Anda di halaman 1dari 5

Pijat Terapeutik Sebagai Evidance Based Practice Pada Pasien Kanker

Untuk Mengurangi Distress

Disusun Oleh :

Tri Candraca Firman (04021381720009)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

Pijat Terapeutik Sebagai Evidence Based Practice Pada Pasien Kanker


Untuk Mengurangi Distress
Judul Pijat terapeutik sebagai evidence based practice pada pasien kanker
untuk mengurangi distress
Jurnal Ners Jurnal Keperawatan
Volume dan Volume 11 dan Halaman 79-86
halaman
Tahun 2015
Penulis Rika Fatmadona
Reviewer Tri Candraca Firman(0421381720009)
Tanggal 12 April 2018

Tujuan Memaparkan aplikasi pijat terapeutik untuk mengurangi distress


Penelitian sebagai suatu Evidence Based Nursing (EBN).
Subjek Pasien di ruang rawat inap Teratai RS Kanker Dharmais
Penelitian
Inklusi
1. Pasien kanker dengan skor ESAS sedang (4-6) dan berat ( > 7),
dirawat selama 2 minggu intervensi
2. Kesadaran compos mentis, mampu berkomunikasi dengan baik;
pasien kondisi stabil, TTV normal
3. Tidak dyspnea
4. Pasien tidak mengalami luka terbuka
5. Tumor
6. Tidak udem dan nyeri pada area pemijatan (kepala, bahu, leher,
wajah)
7. Pasien bersedia mengikuti intervensi dan mengisi informed
consent
8. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik

Ekslusi
1. Skor ESAS pasien ringan ( < 3) atau tidak ada masalah
2. Pasien dengan diagnosa KNF atau tumor area kepala, pasien
dalam kondisi penurunan kesadaran, kritis (KU jelek) dan
terpasang monitor
Metode Metode case study
Penelitian
Definisi Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Terapi Pijat.
Operasional Pengertian Terapi pijat menurut Vickers dan Zollman (1999)
Variabel sebagai "manipulasi lembut jaringan tubuh untuk membawa
Dependen perbaikan umum dalam kesehatan".
Pijat telah digunakan sejak berabad-abad lalu sebagai pengobatan
medis tradisional dari banyak Kebudayaan kuno seperti Cina, Mesir,
Yunani , Hindu, Jepang dan Roma. Terapi pijat modern
dikembangkan oleh Henrik Ling , Swedia (1776- 1839) dalam
latihan dan gerakan-gerakan tertentu (Holey dan Cook, 2003). Pijat
kemudian diklasifikasikan sebagai terapi berbasis sentuhan yang
secara tradisional menggunakan berbagai teknik tekanan (stroke)
termasuk effleurage petrissage dan remasan (kneading) (Sherman
et al, 2006)
Pijatan yang bermakna bagi kesejahteraan atau kesembuhan pasien
disebut juga dengan pijat terapeutik (Cavaye, 2012). Pada pasien
kanker, menurut Walters (2010), pijatan sebaiknya jangan dilakukan
pada area kanker, dikarenakan beberapa studi menunjukkan sel
epitel payudara dapat berpindah ke nodus limfe akibat pijatan.
Untuk
itu, penekanan langsung pada lokasi tumor sebaiknya dihindarkan.
Aspek kenyamanan pasien harus diperhatikan oleh terapis dalam
pemberian pijat. Pemberian pijat dapat dilakukan pada saat pasien
menjalani tahapan/stadium penyakit kanker apa saja, selagi ia
didapati distres. Pijatan selama sesi kemoterapi dilaporkan oleh
Billhult, Victorin & Bergbom (2007) memberikan rasa nyaman,
mengurangi rasa tidak mudah, tidak ingin, perasaan negatif
sehubungan dengan pengobatan kemoterapi.
Cara & Alat Cara mengukur variable dependen :
Mengukur Terapi pijat, terdiri dari sesi 20 menit pijat bahu, leher, kepala dan
Variabel wajah, atau (b) pengobatan standar. Dari semua efek terapi pijat
Dependen pada cemas, depresi dan mood dikaji sebelum.

Alat Ukur :
Alat ukur menggunakan Skor ESAS
Definisi Distress adalah pengalaman emosional banyak dari hal yang tidak
Operasional menyenangkan akibat psikologis (kognitif, prilaku, emosional),
Variabel sosial dan/atau spiritual yang mengganggu kemampua terhadap
Independen koping kanker yang efektif, gejala fisik dan pengobatannya. Distres
berlangsung terus menerus, mulai dari perasaan normal dari kondisi
yang rapuh, kesedihan dan ketakutan menghadapi masalah yang
kemudian menjadi ketidak berdayaan, seperti depresi, cemas, panik,
isolasi sosial dan krisis spiritual. (NCCN, 2013).
Langkah- Langkah-langkah Pijat Terapeutik yang dilakukan adalah:
langkah Terapi Pasien yang telah dirawat selama 2 minggu Pijatan dilakukan selama
3 kali seminggu, 20 menit, dalam 2 minggu, sehingga masing-
masing pasien mendapatkan 6 sesi pijat terapeutik.
Hasil Penelitian Hasil yang didapatkan dalam penerapan EBN ini yaitu Dari 7
partisipan yang mengikuti terapi pijat, merasakan efek terapi
langsung dirasakan setelah sesi pijat, dimana semua partisipan
melaporkan penurunan level cemasnya setelah terapi. Cemas yang
dirasakan pada pasien pijat terapeutik ini pada awalnya sedang
hingga berat. Cemas yang dirasakan pada masingmasing pasien
berbeda, ada yang merasakan cemas karena penyakitnya, cemas
akan efek samping pengobatan dan karena cemas karena
memikirkan rekuren penyakit setelah pengobatan. Selain cemas,
pasien juga mengeluhkan nyeri. Nyeri yang dirasakan karena adanya
proses inflamasi dan progress dari penyakit kanker itu sendiri.
Hampir semua partisipan menyatakan dengan pemberian pijat,
tidurnya dapat lebih nyenyak dan badannya terasa lebih segar. hal
ini tentunya disebabkan oleh sirkulasi darah terutama ke area kepala
dan bahu lebih lancar dan otot-otot pun rileksasi, sehingga
melepaskan laktat yang menumpuk akibat kurang gerak pada pasien
bedrest.
Pijatan dalam waktu lama dan konstan membuktikan dapat
menghilangkan beberapa keluhan pasien. pada partisipan keluhan
yang didapatkan paling banyak adalah cemas, dimana dengan
intervensi pijat yang dilakukan dalam 4 kali sesi, cemas pada pasien
sudah tidak dirasakan lagi pada 2 sesi berikutnya, untuk keluhan
nyeri, terapi diiringi dengan pemberian analgesik, menunjukkan
sensasi nyeri selalu berkurang setelah pengobatan, walaupun sensasi
tersebut kembali muncul esok harinya, oleh karena penyebabnya
progresifitas kanker tidak dapat diatasi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Ahles et al (1999), dan Braziel (2002) partisipan yang
menerima sesi pijat secara konstan dalam periode lebih dari 1 kali,
mendapatkan penurunan gejala dari sebelum dipijat.
Kekuatan Terapi ini dapat dengan mudah dipahami oleh siapa saja, baik oleh
Penelitian perawat ruangan ataupun keluarga disaat pasien merasakan gejala
cemas yang membuat tegang otot dan nyeri. Intervensi ini tidak
memerlukan biaya, tidak invasif dan tenaga maksimal, hanya butuh
waktu saja bagi pelaksananya untuk meluangkan waktu memberikan
pijatan pada pasien.
Kelemahan Penerapan EBN ini memiliki kelemahan :
Penelitian 1. Dari diri terapis sendiri (peneliti), terkait dengan agama dan
kepercayaan, terapi pijat yang secara prosedurnya memberikan
sentuhan kulit kekulit dalam waktu yang cukup lama dan suasana
yang privasi, memberikan sedikit keengganan oleh terapis, untuk
dilakukan pada partisipan pria. Selain tidak sesuai dengan norma
agama, terapis berkeinginan untuk menghindarkan konotasi
negatif yang bias mengarah pada tindakan asusila. Untuk itu
pasien kanker yang diberikan terapi pijat adalah wanita saja.
Terapis (penulis) yang belum berpengalaman sehingga kadang
salah posisi dalam melaksanakan pijat memberikan rasa tidak
nyaman bagi pinggang terapis.
2. Dari segi pasien. Stigma negatif tentang pijat yang beredar, pijat
dikaitkan dengan tindakan mengeksplor anggota tubuh dengan
tujuan negatif; budaya timur dan agama yang menjaga privasi
wanita untuk melarang dirinya disentuh tubuhnya serta rasa malu
membuat partisipan enggan untuk dipijat; keinginan dan suasana
hati pasien untuk menyediakan waktu untuk dilakukan sesi
pijat,membuat terapis harus menambah jadwal jam dinas sesuai
keinginan pasien; kemudian oleh karena progresifitas kanker itu
sendiri dan efek samping kemoterapi yang mengakibatkan klien
tidak dapat menjalani sesi terapi
3. Tidak tersedianya fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan
terapi. secara teori, untuk pasien yang tidak bisa duduk, terapi ini
dilakukan dimeja pijat kecil, sehingga memungkinkan terapis
memijat dan meraih anggota tubuh partisipan tanpa menyebabkan
resiko low back pain. Bila pasien mampu duduk, ketersediaan
bangku diruangan terbatas, dan bagi pasien yang mengalami
masalah aktivitas lebih menyukai pijatan dilakukan di tempat tidur
saja sehingga modifikasi pijat sambil berbaring dilakukan pada
pasien yang tidak mampu duduk, namun upaya ini kembali
mengalami kesulitan, tempat tidur yang dirancang untuk pasien
istirahat cukup besar, sehingga terapis harus menggeser,
mengupayakan pasien bias bergeser kearah terapis agar dapat
dipijat area bahu dan kepala.

Anda mungkin juga menyukai