Anda di halaman 1dari 6

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.

1, Juni 2005

Manajemen Pengetahuan
Perspektif Pustakawan

A. Ridwan Siregar
Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi
Universitas Sumatera Utara

Abstract

Knowledge management as a concept is a new challenge for information professions and librarians.
This paper attempts to explore the knowledge management phenomenon, its real meaning, its
relationship to other disciplines, the information professions and librarians’ perception toward it, and
the possibility to implement its concept in higher education libraries working environment. It is also
identified various types of knowledge originally created in higher education institutions in Indonesia
both in form of individual and institutional works.

Keywords: Knowledge Management, Information Management, Higher Education Libraries

Pendahuluan pada organisasi nirlaba seperti institusi


pemerintah dan organisasi badan hukum lainnya.
Manajemen Pengetahuan (MP) dalam beberapa Di lingkungan perpustakaan, MP dipersepsikan
tahun terakhir ini menjadi suatu isu hangat bagi mampu meningkatkan peran pustakawan secara
para profesional informasi dan perpustakaan. substansial untuk mendukung program institusi
Banyak praktisi dari berbagai disiplin bersekutu induknya.
dalam merangkul disiplin baru ini (Srikantaiah,
2000:1). Tingkat ketertarikan, pandangan, dan Perkembangan teknologi informasi khususnya
interpretasi mereka tentang MP tergantung pada Internet yang telah menjadi bagian integral dari
lingkungannya yang mereka refleksikan dalam kehidupan sehari-hari, membuat perilaku
berbagai literatur. MP didefinisikan sesuai masyarakat pencari informasi mengalami banyak
dengan kebutuhan masing-masing. Shouton and perubahan dan penyesuaian (Leng, 2004).
Todd (2001) menyatakan bahwa definisi MP Sumber daya elektronik yang tersedia melalui
masih terbuka dan adakalanya sangat Internet menjadi sasaran pertama bagi para
problematis. Bahkan sejumlah penulis pencari informasi. Perpustakaan, yang secara
memandang bahwa MP masih merupakan suatu tradisional merupakan penyedia utama sumber
bidang yang sulit untuk diimplementasikan, yang daya informasi, dihadapkan pada tantangan baru
masih memerlukan eksplorasi dan pengembangan untuk menyediakan informasi yang relevan dan
yang signifikan. tepat waktu serta berasal dari banyak sumber.
Dengan kata lain, perpustakaan ditantang untuk
Konsep MP berasal dan berkembang di dunia menyediakan seluruh spektrum informasi, tidak
bisnis. Sebagai suatu konsep, MP diterapkan hanya terbatas pada pengetahuan eksplisit seperti
dengan tujuan untuk meningkatkan dan yang telah dilakukannya selama ini. Pustakawan
memperbaiki pengoperasian perusahaan dalam perlu mengeksplorasi konsep MP untuk
rangka meraih keuntungan kompetitif dan diterapkan di lingkungan kerja perpustakaan
meningkatkan laba. MP digunakan untuk untuk memenuhi tantangan baru tersebut.
memperbaiki komunikasi di antara manajemen
puncak dan di antara para pekerja untuk Tulisan ini mencoba mengeksplorasi fenomena
memperbaiki proses kerja, menanamkan budaya MP, apa sesungguhnya MP tersebut, apa
berbagi pengetahuan, dan untuk mempromosikan kaitannya dengan disiplin lain, bagaimana
dan mengimplementasikan sistem penghargaan persepsi pustakawan tentang MP, dan bagaimana
berbasis kinerja (Teng and Hawamdeh, 2002). kemungkinan konsep MP diimplementasikan di
MP kemudian juga dikembangkan dan diterapkan lingkungan kerja perpustakaan. Sesuai dengan

Halaman 1
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.1, Juni 2005

latar belakang profesi penulis yang bekerja di Pengertian Manajemen Pengetahuan


bidang pendidikan tinggi, maka contoh muatan
MP yang disajikan adalah dalam bidang Tema utama sejumlah penulis dalam berbagai
manajemen informasi dan pengetahuan di bidang literatur tentang MP adalah perihal kekaburan
akademik. konsep manajemen informasi (MI) dan MP.
Sejumlah profesional informasi dan perpustakaan
Konsepsi Informasi dan Pengetahuan yang disurvai oleh Shouton and Todd (2001),
menganggap bahwa MP sederhana adalah ”MI
Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang dengan jubah baru” atau ”perluasan MI” atau
fenomena MP dan peran perpustakaan dalam ”MI yang diberi label menggairahkan”.
mengakomodasi tantangan baru berkaitan dengan Pustakawan masih percaya bahwa MP adalah
MP, kiranya perlu dilakukan terlebih dahulu pengelolaan informasi dan pengetahuan eksplisit
klarifikasi tentang apa sesungguhnya MP atau terdokumentasi yang telah mereka lakukan
tersebut. Di dalam berbagai literatur, terutama sejak dulu (Koina, 2004). Chun (1995)
pada awal berkembangnya pemanfaatan Internet mengatakan bahwa MI konsentrasi pada
pada tahun 1990-an, yang menjadi pendorong informasi formal, terstruktur, data internal,
utama berkembangnya penerapan MP, banyak meninggalkan informasi informal, tidak
diperdebatkan tentang definisi MP. Seperti telah terstruktur, dan eksternal yang dibutuhkan oleh
disebutkan sebelumnya, hingga saat ini definisi banyak para pengambil keputusan.
MP masih beragam di antara para penulis.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh sulitnya Shouton and Todd (2001) lebih lanjut
untuk membedakan secara tegas antara informasi mengatakan bahwa terdapat perbedaan
dan pengetahuan. karakteristik di antara keduanya. MI
digambarkan sebagai istilah yang bersifat teknis
Informasi adalah pengetahuan yang disajikan dan berorientasi pada pelayanan seperti:
kepada seseorang dalam bentuk yang dapat pengorganisasian informasi, proses dan sistem,
dipahami, atau data yang telah diproses atau akses terhadap informasi dan penyediaan
ditata untuk menyajikan fakta yang mengandung informasi, serta temu-balik – suatu prakarsa yang
arti (Collin, 1987). Sedangkan pengetahuan dilakukan oleh organisasi. Sebaliknya, MP
berasal dari informasi yang relevan yang diserap digambarkan sebagai istilah yang memiliki
dan dipadukan dalam pikiran seseorang. Dengan karakteristik yang berpusat pada manusia:
kata lain, pengetahuan berkaitan dengan apa yang berbagi pengetahuan, pemahaman, modal
diketahui dan dipahami oleh seseorang. Informasi intelektual, interaksi, enabling people, dan
cenderung nyata, sedangkan pengetahuan adalah penggunaan – suatu prakarsa yang menyangkut
informasi yang diinterpretasikan dan manusia di dalam organisasi.
diintegrasikan (Koina, 2004).
Di sisi lain, banyak penulis yang menyarankan
Pengetahuan adakalanya dikategorikan sebagai agar pemisahan menyeluruh antara MI dan MP
terstruktur, tidak terstruktur, eksplisit atau harus dihindarkan. Mereka mengatakan bahwa
implisit (Kim, 2000). Jika pengetahuan MI yang efektif adalah penting bagi MP.
diorganisasikan dan mudah didiseminasikan Penekanan pada nilai pengetahuan tacit sebagai
disebut pengetahuan terstruktur. Pengetahuan upaya besar yang tidak sukses dilakukan sejak
yang tidak terstruktur dan dipahami, tetapi tidak 1980-an oleh mereka yang bergerak di bidang
dengan jelas dinyatakan adalah pengetahuan Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar untuk
implisit. Pengetahuan implisit juga disebut tacit mengkodifikasi pengalaman dan keahlian
(dipahami tanpa dikatakan), yaitu keahlian dan pekerja. Persoalannya adalah bagaimana
pengalaman pekerja yang belum keahlian, pengalaman dan persepsi seseorang
didokumentasikan secara formal (Laudon and dapat ditransformasikan ke dalam pengetahuan
Laudon, 2002:373). Untuk mengkonversi yang dapat dibagi kepada orang lain untuk
pengetahuan implisit ke dalam pengetahuan kepentingan organisasi. Sejumlah penulis juga
eksplisit, pengetahuan tersebut harus diekstraksi sependapat bahwa pengetahuan tacit adalah
dan diformat. sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk
diakses, dan mengelola pengetahuan

Halaman 2
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.1, Juni 2005

sesungguhnya adalah mengelola pengetahuan pengetahuan eksplisit, yang diinternalisasikan


eksplisit. dalam dokumen dan tempat penyimpanan data.
Konsep dan aktivitas MR melengkapi dan
Walaupun definisi MP sangat beragam, tetapi mempromosikan MP. Dengan melakukan
pada umumnya menekankan pada pembedaannya pengawasan sistematis terhadap siklus hidup
dari manajemen informasi (Shouton and Todd, informasi terekam, MR membuka jalan bagi MP.
2001). Definisi yang dibuat oleh Garner Group Prakarsa MP yang berhasil, merupakan
(Koina, 2004), dapat dijadikan sebagai panduan persyaratan dan memperkokoh kepentingan
dasar. MP didefinisikan sebagai suatu disiplin strategis dan operasional kebijakan dan prosedur
yang mempromosikan suatu pendekatan MR yang efektif (Saffady, 2004:21).
terintegrasi terhadap pengidentifikasian,
pengelolaan dan pendistribusian semua aset Persepsi Pustakawan Terhadap Manajemen
informasi suatu organisasi. Selanjutnya Pengetahuan
disebutkan bahwa informasi yang dimaksud
meliputi database, dokumen, kebijakan dan Penelitian yang dilakukan oleh McManus dan
prosedur dan juga keahlian dan pengalaman yang Loughridge (2002) terhadap sejumlah profesional
sebelumnya tidak terartikulasi yang terdapat pada informasi senior yang bekerja di lingkungan
pekerja perorangan. Saffady (2004:21) akademik di Inggris, mengungkapkan antara lain:
menyebutkan bahwa prakarsa MP menekankan MP adalah terminologi yang digunakan secara
pada nilai modal intelektual suatu organisasi longgar sehingga kita harus mendefinisikannya
termasuk: temuan baru, paten, rahasia dagang, untuk apa kita inginkan; MP adalah suatu proses
formulasi produk, kecerdasan pelanggan, dan perubahan organisasional yang berkaitan dengan
proses bisnis yang mapan. MP berkaitan dengan pengetahuan yang selama ini tidak tercakup di
pengetahuan eksplisit, yang dikodifikasi dalam dalam organisasi termasuk pemerolehan,
dokumen dan database, dan pengetahuan implisit, transformasi, dan pendistribusiannya; dan MP
yang berwujud dalam pendidikan dan perlu dihubungkan dengan MI karena MP yang
keterampilan pekerja. mencakup pengetahuan tacit tidak dapat dikelola
tanpa MI.
Laudon and Laudon (2002:372-3) menyatakan
bahwa MP berfungsi meningkatkan kemampuan Southon and Todd (2001) yang melakukan
organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan penelitian terhadap profesional informasi dan
menggabungkan pengetahuan ke dalam proses perpustakaan di Australia menemukan antara
bisnis. MP adalah serangkaian proses yang lain: MP adalah penamaan ulang MI; MP
dikembangkan di dalam suatu organisasi untuk merupakan program yang luas, di mana MI hanya
menciptakan, mengumpulkan, memelihara dan merupakan salah satu bagiannya; MP adalah
mendiseminasikan pengetahuan organisasi suatu fenomena yang miskin definisi dan
tersebut. Teknologi informasi memainkan problematis. Selanjutnya MP dipersepsikan oleh
peranan penting dalam MP sebagai pemungkin responden sebagai suatu isu yang kompleks dan
proses bisnis yang bertujuan untuk menciptakan, sulit, termasuk antara lain bahwa: MP berkaitan
menyimpan, memelihara dan mendiseminasikan dengan pengalaman organisasional dan
pengetahuan. Perusahaan tidak dapat mengambil pengetahuan tentang pelanggan, pasar dan proses,
manfaat dari sumber daya pengetahuan jika dan koordinasi organisasional; MP berbasis pada
organisasi tersebut memiliki proses yang tidak manusia dan hubungan, pertukaran pemahaman,
efisien dalam pemerolehan dan pendistribusian dan suatu budaya berbagi pengetahuan; adanya
pengetahuan atau jika organisasi tersebut gagal perhatian terhadap nilai pengetahuan bagi
mengapresiasi nilai pengetahuan yang pengguna dan organisasi secara luas; MP
dimilikinya. menyangkut pemrosesan informasi yang lebih
canggih; dan dalam MP teknologi memainkan
MP juga memiliki hubungan erat dengan peranan yang penting tetapi problematis.
manajemen rekod (MR). Dari perspektif MP,
informasi terekam adalah suatu perwujudan Dalam lingkungan akademik, Stoffle (1996)
penting modal intelektual suatu organisasi. menyatakan bahwa MP harus dilihat sebagai
Informasi terekam adalah manifestasi utama fungsi utama perpustakaan perguruan tinggi (PT).

Halaman 3
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.1, Juni 2005

Dalam komunikasi ilmiah dan proses perpustakaan yang telah mengembangkan


penyampaian informasi harus diberi nilai tambah perpustakaan elektronik selama ini, yang
dengan mengorganisasikan pengetahuan yang diperlukan adalah mengintegrasikan konsep MP
diciptakan dan dikemas di luar perpustakaan. Jika dalam hal pemerolehan, pengorganisasian,
di lingkungan bisnis, MP berfungsi sebagai suatu pemeliharaan, dan pendistribusian pengetahuan
upaya untuk mengubah budaya korporasi atau termasuk pengetahuan informal, tidak terstruktur,
organisasi; maka di lingkungan PT, MP dan eksternal yang menyangkut lembaga
dipandang sebagai cara efektif dalam induknya. Perpustakaan yang belum memiliki
pengorganisasian dan penyediaan informasi dan perpustakaan elektronik harus mulai
pengetahuan bagi para sivitas akademika. mengembangkannya kalau masih tetap ingin
dipandang sebagai penyedia informasi dan
Dengan mempublikasikan pengetahuan yang pengetahuan yang utama.
diciptakan di lingkungan PT secara elektronik,
yang selama ini tergolong ”kelabu”, perpustakaan Untuk itu, berbagai perangkat pendukung yang
dapat memberikan nilai tambah bagi PT diperlukan harus dipersiapkan termasuk
induknya. Perpustakaan harus dijadikan sebagai organisasi dan kebijakan yang harus ditetapkan
penerbit pengetahuan bagi masyarakat akademik. pada tingkat institusi induk perpustakaan. Di
Marshal (1997) menyebutkan bahwa pustakawan dalam organisasi perpustakaan harus terdapat
adalah fasilitator utama dalam berbagi satu bagian atau satu tim yang menangani
pengetahuan, dengan menciptakan budaya dan pengorganisasian dan penyediaan pelayanan MP.
memelihara infrastruktur yang diperlukan untuk Bagian atau tim ini sebaiknya diintegrasikan
pengoperasian MP. Pustakawan harus berperan dengan pelayanan perpustakaan elektronik
secara substansial sebagai bagian integral proses dengan cakupan muatan yang lebih luas tidak
pendidikan dan penelitian yang menjadi program hanya terbatas pada proses pendigitalisasian
utama PT induknya. dokumen cetak yang diterima oleh perpustakaan.
Dengan suatu kebijakan organisasi induk,
Penerapan Manajemen Pengetahuan pada sejumlah naskah elektronik dari berbagai jenis
Perpustakaan dokumen, yang selama ini tergolong kelabu,
dapat mengalir ke perpustakaan dan dapat segera
Terlepas dari beragamnya definisi tentang MP, dimuat pada situs web seperti yang telah
pustakawan harus mampu mengambil manfaat dilakukan oleh sejumlah perpustakaan selama ini.
dari konsep MP dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja perpustakaan. MP dapat Selain itu, perpustakaan harus aktif
dijadikan sebagai pemicu agar pustakawan lebih mengidentifikasi berbagai pengetahuan yang
inovatif dan kreatif dalam menyiasati cakupan diciptakan di lingkungannya baik yang
muatan elektronik yang harus dicakup dalam merupakan karya perorangan/kelompok maupun
konsep perpustakaan elektronik yang telah karya institusional. Di lingkungan PT, karya
dikembangkannya selama ini. Masih banyak perorangan/kelompok termasuk antara lain:
muatan pengetahuan eksplisit yang belum disertasi dan tesis; pidato pengukuhan guru
tersedia dalam bentuk elektronik yang besar; makalah, baik yang dipresentasikan dalam
sesungguhnya dibutuhkan oleh para pengguna suatu pertemuan ilmiah maupun yang ditulis
perpustakaan. Pustakawan juga harus berupaya untuk didokumentasikan di perpustakaan;
mengidentifikasi pengetahuan implisit dan handout kuliah; artikel jurnal yang diterbitkan di
mengembangkan sistem yang diperlukan untuk lingkungan PT sendiri; laporan penelitian;
menanganinya. Walaupun hal yang disebutkan laporan pengabdian kepada masyarakat; artikel
terakhir bukan pekerjaan yang mudah, tetapi surat kabar, buletin dan laporan berkala internal;
prakarsa ke arah itu harus ditumbuhkan dan monograf atau buku karya dosen; dan proposal
sedapat mungkin diimplementasikan. penelitian.

Seperti telah disebutkan di atas, MP di Karya institusional termasuk antara lain:


lingkungan perpustakaan dapat dikembangkan anggaran dasar, anggaran rumah tangga atau
dan diimplementasikan sebagai perluasan statuta PT; kebijakan umum penyelenggaraan PT;
prakarsa perpustakaan elektronik. Bagi kebijakan akademik; rencana strategis; rencana

Halaman 4
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.1, Juni 2005

operasional; rencana tahunan dan anggaran; melampaui apa yang telah mereka lakukan
peraturan perilaku dosen dan mahasiswa; selama ini. Walaupun masih banyak masalah di
kebijakan dan standar mutu pendidikan dan sekitar MP, tetapi konsep yang ditawarkannya
organisasi; profil PT dan unit-unit akademik dan dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi
non-akademik; sejarah dan kronologi peristiwa pustakawan untuk lebih berperan secara
penting PT; kurikulum dan silabus; garis-garis substansial dalam menyediakan seluruh spektrum
besar program pengajaran dan satuan acara pelayanan informasi dan pengetahuan bagi
perkuliahan; notulen rapat Senat Akademik; pengguna perpustakaan. Pustakawan harus segera
laporan tahunan; laporan audit akademik dan mengambil prakarsa untuk mengeksplorasi
keuangan; peraturan akademik dan non- potensi informasi dan pengetahuan yang terdapat
akademik; prospektus; panduan program; di lingkungannya masing-masing dan
dokumen yang menyangkut kepegawaian; modul mengembangkan sistem untuk penanganannya,
kuliah; profil kepakaran; dan berbagai jenis termasuk penyiapan sumber daya manusia,
panduan. Selain karya internal yang disebutkan di organisasi, infrastruktur teknologi informasi, dan
atas, muatan yang harus dicakup juga termasuk infrastruktur hukum yang diperlukan untuk itu.
karya eksternal yang menyangkut aktivitas
institusi seperti peraturan perundang-undangan Rujukan
baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun
daerah. Chun, Wei Choo (1995). ”Information
management for the intelligent
Di lingkungan dunia akademik, banyak institusi organization: Roles and implication for the
pendidikan tinggi yang melakukan transformasi information professions. In Information
dalam berbagai aspek termasuk transformasi management for the intelligent
organisasi sebagai respons terhadap organization. Information Technology
perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Di Today.
bidang organisasi misalnya, banyak PT yang Collin, S. M. H. (1987). Dictionary of
menggabungkan organisasi perpustakaan dan information technology. Teddington: Peter
pusat sistem informasi seperti yang sedang Collin Publishing.
dikembangkan di Universitas Sumatera Utara Kim, Seonghee (2000). “The roles of knowledge
saat ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan professionals for knowledge management”.
koordinasi yang berkaitan dengan penyediaan INSPEL, 34.
sumber daya informasi dan pengetahuan baik Koina, Cathie (2004). ”Librarians are the
akademik maupun administratif bagi sivitas ultimate knowledge managers?”
akademika. Di beberapa PT kedua unit tersebut <http://www.alia.org.au/publishing/alj/52.3
tidak digabungkan, tetapi pimpinan perpustakaan /full.text/koina.html>. (06/05/2005).
diangkat sebagai koordinator dengan kedudukan Laudon, Kenneth C. and Jane P. Laudon (2002).
setara dengan wakil rektor seperti yang dilakukan Management information systems:
oleh UCLA di Amerika Serikat. Contoh PT yang Managing the digital firm, 7th ed. New
menggabungkan keduanya adalah UWA di Jersey: Prentice-Hall.
Inggris, dengan label baru pelayanan informasi di McManus, Damien and Brendan Loughridge
mana pustakawan universitas dan pimpinan pusat (2002). ”Corporate information,
teknologi informasi ditunjuk masing-masing institutional culture and knowledge
sebagai direktur dan wakil direktur. management: a UK university library
perspective”. New Library World; 103, 9.
Kesimpulan Shaffady, William (2004). Records and
Information Management: Fundamentals of
MP menyajikan suatu perubahan yang berfokus Professional Practice. Lenexa: ARMA
pada pengembangan dan penggunaan International.
pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan Shouton, Gray and Ross Todd (2004). ”Library
efisiensi dan efektivitas suatu organisasi. MP and information professionals and
menawarkan suatu peluang bagi profesional knowledge management: conceptions,
informasi dan perpustakaan untuk menjadikan challenges and conflicts”.
diri mereka relevan terhadap organisasi induknya <http://www.alia.org.au/publishing/alj/50.3

Halaman 5
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.1, Juni 2005

/full.text/conceptions.challenges.html>.
(03/05/2005).
Srikantaiah, T. Kanti (2000). ”An introduction to
knowledge management”. In Knowledge
Management: For the information
professional. New Jersey: Information
Today.
Stoffle, Carla J. (1966). ”The emergence of
education and knowledge management as
major functions of the digital library”.
Follet Lecture Series, UKOLN.
Teng, Sharon and Suliman Hawamdeh (2002).
”Knowledge management in public
libraries”. Aslib Proceedings; 54: 3.

Halaman 6

Anda mungkin juga menyukai