Anda di halaman 1dari 3

Rabu, 13 Mei 1998

Insiden di Universitas Trisakti


Enam Mahasiswa Tewas
Jakarta, Kompas

Enam mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, tewas


terkena peluru tajam yang ditembakkan aparat
keamanan sewaktu terjadi aksi keprihatinan ribuan
mahasiswa yang berlangsung di kampus Universitas
Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (12/5). Keenam
mahasiswa itu tertembak sewaktu berada di dalam
kampus oleh berondongan peluru yang diduga
Kompas/arb ditembakkan oleh aparat yang berada di jalan layang
Grogol (Grogol fly over). Puluhan mahasiswa lainnya
menderita luka-luka berat dan ringan.Nama para korban adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas
Arsitektur, angkatan 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, angkatan 96), Heri Heriyanto
(Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin, angkatan 95) luka tembak di punggung, Hendriawan
(Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, angkatan 96) luka tembak di pinggang, Vero (Fakultas
Ekonomi, angkatan 96), dan Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95) luka tembak di
kepala.
Menurut rencana, jenazah akan disemayamkan di gedung rektorat Universitas Trisakti
hari Rabu pukul 08.00 WIB ini, sementara tempat dan waktu pemakaman belum ditentukan.
Jumpa pers oleh Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin yang sedianya
akan dilangsungkan pukul 23.00 WIB di Markas Polda Metro Jaya, baru dimulai Rabu dinihari
pukul 01.30 WIB, dan hadir pula Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Hamami Nata, Kasdam Jaya
Brigjen TNI Sudi Silalahi, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Letkol (Inf) DJ
Nachrowi, dan Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Polda Metro Jaya Letkol (Pol) Edward
Aritonang. Hingga berita ini diturunkan pukul 02.30, jumpa pers masih berlangsung.

Dalam jumpa pers itu hadir Rektor Universitas


Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo yang
menegaskan, enam mahasiswa tewas dalam insiden
di Universitas Trisakti.
Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol) Hamami
Nata menyatakan kepada wartawan, kematian enam
mahasiswa itu masih diteliti, sambil menunggu hasil
visum et repertum. "Karena polisi hanya
menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong,
peluru karet, dan gas air mata."
Kompas/arb
Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti, Adi
Andojo Soetjipto SH dalam jumpa pers, Selasa malam, mengemukakan, Universitas Trisakti
akan mengajukan protes keras kepada pihak berwajib khususnya Kepala Kepolisian RI (Kapolri)
dan Menhankam/Pangab atas kejadian itu, dan akan melakukan konsultasi dengan Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kita sudah bilang aparat jangan represif, tapi kok seperti ini. Mahasiswa
saya ditembaki dengan peluru tajam, dan itu berlangsung di dalam kampus. Padahal seharusnya
ada prosedurnya. Kok ini tiba-tiba pakai peluru tajam, dan mereka (mahasiswa) sudah berada di
dalam kampus. Padahal mahasiswa tidak melawan, tidak melempar batu, dan tidak melakukan
kekerasan. Mahasiswa saya itu sudah berangsur-angsur pulang ke kampus," kata Adi.
Menurut Adi Andojo, ia ikut mengawasi sewaktu mahasiswa melakukan unjuk rasa
sampai di luar kampus. "Waktu itu mahasiswa hendak menuju ke DPR, tapi kemudian dihalang-
halangi pasukan keamanan yang awalnya selapis, kemudian datang berlapis-lapis. Tetapi saya
berhasil menahan mereka untuk berhenti di depan bekas kantor Wali Kota. Bahkan Kepala
Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Barat, Letkol (Pol) Timur Pradopo, mengakui dan
mengucapkan terima kasih atas ketertiban yang ditunjukkan mahasiswa. Jadi ini diakui sendiri
oleh Kapolres," katanya.
Selanjutnya, menurut Adi, pihak mahasiswa bersedia mundur bila pihak keamanan juga
mundur. "Akhirnya mahasiswa saya bubar dengan tertib dan mereka semua kembali ke kampus.
Bahkan saya merasa itu sudah selesai, sehingga saya pulang ke rumah," ujarnya.
Ternyata Adi kemudian mendapat laporan bahwa ada seorang mahasiswa yang tertembak
kepalanya. Tak lama kemudian ia memperoleh kabar bahwa empat mahasiswa Trisakti
meninggal dunia. "Saya telah melihat jenazah mereka dengan mata kepala saya sendiri," katanya.
Menurut Adi, bekas darah yang tercecer di dalam kampus menunjukkan bahwa para
mahasiswa itu jelas-jelas ditembak di dalam kampus. Di lokasi itu juga kaca-kaca pecah karena
tembakan. Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman, yang hadir di Kampus Universitas
Trisakti, Grogol, sekitar pukul 22.00 WIB, mengatakan, adanya mahasiswa yang tewas
merupakan bukti telah terjadinya serangan terhadap kemanusiaan. Keterangan yang sama juga
disampaikan Albert Hasibuan, anggota Komnas HAM.

Langkah pertama yang perlu dilakukan, kata Marzuki,


adalah menenangkan situasi dan mencari penjelasan
selengkapnya mengenai duduk perkara yang sebenar-
benarnya, yang langkah-langkahnya akan
didiskusikan dengan para pejabat universitas.

Sampai berita ini diturunkan, sekitar 200 mahasiswa


masih menunggu di sepanjang koridor RS Sumber
Waras, menjaga rekan-rekan mereka yang masih
dirawat di Unit Gawat Darurat, maupun menjaga
Kompas/js jenazah rekan mereka yang disemayamkan. Suasana
memilukan terlihat di sekitar kamar jenazah yang dipenuhi jerit dan isak tangis keluarga korban.
Keluarga korban meninggal terlihat sangat terpukul dan tidak mau dimintai keterangan.
Ketika Adi Andojo mulai menemui korban di ruang perawatan, keluarga korban yang sudah
tidak sabar langsung menyerbu masuk ruangan. Jeritan tangis haru pun tak tertahankan ketika
mereka melihat jenazah anak-anaknya. Keluarga korban sampai tengah malam masih menunggu
jenazah di sekitar kamar jenazah, mereka masih menunggu pengaturan selanjutnya.
Hampir terjadi insiden di kamar jenazah, ketika Komandan Polisi Militer Kodam Jaya
(Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Hendardji pukul 21.45 WIB datang ke kamar jenazah untuk
mencek mahasiswa yang tewas. Semula mahasiswa tidak memberikan izin, tetapi setelah dibujuk
dosen akhirnya mereka mengizinkan. Namun pencekan itu dilakukan secara tertutup.

Aksi damai
Aksi mahasiswa yang diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan para alumni
universitas swasta terpandang di Indonesia ini, dimulai sekitar pukul 11.00 WIB dan mengambil
tempat di halaman parkir. Beberapa putra pejabat tinggi kuliah di kampus itu, antara lain putra
Wakil Kapolri Letjen (Pol) Lutfi Dahlan.

Aksi yang sedianya akan mendengar orasi dari Jenderal


Besar AH Nasution (yang tidak jadi datang) ini kemudian
diisi dengan berbagai orasi dari para guru besar, dosen,
dan mahasiswa dalam berbagai bentuk.

Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta aksi keluar dari


kampus menuju ke Jalan S Parman, Grogol (yang persis
berada di depan kampus) dan hendak menuju gedung
MPR/DPR Senayan. Di barisan paling depan terdiri dari
para mahasiswi yang membawa mawar dan membagi-
bagikan mawar tersebut kepada aparat kepolisian.
Beberapa di antaranya nampak mencium para petugas yang menerima mawar tersebut.

Puluhan petugas yang sejak pagi telah berjaga-jaga di depan kampus nampaknya tidak bisa
membendung mahasiswa. Para petugas kemudian mundur perlahan-lahan. Pukul 13.00 WIB
antara pimpinan mahasiswa, para alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo SH dan
petugas keamanan yang diwakili oleh Komandan Kodim (Dandim) Jakarta Barat Letkol (Inf) A
Amril, sepakat bahwa aksi damai ini hanya bisa bergerak sampai di depan Kantor Wali Kota
Jakarta Barat yang berada sekitar 300 meter dari pintu utama kampus Trisakti.
Atas kesepakatan yang dicapai dengan aparat keamanan tersebut, melalui sebuah
pengeras suara Adi Andojo segera mengumumkan kepada mahasiswa bahwa mahasiswa tidak
boleh melanjutkan perjalanannya. "Saya minta kalian berjanji bahwa di tempat ini tidak ada aksi
kekerasan, tidak ada tindakan perusakan atau membuat keributan," kata Adi Andojo yang
disambut tepuk tangan para mahasiswa yang juga kemudian berjanji tidak akan melakukan hal
itu. Hal yang sama juga dilakukan Pembantu Rektor III Trisakti I Komang Suka Arsana yang
disambut baik oleh para mahasiswa.
Atas kesepakatan tersebut, mahasiswa kemudian menggelar mimbar bebas yang pada
intinya menuntut pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan
hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR. Para petugas keamanan
gabungan (sekitar 500 orang) dari berbagai kesatuan yang bersenjata lengkap nampak hanya
berjaga-jaga di bagian depan (di depan Kantor Kejaksaan samping kantor Wali Kota), di bagian
samping (pagar pembatas Jl S Parman dan jalan tol) dan pada bagian belakang (di bawah Grogol
Fly Over).
Hingga sekitar pukul 17.00 WIB aksi damai universitas ini berjalan tenang tanpa
ketegangan antara mahasiswa dan aparat keamanan. Sesekali nampak para mahasiswa bercanda
dengan aparat keamanan, bahkan di antara para mahasiswa nampak membagi-bagikan botol-
botol minuman kemasan, permen dan bunga mawar kepada petugas. Situasi nampak santai tanpa
ada ketegangan. Puluhan mahasiswa nampak berpotret dengan petugas keamanan yang
membentuk barikade.
Pada jam yang sama juga antara pimpinan mahasiswa dan petugas keamanan yang
diwakili Dandim Jakarta Barat dan Kapolres Jakarta Barat disepakati untuk menyudahi aksi ini
dan aparat meminta agar mahasiswa kembali ke dalam kampus. Atas kesepakatan yang dicapai
ini pimpinan mahasiswa segera mengumumkan kepada mahasiswa yang kemudian secara
perlahan hendak masuk ke dalam kampus.
Namun karena jumlah mahasiswa yang begitu banyak, sementara pintu masuk yang
tersedia sangat kecil, rombongan mahasiswa kelihatan berjalan begitu lambat. Sekitar 70 persen
dari peserta aksi ini sudah berhasil masuk ke dalam kampus. Proses masuk kampus ini juga
nampaknya berjalan damai tanpa ada kekerasan.
Tiba-tiba dari arah belakang mahasiswa (yang masih berada di depan kantor Wali Kota)
terdengar letusan senjata para petugas. Mahasiswa yang bingung atas keadaan tersebut lari
tunggang langgang ke dalam kampus. Puluhan lainnya yang karena kaget atas letusan tembakan
tersebut nampak berupaya menyelamatkan diri dengan melompat pagar jalan tol.
Beberapa mahasiswa yang tidak sempat lari dipukuli petugas. Bahkan salah seorang
kameraman TV Yasushi Takahashi mengalami luka memar terkena pukulan petugas.
Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, dari dalam kampus kemudian melempari
para petugas. Pelemparan ini kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air
mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
Di dalam kampus sendiri suasana menjadi mencekam karena terjadi keributan mahasiswa
yang berupaya lari menyelamatkan diri di dalam gedung-gedung yang ada. Sebagian lain
berupaya menolong teman-temannya yang mengalami luka-luka terkena tembakan dan lemparan
batu dari petugas. Tangis pilu dan teriakan kemarahan mahasiswa terdengar di mana-mana.
Mahasiswa yang mengalami luka-luka terkena tembakan di antaranya Ketua Senat
Mahasiswa Universitas Trisakti (SMUT) Hendra, Rico (Fak. Ekonomi-FE), Agus Rerwanti (Tek.
Sipil), Ari Pramono (Sipil), Ason (Fakultas Teknik Industri-FTI), Yonatan Hendrik (Teknik
Lingkungan), Ufur (Fak Ekonomi Akuntan), Hendrawan (FE), Ade Rizka Lubis (FE), Eko, Otty
(Fak Teknik Lingkungan), Poltak Silalahi (Fakultas Hukum), Yose Noviardi (FE), Alfan (FE),
Riga (Ketua Himpunan Mahasiswa), Boy Harry Budiman, Disyon (FTI), Boy (Fakultas Seni
Rupa dan Desain), Alfis (FE), Mico (Fakultas Hukum), dan Kardianti (FE).

Seruan nasional
Segera setelah insiden berdarah itu, keluarga besar Universitas Indonesia dalam
pernyataannya Selasa malam menyatakan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas korban yang
gugur tersebut. "(Kami) mengutuk sekeras-kerasnya tindakan yang telah dilakukan terhadap para
korban dan menuntut pertanggungjawaban yang jelas dan tuntas," tekan pernyataan itu.
"Menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, mulai hari ini (Rabu) menggunakan pita
hitam di lengan kiri sebagai tanda berkabung nasional dan sebagai lambang dari perjuangan
reformasi dan suksesi kepemimpinan nasional, sampai perjuangan ini tuntas mencapai hasilnya,"
tutur mereka. Mereka juga menuntut segera dilaksanakannya sidang istimewa MPR sebagai
wujud nyata upaya merealisasikan reformasi dan suksesi kepemimpinan nasional.
Sementara itu keluarga korban Hafidi Alifidin di Jl Sirna Galih No 5, Padasuka, Cicadas,
Bandung, dikabarkan telah melakukan berbagai persiapan untuk menunggu kedatangan jenazah.
Menurut pihak keluarga, Hafidi akan dimakamkan di Bandung. (ama/myr/gg/vik/iie/ssd/msh/
uu/bb/bdm/cc/lom/bw/oki/boy/rh)
***

Anda mungkin juga menyukai