itu haruslah atasan yang memiliki wewenang untuk atau atas
pekerjaan itu sendiri. Sebagai wewenang atau hak khusus, maka dia mempunyai kekuatan sanksi,
wewenang tanpa sanksi tidak ada gunanya. Suatu pengarahan dapat diberikan berbagai batasan.
Batasan tersebut dapat bersifat umum maupun spesifik, bergantung pada frekuensi kerja dan
motif usaha yang dikembangkan. Secara umum , pengarahan dapat diberikan batasan sebagai
suatu proses pembimbingan, peemberian petunjuk, dan instruktur kepada bawahan agar mereka
bekerj sesuai dengan rencana yang ditetapkan.Pengarahan mencakup berbagai proses operasi
standar, pedoman dan buku panduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran (management by
objective).
Salah satu unsur penting dari suatu perintah ialah bahwa perintah itu mempunyai tujuan
akhir merealisasi tujuan perusahaan. Seorang sarjana besar berkata bahwa tujuan besar fungsi
memberikan komando adalah mengkoordinasikan usahaberbagai unsur organisasi dengan cara
yang seefektif mungkin untuk mencapai tujuan.[1]

3. Jenis – Jenis Pengarahan (Perintah)

A. Perintah Lisan
Tidak ada yang menolak adanya perintah lisan. Meskipun demikian, mereka tidak sependapat
tentang suatu perintah dapat di berikan secar lisan. Dalam dua hal, yaitu:
a. Tugas yang diperintahkan itu merupakan tugas yang sederhana, dan
b. Dalam keadaan darurat,
c. Bawahan yang di perintah sudah pernah mengerjakan perintah,
d. Perintah itu dapat selesai dalam waktu yang singkat,
e. Apabila dalam mengerjakan tugas itu ada kekeliruan, tidak akan membawa akibat yang besar,
f. Apabila bawahan yang di perintah adalah buta huruf.

 Dampak Positif
 Tidak membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkannya
 Mempunyai kemungkinan untuk menjelaskan hal – hal yang kurang jelas
 Dapat dipergunakan kepada banyak orang

 Dampak Negatif
 Tidak ada persiapan sebelumnya
 Perintah langsung di berikan

B. Perintah Tertulis
Pada umumnya perintah tertulis dapat di berikan dalam hal – hal sebagai berikut:
a. Pada pekerjaan yang sulit, memerlukan ketrampilan, keterangan detail, angka – angka yang pasti
dan terperinci
b. Bila pegawai yang diperintah berada di tempat lain
c. Jika pegawai yang di perintah sering pula
d. Jika tugas yang di perintah itu berlangsung dari suatu bagian ke bagian yang lain
e. Jika dalam pelaksanaan perintah itu, kesalahn yang terjadi dapat menimbulkan akibat yang
besar.
 Dampak Positif
 Printah tertulis menyebabkan oarng yang menerima perintah mengetahui benar tanggung
jawabnya
 Perintah tertulis mudah diperiksa guna memelihara kebenaran
 Merupakan cara terbaik untuk menjamin persamaan dan keserupaan pelaksanaan di seluruh
organisasi.[2]

 Dampak Negatif
 Memakan waktu yang cukup lama
 Menelan biaya yang besar
 Mengandung infleksibilitas

Selain dari pembagian perintah seperti yang terdapat di atas, maka perintah itu dapat pula
digolongkan berdasarkan macam – macam situasi maupun penerima perintah, sebagai berikut :

1. Demand
Hendaknya dihindarkan, kecuali dalam keadaan darurat atau luar biasa. Perintah semacam ini
dapat memperoleh tindakan yang segera daripada pegawai yang luntur semangatnya. Dalam
keadaan yang normal pemberian perintah semacam ini hanya akan menimbulkan suasana yang
tegang.

2. Request
Perintah semacam ini akan lebih berhasi jika di berikan kepada pegawai
yang berpengalaman.

3. Suggestion
Kerapkali diberikan untuk mendorong timbulnya inisiatif, pula dalam hal kita menghadapi
pegawai – pegawai yang kompeten dan pegawai – pegawai yang segera mau menerima tanggung
jawab.

4. Volunter
Diberikan kepada pegawai yang biasanya enggan untuk melaksanakannya, misalnya tugas –
tugas pada waktu pegawai sedang beristirahat.

4. Prinsip – Prinsip Pengarahan (Perintah)

a. Perintah Harus Jelas


Selanjutnya, elemen “bagaimana”, menuntut penjelasan tentang segala sesuatu yang
menyangkut soal tugas yang di berikan itu sejelasnya sehingga penerima perintah meras telah
memperoleh fakta – fakta yang cukup untuk melaksanakan tugas yang serahkan kepadanya.[3]

b. Perintah di Beri Satu Per Satu


Perintah yang terlalu banyak di berikan pada waktu yang sama, memberikan kesan yang
tidak baik bagi si penerima perintah. Adalah lebih tepat jika perintah di berikan satu persatu,
bahkan walaupun perintah itu mempunyai pertalian yang erat satu sama lain.

c. Perintah Harus Positif


Apabila perintah menggunakan perintah yang positif, sebab dengan perintah positif,
tegas, dan jelas apa yang harus di kerjakan oleh bawahan.

d. Perintah Harus di Berikan Kepada Orang Yang Tepat


Mengapa Perintah itu harus di berikan pada orang yang tepat ? Karena mengingat
pengetahuan dan pengalamannya sanggup melaksanakan tugas itu. Sesungguhnya bukan saja
tergantung kepada pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga kepada kecukupan waktuserta
peralatan yang tersedia untuk menyelesaikantugas tersebut.

e. Perintah Harus Erat Dengan Motivasi


Setelah orang bekerja, pada umumnya mendapat balas jasa berupa material, tetapi
bilamana motivasi hanya bersifat material saja, maka ada kecenderungan kendornya semangat
kerja petugas.

f. Perintah Satu Aspek Berkomunikasi


Pemberian komuniakasi harus berkenaan di hati bawahannya dan ia mau mengerjakan
dan pemberia tugas itu tidak secara sewenang – wenang.

5 Tujuan Pengarahan
Secara umum tujuan pengarahan yang ingin dicapai pada satiap system persahaan
maupun organisasi adalah sebagai berikut :

a. Menjamin Kontinuitas Perencanaan


Suatu perencanaan ditetapkan untuk dijadikan pedoman normative dalam pencapaian
tujuan. Pelaksanaan kerja yang baik akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Suatu pengarahan dilakukan untuk menjamin kelangsungan perencanaan. Artinya
perencanaan yang telah ditetapkan meskipun memiliki sifat fleksibel namun prinsip yang
terkandung didalamnya harus tetap dijamin kontinuitasnya.

a. Membudayakan Prosedur Standar


Dengan adanya pengarahan diharapkan bahwa prosedur kerja telah ditetapkan dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga lambat laun menjadi kebiasaan.

b. Menghindari Kemangkiran yang Tak Berarti


Kemangkiran dapat diberikan batasan sebagai kondisi ketika seseorang tidak berada
ditempat kerjanya diluar penyebab yang jelas dan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Yang
dimaksud disini adalah karyawan yang tidak masuk kerja seperti biasanya. Dengan adanya
penerapan fungsi pengarahan ini dimaksudkan agar karyawan yang ada terhindar dari
kemangkiran yang tak berarti.

c. Membina Disiplin Kerja


Disiplin kerja menyangkut esensi dan eksistensinya sebagai karyawan. Pada dasarnya
karyawan harus mempertanyakan pekerjaan rutinnya dan bagaimana melaksanakan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya.

d. Membina Motivasi yang Terarah


Membina motivasi yang terarah maksudnya karyawan melaksanakan pekerjaan sambil
dibimbing dan diarahkan untuk menghindari kesalahan prosedur yang berdampak pada
keluarannya.

6 Peran Komunikasi Dalam Pengarahan

Dalam suatu pengarahan dalam fungsi manajemen, komunikasi merupakan suatu hal
yang sangat penting, karena komuniksi yang efektif bagi para manajer adalah proses memulai
mana fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dapat dicapai. Selain itu komunikasi adalah kegiatan untuk para manajer mengarahkan dan
mencurahkan sebagian besar proporsi waktunya.Proses komunikasi memungkinkan manajer
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Dalam pengarahan mengharuskan manajer untuk
berkomunikasi dengan bawahan agar tujuan kelompok dapat tercapai. Komunikasi sebagai suatu
proses dengan orang-orang bermaksud memberikan pengretian-pengertian melalui pengiringan
berita secara simbolis dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang
berbeda dan bidang yang berbeda pula.
Suatu komunikasi dapat diberikan beberapa batasan. Salah satunya batasan umum dan
seringkali berlaku pada beberapa system organisasi adalah proses penyampaian informasi atau
pengertian dari pengiriman pesan kepada penerima dengan menggunakan tanda dan symbol yang
sama, baik yang bersifat oral maupun bukan oral (Siswanto,1998). Dalam hubungannya dengan
struktur organisasi dapat mengalir secara :

1. System Komunikasi Vertikal


System ini terjadi dan berlangsung dari atas maupun dari bawah. Komunikasi dari atas terjadi
manakala manajer mengadakan komunikasi dengan para bawahannya dari jenjang hierarki yang
lebih tinggi kejenjang yang lebih rendah dan sebaliknya.

2. System Komunikasi Vertikal


Komunikasi ini terjalin antarderpatemen, unit, dan bagian dalam satu hierarki organisasi.

3. System Komunikasi Diagonal


Komunikasi ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang menggunakannya amat langka.
Akan tetapi, dalaam kondisi tertentu sebenarnya amat penting, khususnya apabila para
bawahantidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui media lainnya.
Ada 8 elemen penting menurut Stoner dan Wankel (1986 : 501-504) tersebut meliputi :
a. Pengirim (sender atau source)
b. Penyanding (encoding)
c. Pesan (message)
d. Saluran (channel)
e. Penerima (receiver)
f. Pengurai sandi (decoding)
g. Gaduh (noise)
h. Umpan Balik (feedback)

PENUTUP

Kesimpulan

Suatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh
sebaliknya.Bawahan yang di perintah ini haruslah bawahan dari atasan yang bersangkutan, tidak
boleh bawahan dari atasan yang lainnya, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Jadi atasan
yang memberi perintah kepada bawahan itu haruslah atasan yang memiliki wewenang untuk atau
atas pekerjaan itu sendiri. Sebagai wewenang atau hak khusus, maka dia mempunyai kekuatan
sanksi, wewenang tanpa sanksi tidak ada gunanya.
Dalam suatu pengarahan dalam fungsi manajemen, komunikasi merupakan suatu hal yang
sangat penting, karena komuniksi yang efektif bagi para manajer adalah proses memulai mana
fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat
dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, Dr. H.B.2005.Pengantar Manajemen.Jakarta : Bumi Aksara

Terry, Goerge R,2005.Principle Of Management.Jakarta : Bumi Aksara

Mahullang, Muhammad.2003.Dasar – Dasar Manajemen.Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press

Pace, R.Wayne. Faules, Don F.2005.Komunikasi Organisasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Handoko, T.Hani.2003.Pengantar Manajemen. Yogyakarta : BPF

Anda mungkin juga menyukai