Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang


juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia
mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses
eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada di bawah tekanan untuk
dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus
diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab
yang luar biasa untuk menjadi seorang ibu.
Ibu terkadang mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa
kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran.
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8
minggu. Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini.
Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan
mengalami atau merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan.
Beberapa ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan
terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi
dengan hal yang baru seperti adanya bayi.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu

1
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Bounding Attachment ?
2. Bagaimana respon ayah dan keluarganya ?
3. Apa pengertian Sibling Rivalry ?
4. Bagaimana adaptasi psikologis ibu masa nifas ?
5. Apa pengertian postpartum Blues ?
6. Apa pengertian Depresi Postpartum ?
7. Apa pengertian Psikosis masa nifas ?
8. Bagaimana Kesedihan dan duka cita pada ibu nifas?
9. Apa Peran bidan dalam masa nifas ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Bounding Attachment.
2. Mengetahui respon ayah dan keluarganya.
3. Mengetahui pengertian Sibling Rivalry.
4. Mengetahui adaptasi psikologis ibu masa nifas.
5. Mengetahui pengertian postpartum Blues.
6. Mengetahui tentang depresi post partum.
7. Mengetahui Psikosis masa nifas.
8. Mengetahui tentang Kesedihan dan duka cita pada ibu nifas.
9. Mengetahui tentang peran bidan dalam masa nifas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bounding Attachment


Pengertian dari Bounding attachment/keterikatan awal/ikatan batin
adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus
antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Proses ikatan
batin antara ibu dengan bayinya ini di awali dengan kasih sayang terhadap
bayi yang di kandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara
bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat
dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain :
1. Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran. Tetapi si ibu
telah memlihara bayinya selama kehamilan, baik si ibu maupun si ayah
telah berangan-angan tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa menjadi
perasaan positif,negatif, netral
2. Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan ibu
dengan bayinya ketika si bayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya.
3. Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling
membutuhkan rasa cinta menimbulkan ikatan batin/keterikatan. Untuk
memperkuat ikatan ibu dengan bayi (marshall Kalus) menyarankan ibu
agar menciptakan waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal
lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang disebut babymoon.

Ada tiga bagian dasar periode dimana keterikatan antara ibu dan bayi
berkembang.

3
1. Periode prenatal
Merupakan periode selama kehamilan, dalam masa prental ini ketika
wanita menerima fakta kehamilan dan medefinisikan dirinya sebagai
seorang ibu, mengecek kehamilan, mengidentifikasi bayi sebagai individu
yang terpisah dari dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta
membuat persiapan untuk bayi. Para peneliti telah memperlihatkan
bahwa melodi yang menenangkan kebanyakan bayi, sedang sebagian
besar dari mereka menjadi gelisah dan menendang-nendang jika yang
dimainkan adalah music rock, ini berarti bahwa para ibu dapat
berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses pembentukkan ikatan
bayi yang begitu penting dapat dimulai sejak kehamilan.

2. Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya


Keterikatan pada waktu kelahiran ii dapat dimulai dengan ibu
menyentuh kepala bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum
kelahiran, bahkan ketika bayi ditempatkan diatas perut bayi sesaat
setelah kelahiran. Perilaku keterkaitan ini seperti penyentuhan si ibu
pada bayinya ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstrimitas) bayi lalu
meningkat pada saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan
berakhir ketika dia melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan
lengannya. Perilaku lain dalam periode ini meliputi kontak mata dan
menghabiskan waktu dalam posisi en face (tatap muka), berbicara
dengan bayi, membandingkan si bayi dengan bayi yang telah diimpikan
selama kehamilan (jenis kelamin) dan menggunakan nama pada si bayi.
Keterkaitan ini menyebabkan respon yang menciptakan interaksi dua
arah yang menguatkan antara ibu dan bayinya hal ini difasilitasi karena
bayi dalam fase waspada selama satu jam pertama setelah kelahiran, ini
yang membuat bayi reseptif terhadap pasangan.

4
3. Postpatum dan pengasuhan awal
Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan
bergantung pada partisipasi kedua pihak yang terlibat. Ibu mulai
berperan mengasuh bayinya dengan kasih sayang, kemampuan untuk
mengasuh agar menghasilkan bayi yang sehat hal ini dapat menciptakan
perasaan puas, rasa percaya diri dan perasaan berkompeten dan sukses
terhadap diri ibu. Ada ayah yang cepat medapatkan ikatan kuat dengan
bayinya adapula yang membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terciptanya bounding salah satunya
keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan. Semakin terlibat ayah,
semakin mudah ikatan terbentuk.

2.2 Respon Ayah dan keluarga


Jika ibu sudah mengandung bayi selama Sembilan bulan, ayah benar-
benar merasakan kebersamaan dengan bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah
dengan bayi dimulai saat mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu
dengan bayi, kedekatan ayah dengan bayi penting bagi tumbuh kembang
bayi, hasil penelitian Robert A Veneziano dalam the importance of father
love menyebut kedekatan ayah dan bayi sangat membantu
mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi dan perkembangan
kognitif bayi.
Hasil pemelitian menunjukan 62% ayah mengalami depresi pasca lahir
atau baby blues, perasaan cemas,khawatir dan takut pada muncul saat
seorang pria menyadari dirinya kini memiliki peran baru yaitu sebagai ayah.
Beberapa contoh kwkhawatiran yang paling umum terjadi :
1. Dapatkah saya membiayai keluarga yang kini lebih besar? Karena biaya
pemiliharaan dan pendidikan anak memang semakin malah, banyak ayah
bari tidak bisa tidur memikirkan hal ini .

5
2. Apakah saya menjadi ayah yang baik?, seorang ayah takut jika ia tidak
dapat mendidik anaknya dengan baik karena sedikit orang terlahir untuk
menjadi ayah-ibu yang baik kebanyakan mereka belajar dari praktek
langsung, ketabahn dan cinta. Bagaimana berbagi tugas memelihara
anak? Ayah zaman dahulu tidak memikirkan ini karena pemeliharaan
anak dianggap tugas perempuan tetapi sekarang mereka menyadari
sebagai orang tua adalah tugas bersama.
3. Haruskah menghentikan kehidupan sosial? Keadaan sebelumnya
mempunyai bayi akan sedikit berubah karena memang perlu bayi
menjadi pusat perhatian sehingga aktivitas pun menjadi terbatas.
4. Apakah hubungan suami-istri akan berubah? Dengan hadirnya bayi baru
keinginan untuk berdua saja tidak semudah dulu. Privasi dan keintiman
yang spontan menjadi seringkali sulit didapat, sehingga diperlukan usaha
berdua untuk saling menyediakan waktu bagi yang lain.

Respon keluarga seperti kakek atau nenek akan merasakan kepuasan


besar karena melihat satu generasi baru dalam keluarganya dan bahagia
karena cucunya akan mengetahui warisan dan tradisi mereka. Dengan
adanya anggota keluarga lain seperti kakek, nenek dan para sepupu
akanmemberikan kesempatan yang ideal bagi bayi untuk mbentuk lebih dari
satu ikatan dari masing-masing ikatan akan mempunyai nilai sendiri.

Bagaimana ibu dan ayah serta keluarga berprilaku terhadap bayi baru
lahir sebagai dipengaruhi oleh faktor eksternal dan eksternal.

a. Faktor internal
Bagaimana mereka diurus oleh orang tua mereka; bila si ayah atau
individu lain pada waktu kecil dia dididik orang tua mereka dengan cara
keras atau sering diberikan hukuman apabila ada kesalahan sedikit

6
sehingga kemungkinan kedekatan antara ayah dan bayi akan sulit
terbentuk dan cara ini akan diterapkan untuk mendidik anaknya kelak.
Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri mereka; di banyak
masyarakat masih terdapat kepercayaan bahwa ibu dan bayinya yang
baru lahir tidaklah bersih, dan diisolasi dari ayahnya selama periode yang
ditetapkan, tentu saja hal ini menyulitkan terbentuknya ikatan batin
dengan sang ayah.
Nilai-nilai kehidupan ; kepercayaan dan nilai- nilai dalam kehidupan
mempengaruhi prilaku dan respon sesorang, dalam agama islam bayi
yang baru lahir sesegera mungkin di adzankan oleh sang ayah keadaan ini
memberikan kesempatan ayah unutk mencoba mengendong bayi
pertama kalinya dan bayi mendengarkan suara sang ayah.
Hubungan antar sesama ; hubungan antar sesama akan menciptakan
suatu pengalaman seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita
dari temannya bagaimana temannya bersikap terhadap anak
pertamanya, bila sang ayah mempunyai hubungan dalam lingkungannya
harmonis, mudah bersolialisasi hal ini akn menciptakan respon yang
positif terhadap bayinya.
Riwayat kehamilan sebelumnya ; apabila pada kehamilan terdahulu
ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti abortus, plasenta
previa dll, akan membuat ayah/ ibu maupun keluarga sangat menjaga
dan melindungi bayi dengan sebaiknya.

b. Faktor eksternal
Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan ; pasangan suami
istri yang sangat menginginkan anak tentu saja akan merespon kelahiran
bayi dengan bangga dan bahagia. - Perhatian yang diterima selama
kehamilan, persalinan dan post partum ; perhatian dari suami dan

7
keluarga akan menciptakan perasaan kebahagian dan bangga akan peran
nya sebagai seorang ibu persalinan.
Sikap dan perilaku pengunjung ; pengunjung memberikan pujian dan
ucapan selamat dan melihatkan persaan bangga terhadap sibayi, hal ini
akan menumbuhkan perasaan bahagia akan kehadiran bayi.

2.3 Sibling Rivally


Sibling rivally, merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi
pesaing dengan bayi atau saudara kandung yang baru dilahirkan. Perasaan
cemburu ini pun akan timbul terhadap sang ayah. Kenyataannya semua anak
akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi baru meskipun
dengan derajat yang berbeda-beda, bak selama kehamilan maupun setelah
kelahiran. Anak-anakyang lebih tua yang telah membentuk semacam
independensi dan ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu merasa
terancam oleh kedatangan bayi baru dari pada anak-anak yang belum
mencapai kekuatan batin yang sama.
Anak-anak yang berusia 3 tahun atau lebih akan cenderung menunggu
kelahiran adiknya sedangkan anak-anak yang lebih muda dari itu mungkin
akan merasa cemas dalam proses pembentukan ikatan batin. Jika anak yang
lebih tua merasakan aman didalam kedudukannya dalam keluarga maka ia
akan merasa bebas untuk memberikan / mengikuti perubahan dalam
keluarganya tetapi jika ia merasa terancam akan kedudukannya maka
perasaan saudara kandung sebagai pesaing / rival yang akan muncul. Apabial
hal ini berlanjut dapat mnegakibatkan sifat kakak berubah setelah adiknya
lahir dapat menyakiti atau memusuhi adiknya.
Hal terpenting untuk meminimalkan masalah yang akan datang anak
perlu dipersiapkan untuk menerima saudaranya yang baru lahir dimulai
sejak masa kehamilan, ini ditujukan untuk meneruskan jaminan bahwa anak

8
yang lebih tua masih mendapatkan kasih sayang walaupun hadir adiknya
nanti.
Hal yang dapat dilakukan :
1. Informasikan kehamilan, dengan mempekenalkan kakaknya kepada bayi
didalam kandungan, libatkan dia dalam kehamilan seperti : mengantar ke
dokter, belanja baju bayi dan lain lain.
2. Perluas lingkup sosial anak pertama, Jujurlah soal perubahan fisik dan
mental seperti gampang lelah, disertai minta maaf karena tidak bisa
mengendongnya sesuka hati
3. Dihari-hari pertama kelahiran bayi bersikaplah sewajarnya seperti
biasanya dan libatkan ia dalam menyambu tamu dan tugas- tugas
ringan perawatan bayi.
4. Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kadang-
kadang para ayah menjadi cemburu terhadap hubungan antara ibu/
istrinya dengan anak-anak mereka sendiri, bayi adalah produk dari
hubungan mereka dan semestinya memperkaya hubungan itu. Meskipun
demikian kadang para ayah merasa ditinggalkan terutama bila ibu dan
bayi adalah pusat perhatian dalam keluarga, sehingga muncullah
perasaan “disingkirkan” pada diri sang ayah. Untuk mencegah
kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah dalam
merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan
hanya tugas seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkinterlibat
dalam proses mengasuh bayi seperti memberi makan, menganti popok,
menidurkan bayi dan lain lain.

9
2.4 Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas
Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas
dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau
bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu.
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang berada pada masa nifas menjadi sensitive terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing
baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lahir.
Tubuhnya mungkin pula tidak memberikan respon yang baik terhadap
obat-obatan yang asing baginya seperti preparat analgesk narkotik yang
diberikan pada persalinan.
Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “ 4th day
blues (kemurungan hari keempat)” sering terjadi dan banyak ibu baru
pertama kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak
satu kali, hanya karena masalah yang sepele. Sebagian ibu merasa tidak
berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya
menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang
menjadi ibu.

Masa nifas dibagai dalam 4 periode yaitu :


a. Periode Taking On
Pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya
meniru tapi sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap
sebelumnya.

10
b. Periode Taking In
• Periode ini terjadi 1 – 2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
• Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat
• Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi.
• Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah, kurangnya nafsu makan menandakan tidak
berlangsung normal.

c. Periode Taking Hold


• Periode ini berlangsung pada hari 2 – 4 post partum
• Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawabnya terhadap bayi
• Pada masa ini ibu biasanya sensitif dan tidak mahir melakukan hal-hal
tersebut.
• Cenderung menerima nasihat bidan.

d. Periode Letting Go
• Periode ini sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga
• Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi
• Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini

11
2.5 Postpartum Blues

Pascapartum Blues ( “Maternitas Blues” atau “Baby Blues”) depresi


ringan dan normal yang hilang dengan sendirinya ini biasanya mencapai
puncak pada hari ke 3 dan ke 5, biasanya hilang pada 24 - 72 jam atau pada
hari ke 10, kendati dapat muncul lagi pada beberapa minggu kemudian.
Dialami oleh sampai 70% wanita setelah melahirkan, hal ini kadar Triptofan
yang rendah dan akan hilang secara spontan. Penelitian terkini
menunjukkan bahwa aksis adrenal-hypofisis- hypotalamic (HPA) ditekan
selama trimester ke 3 sebagai akibat pengeluaran Corticotro-pin-releasing
hormon oleh plasenta.
Penatalaksanaanya :
a) Berikan dukungan dan yakinkan ibu bahwa depresi adalah hal yang
normal dan bersifat sementara.
b) Anjurkan ibu melakukan kontak dengan bayi dari kulit ke kulit, untuk
menstimulasi sekresi hormon dan dapat menstimulasi kembali fungsi
aksis HPA lebih dini sehingga mencegah depresi.
c) Evaluasi keletihan wanita dan bantu dalam menyelesaikan masalahnya
jika dia mengalami kurang tidur.
d) Amati apakah muncul neurosis atau psikosis.
e) Pengobatan alternatif contohnya homeopati, akupunktur, dan siatsu,
pengaturan nutrisi, refleksologi, dan pengobatan herbal: Tanaman St.
Jhon.

12
2.6 Depresi Postparum

Depresi pascapartum (atau Neurosis). Depresi pascapartum yang


utama mulai muncul di sekitar minggu ke-10 sampai ke-30 setelah
melahirkan, dan berlangsung selama 1 tahun. Depresi ini berbeda dari Baby
Blues yang telah dijelaskan sebelumnya. Depresi pascapartum dialami oleh
8-15% ibu baru dan dapat kambuh. Sebagian besar ibu baru tidak mencari
bantuan untuk mengatasinya, dan hanya sekitar 255 kasus berhasil dikenali.
Peran hormone belum jelas, tetapi kemungkinan memengaruhi. Bayi dari
ibu yang depresi memiliki mimik wajah negatif dan lebih sedikit mimik wajah
yang positif pada usia 3 bulan, sulit makan dan tidur, dan lebih menarik diri
daripada bayi dari ibu yang tidak depresi.
Depresi postpartum merupakan perasaan tidak nyaman yang dialami
wanita pasca melahirkan yang bisa disebabkan oleh hormone dan gangguan
psikologi. Untuk mengenali seorang ibu yang mengalami depresi postpartum
dapat dilihat dari beberapa gejala seperti: sering merasa marah, sedih yang
berlarut-larut, kurang nafsu makan, terlalu mencemaskan keadaan bayinya

Dibawah ini akan dijelasakan beberapa macam depresi postpartum


antara lain:
a) Tidak mampu
Perasaan tidak mampu pada ibu dapat disebabkan karena ibu kurang
pengalaman dalam mengurus bayi, sehingga ibu merasa tidak mampu
merawat bayi, dan membuat bayi kurang mendapat makanan dan kurang
terawat kebersihannya.

13
b) Perasaan sedih
Rasa sedih ibu bersangkutan dengan rasa ketidakmampuan ibu dalam
merawat bayinya, perasaan tersebut dapat diekspresikan dengan
menangis dan murung.

c) Perasaan bersalah
Keadaan emosi ibu postpasrtum masih labil hal yang mempengaruhi
perasaan ini antara lain ibu merasa tidak cukup mampu m,erawat bayi
dengan baik, gagal dalam menyusui, bahkan karena melahirkan bayi tidak
sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan, sehingga ibu mudah
menyalahkan diri ketika tidak berbuat tepat seperti kegiatann yang
diharapkan.

d) Gangguan makanan dan minuman


Jam makan yang rutin akan terganggu setelah bayi lahir. Sebenarnya pada
masa postpartum lebih sering merasa lapar dan haus akan tetapi
terganggu oleh kegiatan ibu yang terfokus pada bayinya.

e) Pengobatan depresi postpartum


Hormonal : dengan pemberian suntikan progesterone.
Pil kontrasepsi : dapat menurunkan kadar urat B6
Terapi dan psikologi : dengan bantuan tenaga medis dan keluarga.

2.7 Psikosis Masa Nifas


Diagnosis psikosis masa nifas ditegakkan jika wanita yang depresi
mengutarakan pikiran bunuh diri atau delusi. Gangguan jiwa yang pernah
terdeteksi sebelumnya dapat kembali kambuh. Pada sebagian besar wanita,
psikosis masa nifas muncul sebagai manik atau episode depresi disertai
konfusi dan disorientasi. Ancaman perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

14
atau anak merupakan tanda bahaya yang harus ditanggapi serius. Insiden
psikosis adalah 1-2 per 1000; dan kembali kambuh pada 50-75% kasus ini.

Faktor predisposisi: gangguan bipolar (resiko 25%, kehamilan yang


tidak diinginkan, hubungan yang buruk dengan pasangan, hipotiroidisme
Penatalaksanaan:
a) Buat rujukan ke psikiater
b) Panduan antisipatif: psikiater akan memprogramkan wanita
dihospitalisasi untuk dievaluasi, sebagai langkah antisipasi bunuh diri,
dan pada awal terapi. Terapi dapat meliputi terapi kejut-listrik dan
pemberian anti depresan, obat-obatan neuroleptik, SSRI dan litium
karbonat
c) Pasangan akan membutuhkan dukungan
d) Pengobatan alternative: beberapa ahli merekomendasikan terapi
homeopatik untuk mengatasi depresi pascapartum.

2.8 Kesedihan dan Duka Cita


Dalam bahasan kali ini, gunakan istilah “berduka”, yang diartikan
sebagai respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka sangat
bervariasi, tergantung dari apa yang hilang, serta persepsi dan keterlibatan
individu terhadap apa pun yang hilang. “kehilangan” dapat memiliki makna,
mulai dari pembatalan kegiatan (piknik, perjalanan atau pesta) sampai
kematian orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan tergantung dari
persepsi individu yang menderita kehilangan. Derajat kehilangan pada
individu direfleksikan dalam respon terhadap kehilangan. Contohnya,
kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan sampai berat,
bergantung pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang
meninggal.

15
Kehilangan maternitas termasuk hal yang dialami oleh wanita yang
mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil atau yang tidak
mampu mempertahankan kehamilannya), yang mendapatkan bayinya
hidup, tapi kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan
congenital), dan kehilangan yang dibahas sebagai penyebab post partum
blues (kehilangan keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya
perhatian). Kehilangan lain yang penting, tapi sering dilupakan adalah
perubahan hubungan eksklusif antara suami dan istri menjadi kelompok tiga
orang, yaitu ayah, ibu, dan anak.

Dalam hal ini berduka dibagi menjadi 3 tahap, antara lain :


1. Tahap Syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan. Manifestasi perilaku
meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan,
kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi,
mati rasa, menangis, introversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak
rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang
inisiatif, bermusuhan, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, dan kurang
konsentrasi. Manifestasi fisik meliputi gelombang distress somatic yang
berlangsung selama 20-60 menit, menghela nafas panjang, penurunan
berat badan, anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, penampilan kurus
dan tampak lesu, rasa penuh ditenggorokan, tersedak, napas pendek,
mengeluh tersiksa karena nyeri didada, gemetaran internal, kelemahan
umum, dan kelemahan pada tungkai.

2. Tahap Penderitaan (fase realitas)


Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian
terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini.
Contohnya, orang yang berduka akan menyesuaikan diri dengan

16
lingkungannya tanpa kehadiran orang yang disayanginya. Dalam tahap
ini, ia akan selalu terkenang dengan orang yang dicintai sehingga
kadang akan muncul perasaan marah, rasa bersalah,dan takut. Nyeri
karena kehilangan akan dirasakan secara menyeluruh, dalam realitas
yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari. Menangis adalah
salah satu pelepasan emosi yang umum. Selama masa ini,
kehidupan orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu
terus melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya
secara bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa depan.

3. Tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)


Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan,
penyesuaian telah komplit, dan individu kembali pada fungsinya secara
penuh. Kemajuan ini berhasil karena adanya penanaman
kembaliemosiseseorang pada hubungan lain yang lebih bermakna.
Penanaman kembali emosi tidak berarti bahwa posisi orang yang hilang
telang tergantikan, tetapi berarti bahwa individu lebih mampu dalam
menanamkan dan membentuk hubungan lain yang lebih bermakna
dengan resolusi, serta perilaku orang tersebut telah kembali menjadi
pilihan yang bebas, mengingatkan selama menderita perilaku ditentukan
oleh nilai-nilai sosial atau kegelisahan internal.

Bidan dapat membantu orang tua untuk melalui proses berduka,


sekaligus memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tidak sempurna
dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan,
sabar, memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan permusuhan,
serta penolakan mereka terhadap bayinya. Saudara kandung dirumah juga
harus diberitahu mengenai kehilangan sehingga mereka mendapatkan
penjelasan yang jujur terhadap perilaku dari orang tua. Jika tidak, mereka

17
mungkin akan membayangkan bahwa mereka lah penyebab masalah yang
mengerikan dan tidak diketahui tersebut. Saudara kandung perlu diyakinkan
kembali bahwa apapun yang terjadi bukan kesalahan mereka dan bahwa
mereka tetap penting, dicintai, dan dirawat.

2.9 Peran Bidan pada Masa Nifas


Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a) Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama persalinan dan nifas
b) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik
dan psikologis
c) Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ibu
terkadang mengalami sedikit perubahan perilaku. Wanita banyak
mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu. Kesejahteraan emosional ibu selama periode
pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian
makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan
kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia
untuk ibu. Masa nifas dibagai dalam 4 periode yaitu, Periode Taking On,
Periode Taking In, Periode Taking Hold , Periode Letting Go.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini , pembaca dan kita juga sebagai
calon bidan dapat mengambil manfaat dari topik dari makalah ini , karena
banyaknya ilmu pengetahuan yang sangat penting diketahui oleh pembaca.
Pembaca dapat mengembangkan dan menerapkan dinamika psikologi pada
wanita masa pasca persalinan (Nifas) baik dalam praktik klinik ataupun
kehidupan sehari-hari.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, Aiyeyeh. Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info
Media
Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-
96).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

20

Anda mungkin juga menyukai