Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT KEPERAWATAN JIWA

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasarmanusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya. Kesehatan daan kesejahteraan sesuai
dengan kondisikesehatannya. Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjanah, 2014).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat
diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).

B. Tanda dan Gejala


a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian, meggunakan
alat tambahan, emngguakan kancig tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos
kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskkan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, meggunakan alat tambahan,
mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan,
mencerna makanan menurut cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil (Mukhripah & Iskandar, 2012:149-150).

C. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), Penyebab kurang perawatan diri adalah :

a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran.
Sedangkan Menurut Depkes (2012), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor Presdiposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiw dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah
& Iskandar, 2012:147 - 148).
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri (Mukhripah & Iskandar, 2012: 148).
Menurut Depkes (2012) didalam buku (Mukhripah & Iskandar, 2012:148)
faktor – faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah :
a. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

D. Jenis
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/ beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
d. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri (Nurjannah, 2014:79).
E. Pohon Masalah

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial

Gambar 2 : Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri

F. Psikopatologi
Banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan
perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis,
psikologis, sosial budaya.Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab- sebab gangguan
jiwa adalah kompleks.Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor
dan biasanya jarang berdiri sendiri. Melalui psikodinamika, akan dikaitkan beberapa
faktor baik internal maupun eksternal individu dengan menggunakan model stress
adaptasi Struart & Laraia, sedangkan psikopatologi pada defisit perawatan diri terdapat
pada konteks penilaian terhadap stressor sebagai tanda dan gejalanya (Stuart & Laraia,
2015).

G. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

H. Intervensi Keperawatan
Defisit Klien Keluarga
Perawatan SP I : SP I :
Diri 1. Menjelasan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah
menjaga kebersihan diri. yang dirasakan keluarga
2. Menjelaskan alat-alat untuk dalam merawat klien.
menjaga kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian,
3. Menjelaskan cara-cara tanda dan gejala defisit
melakukan kebersihan diri perawatan diri , dan jenis
4. Melatih klien defisit perawatan diri
mempraktekkan cara yang dialami klien
menjaga kebersihan diri beserta proses terjadinya.
5. Membimbing klien 3. Menjelaskan cara-cara
memasukkan dalam jadwal merawat klien defisit
kegiatan harian. perawatan diri.
SP II : SP II

1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga


latihan sebelumnya. mempraktekkan cara
2. Melatih klien merawat klien dengan
berdandan/berhias defisit perawatan diri
Untuk klien laki-laki 2. Melatih keluarga
latihan meliputi : melakukan cara merawat
a. Berpakaian langsung kepada klien
b. Menyisir rambut defisit perawatan diri
c. Bercukur
Untuk klien wanita,
latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Membimbing klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP III : SP III :

1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga


latihan sebelumnya. membuat jadwal aktivitas
2. Melatih klien makan secara di rumah termasuk
mandiri merawat diri
a. Menjelaskan cara 2. Menjelaskan follow up
mempersiapkan makan klien setelah pulang
b. Menjelaskan cara
makan yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik
3. Membimbing klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV :

1. Memvalidasi masalah dan


latihan sebelumnya.
2. Mengajarkan klien
melakukan BAB/BAK
secara mandiri
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB dan BAK
3. Membimbing klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diazepam, bromozepam, dan clobobam
2. Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian
1) BHSP
2) Jangan menacing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
5) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
di alaminya.
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau aktivitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalh sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain
c. Terapi musik
Denagan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.

Anda mungkin juga menyukai