Penyakit CVPD yang menyerang tanaman jeruk pada awalnya diperkirakan penyebabnya
adalah virus dan miko-plasma. Sedang pada tahun 1996, tim peneliti dari Perancis menemukan
bukti baru yang menunjukkan bahwa penyebab penyakit CVPD adalah bakteri Gram negatif yang
diberi nama Leberobacter (Anonim, 2000). Serangan penyakit yang telah ditemukan sejak tahun
1973 di Kecamatan Baturiti Tabanan, yang akhirnya meluas ke Kabupaten Buleleng dan menyebar
serta memusnahkan tanaman jeruk diseluruh Bali. Akibat serangan penyakit CVPD di Kabupaten
Buleleng, pengembangan tanaman jeruk akhirnya dialihkan ke Kabupaten Bangli dan beberapa
Serangan penyakit CVPD sangat merugikan di sentra pertanaman jeruk, sehingga penyakit
perlu mendapat perhatian dalam penanggulangan dan penanganan yang intensif. Pengendalian
yang telah dilakukan selama ini adalah eradikasi tanaman sakit, menanam bibit jeruk yang bebas
penyakit CVPD, memberi infus oksitrasiklin-HCl, dan pengendalian terpadu yang melibatkan
seluruh komponen pengendalian dan penerapan teknik budidaya tanaman yang baik. Tetapi
sampai saat ini belum ditemukan cara terbaik untuk menanggulangi penyakit CVPD.
103
Penyebaran penyakit CVPD dapat terjadi melalui serangga vektor Diaphorina citri dan bibit
tanaman jeruk yang sakit (Semangun, 1994). Bibit tanaman yang sakit kemung-kinan telah
terserang CVPD sejak dari pohon induk, yang digunakan sebagai sumber mata tempel dan batang
bawah, atau mungkin infeksi baru yang terjadi di pesamaian. Untuk memastikan tanaman induk
dan bibit tanaman bebas CVPD perlu dilakukan deteksi penyakit CVPD melalui beberapa cara antara
lain deteksi secara visual, deteksi berdasarkan gejala dalam yaitu dengan uji kimiawi, deteksi
melalui pe-nyambungan dan penempelan serta deteksi secara molekuler. Deteksi secara visual
mudah dilakukan tetapi biasa-nya gejala penyakit baru tampak setelah patogen berkembang lanjut
dan gejala tidak spesifik karena mirip dengan gejala difisiensi unsur Zn atau Mn (Tirtawidjaja, 1983).
Pengamatan terhadap bagian dalam tanaman yaitu terjadi akkumulasi pati dapat dilakukan dengan
memberikan yodium pada jaringan floem, tetapi gejalanya tidak spesifik karena semua jaringan
tanaman yang berada dalam kondisi abnormal juga dapat menunjukkan akumulasi zat pati seperti
gejala penyakit CVPD (Tirtawidjaja 1983; Mutia dkk. 1992). Deteksi melalui penyambungan dan
penempelan membutuhkan waktu yang cukup lama antara 4-7 bulan (1998). Metode deteksi
secara molekuler menggunakan teknik PCR dipilih untuk mendeteksi penyakit CVPD karena teknik
PCR dapat memberikan hasil deteksi secara secara cepat dengan tingkat akurasi yang tinggi dan
sangat sensitif karena dapat mendeteksi papulasi bakteri yang sangat rendah (Jagoeuix et al., 1996).
Beberapa tahapan dalam pembuatan bibit tanman jeruk bebas penyakit CVPD adalah
sebagai berikut: 1). Penentuan lokasi dan calon tanaman induk, 2). Pengamatan perkembangan
gejala penyakit CVPD, 3). Penanaman bibit tanaman untuk batang bawah, 4). Penempelan mata
Penentuan lokasi dan calon tanaman induk adalah lokasi yang akan terpilih seharusnya
berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan bahwa tanaman jeruk lebih banyak yang belum
104
menunjukkan gejala penyakit CVPD yaitu lebih kurang 90%. Lokasi pengambilan sampel ditentukan
lima lokasi yang tesebar di lingkungan tersebut, masing-masing lokasi pertanaman jeruk luasnya
lebih kuran 50 are, sehingga luas seluruh areal yang diamati adalah 250 are. Calon pohon induk
yang akan dijadikan sampel adalah tanaman jeruk yang secara morfologi terlihat sehat. Seluruh
tanaman yang terdapat di areal pertanaman dihitung jumlah tanaman yang secara morfologis
terserang berat, sedang, ringan, dan tidak menunjukkan gejala penyakit CVPD. Gejala morfologi
yang dimaksud adalah daun menguning (klorosis), tulang daun berwarna hijau lebih tua, daun lebih
tebal, kaku, luas daun lebih kecil, dan buahnya lebih kecil dari ukuran normalnya (Anonim, 2000).
Pada setiap lokasi yang terpilih, tanaman ditandai masing-masing 10 calon tanaman induk, dan
tanaman diamati terhadap munculnya gejala penyakit CVPD secara berkala selama enam bulan.
Calon tanaman induk yang tidak menunjukkan gejala CPVD sampai pada bulan ketiga kemudian
disungkup, dan diamati selama tiga bulan untuk diambil sampel tanaman guna analisis dengan
teknik PCR. Apabila calon pohon induk bereaksi positif dengan bakteri Liberobacter, maka calon
pohon induk tersebut mengandung bakteri penyebab penyakit CVPD, maka calon tanaman induk
tidak dapat ditetapkan sebagai tanaman induk bebas penyakit CVPD. Sedang pada calon pohon
induk yang bereaksi negatif dengan bakteri Liberobacter, maka calon tanaman induk tidak
mengandung bakteri penyebab penyakit CVPD, sehingga dapat digunakan sebagai pohon induk
yang bebas penyakit CVPD. Pohon induk yang bebas penyakit CVPD dapat ditetapkan sebagai
pohon induk untuk diambil mata tunasnya, kemudian diokulasikan dengan batang bawah yang
telah disediakan di rumah kasa. Tanaman dipelihara secara optimal dan diamati secara visual
terhadap munculnya gejala penyakit CVPD sampai bibit tanaman jeruk siap dilepas untuk ditanam
di lapangan dan diuji PCR. Sebelum bibit tanaman dilepas sebaiknya bibit tanaman jeruk dideteksi
secara molekuler dengan teknik PCR, untuk memastikan bahwa bibit tanaman tersebut bebas
penyakit CVPD.