Anda di halaman 1dari 34

BUDIDAYA DAN MANFAAT CABAI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Sekolah

Oleh :

Tasya Rania Nova

D11.0406

IX A

SMPIT UKHUWAH BANJARMASIN

TAHUN PELAJARAN 2013-2014


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji Syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa pula, penulis haturkan shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad Saw. yang dengan segala kerendahan hati dan kesucian iman, akhlak,
dan perilakunya telah menjadi panutan bagi seluruh umat muslim di dunia.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan perhatian yang luar
biasa melimpah dari berbagai pihak, saya tidak akan mampu menyelesaikan karya
tulis ini dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua tercinta, yang telah memberi ridho dan kasih sayangnya dan
selalu membantu dalam doa dan materi. Serta kepada kedua adik tersayang, yang
selalu menghibur di waktu penat dalam aktifitas saya. Dan juga guru-guru dan
teman-teman SMPIT Ukhuwah Banjarmasin yang senantiasa membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ini, yang selalu memberi semangat dan motivasi.
Saudara pembaca, penulis menyadari bahwa tiada gading yang tidak retak.
Bila ada kata kebaikan dan kebenaran di dalam tulisan ini, maka itu datang
semata dari Allah Swt. Namun bila ada penyimpangan dan kesalahan, maka itu
merupakan kelemahan penulis. Kritik dan saran membangun dari semua pihak
sangat diharapkan penulis dan dinantikan untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banjarmasin, Mei 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….2
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………...2
BAB II BUDIDAYA DAN MANFAAT CABAI
2.1 Sejarah Penyebaran Cabai………………………………………...4
2.2 Varietas Cabai…………………………………………………….7
2.2.1 Cabai Besar…………...…………………………………....7
2.2.2 Cabai Kecil atau Cabai Rawit……………………………...9
2.3 Kandungan Nutrisi dan Manfaat.………………………………..10
2.4 Cara Budidaya Cabai Hingga Pemanenan dan Pemasaran……...12
2.4.1 Pembenihan……………………………………………….12
2.4.2 Pengolahan Tanah………………………………………...15
2.4.3 Cara Menanam Cabai……………………………………..16
2.4.4 Pemanenan………………………………………………..18
2.5 Cara Pengendalian Hama dan Penyakit…………………………20
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan………………………………………………………...25
3.2 Saran…………………………………………………………….25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabai adalah tanaman yang populer di masyarakat. Cabai
atau lombok (bahasa Jawa) adalah sayuran buah semusim, dan
termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan
oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Salah satu tanaman
cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman cabai
merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas
sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat.
Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas
menggugah selera, dan aromanya yang khas, menjadi favorit hampir
setiap orang di meja makan. Bagi orang-orang tertentu, cabai dapat
membangkitkan selera makan. Cabai merupakan sayuran yang
dikonsumsi setiap saat. Oleh karena itu, maka cabai akan terus
dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional.
Dalam masyarakat yang belum mengetahui beragam khasiat
tanaman cabai bagi kesehatan dan kecantikan (biofarmaka). Cabai
dapat dipercaya mampu melindungi tubuh dari radikal bebas
penyebab kanker dan penuaan dini pada kulit, karena cabai kaya
dengan senyawa antioksidan. Melalui karya tulis ini, penulis akan
membahas tentang sejarah penyebaran cabai, pengelompokkan
varietas cabai, kandungan nutrisi, manfaat, cara pembudidaya hingga
pemasaran, serta cara pengendalian hama dan penyakit pada cabai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dibahas
dalam karya tulis ini adalah
1.2.1 Bagaimana sejarah penyebaran cabai ?
1.2.2 Apa saja pengelompokkan varietas cabai ?
1.2.3 Apa saja kandungan–kandungan nutrisi cabai, dan manfaat
bagi manusia ?
1.2.4 Bagaimana cara pembudidayaan cabai hingga proses
pemanenan dan pemasaran ?
1.2.5 Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada
cabai ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
1.3.1 Membahas sejarah penyebaran cabai.
1.3.2 Membahas pengelompokkan varietas cabai.
1.3.3 Membahas kandungan nutrisi yang terdapat pada cabai,
beserta manfaat bagi manusia.
1.3.4 Membahas cara membudidaya cabai hingga proses
pemanenan dan pemasaran.
1.3.5 Membahas cara mengendali hama dan penyakit pada cabai.
1.3.6 Untuk memenuhi tugas akhir sekolah.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan karya tulis ini adalah
1.4.1 Mengetahui sejarah penyebaran cabai.
1.4.2 Mengetahui pengelompokkan varietas cabai.
1.4.3 Mengetahui kandungan nutrisi yang terdapat pada cabai,
beserta manfaat bagi manusia.
1.4.4 Mengetahui cara membudidaya cabai hingga proses
pemanenan dan pemasaran.
1.4.5 Mengetahui cara mengendali hama dan penyakit pada cabai.
1.4.6 Agar Tugas Akhir Sekolah terpenuhi.
BAB II
BUDIDAYA DAN MANFAAT CABAI

2.1 Sejarah Penyebaran Cabai


Banyak cerita tentang bagaimana manusia menemukan cabai
sebagai keperluan hidupnya yang kemudian dibudidayakan. Ada
unsur mitos yang kita tidak mengetahuinya kebenarannya tentang
asal – usul cabai di dunia. Disebutkan bahwasanya penyebarluasan
benih tanaman cabai ke seluruh pelosok dunia, bukan dilakukan oleh
manusia, melainkan burung – burung liar. Tanaman cabai ini disebut
sebagai cabai burung atau bird pepper, (C.Frustescens) atau disebut
negara kita sebagai cabai kecil. Sumber lain menyebutkan bahwa
cabai ini merupakan jenis cabai liar (C. Baccatum var Pendulum
atau C. Pendulum). Salah satu karakteristiknya adalah cabai jenis ini
tidak mudah gugur walaupun sudah masak, sedangkan bijinya yang
sudah masak berwarna agak kemerahan.
Menurut catatan sejarah, pedasnya cabai pertama kali dikenal
oleh suku Indian di Benua Amerika sekitar 7.000 tahun sebelum
Masehi. Pada masa itu cabai masih berupa tanaman liar. Suku Indian
mendapatkan buah cabai dengan cara mengumpulkannya dari
tanaman cabai yang tumbuh liar di hutan dan semak–semak yang
mereka lewati. Hingga periode 3.000 tahun sebelum Masehi hanya
dikenal di Benua Amerika. Suku Indian, khususnya, mulai mengenal
banyak manfaat tanaman cabai, baik untuk bumbu masakan maupun
sebagai penghangat tubuh pada musim dingin. Hal itu kemudian
yang mendasari suku Indian untuk membudidayakan tanaman cabai
di sekitar tempat mereka bermukim, sehingga tanaman cabai dikenal
sebagai tanaman budi daya tertua di Benua Amerika.
Ada sumber lain menyebutkan, bahwa pada mulanya
tanaman cabai tumbuh di daratan Amerika Selatan dan Amerika
Tengah, termasuk Meksiko, sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi.
Disebutkan bahwa terdapat tiga masyarakat yang pertama kali
menggunakan dan memanfaatkan serta mengembangkan cabai, yaitu
masyarakat Inca di Amerika Selatan, orang Maya di Amerika
Tengah, dan orang Aztek di Meksiko. Mereka memanfaatkan
tanaman cabai sebagai salah satu bumbu masakan atau penyedap.
Terdapat salah satu prasasti di Amerika yang memperlihatkan bahwa
pemimpin terakhir Aztek, Montezuma, selalu minum cokelat
kekaisaran yang diberi bubuk cabai untuk sarapan.
Cerita yang dipercayai mengenai asal–usul dan
penyebarannya cabai ke seluruh pelosok dunia dikaitkan dengan
Christoper Columbus. Ia seorang pelaut Italia yang mendarat di
Pantai San Salvador, Kepulauan Bahama, pada 12 Oktober 1942. Di
benua baru itu dia menemukan penduduk asli yang banyak
menggunakan buah merah menyala rasanya pedas sebagai bumbu
masakan mereka. Sebetulnya, Columbus berlayar untuk menemukan
pulau rempah–rempah (Kepulauan Hindia) atas sponsor Raja
Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol.
Secara tak sengaja dia menemukan Benua Amerika akan
komoditas cabainya. Columbus tercatat melakukan tiga kali
perjalanan ke benua tersebut. Pertama kali, ia melakukan
perlayarannya bersama tiga kapal yaitu Santa Maria, Pinta, dan Nina.
Dalam tiga kali pelayarannya itu, dia melihat tanaman cabai telah
umum dibudidayakan hampir di seluruh tempat yang didaratinya.
Saat pulang, dia membawa senggenggam biji – bijian baru itu untuk
dipersembahkan kepada raja dan ratu Spanyol. Di Spanyol, ratu
Spanyol tidak begitu tertarik dengan biji – bijian baru itu yang
dibawa Columbus itu. Yang ia harapkan adalah ekspedisi mahal
itu bisa membawa pulang rempah–rempah atau emas, bukan cabai
atau jagung. Meskipun demikian, biji–bijian yang dibawa Columbus
tetap ditanam oleh para petani Spanyol dan tumbuh dengan baik.
Dari Spanyol ini cabai mulai tersebar ke seluruh Eropa. Sekitar abad
ke-15, cabai mulai menjadi produk rempah-rempahan terpenting
dalam perdagangan internasional. Cabai mulai diperdagangkan di
wilayah Karibia, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Meksiko.
Memasuki abad ke-16, cabai mulai tersebar ke seluruh
penjuru dunia, yang menyebarkannya adalah orang-orang Eropa.
Tetapi, pedagang Portugis merupakan pihak yang berperan penting
dalam penyebaran komiditi ini di dunia internasional. Awalnya,
Portugis membawa dan memperkenalkan cabai ke wilayah India,
kemudian cepat menyebar ke Asia Tenggara, dan diikuti Bangsa
Belanda dalam menyebarkannya ke Indonesia.
Di Indonesia, penghargaan masyarakat terhadap cabai terlihat
sangat jelas. Hal itu terlihat jelas dari kualitas pedasnya masakan
tradisional menggunakan bumbu cabai. Bumbu cabai sudah menyatu
dalam kuliner Indonesia. Cabai merupakan bumbu utama yang harus
ada dalam masakan khas Indonesia semenjak zaman dahulu.
Masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai pedasnya cabai
daripada pedasnya lada.
2.2 Varietas Cabai
Tanaman cabai di Indonesia, dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar berdasarkan kekhasan bentuk, ukuran, dan tingkat
kepedasannya, yaitu cabai besar dan cabai kecil.
2.2.1 Cabai Besar
Cabai besar (capsicum annuuum) atau lombok besar
yang memiliki banyak varietas. Di Indonesia dikenal
beberapa jenis varietas antara lain, cabai merah, cabai
hijau, cabai bulat, cabai keriting, dan lain sebagainya.
Ciri umumnya : batangnya tegak dengan
ketinggiannya 50-90 cm. Tangkai daunnnya horizontal
dengan panjang sekitar 1.5-4.5 cm. Panjang daunnya
sekitar 4-10 cm, dengan lebar antara 1.5-4 cm. Posisi
bunganya menggantung dengan mahkota putih. Mahkota
bunga yang memiliki cuping sebanyak 5-6 helai, dengan
panjang 1-1.5 cm, dan lebar 0.5 cm. Panjang tangkai bunga
antara 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih dengan panjang
sekitar 0.5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan,
sedangkan tangkai sarinya putih. Panjang tangkai sari ini
sekitar 0.5 cm. Kepala sari berwarna biru atau ungu. Buah
berbentuk memanjang atau kebulatan dengan biji buah
berwarna kuning kecokelatan.
Beberapa jenis cabai besar adalah sebagai berikut.
1. Cabai Merah
Disebut cabai merah, atau lombok merah karena
buahnya besar berwarna merah. Cabai merah terdiri cabai
keriting, cabai tit atau tit super, cabai hot beauty dan cabai
merah lainnya. Berikut penjelasannya.
1) Cabai Keriting
Berukuran lebih kecil dari cabai merah rasa
lebih pedas, aroma lebih tajam, bentuk fisik
berkelok-kelok, dan memberi kesan keriting. Buah
mudanya ada yang berwarna hijau dan ungu. Cabai
ini lebih tahan dari penyakit.
2) Cabai Tit atau Tit Super
Cabai ini dikenal dengan nama cabai lokal.
Tinggi tanaman antara 30-70 cm. Tanaman ini
menumbuhkan 8-10 cabang. Rata–rata pertanaman
mampu berproduksi sampai 2.63 kg atau 263 buah.
Dalam sekali panen, hanya dapat dipanen
sekitar enam kali saja. Buahnya berwarna merah
menyala dengan ukuran besar, panjang, dan mulus
serta ujungnya runcing. Panjang buah 10-15 cm
dengan bobot 10 g per buah. Produksi buah mencapai
16 ton per hektar.
3) Cabai Hot Beauty
Merupakan cabai hibrida yang diintroduksi
dari Taiwan. Ukuran buahnya besar, panjang, dan
lurus. Daging buahnya tipis, rasanya kurang
pedas dibandingkan dengan cabai keriting.
Tanamannya agak tinggi dengan daun kecil–
kecil. Satu kali masa tanam, dapat berkali - kali
panen, dan tanaman ini dapat berubah terus-menerus.
4) Cabai Merah Lainnya
Selain jenis cabai diatas yang telah disebutkan
ada cabai merah lainnya yaitu jenis cabai Semarang,
cabai paris, cabai jatilaba, dan cabai long chili.
Perbedaannya akan dijelaskan sebagai berikut.
Cabai paris buahnya besar, lurus dari pangkal
sampai ujung, berwarna merah kekuningan. Cabai
jatilaba, buahnya besar, lurus, berkerut- kerut
ujungnya runcing, berwarna merah kehitaman.
Cabai long chili merupakan cabai introduksi dari
Taiwan. Buah ramping, panjang berkulit halus dan
dagingnya agak tebal.
2. Cabai Hijau
Disebut lombok hijau merupakan cabai yang
bentuk fisik seperti cabai merah, tetapi kulitnya tebal, dan
lebih lunak. Cabai hijau ini bukan lagi untuk pembuatan
sambal, melainkan untuk campuran sayuran. Biasanya
cabai dipetik saat muda, dan berwarna hijau.
3. Cabai Dieng atau Gondol
Cabai ini sejenis cabai bulat. Cabai bulat termasuk
cabai merah. Disebut cabai dieng, karena tumbuh di
sekitar Pegunungan Dieng, Jawa Tengah. Perbedaan cabai
dieng dan cabai bulat sebagai berikut. Cabai bulat
bentuknya bulat, dan tidak benjol, rasanya tidak pedas.
Sedangkan cabai dieng bentuknya bulat, pendek, dan tidak
menarik, rasanya pedas.
4. Paprika
Konon paprika ini digolongkan ke jenis cabai Eropa
yang memiliki banyak nama seperti cabai banteng atau
cabai hidung banteng. Garis tengahnya mencapai 3-6 inci
atau 7.5 - 15 cm. Paprika ini lebih besar dibandingkan
dengan cabai besar biasa, yang garis tengahnya 1 inci
atau sekitar 2.5 cm.
2.2.2 Cabai Kecil atau Cabai Rawit
Cabai kecil ini mendapat sebutan cabai rawit, dan
memiliki banyak varietas. Ada yang mini, dikatakan cabai
putih, dan berwarna hijau disebut cabai cengis. Cabai mini
memang ukuran buahnya hanya separuh dari cabai kecil. Di
daerah Kalimantan, buah cabai mini ini berwarna kemerahan.
Tanaman ini lebih tinggi, kokoh, dan rasalebih pedas
dibandingkan cabai kecil lainnya. Tingginya 150 cm.
Tangkai daunnya separuh dari panjang tangkai daun cabai
besar. Daunnya lebih pendek dan sempit. Mahkota berwarna
kuning kehijauan, memiliki jumlah cuping yang sama dengan
cabai besar. Panjang cuping hanya 0.6-0.8 cm dan lebar 0.3-
0.4 cm. Warna tangkai dan kepala putik sama dengan
mahkota. Tangkai sari berwarna keunguan, dan kepala sari
berwarna kebiruan.

2.3 Kandungan Nutrisi dan Manfaat

Tabel Kandungan Nutrisi


Segar Setiap 100 Gram

Komposisi Nutrisi Jumlah


Nutrisi Makro (Utama)
Karbohidrat 56,63 Mg
Lemak (Lipid) 17,27 Mg
Protein 12,01 Mg
Air 8,05 Mg
Nutrisi Mikro (Subutama)
Vitamin A 41,61 Mg
Vitamin C 76,40 Mg
Vitamin E 29,83 Mg
Vitamin K 80,30 Mg
Fitosterol 83,00 Mg

Manfaat buah cabai adalah memperlezat masakan,


menggugah selera makan. Manfaat bagi kesehatan adalah
meningkatkan nafsu makan, sebagai antibiotik alami, dan
memenuhi kebutuhan protein. Manfaat bagi kecantikan adalah
mencegah penuaan diri, dan menyegarkan kulit.
Daun cabai rawit bisa dimanfaatkan untuk mengobati luka.
Cabai besar yang kaya akan vitamin C sering dimanfaatkan sebagai
bahan campuran industri makanan, obat-obatan, dan peternakan.
Buah cabai berperan bagi pecinta burung ocehan dan burung hias.
Perlu diketahui, kepedasan cabai disebabkan adanya
kandungan capsaicin. Bila berada dalam placenta (tempat
meletakkan biji) maka capsaicin akan mampu mempertajam lidah
burung ocehan, dan menjadi lihai dalam mempermainkan lidahnya.
Bila diberikan ke burung hias, maka bulunya akan lebih bercahaya
dan lebih menarik.
Selain mengandung capsaicin, cabai juga mengandung
minyak asiri,yaitu capsicol. Minyak asiri ini dimanfaatkan untuk
menggantikan fungsi minyak putih, mengurangi rasa pegal, rematik,
sesak napas, dan gatal-gatal. Bubuk cabai dapat dijadikan sebagai
obat penenang. Terdapat juga kandungan bioflavonoids yang dapat
menyembuhkan radang akibat udara dingin, dan menyembuhkan
polio.
Kemudian cabai Jawa juga digunakan bisa menyembuhkan
beberapa penyakit seperti memulihkan badan lesu, memperkuat
fungsi paru-paru dan jantung, mengatasi tekanan darah rendah, obat
kuat, dan memperlancar peredaran darah. Cabai mengandung
senyawa antioksidan yang penting untuk melindungi tubuh dan
radikal bebas penyebab kanker.
Mengandung fitosterol (kolesterol baik untuk kesehatan)
untuk menekan kolesterol di dalam pembuluh jantung yang
menyebabkan jantung koroner. Kandungan mineral cabai berfungsi
untuk mengatur beberapa proses fisiologis tubuh, termasuk kerja otot
dan peredaran darah. Cabai ini merupakan salah satu komoditi
tanaman hortikultura yang kaya akan kandungan vitamin, antara
lain:
1. Vitamin A
Berfungsi untuk menjaga indra penglihatan agar tetap
sehat, menjaga kesehatan kulit, mencegah kebutaan,
menyembuhkan sakit tenggorokan, dan meningkatkan
imunitas tubuh. Kekurangan vitamin A akan mengalami
kerabunan, dan infeksi pernafasan.
2. Vitamin C
Berfungsi untuk mempercepat proses penutupan luka,
menghentikan pendarahan, dan melindungi dari berbagai
penyakit. Kekurangan vitamin C akan mengalami gusi
berdarah, dan radang sendi.
3. Vitamin E
Berfungsi untuk menjaga jaringan kulit dan darah,
melindungi paru-paru, dan sebagai antioksidan alami.
Kekurangan vitamin E akan mengalami kemandulan, dan
gangguan saraf dan otot.
4. Vitamin K
Berfungsi agar sistem peredaran darah berjalan baik,
dan proses penutupan luka. Kekurangan vitamin K akan
mengalami terganggunya sistem peredaran darah seperti
sulitnya proses pembekuan darah pada luka.

2.4 Cara Budidaya Cabai hingga Pemanenan dan Pemasaran

2.4.1 Pembenihan
Pembenihan merupakan tahap awal dari kegiatan
budidaya cabai dan sangat penting karena menentukan
keberhasilan budidaya cabai secara keseluruhan. Benih cabai
diambil dari tanaman induk pilihan berjenis murni dan
berkualitas terbaik.
Kriteria untuk benih cabai adalah harus sehat, tidak
cacat, kelopak buah tidak pecah, bebas hama dan penyakit
penyakit, dan benar-benar matang.
1. Menyeleksi Benih
Setelah biji untuk benih diperoleh, tahap
berikutnya ialah melakukan seleksi biji. Tujuannya
agar diperoleh benih dengan daya tumbuh yang baik.
Caranya biji calon benih dimasukkan ke dalam ember
berisi air dan diaduk-aduk. Biasanya, akan tampak
adanya biji yang mengambang dan yang tenggelam.
Bila biji mengambang merupakan biji yang kurang
baik untuk benih (kosong), sedangkan biji yang
tenggelam merupakan biji yang baik (berisi).

2. Menyimpan Benih
Bila tak langsung digunakan, disimpan
dengan merendam selama 12 jam dalam larutan
fungisida, dilakukan pada malam hari. Tempat
penyimpanan harus memenuhi tiga syarat.
Pertama, adalah terlindung dari sinar matahari. Bila
panas, pengeringan 3 hari. Kedua, terlindung dari
hujan. Bila hari hujan, pengeringan seminggu. Ketiga,
terlindung dari hama dan penyakit. Benih yang
sudah kering dimasukkan ke dalam botol hingga 0.75
tinggi botol, ruang sisinya diisi abu pembakaran, dan
disimpan selama 2-3 bulan.
3. Penyemaian
Cara penyemaian, ada dua metode yang bisa
dilakukan yaitu langsung di polybag, atau di
bedengan.
1) Di polybag
Metode ini sangat cepat, hemat, dan simple.
Tidak perlu kerja dua kali untuk memindahkan
bibit ke media tanam baru.
Keunggulan dari metode ini di antaranya :
(1). Mudah pengerjaannya karena lebih sederhana.
(2). Proses penyemaiannya lebih cepat.
(3). Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
Kelemahan dari metode ini di antaranya :
(1). Ada benih yang tidak tumbuh.
(2). Bibit tumbuh tidak seragam, karena
penggantian dengan benih baru.
(3). Terdapat kerugian biaya polybag dan tenaga
kerja.
2) Penyemaian di bedengan persemaian
Metode ini dengan menyemai terlebih dahulu
di bedeng persemaian yang telah disediakan, dan
disebar secara merata di permukaan bedengan.
Usahakan untuk tidak terlalu rapat agar bibit
tumbuh dengan optimal.
Kelemahan dari metode ini di antaranya :
(1). Membutuhkan waktu yang lama karena
bekerja dua kali.
(2). Menyiapkan polybag besar atau kecil, sebelum
ditanam dilahan.
(3). Lebih rumit, harus berhati - hati dalam
pemindahan dari bedengan ke polybag.
Keunggulan dari metode ini di antaranya :
(1). Mutu bibit lebih terjamin
(2). Proses seleksinya dilakukan dengan baik.
(3). Bibit tumbuh dengan benar-benar seragam.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu
pagi dan sore bila udara di bedengan sangat
panas. Bila udara dingin atau hujan, dapat
ditiadakan atau hanya sekali penyiraman pada
pagi hari.
Persemaian diperlukan upaya pengendalian
serangan pengganggu. Yang sering mengganggu
persemaian, antara lain : semut, cacing, dan
jamur. Pengendalian cacing dengan cara
menaburkan furadan 3 gram. Pengendalian jamur,
dengan cara menyemprotkan benlate pada
tanaman.

2.4.2 Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah sebelum ditanami yaitu
pembersihan lahan, pencangkulan, penggemburan, kemudian
pemupukan.
1. Pembersihan Lahan
Sebelum penanaman, sebaiknya lahan dibersihkan
dahulu. Semua tanaman dan semak, harus dibabat
habis. Gulma yang terkumpul dibakar dan abunya
ditebarkan ke lahan penanaman.
2. Pencangkulan
Dilakukan agar tanah menjadi gembur, dan
memudahkan akar tanaman menyerap nutrisi di
dalam tanah. Kedalaman 30 cm. Tujuannya agar
bagian bawah tanah mendapat sinar matahari.
3. Penggemburan Tanah dan Pembuatan Bedengan
Lahan dicangkul dibiarkan selama seminggu,
agar hama dan bibit penyakit mati. Bedengan dibuat
dengan lebar 100-120 cm, dan tinggi 30-40 cm
dengan jarak 30-40 cm. Setiap bedengan bisa ditanam
dua baris.
4. Pemupukan
Dengan tujuan menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk pertama yang
diberikan adalah pupuk dari kotoran binatang, seperti
kambing, kelinci, sapi, atau ayam. Selain pupuk dari
kotoran binatang, lahan yang menggunakan mulsa
plastik perlu ditambahkan pupuk kimia, baik pupuk
kimia tunggal seperti NPK, maupun pupuk kimia
majemuk seperti Urea/ZA, TSP, KCL, dan Borate.

2.4.3. Cara Menanam Cabai


1. Penanaman
Sebaiknya, penanaman dihitung dengan cermat.
Tujuannya, untuk mengatasi masalah cuaca,
pengairan waktu panen, hingga antisipasi terhadap
jatuhnya harga cabai di pasaran. Pilih waktu yang
tepat untuk menanam bibit. Bibit cabai yang
memenuhi syarat di lahan permanen adalah yang
sudah berumur 30 hari dan berdaun 6-8 helai.
Penanaman dilakukan minimal dua minggu
setelah lahan dipasang mulsa plastik. Waktu
penanaman yang baik pada sore hari.
Berikut tahapan penanaman bibit cabai di
lahan permanen.
1) Celupkan bibit dan media tanam ke larutan
fungisida dan bakterisida untuk mencegah
beberapa penyakit.
2) Buat lubang tanam seukuran kantong plastik bibit
3) Keluarkan bibit bersama media tanamannya dari
polybag.
4) Tanam bibit di lubang tanam.
5) Siram bibit secara perlahan.
2. Perawatan
Setelah ditanam, tanaman cabai memerlukan
perawatan rutin. Terutama pada musim penghujan,
meliputi penyulaman, pemasangan ajir atau turas,
perempelan tunas air dan bunga, pemupukan susulan,
penyiraman dan sanitasi kebun.
1) Penyulaman
Adalah mengganti bibit tanaman cabai yang
mati dengan bibit tanaman cabai yang baru, akibat
dari cara penanaman yang tidak benar.
2) Pemasangan Ajir atau Turas
Untuk membantu pertumbuhannya supaya
tegak, dapat mengurangi serangan hama dan
penyakit pemasangan dilakukan setelah tanaman
cabai ditanam di bedengan.
3) Perempelan Tunas Air dan Bunga
Dengan cara semua tunas yang tumbuh di
ketiak daun dan di bawah bunga pertama
dihilangkan. Dilakukan pada pagi hari, ketika
tunas masih mudah dipatahkan.
4) Pemupukan Susulan
Bertujuan untuk menambah unsur hara yang
dibutuhkan tanaman, selain unsur hara yang
diambil dari tanah. Pupuk susulan membutuhkan
pupuk daun dengan cara menyemprotkan ke
tanaman.
5) Penyiraman
Ini hanya dilakukan jika selama 4-7 hari tidak
ada hujan. Jika hujan terus menerus, yang perlu
diperhatikan adalah saluran pembuangan air agar
tidak ada air yang menggenang.
6) Sanitasi Kebun
Meliputi penjagaan kebersihan areal kebun.
Alat - alat yang digunakan untuk sanitasi kebun
meliputi, gunting daun dan sabit. Setelah
digunakan, alat tersebut harus dicuci dengan
formalin dan sejenisnya.
2.4.4 Pemanenan
Pasca budidaya, kegiatan selanjutnya adalah
pemanenan. Memanen cabai terkesan mudah, namun ada
beberapa hal yang perlu diketahui agar cabai yang ditanam
memenuhi kriteria.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Umur panen
Sekitar umur 2-4 bulan setelah tanam, tanaman cabai
bisa dipanen. Selanjutnya pemanenan kedua dilakukan
setiap 3-7 hari sekali. Idealnya saat 2/3 menjelang masak.
2. Waktu panen
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah ada
sinar matahari. Waktu yang dianjurkan pada pagi hari
sekitar pukul 06.00-08.00 atau sore hari sekitar pukul
15.00 ke atas.
3. Penanganan pasca panen
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan
lakukan dalam penanganan pasca panen dengan seksama
sehingga mendapatkan hasil maksimal, sebagai berikut:
1) Sortasi atau Grading
Ini adalah syarat utama yang dibutuhkan
untuk memenuhi semua permintaan konsumen, yaitu
warna. Harus ada upaya menstabilkan warna cabai
sebelum dikeringkan. Dilakukan oleh pedagang
pengumpul.
2) Penyimpanan
Untuk menjaga kesegaran buah cabai tentu
waktunya lama, dilakukan di ruang pendingin
bersuhu 7-9°C. Daya tahan berkisar 10 - 20 hari.
Dengan cara ini akan terhindar dari jasad renik yang
merugikan, tidak mengurangi warna buah, tetap
segar, dan tidak mengurangi mutu buah.
Penyimpanan ini mencapai 50 hari, terutama untuk
cabai hijau.
3) Pengemasan
Dari literatur yang penulis dapat, bahwa cabai
yang berdatangan dari luar daerah, tidak pernah
dikemas secara khusus. Saat tiba di tempat tujuan,
buah cabai rusak, dan busuk.
Cara mengantisipasinya yakni tempat, penempatan
penempatan, cara menumpuk wadah, jumlah tumpuka
tumpukan, dan jumlah buah. Sebelum dikemas,
sebaiknya buah cabai dimasukkan ke dalam kantong
plastik berukuran 1 kg. Beri lubang sekitar 0.5 dan
jarak antar lubang dibuat 8 cm. Memasukkannya
disusun dengan teratur.
4) Pengeringan
Pengeringan ini bertujuan untuk menghindari
pembusukan. Dengan cara menjemurnya di tempat
terbuka dengan memanfaatkan sinar matahari.
Hanya dapat dilakukan pada musim kemarau atau
dengan menggunakan dryer untuk mengeringkan
biji-bijian.
5) Pengangkutan
Transportasi adalah peranan yang penting, untuk
mengangkut cabai. Selama proses pengangkutan,
penanganan produk tetap menjadi prioritas.
Pengangkutan menggunakan kontainer, sistem udara
terkendali sehingga cabai relatif aman terhadap
kerusakan fisik, fisiologis, ataupun mekanis.
6) Pemasaran
Pemasaran ini penting untuk mengetahui peta
pemasaran. Berikut jalur pemasaran cabai. Pertama,
penjualan cabai ke pedagang pengumpul. Kedua,
penjualan cabai langsung ke pasar induk. Ketiga,
penjualan cabai ke pasar swalayan. Keempat,
penjualan cabai ke industri makanan.

2.5 Cara Pengendalian Hama dan Penyakit


1. Hama
Merupakan serangga atau hewan yang memakan atau
merusak tanaman sehingga dapat menimbulkan kerugian, dan
menghambat pertumbuhan tanaman.
1) Ulat daun (Prodenia litura F.)
Ulat daun menyerang tanaman cabai pada saat
berumur kurang lebih dari 1 bulan. Umumnya ulat daun
menyerang pucuk daun muda yang berperan sebagai tempat
tempat berlangsungnya fotosintesis akan menjadi rusak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
hama ini ada 4 cara antara lain, kultur teknis, secara mekanis,
pengendalian hayati, dan pengendalian kimiawi. Pertama,
kultur teknis dengan cara menjaga jarak antar polybag,
untuk mengurangi kecepatan penularan ulat ke tanaman
yang sehat. Kedua, secara mekanis dengan mengumpulkan
kemudian memusnahkan ulat, beserta tanaman yang
terserang. Ketiga, pengendalian hayati dengan menggunakan
pestisida nabati sirsak dan tembakau. Keempat, pengendalian
kimiawi jika serangan cukup serius, tindakan ini bisa
dilakukan. Insektisida yang dianjurkan antara lain, azodrin,
hostation, dan nogon.
2) Kutu daun (Aphis gossypii)
Hama ini berukuran kecil, lunak, dan berwarna hijau
tua. Biasanya menyerang daun muda. Kutu daun ini tidak
hanya sebagai hama, tetapi juga serangga penyebar virus.
Hama ini mengeluarkan cairan madu yang merangsang
pertumbuhan cendawan jelaga. Dapat mengganggu proses
fotosintesis.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
sanitasi lahan, pengendalian mekanis, pengendalian hayati,
dan pengendalian kimiawi. Pertama, sanitasi lahan dengan
membersihkan gulma di sekitar lingkungan pertanaman.
Kedua, pengendalian mekanis dengan mengumpulkan aphis
dan dedaunan yang terserang, dan memusnahkan. Ketiga,
pengendalian hayati dengan memelihara musuh alami hama
aphis antara lain kumbang predator dari family Coccinellidae
(kunang-kunang). Keempat, pengendalian kimiawi dengan
menggunakan insektisida kimiawi, antara lain Orthene,
Hosthathion, Tamaron, Perfekthion, dan Confidor.
3) Tungau (Tetranicus spp)
Hama ini memiliki fisik tubuh dengan panjang kurang
dari 1 mm. Tubuh berwarna kuning bening dan berwarna
merah saat dewasa. Biasanya menyerang pucuk, tunas, dan
daun muda. Akibatnya tanaman yang diserang akan
mengalami stress dan tumbuh tidak normal.
Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara
lain, sanitasi kebun, pengendalian secara mekanis, dan
pengendalian kimiawi. Pertama, sanitasi kebun dengan cara
membersihkan lahan dari gulma. Kedua, pengendalian
secara mekanis dengan cara melakukan pemangkasan
terhadap cabang – cabang sekunder yang tidak produktif,
bagian tanaman yang terserang hama, kemudian
dikumpulkan dan dibakar. Ketiga, pengendalian kimiawi
dilakukan apabila serangan tidak bisa diatasi, dengan cara
menyemprotkan insektisida Omite, Tadion C, dan Meothrin.
2. Penyakit
Dalam budidaya cabai, beberapa gejala penyakit sering
menyerang tanaman ini. Serangan penyakit ini menimbulkan
kerusakan yang cukup parah. Beberapa contoh penyakit yang
berdampak serius antara lain:
1) Penyakit busuk buah
Disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsicin
berjenis cendawan parasit. Gejala serangan ditemukan bercak
kecoklatan pada batang dan daun, bercak coklat kehitaman
pada buah. Buah menjadi busuk dan tumbuh cendawan putih
pada bagian busuk.
Langkah pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
sanitasi lingkungan, kultur teknis, pengendalian mekanis, dan
pengendalian kimiawi. Pertama, sanitasi lingkungan dengan
cara menjaga lingkungan pertanaman agar bersih dan tidak
lembab, membersihkan lahan dari gulma, mengurangi
kerapatan tanam. Kedua, kultur teknis dengan cara
memastikan media tanam bebas dari cendawan, melakukan
pergiliran tanaman setiap musim tanamnya. Ketiga,
pengendalian mekanis dengan cara membongkar dan
memusnahkan tanaman yang mengalami gejala serangan.
Keempat, pengendalian kimiawi dilakukan apabila tidak bisa
diatasi dengan ketiga cara diatas dapat dilakukan
penyemprotan fungisida Previcur N, Benlate, Benomyl,
Sandofan MZ, dan Derosal.
2) Penyakit layu semai
Disebabkan oleh beberapa jenis cendawan yang hidup
dalam tanah, diantaranya Fusarium sp. dan Phytium sp.
Penyerangan terjadi pada fase pembibitan. Gejala serangan
ditandai oleh layunya bibit tanaman yang baru tumbuh dari
perkecambahan, dan bisa menyebabkan kematian pada
seluruh bibit cabai yang baru disemai.
Langkah pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
kultur teknis, pengendalian mekanis, dan pengendalian
kimiawi. Pertama, kultur teknis dengan cara menggunakan
bibit unggul. Kedua, pengendalian mekanis dengan cara
menjemur media semai di bawah terik matahari sebelum
digunakan. Ketiga, pengendalian kimiawi dengan cara
menyemprot lahan dengan fungisida jenis Benomyl, dan
Agrymicin.
3) Penyakit antraknosa (Colletotrichum lagenarium)
Disebabkan oleh jamur Colletotrichum lagenarium, pada
tahap serius bisa menyebabkan kematian dan kegagalan
panen. Gejala serangan ditandai oleh bercak kecil cokelat
yang dikelilingi lingkaran - lingkaran berwarna kuning.
Semakin lama berubah warna menjadi kehitaman.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu : secara mekanis, kultur teknis, dan pengendalian
kimiawi. Pertama, secara mekanis dengan cara mengatur
jarak antar polybag agar tidak terlalu rapat, memangkas
cabang yang tidak produktif, mencabut tanaman yang
terinfeksi cendawan kronis, dan kemudian dimusnahkan
dengan cara dibakar. Kedua, kultur teknis dengan cara
menggunakan bibit unggul varietas. Ketiga, pengendalian
kimiawi dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan
penyemprotan fungisida Derosal, Dithane M-45, Benlate,
dan Benomyl.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa
yang berguna bagi kesehatan. Cabai merah (Capsicum annuum L.)
merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidaya
oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan
memiliki beberapa manfaat kesehatan dan kecantikan. Varietas cabai
beragam, mulai dari cabai kecil hingga cabai besar. Budidaya
cabai bukan hal yang mudah dilakukan jika kita menginginkan
hasil yang lebih maksimal. Dalam budidaya cabai banyak hal yang
harus diperhatikan, diperlukan juga ketelitian dan kesabaran agar
hasil panen yang kita peroleh lebih baik, mulai dari pemilihan lahan
sampai cara pemanenan.

3.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah
1. Mengenalkan cabai kepada masyarakat luas dari sisi
ekonomis maupun sisi kesehatan.
2. Memberikan penyuluhan tentang budidaya cabai, kepada
para petani atau masyarakat luas sehingga tanaman cabai
lebih dikenal di masyarakat luas.
3. Agar diberi kemudahan kepada petani dalam mendapatkan
pupuk, sehingga akan mendorong kemudahan dalam
budidaya tanaman cabai.
DAFTAR PUSTAKA

Prajnanta, Final. 2011. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Jakarta :


Penebar Swadaya
Ripangi, Arip. 2012. Budidaya Cabai. Yogyakarta : Javalitera
Suriana, Neti. 2012. Cabai Sehat dan Berkhasiat. Yogyakarta : Penerbit
Andi
http://abankllingole.blogspot.com/2013/02/cabe-rawit.html
http://abdulrahamansaleh38.blogspot.com
http://ayoberkebun.com/info/hama-tanaman-cabe.html
http://diary-khu.blogspot.com/2011/11/budidaya-tanaman-cabe-merah.html
http://ihsanland.blogspot.com/2012/05/makalah-agrobisnis-cabe-rawit.html
http://ilmu212.blogspot.com/2012/11/cabe-keriting.html
http://nahjoy.com/2014/02/17/jenis-jenis-aneka-macam-cabai-cabe
LAMPIRAN

Gambar 1. Cabai Besar

Gambar 2. Cabai Keriting


Gambar 3. Cabai Tit Super

Gambar 4. Cabai Hot Beauty


Gambar 5. Cabai Gondola atau Dieng

Gambar 6. Paprika
Gambar 7. Cabai Rawit

Gambar 8. Hama Tungau


Gambar 9. Hama kutu daun

Gambar 10. Penyakit antraknosa

Anda mungkin juga menyukai