Cpob Kisi
Cpob Kisi
Cpob Kisi
PEMBERI KEPUTUSAN
PERSETUJUAN
PENOLAKAN
PENINJAUAN KEMBALI
Kalau registrasi ditolak karena tidak memenuhi kriteria khasiat dan keamanan maka dapat
diajukan dengan data baru paling cepet 1 tahun setelah tgl penolakan.
b. Registrasi OT
1. Pendaftaran
Pakai bahasa indo atau inggris, penandaan OT dlm negri, OHT, Fitofarmaka
pake bahasa indo, penandaan OT impor pake b.indo disamping bhs aslinya.
3. Penilaian
4. Pemberian keputusan
5. Dengar pendapat
6. Peninjauan kembali
7. Persetujuan pendaftaran
c. Notifikasi kosmetika
2. Permohonan notifikasi
- Kalau sudah terdaftar, pemohon dapat mengajuakan permohonan
notifikasi dengan mengisi Template Notifikasi secara elektronik
yang dapat diunduh dari website Badan Pengawas Obat dan
Makanan dengan alamat http://www.pom.go.id.
- Template Notifikasi yang sudah diisi lengkap dapat disimpan (save)
dan/atau dikirim (submit) secara elektronik.
- Pemohon yang telah berhasil mengirim (submit) Template Notifikasi
akan menerima Surat Perintah Bayar secara elektronik melalui email
pemohon.
- Pemohon mencetak Surat Perintah Bayar dan melakukan
pembayaran melalui Bank yang ditunjuk.
- Maks 10 hari setelah dikasih surat perintah, pemohon harus
menyerahkan asli bukti pembayaran ke loket notifikasi kosmetika
- Apabila lebih dr 10 hari, permohonan notifikasi dianggap ditolak.
- Setelah bukti pembayaran diterima benar, pemohon akan menerima
tanda pengenal produk (ID produk) sebagai tanda terima pengajuan
permohonan notifikasi.
- Kalau lebih dari 14 hari sejak diperoleh ID produk tidak ada surat
penolakan dr kepala badan, maka kosmetika tersebut telah disetujui
dan dapat beredar.
3. Pembaharuan Notifikasi
4. Biaya notifikasi
2. Apa saja informasi yang harus terdapat dalam dokumen mutu, non klinik, dan klinik
untuk registrasi obat/obat tradisional? (reg OT gak ada dokumen2 tsb ya)
Registrasi obat
- Dokumen mutu
A. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
- Zat aktif
S1 Informasi Umum
S2 Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif
S3 Karakterisasi
S4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
S5 Baku Pembanding
S6 Spesifikasi dan pengujian dan kemasan
S7 Stabilitas
- Obat
P1 Pemerian dan Formula Uraian dan komposisi Obat P2 Pengembangan
Produk
P3 Prosedur Pembuatan
P4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Eksipien
P5 Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
P6 Baku Pembanding
P7 Spesifikasi dan Metode Pengujian Kemasan
P8 Stabilitas
P9 Bukti Ekivalensi
B. Dokumen mutu
C. Daftar pustaka
- Non klinik
A. Tinjauan Studi Nonklinik (Nonclinical Overview)
1. Tinjauan strategi studi nonklinik.
2. Farmakologi.
3. Farmakokinetik.
4. Toksikologi.
5. Tinjauan Menyeluruh dan Kesimpulan.
6. Daftar Literatur.
B. Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik (Nonclinical Written and Tabulated
Summaries) : untuk memberikan sinopsis yang faktual dan komprehensif dari data
studi nonklinik
- Informasi singkat mengenai struktur Obat (sebaiknya, diagram struktur juga
dicantumkan) dan sifat-sifat farmakologinya.
- Informasi mengenai indikasi klinis, dosis, dan lama penggunaan yang diajukan
untuk Obat tersebut.
C. Laporan Lengkap Studi Nonklinik (Nonclinical Study Reports).
- Mencantumkan daftar semua Laporan Studi Nonklinik, lokasi setiap laporan studi,
dan semua item numerik dalam Dokumen Registrasi bagian III.
- Laporan studi harus disajikan dengan urutan berikut: Farmakologi,
Farmakokinetik, dan Toksikologi
- Klinik
A. Tinjauan studi klinik
- Alasan pengembangan obat.
- Tinjauan Biofarmasetika.
- Tinjauan farmakologi klinik.
- Tinjauan khasiat.
- Tinjauan keamanan
- Kesimpulan manfaat dan resiko
B. Ringkasan studi klinik
- RINGKAS STUDI BIOFARMASETIKA DAN METODE ANALISIS TERKAIT
- RINGKASAN STUDI FARMAKOLOGI KLINIK
- RINGKASAN KHASIAT KLINIK
- RINGKASAN KEAMANAN KLINIS
C. Matriks studi Tabular Listing of All Clinical Studies
D. Laporan Studi Klinik (Clinical Study Reports)
3. Apa yang dimaksud registrasi variasi mayor, minor, dan notifikasi obat/obat tradisional?
Berikan contoh kasus masing-masing!
Registrasi Variasi Mayor (VaMa) adalah registrasi variasi yang berpengaruh bermakna
terhadap aspek khasiat keamanan dan atau mutu obat
Registrasi Variasi Minor Yang Memerlukan Persetujuan (VaMi-A) adalah registrasi
variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor dengan notifikasi maupun
variasi mayor
Registrasi Variasi Minor Dengan Notifikasi (VaMi-B) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek khasiat keamanan
dan atau mutu obat serta tidak merubah informasi pada sertifikat izin edar
(BPOM RI
4. Apa saja yang harus dilakukan department QC dalam pengawasan mutu untuk memperoleh
bahan baku (zat aktif, eksipien, dan kemasan) sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan?
Ringkasan
5.18 Persyaratan mutu bahan awal yang ditetapkan oleh pabrik pembuat hendaklah
didiskusikan dan disepakati bersama pemasok.
5.19 Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat.
5.20 Untuk persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan aktif dan eksipien,
diperlukan hal-hal berikut:
Bahan aktif
Ketertelusuran rantai pasokan hendaklah ditetapkan dan risiko terkait, mulai dari bahan
awal untuk pembuatan bahan aktif hingga produk jadi, hendaklah dinilai secara resmi dan
diverifikasi berkala.
Catatan rantai pasokan dan ketertelusuran untuk setiap bahan aktif (termasuk bahan awal
untuk pembuatan bahan aktif) hendaklah tersedia dan disimpan oleh pabrik pembuat obat.
Audit hendaklah dilakukan terhadap pabrik pembuat dan distributor bahan aktif untuk
memastikan bahwa mereka memenuhi Pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat
yang Baik dan Cara Distribusi Obat yang Baik. (secara berkala)
Eksipien
Penilaian risiko mutu dapat mengacu pada Pedoman PIC/S mengenai pelaksanaan
penilaian
risiko untuk pemastian penerapan Cara Pembuatan yang Baik untuk eksipien produk obat
untuk penggunaan manusia atau pedoman
internasional lain terkait.
5.23 Apabila dalam satu penerimaan terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets yang
terpisah.
5.24 Pada tiap penerimaan bahan awal, hendaklah dilakukan pemeriksaan keutuhan wadah
termasuk terhadap segel penanda kerusakan dan kesesuaian antara catatan pengiriman,
pesanan pembelian, label pemasok dan pabrik pembuat yang disetujui serta informasi
pemasok yang dikelola oleh pabrik pembuat produk obat. Pemeriksaan pada setiap
penerimaan hendaklah didokumentasikan. Sampel bahan awal hendaklah diambil oleh
personel dengan metode yang disetujui oleh kepala Pengawasan Mutu.
5.25 Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat
ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang
dilakukan sendiri.
5.26 Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu
penerimaan berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap
kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok.
5.28 Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah
memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak); dan
tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
Jika digunakan sistem penyimpanan terkomputerisasi yang divalidasi penuh, maka semua
keterangan di atas tidak perlu ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca pada label.
5.29 Untuk menjamin identitas isi bahan awal dari tiap wadah hendaklah dibuat prosedur
atau dilakukan tindakan yang tepat. Wadah bahan awal yang telah diambil sampelnya
hendaklah diidentifikasi.
5.30 Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh
personel yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Untuk mencegah kekeliruan,
label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang digunakan oleh pemasok (misal dengan
mencantumkan nama atau logo perusahaan). Bila status bahan mengalami perubahan, maka
label penunjuk status hendaklah juga diubah.
5.31 Stok bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah
tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik.
5.35 Industri Farmasi bertanggung jawab atas pengujian bahan awal sebagaimana
dijelaskan dalam dokumen registrasi. Mereka dapat menggunakan hasil tes parsial atau
lengkap dari pabrik pembuat bahan awal yang disetujui tetapi minimal harus melakukan uji
identifikasi sesuai dengan metode dan spesifikasi pada dokumen registrasi yang relevan.
5.36 Alasan untuk mengalihdayakan pengujian hendaklah dijustifikasi dan
didokumentasikan. Persyaratan berikut hendaklah dipenuhi:
a) perhatian khusus hendaklah diberikan terhadap pengendalian distribusi (transportasi,
kegiatan penjualan partai besar, penyimpanan dan pengiriman) untuk memelihara
karakteristik mutu bahan awal dan untuk memastikan bahwa hasil pengujian tetap sesuai
untuk bahan yang dikirim;
b) pabrik pembuat obat hendaklah melakukan audit, baik dilakukan sendiri maupun oleh
pihak ketiga, pada interval yang tepat berdasarkan risiko lokasi pelaksanaan pengujian
bahan awal (termasuk pengambilan sampel) untuk memastikan kepatuhan terhadap CPOB
dan spesifikasi serta metode pengujian yang tertera pada dokumen registrasi;
e) Pabrik pembuat obat hendaklah juga melakukan (atau melalui laboratorium kontrak yang
disetujui) analisis lengkap pada interval yang tepat berdasarkan risiko dan membandingkan
hasilnya dengan sertifikat analisis bahan dari pabrik pembuat atau pemasok untuk
memeriksa keandalannya. Bila pada pengujian ini teridentifikasi ketidaksesuaian hasil
analisis, hendaklah dilakukan investigasi dan diambil tindakan yang tepat. Keberterimaan
seluruh sertifikat analisis dari pabrik pembuat atau pemasok bahan hendaklah dihentikan
sampai investigasi dan tindakan tersebut telah dituntaskan.
5.37 Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personel yang berwenang sesuai
prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan
akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
5.38 Setiap bahan yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan
hasil pemeriksaan dicatat.
5.39 Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets hendaklah dikumpulkan dan
diberi label jelas.
5.40 Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan
bahwa kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah
bahan yang akan ditimbang.
7.17 Pengambilan sampel dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas terhadap tiap sampel.
Pengambilan sampel boleh dilakukan terhadap sebagian dari jumlah keseluruhan wadah
bila telah tersedia prosedur tervalidasi yang menjamin bahwa tidak satupun wadah bahan
awal yang keliru diidentifikasi pada labelnya.
7.18 Validasi tersebut hendaklah mencakup minimal aspek – aspek berikut:
a) sifat dan status industri pembuat dan pemasok serta pemahaman mereka tentang
ketentuan CPOB pada industri farmasi;
b) sistem Pemastian Mutu industri pembuat bahan awal;
c) kondisi pembuatan pada saat bahan awal tersebut diproduksi dan diperiksa; dan
d) sifat bahan awal dan produk jadi yang akan menggunakan bahan awal tersebut.
5. Apa saja yg harus dilakukan dept QC dalam pengawasan mutu utk memperoleh produk
jadi sesuai dgn spesifikasi yg diharapkan?
Menurut cpob produk jadi:
7.39 Terhadap tiap bets produk jadi hendaklah dilakukan pengujian laboratorium atas
kesesuaian terhadap spesifikasi produk akhirnya, sebelum diluluskan.
7.40 Produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan
hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat dilakukan, apabila laik, namun produk hasil
pengolahan ulang hendaklah memenuhi semua spesifikasi dan kriteria mutu lain yang
ditetapkan sebelum diluluskan untuk distribusi.
Menurut popp jilid I hal-hal yg dilakukan thd produk jadi adalah sbb (yg dilakukan oleh
QC):
Pengujian produk antara atau produk ruahan dan persetujuan untuk pemeriksaan
setelah produksi kritis atau produk tersimpan lama dapat dilakukan secara paralel dengan
proses pengemasan asalkan proses tersebut sudah divalidasi termasuk lama penyimpanan
produk ruahan.
Parameter pengujian tertentu untuk produk jadi yang telah disetujui pada saat pemberian
izin edar dapat dikurangi bila hasil tren seluruh parameter yang diuji telah memenuhi
syarat, minimal 10 bets yang diproduksi berurutan dan memenuhi kriteria berikut ini:
a) proses pembuatan sudah divalidasi;
b) uji stabilitas memenuhi syarat;
c) telah dilakukan pengkajian mutu produk; dan
d) telah dilakukan analisis risiko.
Parameter pengujian (beda-beda tiap bentuk sediaan) yang tidak boleh dikurangi
(berdasarkan analisis risiko yang dilakukan oleh masing-masing industri) adalah:
a) pemerian;
b) uji disolusi (untuk tablet, kapsul dan serbuk);
c) kadar bahan aktif obat; dan
d) uji sterilitas (untuk produk steril); namun minimal 1 kali setahun hendaklah tetap
dilakukan uji lengkap.
Bila terjadi kegagalan pemenuhan spesifikasi hendaklah dilakukan pengujian lengkap tiap
bets produk jadi hingga diperoleh keyakinan terhadap proses produksi melalui pengkajian
tren hasil parameter uji.
Pengujian Ulang Bahan yang Diluluskan
7.42 Batas waktu uji ulang bahan awal yang tidak mempunyai masa edar / masa simpan
(shelf life) hendaklah ditetapkan berdasarkan pengetahuan tentang kestabilan bahan
tersebut.
Pengolahan Ulang
7.44 Untuk mendeteksi apakah terjadi perubahan mutu setelah pengolahan ulang, misal
penambahan waktu pengeringan dan penambahan waktu granulasi, hendaklah dilakukan
pengujian tambahan antara lain dan tidak terbatas pada pemeriksaan hasil degradasi.
7.45 Apabila akan dilakukan pengolahan ulang, misal produk jadi dikeluarkan dari
kemasannya dan / atau produk ruahan dihancurkan, digranulasi ulang dan dicetak kembali,
hendaklah dipersiapkan dahulu analisis risiko yang mencakup antara lain sumber
penyimpangan, tindakan perbaikan yang akan dilakukan, tindakan penanganan produk
dalam rangka penghilangan / pengurangan risiko terhadap pemakai. Pada proses
pengolahan ulang hendaklah dilaksanakan pengujian sebagaimana dilakukan pada validasi
proses dan uji stabilitas (Stabilitas lanjut / Follow Up Stability Study) terhadap produk
jadinya minimal 6 bulan pada kondisi yang dipercepat dan jangka panjang apabila
penyimpangan tersebut menyangkut kadar, keseragaman kandungan, hasil penguraian dan
uji disolusi sebelum produk tersebut diluluskan. Kemudian stabilitas jangka panjang (On-
Going) dilanjutkan untuk memonitor mutu produk.
Menurut asean guideline yang dilakukan QC untuk pengawasan mutu produk jadi adalah
uji stabilitas:
Prinsip: uji stabilitas harus dilakukan pada kondisi yang lebih bertekanan dari kondisi awal
untuk menyediakan margin kesalahan dalam mendukung pasien dan untuk meningkatkan
kemungkinan identifikasi zat atau formulasi yang menimbulkan masalah stabilitas tertentu.
Uji stabilitas in use:
Tujuan: memberikan informasi untuk pelabelan pada preparasi, kondisi penyimpanan, dan
pemanfaatan produk multidosis setelah pembukaan, rekonstitusi, atau pengenceran suatu
larutan, serta mengevaluasi produk obat jika digunakan dalam jangka waktu tertentu,
seperti contoh serbuk injeksi antibiotik yang direkonstitusi, atau sirup kering. Pada uji
stabilitas in-use, diperlukan minimal 2 batches pada skala pilot, dan mengacu pada waktu
ED yang diajukan.
Sistem penutupan kontainer:
Parameter yang digunakan untuk mengklasifikasi bahan kemasan sebagai semi kedap atau
kedap tergantung pada karakteristik bahan kemasan. Kesesuaian bahan kemasan yang
digunakan untuk produk tertentu ditentukan oleh karakteristik produknya.
Evaluasi
Konsep dasar evaluasi data stabilitas adalah sama untuk studi faktor tunggal vs multi.
Evaluasi data dari studi stabilitas dan jika perlu, data pendukung harus digunakan untuk
menentukan atribut kualitas kritis yang kemungkinan mempengaruhi kualitas dan kinerja
produk obat. Setiap atribut harus dinilai secara terpisah dan penilaian keseluruhan dibuat
dari temuan untuk tujuan mengusulkan umur simpan. Lamanya waktu penyimpanan yang
diperlukan tidak boleh melebihi yang diperkirakan untuk atribut tunggal.
Penyajian data
Dokumentasi
6. Apa yang yg hendaknya dilakukan, apabila dlm pengawasan mutu bahan baku diperoleh
kesimpulan bahwa bahan baku tsb tdk memenuhi spesifikasi?
Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang mencolok, ditempatkan
terpisah dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
(seingetku bu dina cm blg gt)
Menurut cpbaob final:
4.5 Hendaklah ada area yang ditetapkan atau sistem pengendalian lain untuk kegiatan
berikut:
penyimpanan bahan yang ditolak sebelum disposisi selanjutnya (misal: pengembalian,
pengolahan ulang atau pemusnahan)
6.12 penyimpanan bahan yang ditolak sebelum disposisi selanjutnya (misal: pengembalian,
pengolahan ulang atau pemusnahan)
keputusan akhir mengenai bahan baku, produk antara atau bahan pengemas dan label BAO
yang ditolak.
Penyimpanan
7.21 Bahan yang ditolak hendaklah diidentifikasi dan dikendalikan dengan suatu sistem
karantina yang dirancang untuk mencegah penggunaan yang tidak diotorisasi dalam
pembuatan.
Bab 14 Penolakan & Penggunaan
14.1 Produk antara dan BAO yang gagal memenuhi spesifikasi hendaklah diberi identitas
sesuai status dan dikarantina. Produk antara atau BAO tersebut dapat diproses ulang atau
dikerjakan ulang seperti diuraikan di bawah ini. Disposisi akhir bahan yang ditolak
hendaklah dicatat. Pengolahan Ulang
14.2 Mengembalikan produk antara atau BAO, termasuk yang tidak memenuhi standar atau
spesifikasi, ke dalam proses dan pengolahan ulang dengan mengulangi tahap kristalisasi
atau tahap manipulasi kimia atau fisika yang tepat (misal: destilasi, filtrasi, kromatografi,
penggilingan) yang merupakan bagian dari proses pembuatan, secara umum dapat diterima.
Bagaimanapun, jika pengolahan ulang seperti itu dilakukan terhadap sebagian besar bets,
pengolahan ulang tersebut hendaklah dimasukkan sebagai bagian dari proses pembuatan
standar.
14.3 Pelanjutan suatu langkah proses setelah suatu uji pengawasan- selama proses yang
menunjukkan bahwa langkah tersebut tidak lengkap, dianggap sebagai bagian dari proses
normal. Hal ini tidak dianggap sebagai pengolahan ulang.
14.4 Mengembalikan bahan tidak tereaksi ke dalam suatu proses dan mengulangi reaksi
kimia dianggap sebagai pengolahan ulang kecuali hal ini merupakan bagian dari proses
yang ditetapkan. Pengolahan ulang demikian hendaklah didahului dengan evaluasi secara
seksama untuk memastikan mutu produk antara.
(BAO = bahan aktif obat)
7. Apa yang hendaknya dilakukan, apabila dalam pengawasan mutu produk jadi diperoleh
kesimpulan bahwa produk jadi tersebut tidak memenuhi spesifikasi?
7.40 Produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan
hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat dilakukan, apabila laik, namun produk hasil
pengolahan ulang hendaklah memenuhi semua spesifikasi dan kriteria mutu lain yang
ditetapkan sebelum diluluskan untuk distribusi.
8. Apa saja dokumentasi yang diperlukan dalam pengawasan mutu bahan baku?
Catatan Pengawasan Mutu hendaklah mencakup data lengkap yang diperoleh dari seluruh
pengujian yang dilakukan untuk memastikan pemenuhan spesifikasi dan standar yang
ditetapkan, termasuk pengujian dan penetapan kadar sebagai berikut:
a) deskripsi sampel yang diterima untuk pengujian, termasuk nama bahan atau sumber,
nomor bets atau kode lain yang membedakan, tanggal pengambilan sampel dan, jika sesuai,
jumlah dan tanggal sampel diterima untuk diuji;
b) pernyataan dari atau rujukan kepada tiap metode pengujian yang digunakan;
c) pernyataan berat atau ukuran sampel yang digunakan untuk tiap pengujian sebagaimana
tercantum pada metode; data atau rujukan silang kepada penyiapan dan pengujian baku
pembanding, reagen dan larutan baku;
d) catatan lengkap seluruh data mentah yang dihasilkan dari tiap pengujian, termasuk
grafik, chart dan spektrum dari instrumentasi laboratorium yang diidentifikasi dengan
benar untuk menunjukkan bahan spesifik dan bets yang diuji;
g) tanda tangan personel yang melakukan tiap pengujian dan tanggal pengujian dilakukan;
dan
h) tanggal dan tanda tangan orang kedua yang menunjukkan bahwa catatan asli telah dikaji
terhadap akurasi, kelengkapan dan pemenuhan terhadap standar yang ditetapkan.
9. Apa saja dokumentasi yang diperlukan dalam pengawasan mutu produk jadi?
a. Prosedur pengawasan mutu dan metode pengujian. Prosedur pengambilan contoh
untuk pengujian merupakan dokumen penting.
b. Catatan analisis dan laporan hasil pengujian (berupa sertifikat analisis). Catatan
tentang hasil uji stabilitas biasanya diadakan sendiri.
c. Spesifikasi produk jadi : nama produk yang ditentukan dan kode referen;
formula/komposisi; deskripsi bentuk sediaan dan uraian kemasan (ukuran);
petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan; persyaratan
kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan; kondisi penyimpanan dan
tindakan pengamanan khusus (bila diperlukan); masa edar/simpan
10. Mengapa perlu dilakukan uji stabilitas pasca-pemasaran?
Uji stabilitas pasca-pemasaran memungkinkan pendeteksian semua masalah stabilitas
(misal perubahan pada tingkat impuritas, atau profil disolusi) yang berkaitan dengan
formula dalam kemasan yang dipasarkan. Tujuan dari program stabilitas pasca-pemasaran
adalah untuk memantau produk selama masa edar dan untuk menentukan bahwa produk
tetap, atau dapat diperkirakan akan tetap, memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam
kondisi penyimpanan yang tertera pada label. Selain itu juga digunakan untuk melihat
dimana tidak terjadi dekomposisi obat dalam jumlah yang bermakna selama periode ini,
dan menunjukkan tidak ada perubahan potensi dan efektivitas pengawet.
11. Apa yang perlu dilakukan jika diperoleh HULS dan HULT?
Penyebab HULS (Hasil Uji di Luar Spesifikasi) dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kesalahan laboratoriun (Lab. Error), kesalahan di luar proses (kesalahan operator,
kegagalan alat produksi, atau kesalahan pengambilan sampel) serta kesalahan yang
berhubungan dengan proses produksi. HULS atau tren atipikal yang signifikan hendaklah
diselidiki. Semua hasil HULS yang dikonfirmasi hendakah dilaporkan kepada Badan POM.
Dampak yang mungkin ada terhadap bets yang telah berada di pasaran hendaklah
dipertimbangkan sesuai Bab 9 Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan
Kembali Produk, dan dikonsultasikan dengan Badan POM.
Langkah yang harus dilakukan jika terjadi HULS :
Apabila terjadi HULS pada saat analisis maka hal yang harus dilakukan adalah melakukan
investigasi kesalahan laboratorium dan menyiapkan laporan tertulis mengenai hasil
investigasi. Tindakan lanjutan yang dapat diambil sesuai hasil pemeriksaan yang diperoleh,
antara lain :
1. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang sudah
rilis
2. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa atau
analis yang berbeda
3. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang dengan persyaratan metode uji dan
metode kompendial.
12. Apa saja yang harus diuraikan dalam prosedur tertulis pengambilan sampel?
Prosedur tertulis pengambilan sampel menguraikan :
• Metode pengambilan sampel
• Peralatan yang digunakan
• Jumlah sampel yang harus diambil
• Instruksi untuk semua pembagian sampel yang diperlukan
• Tipe dan kondisi wadah sampel yang digunakan
• Penandaan wadah yang disampling
• Semua tindakan khusus yang harus diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan
pengambilan sampel bahan steril dan berbahaya
• Kondisi penyimpanan
• Instruksi pembersihan dan penyimpanan alat pengambil sampel
→ Pada wadah sampel hendaklah berlabel yang mencantumkan isi,nomor bets,
tanggal pengambilan sampel dan dari wadah mana sampel telah diambil.
13. Apa saja
14. Mengapa Dalam pengawasan mutu diperlukan sampel pertinggal dan sampel pembanding
? Bagaimana penanganan dan masa simpan sampel tersebut?
ü Sampel pertinggal
ü sampel pembanding
15. Bagaimana alur produksi sediaan padat dalam sediaan farmasi? Sebutkan juga kelas
ruangan yang digunakan untuk masing2 proses!
● Seluruh kelas ruangan dalam pengolahan dan pengemasan primer obat nonsteril
adalah kelas E. Pengemasan sekunder dan tersier kelas F.
● IPC yang ada dalam tiap proses : tergantung dari tahapan kritis tiap proses, seperti
suhu, tekanan, kecepatan shear
● Ø Persiapan Bahan awal dan Produk kering ruang kelas C/D
● System pembuatan direkomendasikan system pembuatan tertutup atau metode
yang lain yang sesuai (untuk menghindari kontaminasi silang) dilengkapi dengan
system penghisap udara dan penyaring udara serta penghisap debu. dengan
alurPeriksa keutuhan kemasan, kebenaran label serta jumlah bahan awal dan
bahan pengemas yang diterima, semuanya harus sesuai dengan surat jalan dan
surat pesanan. Ketidaksesuaian harus dilaporkan kepada Bagian Pembelian dan
Bagian Pengawasan Mutu.
● Isi / lengkapi formulir Tanda Terima dengan salinannya (rangkap 4), serahkan ke
Bagian Pengawasan Mutu, Bagian Pembelian, Bagian Perencanaan Produksi
(PPIC) dan Bagian Keuangan.
● Bersihkan wadah bahan awal dan bahan pengemas di tempat terpisah, (di area
penerimaan), sesuai Protap Pembersihan Wadah Bahan di Gudang
● No.............., sebelum dipindahkan ke Gudang.
● Siapkan label KARANTINA untuk ditempelkan oleh Personil Gudang paling
sedikit pada wadah terbawah di atas palet. Khusus untuk bahan aktif obat, label
ditempelkan pada tiap wadah. Simpan bahan di daerah khusus karantina,
kemudian catat di Catatan Penerimaan.
● Ambil sampel bahan awal atau bahan pengemas sesuai dengan Protap
● Pengambilan Sampel Bahan Awal dan Bahan Pengemas No. ........ oleh Petugas
● Pengawasan Mutu atau personil terkualifikasi yang ditunjuk oleh Bagian
● Pengawasan Mutu.
● Beri label DILULUSKAN untuk bahan awal dan bahan pengemas yang sudah
● diperiksa dan lulus uji, kemudian pindahkan ke tempat penyimpanan bahan awal
● dan bahan pengemas yang telah diluluskan dan dicatat dalam Catatan Persediaan.
Pada label hendaklah dicantumkan tanggal uji ulang bahan yang ditetapkan oleh
Bagian Pengawasan Mutu.
● Beri label DITOLAK untuk bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak oleh
● Bagian Pengawasan Mutu dan simpan di tempat terkunci
● Simpan bahan awal dan bahan pengemas yang memerlukan penanganan
● khusus di tempat yang sesuai dengan yang tercantum pada label wadah bahan,
● misal ruang ber-AC, di lemari pendingin atau gudang api (sesuai Daftar Bahan
● dan Kondisi Penyimpanan terlampir) dan pantau kondisinya.
● Bahan obat psikotropika dan prekursornya (Lihat Lampiran 5.1 Daftar
Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) serta Prekursor) harus disimpan
dalam lemari yang terkunci yang disediakan untuk itu dan kuncinya dipegang oleh
Kepala Gudang.
●
● Ø Pencampuran ruang kelas B
● Hal yang harus diperhatikan : mesin pencampuran , pengayak, pengaduk,kantong
filter yang di pasar pada mesin pengering fluid bed pembuatan dan penggunaan
larutan atau suspensi, parameter operasional kritis (waktu, suhu,kecepatan)
●
● Apabila melakukan proses mixing dengan produk yang berbeda, prosesnya tidak
boleh dilakukan secara bersamaan atau berurutan dalam ruang kerja yang sama
kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang.
● Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahap proses
produksi.
● Ø Granulasi ruang kelas B/C
● Ø Pencetakan tablet Ruang kelas B/C
16. Bagaimana alur produksi sediaan cair dalam sediaan farmasi? Sebutkan juga kelas
ruangan yang digunakan untuk masing2 proses!
● Seluruh kelas ruangan dalam pengolahan dan pengemasan primer obat non-steril
adalah kelas E. Pengemasan sekunder dan tersier kelas F.
● IPC yang ada dalam tiap proses : tergantung dari tahapan kritis tiap proses, seperti
suhu, tekanan, kecepatan shear
● Gudang bahan obat dan bahan kemas → Ruang antara (pembersihan bahan) →
memastikan kesesuaian isi barang yg diterima dari gudang sesuai dengan
Catatan Pengolahan Bets → Botol dicuci di ruang cuci botol (kelas E) → Kalau
sudah kering baru boleh penimbangan bahan obat → Staging Area → Mixing
dan Emulsifikasi (jika dalam pembuatan emulsi perlu emulsifikasi) →
Penambahan parfum jika diperlukan → Filtering→ cek IPC produksi: warna,
bau, bobot sekali proses mixer, jumlah yg dihasilkan dibagi jumlah
teoritis→ cek QC homogenitas, pH, viskositas, bobot jenis, kandungan
mikroba, kadar, dll → Pengemasan primer (filling) → capping--> cek IPC
produksi: bobot tiap botol/wadah, identitas no.batch dan informasi
kadaluarsa, jumlah yg dihasilkan dibagi jumlah teoritis, uji
kejernihan/keberadaan material asing → cek QC bobot tiap tube/wadah,
identitas no.batch dan informasi kadaluarsa, uji kebocoran, uji
kejernihan/keberadaan material asing → Shrinking→ Pengemasan sekunder
→ cek jumlah satuan unit dalam dos kecil, identitas batch, identitas
kadaluarsa→ Pengemasan tersier → cek jumlah satuan unit dalam dos besar,
identitas batch, identitas kadaluarsa → Ruang Karantina
● Yang harus diperhatikan: sistem tertutup selama proses dan transfer produk, tidak
menggunakan peralatan kaca tapi bahan baja tahan karat bermutu tinggi, kualitas
kimia dan mikrobiologi air, kualitas udara
17. Bagaimana alur produksi sediaan semi padat dalam sediaan farmasi? Sebutkan juga kelas
ruangan yang digunakan untuk masing2 proses!
● Seluruh kelas ruangan dalam pengolahan dan pengemasan primer obat non-steril
adalah kelas E kecuali untuk salep mata. Pengemasan sekunder dan tersier kelas F.
● IPC yang ada dalam tiap proses : tergantung dari tahapan kritis tiap proses, seperti
suhu, tekanan, kecepatan shear
● Gudang bahan obat dan bahan kemas → Ruang antara (pembersihan bahan) →
memastikan kesesuaian isi barang yg diterima dari gudang sesuai dengan
Catatan Pengolahan Bets → Penimbangan bahan → Staging Area →
Peleburan (jika ada bahan yang perlu dileburkan terlebih dahulu) → Mixing
(mixer yg digunakan ada vakum nya) dan Emulsifikasi (jika dalam pembuatan
krim perlu emulsifikasi) → Penambahan parfum jika diperlukan → Cooling →
Holding → cek IPC produksi: warna, bau, bobot sekali proses mixer,
jumlah yg dihasilkan dibagi jumlah teoritis→ cek QC homogenitas, pH,
viskositas, bobot jenis, kandungan mikroba, kadar, dll → Pengemasan
primer (filling) → cek IPC produksi: bobot tiap tube/wadah, identitas
no.batch dan informasi kadaluarsa, jumlah yg dihasilkan dibagi jumlah
teoritis → cek QC bobot tiap tube/wadah, identitas no.batch dan
informasi kadaluarsa, kebocoran → Pengemasan sekunder → cek jumlah
satuan unit dalam dus kecil, identitas batch, identitas kadaluarsa→
Pengemasan tersier → cek jumlah satuan unit dalam dos besar, identitas batch,
identitas kadaluarsa → Ruang Karantina
● Yang harus diperhatikan: sistem tertutup selama proses dan transfer produk, tidak
menggunakan peralatan kaca tapi bahan baja tahan karat bermutu tinggi, kualitas
kimia dan mikrobiologi air, kualitas udara
18. Bagaimana alur produksi sediaan steril dengan Teknik aseptis? Sebutkan juga kelas
ruangan yang digunakan untuk masing masing proses! Contoh: Penimbangan (X) à dst
Jawaban : Alur produksi sediaan steril dengan Teknik aseptis
1. Ruang staging bahan baku (C )
2. Material airlock (B/C)
3. Sterile staging (B)
4. Preparasi komponen ke sterilisasi oven/autoklaf (Back D, alat A)
5. jika produk harus difiltrasi maka masuk ke ruang formulasi produk dengan filtrasi
(C), jika produk tanpa filtrasi maka masuk ke ruang produk tanpa filtrasi (Back B,
alat A)
6. lewat pass box ke ruang filling (Back B, alat B)
7. lewat pass box masuk ruang capping dan crimping dengan HEPA Filter (D )
8. Ruang inspeksi visual (E/F)
9. R. pengemasan sekunder (E/F)
10. Finished product staging (F)
Yang lebih detail:
19. Bagaimana alur produksi sediaan steril dengan Teknik sterilisasi terminal? Sebutkan juga
kelas ruangan yang digunakan untuk masing masing proses! Contoh: Penimbangan (X) à
dst
Jawaban : Ruang bahan baku (D) → masuk ke ruang timbang (C) melalui ruang antara
→ setelah ditimbang maka akan disimpan dahulu di ruang staging area bahan baku
(C) → bahan pengemas masuk melalui ruang antara dan dilakukan proses washing (C)
→ dilakukan proses compounding bahan baku (C) → masuk ke ruang filtrasi © → lalu
masuk ke ruang filling dan pengemasan primer di dalam LAF (A/C) → dilakukan
(E).
STERILISASI
1. Kontaminasi mikroba pada bahan awal hendaklah dihindarkan dan bioburden-nya
hendaklah dipantau sebelum proses sterilisasi.
Spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup persyaratan untuk mikroba bila kebutuhan ini
ternyata terindikasi dari pemantauan tersebut.
2. Validasi semua proses sterilisasi.
Perhatian khusus hendaklah diberikan bila metode sterilisasi yang digunakan tidak sesuai
dengan standar farmakope atau standar nasional lain, atau bila digunakan untuk produk
yang bukan merupakan larutan sederhana dalam air atau minyak.
3. Sebelum proses sterilisasi digunakan, ketepatan untuk produk terkait dan efikasinya untuk
mencapai kondisi sterilisasi yang diinginkan pada semua bagian dari tiap jenis beban yang
harus diproses, hendaklah dibuktikan dengan pengukuran fisis dan bila diperlukan
menggunakan indikator biologis. Keabsahan proses hendaklah diverifikasi pada interval
yang dijadwalkan, minimal sekali setahun, dan bilamana ada modifikasi yang signifikan
pada peralatan. Catatan hasil hendaklah disimpan
4. Untuk mendapatkan sterilisasi yang efektif, semua bahan harus dicakup dalam penanganan
yang dipersyaratkan dan proses hendaklah didesain untuk memastikan hal ini dapat dicapai.
5. Penetapan Pola muatan yang tervalidasi untuk semua proses sterilisasi.
Semua pola dan konfigurasi muatan yang digunakan pada sterilisasi rutin hendaklah
divalidasi.
6. Indikator biologis hendaklah dipertimbangkan sebagai metode tambahan untuk memantau
proses sterilisasi. Penggunaan indikator biologis dan kimiawi saja tidak dapat diterima
sebagai bukti bahwa proses sterilisasi telah efektif. Indikator tersebut hanya menunjukkan
kegagalan proses sterilisasi tetapi tidak membuktikan bahwa proses sterilisasi berhasil
dengan sempurna.
7. Seluruh wadah penampung produk, keranjang ataupun nampan hendaklah diberi label yang
jelas serta mencantumkan nama bahan, nomor bets dan tanda sudah disterilkan atau
belum.membedakan lot yang sudah disterilkan atau belum sebagai contoh dapat digunakan
steritape.
8. Catatan sterilisasi atau salinannya hendaklah tersedia untuk tiap siklus sterilisasi. Catatan
ini hendaklah disetujui sebagai bagian dari prosedur pelulusan bets.
Sterilisasi Akhir
Produk yang ditujukan untuk menjadi steril hendaklah diutamakan disterilisasi akhir
dengan cara panas dalam wadah akhir.
Bila sterilisasi cara panas tidak memungkinkan karena stabilitas dari formula produk
hendaklah dipakai metode sterilisasi akhir yang lain setelah dilakukan filtrasi dan/atau
proses aseptis.
- Sterilisasi produk tahan panas dalam wadah akhir dilakukan dengan cara panas
basah pada suhu 121ºC selama 15 menit atau minimum angka F0 yang menunjukkan proses
sterilisasi overkill.
- Bila tidak memungkinkan, karena bahan obat tidak tahan panas sterilisasi dapat
dilakukan dengan cara filtrasi yang diikuti dengan pengisian secara aseptis. Industri
diharapkan selalu berusaha mencari wadah yang dapat disterilisasi akhir.
19. Apa saja dokumentasi yang diperlukan dalam proses produksi sediaan farmasi?
Jawab: Dokumentasi yang diperlukan dalam proses produksi sediaan farmasi meliputi
dokumentasi pengawasan mutu, dokumentasi pengkajian mutu produk, dokumentasi
sistem mutu industri farmasi (Seleksi, kualifikasi, persetujuan, pemeliharaan pemasok,
serta keluhan atau penolakan bahan awal), dokumen kualifikasi dan validasi, dokumentasi
penimbangan-penyerahan, dokumentasi pengembalian bahan ke gudang penyimpanan,
dokumentasi produk kembalian dan kelanjutannya, dokumentasi catatan produksi dan
pengawasan bets, dokumentasi kegiatan pengemasan dan pelabelan, dokumentasi
penyimpanan dan distribusi produk (CPOB, 2018).
Jawab:Batch record adalah dokumen tertulis (hard copy maupun soft copy) dari batch yang
disiapkan selama proses pembuatan produk farmasi. Dalam batch record tertuang data
actual dari proses pembuatan batch produk, detail langkah demi langkahnya. Fungsi batch
record adalah sebagai alat kontrol personal terhadap semua tahapan produksi sehingga kita
dapat mengetahui semua tahapan sudah dilakukan dengan benar atau belum, dan sebagai
petunjuk penggunaan obat.
21. Apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang dalam produksi
sediaan farmasi ?
Jawab:
a. Tindakan Teknis
- Area produksi terkungkung dengan alat pengolahan dan sistem tata udara yang terpisah.
Isolasi sarana penunjang tertentu dari yang digunakan di area lain mungkin juga diperlukan
- Dedikasi peralatan, dedikasi bagian kontak produk atau dedikasi bagian tertentu yang sulit
dibersihkan (misal filter), dedikasi alat pemeliharaan
- Penggunaan teknologi sekali pakai
- Penggunaan penyangga udara dan pengaturan perbedaan tekanan yang tepat untuk
membatasi kontaminan udara potensial dalam suatu area tertentu
b. Tindakan Terorganisasi
- Penggunaan pakaian pelindung khusus di area dimana diproses produk yang berisiko
tinggi terhadap kontaminasi silang
- Tindakan khusus untuk penanganan limbah, air bilasan yang terkontaminasi dan pakaian
kotor
- Supervisi perilaku kerja untuk memastikan efektivitas pelatihan dan kepatuhan dengan
prosedur terkait.