Anda di halaman 1dari 3

PPOK kemenkes

http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/kenali-penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok

Baru dengar istilah PPOK? Mari kita pelajari, kenali gejalanya dan hindari faktor
risikonya, melalui tanya jawab berikut ini:

Tanya (T): Apa yang dimaksud dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)?
Jawab (J): Penyakit Paru Obstruktif Kronik dahulu disebut dengan Penyakit Paru
Obstruktif Menahun. Penyakit ini ditandai dengan adanya perlambatan aliran udara
yang tidak sepenuhnya reversibel. Perlambatan Aliran udara umumnya bersifat
progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel
atau gas iritan.

T: Apa saja gejala PPOK?


J: Seseorang dengan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Hal ini berbahaya
karena apabila faktor risikonya tidak dihindari maka penyakit ini akan semakin
progresif. PPOK dapat menimbulkan gejala sebagai berikut:
• Sesak napas
• Batuk-batuk kronis (batuk 2 minggu)
• Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat
gejala yang bertambah parah seperti:
• Bertambahnya sesak napas
• Kadang-kadang disertai mengi
• Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum (dahak)
• Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna
• Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, depresi

T: Apa saja faktor risiko PPOK?


J: 1. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok
perlu diperhatikan tentang, riwayat merokok, Perokok Aktif, Perokok Pasif, Bekas
perokok. Bila merupakan bekas perokok harus dinilai derajat berat merokok dengan
menggunakan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok
dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun : • Ringan : 0-200 • Sedang : 200-
600 • Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
T: Apa saja dampak buruk dari asap rokok? J: Di dalam sebatang rokok
terkandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya untuk tubuh dimana
43 diantaranya bersifat karsinogenik. Dengan komponen utama:
• Nikotin, zat berbahaya penyebab kecanduan
• Tar, bersifat karsinogenik
• CO, menurunkan kandungan oksigen dalam darah Merokok dapat menyebabkan
berbagai penyakit, khususnya kanker paru, stroke, penyakit paru obstruktif kronik,
penyakit jantung koroner, dan gangguan pembuluh darah, disamping menyebabkan
penurunan kesuburan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan janin (fisik dan
IQ), gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal. Selain berdampak
buruk bagi kesehatan perokok itu sendiri, Asap Rokok Orang Lain (AROL) juga
berbahaya bagi kesehatan orang di sekitarnya, yang dalam hal ini menjadi perokok
pasif. AROL adalah gabungan antara asap yang dikeluarkan oleh ujung rokok yang
membara dan produk tembakau lainnya serta asap yang dihembuskan oleh perokok.
Tidak ada batas aman untuk AROL. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah
perokok pasif perempuan di Indonesia 62 juta dan laki-laki 30 juta, dan yang paling
menyedihkan adalah jumlah anak usia 0-4 tahun yang terpapar AROL sebesar 11,4
juta anak. Perokok pasif ini mempunyai risiko terkena penyakit kanker 30 % lebih
besar dibandingkan dengan yang tidak terpapar asap rokok, juga terkena penyakit
jantung iskemik yang disebabkan oleh asap rokok.

T: Pemeriksaan apa yang harus dilakukaan untuk menunjang diagnosis PPOK?


J: • Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif
kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang
digunakan disebut spirometer
• Radiologi (Rontgen Thoraks)
• Bila eksaserbasi akut: analisis gas darah, DPL, Sputum gram, Kultur MOR

T: Apa saja prinsip terapi PPOK?


J: • Edukasi dan motivasi untuk berhenti merokok
• Farmakoterapi: bronkodilator, steroid, mukolitik, antioksidan
• Terapi non-farmakologis
• Rehabilitas: latihan fisik, latihan pernapasan
• Terapi oksigen jangka panjang (15 jam sehari) pada PPOK Stadium III
• Nutrisi • Pembedahan pada PPOK berat
Tahukah Anda? Penelitian telah menemukan bahwa kekurangan protein Antitripsin
(kondisi yang disebut Alpha-1 Antitripsin Deficiency, AATD) meningkatkan
kemungkinan seseorang terkena PPOK. Tanpa protein ini, sistem kekebalan alami
tubuh akan melawan sel paru-paru dan berujung pada kemerosotan fungsi paru.
Penelitian terbaru telah menetapkan faktor keturunan lainnya dan kecenderungan yang
berhubungan dengan PPOK.
Kapan Menemui dokter? Jika Anda mengalami sesak nafas dan batuk berdahak
yang memburuk atau terjadi pada waktu yang lama, maka Anda harus menemui
dokter secepat mungkin. Walaupun gejala tersebut tidak selalu mengarah pada PPOK,
namun konsultasi dokter diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain. Dalam
pertemuan dengan dokter, Anda akan ditanya mengenai riwayat kesehatan termasuk
riwayat merokok, asma atau paparan terhadap polutan. Jika Anda dicurigai menderita
PPOK, maka dokter Anda akan merujuk ke dokter spesialis paru untuk pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai