PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Bounding Attachment.
2. Mengetahui respon ayah dan keluarganya.
3. Mengetahui pengertian Sibling Rivalry.
4. Mengetahui adaptasi psikologis ibu masa nifas.
5. Mengetahui pengertian postpartum Blues.
6. Mengetahui tentang depresi post partum.
7. Mengetahui Psikosis masa nifas.
8. Mengetahui tentang Kesedihan dan duka cita pada ibu nifas.
9. Mengetahui tentang peran bidan dalam masa nifas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tiga bagian dasar periode dimana keterikatan antara ibu dan bayi
berkembang.
3
1. Periode prenatal
Merupakan periode selama kehamilan, dalam masa prental ini ketika
wanita menerima fakta kehamilan dan medefinisikan dirinya sebagai
seorang ibu, mengecek kehamilan, mengidentifikasi bayi sebagai individu
yang terpisah dari dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta
membuat persiapan untuk bayi. Para peneliti telah memperlihatkan
bahwa melodi yang menenangkan kebanyakan bayi, sedang sebagian
besar dari mereka menjadi gelisah dan menendang-nendang jika yang
dimainkan adalah music rock, ini berarti bahwa para ibu dapat
berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses pembentukkan ikatan
bayi yang begitu penting dapat dimulai sejak kehamilan.
4
3. Postpatum dan pengasuhan awal
Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan
bergantung pada partisipasi kedua pihak yang terlibat. Ibu mulai
berperan mengasuh bayinya dengan kasih sayang, kemampuan untuk
mengasuh agar menghasilkan bayi yang sehat hal ini dapat menciptakan
perasaan puas, rasa percaya diri dan perasaan berkompeten dan sukses
terhadap diri ibu. Ada ayah yang cepat medapatkan ikatan kuat dengan
bayinya adapula yang membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terciptanya bounding salah satunya
keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan. Semakin terlibat ayah,
semakin mudah ikatan terbentuk.
5
2. Apakah saya menjadi ayah yang baik?, seorang ayah takut jika ia tidak
dapat mendidik anaknya dengan baik karena sedikit orang terlahir untuk
menjadi ayah-ibu yang baik kebanyakan mereka belajar dari praktek
langsung, ketabahn dan cinta. Bagaimana berbagi tugas memelihara
anak? Ayah zaman dahulu tidak memikirkan ini karena pemeliharaan
anak dianggap tugas perempuan tetapi sekarang mereka menyadari
sebagai orang tua adalah tugas bersama.
3. Haruskah menghentikan kehidupan sosial? Keadaan sebelumnya
mempunyai bayi akan sedikit berubah karena memang perlu bayi
menjadi pusat perhatian sehingga aktivitas pun menjadi terbatas.
4. Apakah hubungan suami-istri akan berubah? Dengan hadirnya bayi baru
keinginan untuk berdua saja tidak semudah dulu. Privasi dan keintiman
yang spontan menjadi seringkali sulit didapat, sehingga diperlukan usaha
berdua untuk saling menyediakan waktu bagi yang lain.
Bagaimana ibu dan ayah serta keluarga berprilaku terhadap bayi baru
lahir sebagai dipengaruhi oleh faktor eksternal dan eksternal.
a. Faktor internal
Bagaimana mereka diurus oleh orang tua mereka; bila si ayah atau
individu lain pada waktu kecil dia dididik orang tua mereka dengan cara
keras atau sering diberikan hukuman apabila ada kesalahan sedikit
6
sehingga kemungkinan kedekatan antara ayah dan bayi akan sulit
terbentuk dan cara ini akan diterapkan untuk mendidik anaknya kelak.
Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri mereka; di banyak
masyarakat masih terdapat kepercayaan bahwa ibu dan bayinya yang
baru lahir tidaklah bersih, dan diisolasi dari ayahnya selama periode yang
ditetapkan, tentu saja hal ini menyulitkan terbentuknya ikatan batin
dengan sang ayah.
Nilai-nilai kehidupan ; kepercayaan dan nilai- nilai dalam kehidupan
mempengaruhi prilaku dan respon sesorang, dalam agama islam bayi
yang baru lahir sesegera mungkin di adzankan oleh sang ayah keadaan ini
memberikan kesempatan ayah unutk mencoba mengendong bayi
pertama kalinya dan bayi mendengarkan suara sang ayah.
Hubungan antar sesama ; hubungan antar sesama akan menciptakan
suatu pengalaman seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita
dari temannya bagaimana temannya bersikap terhadap anak
pertamanya, bila sang ayah mempunyai hubungan dalam lingkungannya
harmonis, mudah bersolialisasi hal ini akn menciptakan respon yang
positif terhadap bayinya.
Riwayat kehamilan sebelumnya ; apabila pada kehamilan terdahulu
ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti abortus, plasenta
previa dll, akan membuat ayah/ ibu maupun keluarga sangat menjaga
dan melindungi bayi dengan sebaiknya.
b. Faktor eksternal
Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan ; pasangan suami
istri yang sangat menginginkan anak tentu saja akan merespon kelahiran
bayi dengan bangga dan bahagia. - Perhatian yang diterima selama
kehamilan, persalinan dan post partum ; perhatian dari suami dan
7
keluarga akan menciptakan perasaan kebahagian dan bangga akan peran
nya sebagai seorang ibu persalinan.
Sikap dan perilaku pengunjung ; pengunjung memberikan pujian dan
ucapan selamat dan melihatkan persaan bangga terhadap sibayi, hal ini
akan menumbuhkan perasaan bahagia akan kehadiran bayi.
8
yang lebih tua masih mendapatkan kasih sayang walaupun hadir adiknya
nanti.
Hal yang dapat dilakukan :
1. Informasikan kehamilan, dengan mempekenalkan kakaknya kepada bayi
didalam kandungan, libatkan dia dalam kehamilan seperti : mengantar ke
dokter, belanja baju bayi dan lain lain.
2. Perluas lingkup sosial anak pertama, Jujurlah soal perubahan fisik dan
mental seperti gampang lelah, disertai minta maaf karena tidak bisa
mengendongnya sesuka hati
3. Dihari-hari pertama kelahiran bayi bersikaplah sewajarnya seperti
biasanya dan libatkan ia dalam menyambu tamu dan tugas- tugas
ringan perawatan bayi.
4. Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kadang-
kadang para ayah menjadi cemburu terhadap hubungan antara ibu/
istrinya dengan anak-anak mereka sendiri, bayi adalah produk dari
hubungan mereka dan semestinya memperkaya hubungan itu. Meskipun
demikian kadang para ayah merasa ditinggalkan terutama bila ibu dan
bayi adalah pusat perhatian dalam keluarga, sehingga muncullah
perasaan “disingkirkan” pada diri sang ayah. Untuk mencegah
kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah dalam
merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan
hanya tugas seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkinterlibat
dalam proses mengasuh bayi seperti memberi makan, menganti popok,
menidurkan bayi dan lain lain.
9
2.4 Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas
Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas
dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau
bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu.
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang berada pada masa nifas menjadi sensitive terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing
baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lahir.
Tubuhnya mungkin pula tidak memberikan respon yang baik terhadap
obat-obatan yang asing baginya seperti preparat analgesk narkotik yang
diberikan pada persalinan.
Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “ 4th day
blues (kemurungan hari keempat)” sering terjadi dan banyak ibu baru
pertama kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak
satu kali, hanya karena masalah yang sepele. Sebagian ibu merasa tidak
berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya
menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang
menjadi ibu.
10
b. Periode Taking In
• Periode ini terjadi 1 – 2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
• Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat
• Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi.
• Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah, kurangnya nafsu makan menandakan tidak
berlangsung normal.
d. Periode Letting Go
• Periode ini sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga
• Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi
• Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini
11
2.5 Postpartum Blues
12
2.6 Depresi Postparum
13
b) Perasaan sedih
Rasa sedih ibu bersangkutan dengan rasa ketidakmampuan ibu dalam
merawat bayinya, perasaan tersebut dapat diekspresikan dengan
menangis dan murung.
c) Perasaan bersalah
Keadaan emosi ibu postpasrtum masih labil hal yang mempengaruhi
perasaan ini antara lain ibu merasa tidak cukup mampu m,erawat bayi
dengan baik, gagal dalam menyusui, bahkan karena melahirkan bayi tidak
sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan, sehingga ibu mudah
menyalahkan diri ketika tidak berbuat tepat seperti kegiatann yang
diharapkan.
14
atau anak merupakan tanda bahaya yang harus ditanggapi serius. Insiden
psikosis adalah 1-2 per 1000; dan kembali kambuh pada 50-75% kasus ini.
15
Kehilangan maternitas termasuk hal yang dialami oleh wanita yang
mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil atau yang tidak
mampu mempertahankan kehamilannya), yang mendapatkan bayinya
hidup, tapi kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan
congenital), dan kehilangan yang dibahas sebagai penyebab post partum
blues (kehilangan keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya
perhatian). Kehilangan lain yang penting, tapi sering dilupakan adalah
perubahan hubungan eksklusif antara suami dan istri menjadi kelompok tiga
orang, yaitu ayah, ibu, dan anak.
16
lingkungannya tanpa kehadiran orang yang disayanginya. Dalam tahap
ini, ia akan selalu terkenang dengan orang yang dicintai sehingga
kadang akan muncul perasaan marah, rasa bersalah,dan takut. Nyeri
karena kehilangan akan dirasakan secara menyeluruh, dalam realitas
yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari. Menangis adalah
salah satu pelepasan emosi yang umum. Selama masa ini,
kehidupan orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu
terus melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya
secara bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa depan.
17
mungkin akan membayangkan bahwa mereka lah penyebab masalah yang
mengerikan dan tidak diketahui tersebut. Saudara kandung perlu diyakinkan
kembali bahwa apapun yang terjadi bukan kesalahan mereka dan bahwa
mereka tetap penting, dicintai, dan dirawat.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ibu
terkadang mengalami sedikit perubahan perilaku. Wanita banyak
mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu. Kesejahteraan emosional ibu selama periode
pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian
makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan
kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia
untuk ibu. Masa nifas dibagai dalam 4 periode yaitu, Periode Taking On,
Periode Taking In, Periode Taking Hold , Periode Letting Go.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini , pembaca dan kita juga sebagai
calon bidan dapat mengambil manfaat dari topik dari makalah ini , karena
banyaknya ilmu pengetahuan yang sangat penting diketahui oleh pembaca.
Pembaca dapat mengembangkan dan menerapkan dinamika psikologi pada
wanita masa pasca persalinan (Nifas) baik dalam praktik klinik ataupun
kehidupan sehari-hari.
19
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, Aiyeyeh. Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info
Media
Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-
96).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
20