Anda di halaman 1dari 12

POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Strategi Menihilkan Korupsi di Sektor


Pendidikan dan Kesehatan
Strategy nullify Corruption in the Education
Sector and Health

Srinita
Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh
itaisk2003@yahoo.com
itaisk23@gmail.com 

Abstrak
Akar korupsi tertanam jauh di sepanjang fase pemerintahan Indonesia yang sampai sekarang malahan
semakin merajalela. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alternatif strategi menihilkan korupsi di
sektor pendidikan dan kesehatan. Metode penelitian yang dilakukan adalah studi kepustakaan melalui
pendekatan kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum, pemberantasan korupsi
di seluruh sektor sepanjang fase pemerintahan Indonesia tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Sementara, secara khusus, lembaga pendidikan dan kesehatan merupakan korban sekaligus pelaku
tindak korupsi. Hasil penelitian merekomendasikan, diperlukan strategi menihilkan korupsi di sektor
pendidikan dan kesehatan melalui strategi preventif dengan revolusi moral secara bersama-sama civil
society sebagai kekuatan moral.

Kata kunci: Korupsi, Pendidikan, Kesehatan, Revolusi Moral.

Abstract
Roots deeply embedded corruption in all phases of the Indonesian government which until now even
more rampant. This study aims to find alternative strategies nullify corruption in the education and
health sectors. Method of research is the study of literature through qualitative descriptive approach.
The results showed, in general, to eradicate corruption in all sectors throughout the phases of the
Indonesian government did not show significant results. Meanwhile, in particular, health and educational
institutions are victims and perpetrators of corruption. The results of the study recommend it, annihilate
corruption strategy is needed in education and health through preventive strategies with a moral
revolution together civil society as a moral force.

Keywords: Corruption, Education, Health, Moral Revolution.

JURNAL POLITIK 1891 VOL. 12 No. 02. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

PENDAHULUAN instrumen-instrumen kebijakan seperti soal tarif,


Korupsi merupakan suatu penyakit ganas pajak, kredit, sistem irigasi, penegakan hukum,
yang menggerogoti kesehatan masyarakat seperti peraturan keamanan umum, pelaksanaan kontrak,
halnya penyakit kanker yang setapak demi setapak dan sebagainya. Korupsi itu dapat terjadi tidak
menghabisi daya hidup manusia, (Chairudin. saja di sektor pemerintahan, tapi juga di sektor
1991.). Secara etimologis, istilah “korupsi” swasta, bahkan sering terjadi sekaligus di kedua
berasal dari bahasa Latin, yaitu “corruptio” sektor tersebut. (Klitgaard. 2005)
atau “corruptus” yang berarti kerusakan atau Sebagaimana diketahui, korupsi yang
kebobrokan. Ada pula yang menyebut asalnya dari sudah menghantui masyarakat sejak Zaman
Yunani Kuno, “corruptio”, yang berarti perbuatan Kerajaan (Hamzah, 2013) tidak terjadi begitu
tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak ber- saja. Menurut Hakim (2011), korupsi adalah hasil
moral, menyimpang dari kesucian, melanggar belajar seseorang yang kemudian diajarkan lagi
norma-norma agama, mental, dan hukum. kepada orang lainnya --- argumentasinya, faktor
Dari bahasa Latin atau Yunani Kuno, terpenting dari tindakan korupsi adalah manusia
istilah “corruptio” kemudian turun ke banyak sebagai makhluk individu sekaligus makhluk
bahasa di Eropa. “New World Dictionary of the sosial --- oleh sebab itu, sebagai makhluk sosial,
American Language” menjelaskan, sejak abad maka, untuk mempertahankan eksistensinya dila-
pertengahan, Inggris dan Perancis menggunakan kukan lewat proses interaksi dengan manusia
kata “corruption”. Di Belanda “corruptie”. Lantas lainnya.
dari bahasa Belanda diserap ke dalam bahasa In- Korupsi telah sejak lama terjadi di
donesia menjadi korupsi. Indonesia. Praktik-praktik seperti penyalah-
Menurut Nasir (2006), kata corruptio gunaan wewenang, penyuapan, pemberian uang
berasal dari kata kerja corrumpere yang berarti pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan atas
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, me- dasar kolusi dan nepotisme serta penggunaan
nyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap.” uang negara untuk kepentingan pribadi, oleh
Secara leksikal, Poerwadarminta (1987) masyarakat diartikan sebagai suatu perbuatan
menguraikan, istilah “korupsi” berasal dari kata korupsi dan dianggap sebagai hal yang lazim
baku “korup” yang memiliki arti: busuk, buruk; terjadi di negara ini. Ironisnya, walaupun usaha-
suka menerima uang sogok. Orang yang korup usaha pemberantasannya sudah dilakukan lebih
disebut “koruptor”. Adapun arti korupsi adalah dari empat dekade, namun, praktik-praktik
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, korupsi tersebut tetap berlangsung, bahkan ada
penerimaan uang sogok dan sebagainya; misalnya kecenderungan modus operandinya lebih canggih
korupsi di kalangan pegawai negeri harus dibasmi dan terorganisir, sehingga makin mempersulit pe-
hingga ke akar-akarnya. nanggulangannya.
Menurut Klitgaard (2005) yang melihat Berdasarkan Strategi Pemberantasan
korupsi dari perspektif administrasi negara, pe- Korupsi Nasional (SPKN) yang diterbitkan Badan
ngertian korupsi adalah suatu tingkah laku yang Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya pada 1999, telah diidentifikasikan bahwa faktor-
dalam negara untuk memeroleh keuntungan faktor penyebab korupsi di Indonesia terdiri atas 4
status atau uang yang menyangkut diri pribadi (empat) aspek, yaitu:
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), 1. Aspek perilaku individu, yaitu faktor-
atau melanggar aturan pelaksanaan yang menyang- faktor internal yang mendorong seseorang
kut tingkah laku pribadi.” melakukan korupsi seperti adanya sifat tamak,
Klitgaard memandang, korupsi ada moral yang kurang kuat dalam menghadapi
manakala seseorang secara tidak halal meletakkan godaan, penghasilan yang tidak mencukupi
kepentingan pribadi di atas kepentingan rak-yat. kebutuhan hidup yang wajar, kebutuhan
Korupsi muncul dalam banyak bentuk, mem- hidup yang mendesak, gaya hidup konsumtif,
bentang dari soal sepele sampai yang amat besar. malas atau tidak mau bekerja keras, serta
Korupsi dapat menyangkut penyalahgunaan tidak diamalkannya ajaran-ajaran agama

JURNAL POLITIK 1892 VOL. 12 No. 02. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

secara benar ; Sesudah Indonesia merdeka, budaya korup


2. Aspek organisasi, yaitu kurang adanya yang ditinggalkan penjajah kolonial tidak serta
keteladanan dari pimpinan, kultur organisasi merta lenyap. Fenomena ini tercermin dalam pe-
yang tidak benar, sistem akuntabilitas yang rilaku pejabat-pejabat pemerintahan era Orde
tidak memadai, kelemahan sistem pengen- Lama dan semakin berkembang dan tumbuh subur
dalian manajemen, manajemen cenderung dalam pemerintahan Orde Baru. Bahkan, ketika
menutupi perbuatan korupsi yang terjadi Indonesia memasuki era Reformasi, korupsi tetap
dalam organisasi; berlangsung.
3. Aspek masyarakat, yaitu berkaitan dengan Dewasa ini, korupsi di Indonesia telah
lingkungan masyarakat tempat individu dan masuk ke dalam kategori penyakit sosial yang
organisasi tersebut berada, seperti nilai-nilai berbahaya. Situs Wikipedia menyebut korupsi di
yang berlaku yang kondusif untuk terjadinya Indonesia berkembang sistemik.
korupsi, kurangnya kesadaran bahwa yang Sepanjang sejarah pemerintahan Indone-
paling dirugikan dari terjadinya praktik korupsi sia, berbagai upaya dilakukan menihilkan korupsi,
adalah masyarakat dan mereka sendiri terlibat namun akarnya tak pernah tercerabut. Feno-mena
dalam praktik korupsi, serta pencegahan dan yang terjadi malah kasusnya terus saja berlangsung,
pemberantasan korupsi hanya akan berhasil cenderung bertambah di pelbagai lini. Tak ayal
bila masyarakat ikut berperan aktif. Selain itu media massa mengangkat fakta ini dengan judul
adanya penyalahartian pengertian-pengertian “Korupsi di Indonesia Makin Akut dan Kronis”
dalam budaya bangsa Indonesia. (Ashari, Muhammad, 2016). Sebelumnya, media
4. Aspek peraturan perundang-undangan, yaitu lain (Ayuningtyas, Rita, 2016) merilis judul berita
terbitnya peraturan perundangundangan yang “Kasus Korupsi di Indonesia Menggila”.
bersifat monopolistik yang hanya meng- “Korupsi di Indonesia Makin Akut dan
untungkan kerabat dan atau kroni penguasa Kronis” merupakan kutipan atas pernyataan
negara, kualitas peraturan perundang-un- Direktur Eadalah ksekutif Pusat Studi dan Trans-
dangan yang kurang memadai, judicial formasi Indonesia Muzakkir Djabir terkait
review yang kurang efektif, penjatuhan sanksi status Irman Gusman yang ditetapkan Komisi
yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka
konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya dugaan suap. “Fakta ini menandakan telah
bidang evaluasi dan revisi peraturan demikian akut dan kronisnya penyakit korupsi
perundang-undangan. yang melanda bangsa ini, pejabat-pejabat publik
Sehubungan yang tersebut di atas, untuk yang seharusnya memberikan keteladanan justru
menanggulangi dan menihilkan korupsi, maka, menjadi bagian dari tumbuh suburnya budaya ko-
diperlukan strategi. Istilah “strategi” yang rupsi,” ujar Djabir.
diadopsi dari kata “strategie” (bahasa Belanda), “Kasus Korupsi di Indonesia Menggila”
artinya adalah siasat perang (Habeyb, S.F., 1981). muncul sebagai respons atas temuan Laboratorium
Secara leksikal, “Strategi adalah: 1 ilmu siasat Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fa-
perang; 2 siasat perang” Poerwadarminta (1987). kultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah
Jadi, untuk menghadapi virus korupsi yang telah Mada (UGM), Yogyakarta. Lembaga akademik ini
menjalar ke mana-mana dan sulit disembuhkan melakukan riset terhadap kasus korupsi yang telah
itu, dibutuhkan suatu strategi. diputus Mahkamah Agung (MA) pada rentang
Sebuah strategi diperlukan karena sebelum 2014-2015. Hasil temuannya, pada masa itu ter-
Indonesia merdeka, virus korupsi telah menjadi dapat 803 kasus korupsi, jumlahnya meningkat
momok yang menghantui masyarakat. “Pada jauh dibanding tahun sebelumnya.
fase Zaman Kerajaan, budaya korupsi muncul Penelitian itu mengungkap, jika
dilatarbelakangi oleh kepentingan kekuasaan dan dikalkulasikan sejak 2001 hingga 2015, kasus
kekayaan. Pada fase Zaman Penjajahan, praktik korupsi yang diputus MA pada tingkat kasasi
korupsi mulai masuk dan meluas ke dalam sistem maupun Peninjauan Kembali mencapai 2.321
budaya sosial-politik” (Hamzah, 2013) kasus. Sementara, jumlah koruptor yang dihukum

JURNAL POLITIK 1893 VOL. 12 No. 02. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

mencapai 3.109. Angka ini meningkat drastis jika program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok
dibanding data sepanjang 2001-2009 yang ber- individu yang terikat oleh tempat atau waktu, yang
jumlah 549 kasus dengan 831 terpidana. diarahkan untuk menghimpun data, mengambil
Begitulah sekelumit gambaran korupsi di makna, dan memperoleh pemahaman atas masalah.
Indonesia. Lantaran upaya pemberantasan telah
dilakukan semenjak Orde Lama namun virusnya Pemberantasan Korupsi Pada Waktu Orde
tetap saja beranakpinak, maka, penulis menganggap Lama
penting untuk menekan perkembangannya. Ter- Secara historikal, periodisasi kepemim-
lebih setelah mengikuti pernyataan Ketua KPK pinan nasional Indonesia dapat diklasifikasikan ke
Agus Rahardjo dan Kepala Divisi Hukum dan dalam fase Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi.
Monitoring ICW Lalola Easter. “Kita harus Pertanyaannya, bagaimana pemberantasan korupsi
meningkatkan performa supaya kasus korupsi pada masa itu dilakukan?
tidak seperti yang hari ini terjadi di Indonesia. Sejatinya, upaya pemberantasan korupsi
Kok (korupsi) sepertinya enggak hilang-hilang,” telah dimulai sejak Orde Lama. Sepintas latar
kata Agus Rahardjo seperti dikutip Firdaus belakangnya, “Sudarto (n.d.) seperti dikutip
(2016). Sementara Lalola Easter seperti dikutip Advokat (2015) mengatakan, istilah korupsi
Rosyadi (2016) menilai, ”Program pemberantasan telah dikenal dalam masyarakat dan terasa sangat
korupsi yang dicanangkan pemerintahan Jokowi mencemaskan.” Waktu itu, “Ramdani (2015) me-
belum memuaskan, masih jauh dari harapan.” ngemukakan, nama-nama menteri pada Kabinet
Pernyataan resmi kedua lembaga itu memperkuat Ali Sastroamidjojo I dinyatakan telah melakukan
asumsi penulis bahwa penyakit korupsi sulit untuk upaya-upaya yang masuk dalam kategori tindak
disembuhkan dan layak diteliti. pidana korupsi.”
Ironisnya, korupsi juga merambah sektor Dalam situasi seperti itu, selagi pemerintah
pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, memberlakukan Keadaan Darurat Perang, Kepala
sektor pendidikan dan kesehatan merupakan sis- Staf Angkatan Darat selaku penguasa militer
tem pelayanan masyarakat yang sangat rawan mengeluarkan Peraturan No. Prt/PM-06/1957,
terhadap korupsi. Hal ini disebabkan karena kemudian dilengkapi dalam Peraturan Penguasa
sektor pendidikan dan kesehatan memiliki Militer No. Prt/PM-08/1957 tentang Pemilikan
kompleksitas yang tinggi, melibatkan banyak Harta Benda. “Advokat (2015) menyebutkan,
aktor pelaku dan juga padat modal (anggaran). dengan peraturan ini penguasa militer berwenang
Korupsi di sektor pelayanan pendidikan dan mengadakan penilikan terhadap harta benda tiap
kesehatan di Indonesia telah merugikan negara orang atau badan dalam daerahnya.” “Secara yuri-
dalam jumlah yang signifikan. Korupsi terjadi dis, regulasi ini merupakan fondasi awal bagi la-
mulai dari jajaran pemerintah pusat sampai pada hirnya regulasi-regulasi pemberantasan korupsi
level pemberi layanan. Hal ini mengindikasikan berikutnya.” (Ramdani, 2015)
bahwa Indonesia masih membutuhkan strategi Kemudian, “Darwan (2002) menerangkan,
penanggulangan korupsi di sektor pendidikan berlakunya UU Nomor 74 Tahun 1957 tentang
dan kesehatan yang tersistem, terarah dan terukur Keadaan Bahaya pada tanggal 17 April 1958
dengan strategi yang mengedepankan prinsip menjadi dasar bagi Kabinet Djuanda untuk mem-
integratif, preventif, edukatif sekaligus represif bentuk badan penyidik korupsi yang disebut Paran
dalam rangka menihilkan korupsi di sektor pen- (Panitia Retooling Aparatur Negara).”
didikan dan kesehatan. Berharap Paran dapat membongkar kasus-
Oleh karena itu, melalui pendekatan kasus korupsi yang saat itu merajalela, hasilnya
kualitatif-deskriptif dan studi kasus akan men- justru jauh panggang dari api. “Paran yang salah
cocokkan realita empirik dengan teori yang ada, satu tugasnya mengisi formulir daftar kekayaan
sehingga dapat digambarkan fenomena-fenomena pejabat, menurut Hukumprodeo (2014), mendapat
tanpa membuat hubungan dan perbandingan perlawanan hingga mengalami deadlock, hingga
dengan variabel lain. Selain itu, juga untuk akhirnya Paran mengembalikan tugas pelaksa-
menilik suatu “kesatuan sistem”, baik itu berupa naannya kepada Kabinet Djuanda.”

JURNAL POLITIK 1894 VOL. 12 No. 02. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

“Selanjutnya Darwan (2002) seperti dikutip perundangan kurang memadai. Puncaknya,


Advokat (2015), tahun 1963 dicanangkanlah pemerintah memandang perlu mengadakan pem-
apa yang disebut Operasi Budhi melalui Keppres baharuan hukum pidana sebagai pengganti UU
Nomor 275 Tahun 1963.” Melalui Operasi Budhi, Nomor 24 Prp. Tahun 1960. Lalu, melalui Amanat
diharapkan, koruptor dapat diseret ke pengadilan. Presiden No. R. 07/P.U/VIII/1970, pemerintah
Namun senasib dengan Paran, Operasi Budhi menyampaikan RUU kepada Dewan Perwakilan
yang mempunyai tugas meneruskan kasus-kasus Rakyat Gotong Royong (DPRGR) dengan maksud
korupsi ke pengadilan mengalami benturan dari mencabut dan mengganti UU Nomor 24 Prp.
penguasa. Meski berhasil menyelamatkan keu- Tahun 1960.
angan negara mencapai lebih kurang Rp 11 miliar, Setelah melewati tahap pembahasan
Operasi Budhi kemudian dibubarkan. di lembaga legislatif, RUU disahkan Presiden
“Bohari (2001) menggambarkan, selama menjadi UU Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pem-
kurun waktu tahun 1960-1970, meski telah berantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan
beberapa kali diadakan peraturan perundang- UU ini, Soeharto membentuk Komite Empat
undangan dan lembaga pemberantasan korupsi beranggotakan Prof Johanes, I.J. Kasimo, Mr.
dibentuk, namun, perkembangan dan peningkatan Wilopo, dan A. Tjokroaminoto. Komite Empat
potensi tindak pidana korupsi dirasakan terus ber- memiliki tugas utama membersihkan Departemen
langsung dengan hebat”. Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust,
Telkom, Pertamina, dan lain-lain. Namun lemah-
Pemberantasan Korupsi Pada Waktu Orde nya posisi tawar Komite Empat membuat komite
Baru tidak mampu berbuat banyak, terutama dalam
Mengawali Orde Baru, melalui pidato ke- penanganan kasus-kasus yang berkaitan dengan
negaraan di depan Anggota DPR/MPR 16 Agustus kepentingan pemerintah.
1967, Soeharto mengkritik Orde Lama yang Berikutnya, sewaktu Laksamana Sudomo
tidak sanggup memberantas korupsi. “Soeharto diangkat sebagai Pangkopkamtib, pemerintah
mengatakan bahwa rezim Orde Lamalah yang melalui Inpres Nomor 9 Tahun 1977 tentang
tidak mampu memberantas korupsi dan Soeharto Operasi Penertiban menganjurkan untuk memben-
bertekad untuk membasmi korupsi sampai ke tuk Operasi Tertib dengan tugas antara lain mem-
akar-akarnya” (Ramdani, 2015) berantas korupsi.
Pidato Soeharto seakan memberi angin “Perselisihan pendapat kemudian muncul,
segar seiring dikeluarkannya Keppres Nomor khususnya terkait metode pemberantasan korupsi
28 Tahun 1967 tentang Pembentukan Tim yang bottom up atau top down dan cenderung
Pemberantasan Korupsi, yang disusul dengan semakin melemahkan pemberantasan korupsi,
pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) hingga akhirnya Operasi Tertib hilang seiring
sebagai badan pemerintah untuk mengurusi kasus- dengan makin menguatnya kedudukan para korup-
kasus korupsi. tor di singgasana Orde Baru” Darwan (2002).
Walhasil, dalam perjalanannya, kinerja
TPK dinilai tidak serius terkait tugasnya. Hal
ini ditandai oleh protes dari banyak kalangan. Pemberantasan Korupsi Pada Waktu Orde
“Advokat (2015) menyebutkan, perusahaan- Reformasi
perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina, Di era Reformasi, pencegahan korupsi
Departemen Kehutanan banyak disorot masyarakat dimulai oleh Presiden B.J. Habibie dengan
karena dianggap sebagai sarang korupsi, yang TAP MPR Nomor: XI/MPR/1998 tentang Pe-
memicu berbagai bentuk protes dan demonstrasi nyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
mulai 1969 dan puncaknya pada 1970.” dari Korupsi, yang ditindaklanjuti dengan
Pemerintah kemudian melakukan kajian menetapkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
terhadap pelaksanaan pemberantasan korupsi, Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
yang berakhir pada simpulan bahwa kegagalan dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), di-
pemberantasan korupsi dikarenakan ketentuan susul membentuk Komisi Pengawas Kekayaan

JURNAL POLITIK 1895 VOL. 12 No. 02. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

Pejabat Negara (KPKPN). betapa mudahnya konglomerat bermasalah bisa


Selanjutnya, melalui TAP MPR Nomor mengecoh aparat hukum dengan alasan berobat ke
VIII/MPR/2001, pemerintah menetapkan UU luar negeri.” (Hukumprodeo, 2014)
Nomor 31 Tahun 1999 sebagai pengganti UU Ketika Susilo Bambang Yudhoyono naik
Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan sebagai presiden yang dipilih langsung oleh
Tindak Pidana Korupsi. Pemerintah juga me- rakyat, ekspektasi masyarakat akan pemberantasan
ngeluarkan Inpres Nomor 30 Tahun 1998 tentang korupsi meninggi. Pemerintah mengaktualisasikan
Pembentukan Komisi Pemeriksa Harta Pejabat. harapan rakyat melalui Inpres Nomor 5 Tahun
Namun, dengan seluruh perangkat aturan yang 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
ada, Habibie gagal mengusut dugaan korupsi yang Berdasarkan Inpres, BAPPENAS mengeluarkan
dilakukan Soeharto. Habibie menghentikan pe- dokumen pemberantasan korupsi yang diberi nama
nyelidikan kasus Soeharto. “Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi
Presiden berikut, Abdurrahman Wahid (RAN PK) Tahun 2004-2009”. Guna mewujudkan
membentuk lembaga Ombudsman melalui Keppres tujuan RAN, sebuah strategi disusun, yakni: a).
Nomor 44 Tahun 2000. Juga, membentuk Tim Strategi persuasive, yaitu upaya menghilangkan
Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi penyebab korupsi dan peluang korupsi; b). Strategi
(TGPTPK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor detektif, yaitu menampilkan dan mengidentifikasi
19 Tahun 2000. Namun, setelah melalui judicial tindak pidana korupsi dalam waktu sesingkat
review di Mahkamah Agung (MA), TGPTPK di- mungkin; dan c) Strategi represif, yaitu upaya
bubarkan karena dianggap tidak selaras dengan memproses tindak pidana korupsi yang telah
UU Nomor 31 Tahun 1999. diidentifikasi sebelumnya dengan cara melalui
“Padahal UU Nomor 31 Tahun 1999 juga proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
menimbulkan permasalahan, khususnya mengenai putusan pengadilan.
tidak adanya pasal yang mengatur tentang per- Namun, pemberantasan korupsi yang
aturan peralihan, sehingga pelaku korupsi pada dilakukan tidak menunjukkan hasil memuaskan.
Orde Baru, berdasarkan asas bahwa hukum tidak Hasil survai Transparency International (TI)
berlaku surut, maka, mereka tidak dapat dijerat mendudukkan Indonesia pada urutan ke-137 dari
dengan pasal korupsi karena UU Nomor 3 Tahun 145 negara dengan nilai Indeks Persepsi Korupsi
1971 yang sebelumnya sudah dinyatakan tidak (IPK) 2,0 dan negara paling terkorup di antara 12
berlaku.” (Jaya, 2005:75) negara Asia dengan nilai nyaris menyentuh angka
Selanjutnya, di masa pemerintahan Presiden mutlak 10 dengan skor 9,25 (nilai 10 merupakan
Megawati Soekarno Putri, salah satu lembaga yang nilai tertinggi atau terkorup).
dibentuk adalah Komisi Pemberantasan Korupsi Kemuian, pada masa Joko Widodo yang
(KPK). Sebelum dibentuk, pemerintah melakukan berkuasa sejak 2014, keberadaan KPK diper-
kajian terhadap UU Nomor 31 Tahun 1999 yang tahankan. Namun, dalam penilaian ICW, program
dinilai mengandung kelemahan dan akhirnya di- pemberantasan korupsi yang dicanangkan peme-
ganti dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang rintah masih jauh dari harapan, bahkan, di tahun
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. kedua belum memuaskan.
Melalui UU yang baru in casu Pasal Sekalipun upaya menihilkan korupsi
43, pemerintah mendapat amanat membentuk berlangsung sepanjang fase pemerintahan Indo-
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi nesia, namun, virus korupsi tidak pernah mati.
independent dengan tugas dan wewenang mela- Studi terhadap pelaksanaan pemberantasan ko-
kukan pemberantasan tindak pidana korupsi. rupsi sejak fase Orde Lama menunjukkan, tidak
Kemudian, berdasarkan UU Nomor 30 Tahun 2002 ada catatan khusus bagaimana pemberantasan
tentang Pembentukan Komisi Pemberantasan korupsi dilakukan secara spesifik di sektor pendi-
Tindak Pidana Korupsi, dibentuklah Komisi dikan dan kesehatan, apalagi upaya yang dilakukan
Pemberantasan Korupsi (KPK). “Tapi dengan berlangsung untuk keseluruhan sektor.
kasat mata orang dapat melihat bahwa penegakan Padahal, semestinya, sektor pendidikan
hukum di Indonesia telah merosot. Lihat saja, menjadi salah satu panglima moral bangsa.

JURNAL POLITIK 1896 VOL. 12 No. 02. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Asumsinya, sektor pendidikan seperti lembaga model tabib yang ajaib.


pendidikan ikut serta membangun logika, etika, Idealnya begitu. Tapi yang terjadi adalah,
dan estetika peserta didik. Lembaga pendidikan lembaga kesehatan termasuk salah satu sarang
adalah model guru yang dapat digugu dan ditiru. penyakit korupsi.
Begitu idealnya. Tapi yang terjadi adalah, lembaga Betapa tidak, dalam periode 2001-2013,
pendidikan termasuk dalam salah satu korban penegak hukum seperti Kejaksaan, Kepolisian, dan
penyakit korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di seluruh
Sepanjang 2011 misalnya, seperti Indonesia berhasil menindak 122 kasus korupsi
diungkap Indonesia Corruption Watch (ICW), kesehatan dengan kerugian negara mencapai Rp
sektor pendidikan paling banyak dikorupsi hingga 594 miliar.
negara mengalami kerugian senilai Rp 2,1 triliun. Hasil identifikasi ICW mengungkapkan,
Berikutnya, selama 2006-2015, sektor pendidikan dari 122 kasus korupsi kesehatan yang ditindak
mencetak 425 kasus korupsi dengan kerugian ne- penegak hukum sebagian besar dilakukan dengan
gara mencapai Rp 1,3 triliun dan nilai suap Rp 55 modus mark up atau penggelembungan harga
miliar. barang dan jasa. Modusnya dilakukan dengan
Hasil identifikasi ICW memaparkan mudah karena adanya kongkalikong antara panitia
beberapa modus penyelewengan. “Dalam kurun pengadaan yang diintervensi atasannya dengan re-
waktu 10 tahun terakhir, kasus korupsi sektor kanan pengadaan.
pendidikan didominasi modus penggelapan dan Menurut temuan ICW, dana program
pembengkakkan atau mark up rencana anggaran” kuratif di dalam APBN dan APBD Kesehatan
(Suastha, Riva Dessthania, 2016). Lima objek merupakan dana paling rawan korupsi dibanding
dana yang paling banyak dikorupsi, adalah Dana dana untuk program promotif, preventif, dan
Khusus Alokasi (DAK), dana sarana prasarana rehabilitatif. Dari 122 kasus korupsi sektor kese-
sekolah, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hatan, sebagian besar (93 persen) berkenaan
infrastruktur sekolah, dan buku. dengan pengelolaan dana program kuratif seperti
Objek paling banyak dikorupsi adalah pengadaan alat kesehatan (alkes), obat, jaminan
DAK (85 kasus) dengan kerugian negara mencapai kesehatan, pembangunan/rehabilitasi rumah sakit
Rp 377 miliar. Adapun lima lembaga paling besar dan puskesmas, serta laboratorium.
kasus korupsinya meliputi Dinas Pendidikan, Objek paling banyak dikorupsi adalah
Sekolah, Universitas, Pemkot/Pemkab, dan Peme- dana pengadaan alkes (43 kasus) dengan kerugian
rintah Provinsi. negara mencapai Rp 442 miliar. Sejumlah pejabat
“Dinas pendidikan merupakan tempat ter- tinggi terkait kesehatan di pemerintahan pusat dan
jadinya korupsi terbanyak, yaitu 214 kasus dengan daerah terlibat sebagai tersangka. Pejabat tinggi
nilai kerugian negara sebesar Rp 457 miliar, dimaksud antara lain dua Menteri Kesehatan, dua
sekolah adalah tempat terjadi korupsi terbanyak Dirjen Kementerian Kesehatan, tujuh Anggota
kedua setelah dinas pendidikan” (Dhani, Oga DPR/DPRD, tiga Kepala Daerah, 31 Kepala
Umar, 2016). Pelakunya melibatkan anggota Dinas Kesehatan, 14 Direktur Rumah Sakit, dan 5
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Pemerintah Kepala Puskesmas.
Daerah (Pemda) hingga pejabat di Kementerian Laporan ICW membuktikan lembaga
Pendidikan dan Kebudayaan. kesehatan sebagai korban sekaligus pelaku tindak
Laporan ICW membuktikan lembaga pen- korupsi. Lantas, bagaimana menihilkan korupsi di
didikan sebagai korban sekaligus pelaku tindak sektor kesehatan?
korupsi. ? Rasanya adalah sesuatu pekerjaan
Selaras dengan itu, semestinya, sektor mustahil, akar korupsi sudah sedemikian dalam,
kesehatan menjadi dokter yang dapat menyehatkan tertanam sejak fase Orde Baru, dan terdapat
bangsa dan negara. Asumsinya, sektor kesehatan kemungkinan akan terus berkembang seturut
seperti lembaga kesehatan menjadi tempat per- dengan Teori Belajar Sosial model Bandura atau
tolongan orang sakit. Lembaga kesehatan adalah mengikuti Teori Vroom. Makin terasa mustahil
karna sektor pendidikan dan kesehatan tidak dapat

JURNAL POLITIK 1897 VOL. 12 No. 02. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

berjalan sendirian tanpa adanya interaksi antar- i. Peningkatan kualitas penerapan sistem
sektor dengan sektor lain. pengendalian manajemen;
Satu hal, studi terhadap upaya pembe- j. Penyempurnaan manajemen Barang
rantasan korupsi sepanjang fase pemerintahan Kekayaan Milik Negara (BKMN) ;
Indonesia menunjukkan pola dan bentuknya sama, k. Peningkatan kualitas pelayanan kepada
hanya nama dan istilahnya yang berbeda. Contoh masyarakat ;
pada fase Orde Lama, mula-mula dicarikan l. Kampanye untuk menciptakan nilai
dahulu dasar hukumnya, bikin aturannya, terus (value) anti korupsi secara nasional;
bentuk badan pelaksananya, lalu lahirlah lembaga 2. Strategi Detektif : Strategi detektif diarahkan
Paran dan selanjutnya Operasi Budhi. Demikian untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan
pula dalam fase pemerintahan selanjutnya. Pola korupsi. Strategi detektif dapat dilakukan
dan bentuknya serupa, hanya nama dan istilah dengan :
lembaganya yang beda, sementara penyakit korup- a. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas
sinya tidak pernah terselesaikan! pengaduan dari masyarakat ;
Temuan tadi dikemukakan karena apabila b. Pemberlakuan kewajiban pelaporan
maksud menihilkan korupsi di sektor pendidikan transaksi keuangan tertentu ;
dan kesehatan adalah dalam rangka mencari solusi, c. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang
metode, strategi, atau semacamnya, maka nasibnya jabatan dan fungsi publik;
akan seperti yang sudah-sudah. Sekalipun dengan d. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti
nama dan istilahnya berbeda, dalam penerapannya korupsi dan anti pencucian uang di
mesti melintasi proses mekanisme yang sama, e. masyarakat internasional ;
yakni: apa dasar hukumnya, bagaimana aturan f. Dimulainya penggunaan nomor
pelaksanaannya, siapa dan apa nama badan kependudukan nasional ;
pelaksananya, strateginya, dan seterusnya. g. Peningkatan kemampuan APFP/SPI
Strategi atau upaya untuk menihilkan dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.
korupsi baik di sektor pendidikan maupun ke- 3. Strategi Represif : Strategi represif diarahkan
sehatan menurut BPKP dapat dilakukan stra- untuk menangani atau memproses perbuatan
tegi preventif, detektif dan represif yang perlu korupsi sesuai dengan peraturan perundang-
dilakukan, sebagai berikut : undangan yang berlaku. Strategi represif da-
1. Strategi Preventif : Strategi preventif pat dilakukan dengan :
diarahkan untuk mencegah terjadinya ko- a. Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi
rupsi dengan cara menghilangkan atau ;
meminimalkan faktor-faktor penyebab atau b. Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan
peluang terjadinya korupsi. Strategi preventif penghukuman koruptor besar (Catch
dapat dilakukan dengan : some big fishes);
a. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat ; c. Penentuan jenis-jenis atau kelompok-
b. Memperkuat Mahkamah Agung dan kelompok korupsi yang diprioritaskan
jajaran peradilan di bawahnya ; untuk
c. Membangun kode etik di sektor publik ; diberantas ;
d. Membangun kode etik di sektor Parpol, d. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik
Organisasi Profesi dan Asosiasi Bisnis; ;
e. Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi e. Meneliti dan mengevaluasi proses
secara berkelanjutan ; penanganan perkara korupsi dalam sistem
f. Penyempurnaan manajemen sumber peradilan pidana secara terus menerus ;
daya manusia (SDM) dan peningkatan f. Pemberlakuan sistem pemantauan proses
g. kesejahteraan Pegawai Negeri ; penanganan tindak pidana korupsi
h. Pengharusan pembuatan perencanaan secara terpadu ;
stratejik dan laporan akuntabilitas kinerja g. Publikasi kasus-kasus tindak pidana
bagi instansi pemerintah; korupsi beserta analisisnya ;

JURNAL POLITIK 1898 VOL. 12 No. 02. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

h. Pengaturan kembali hubungan dan standar kesehatan.


kerja antara tugas penyidik tindak pidana
korupsi dengan penyidik umum, PPNS SIMPULAN
dan penuntut umum. Beberapa simpulan yang diperoleh
Pelaksanaan strategi preventif, detektif dalam penelitian, yakni: Pertama, faktor-faktor
dan represif sebagaimana tersebut di atas akan penyebab korupsi dari sektor pendidikan dan
memakan waktu yang lama, karena melibatkan kesehatan terdari dari aspek perilaku individu,
semua komponen bangsa, baik legislatif, eksekutif organisasi, masyarakat, peraturan dan perundang-
maupun judikatif. Sambil terus berupaya undangan yang bersifat monopolistik. Kedua,
mewujudkan strategi di atas, perludibuat upaya- sektor pendidikan dan kesehatan merupakan
upaya nyata yang bersifat segera. Upaya yang sektor pelayanan masyarakat yang rentan dengan
dapat segera dilakukan untuk mencegah dan korupsi, mulai dari pembelian fasilitas pelayanan
menanggulangi korupsi tersebut antara lain adalah hingga pemberian kualitas pelayanan. Ketiga,
dengan meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu untuk menanggulangi korupsi di sektor pendidikan
sistem pengawasan internal (built in control), dan kesehatan dapat melakukan strategi preventif,
maupun pengawasan fungsional, yang dipadukan detektif, represif. Strategi yang lebih berperan
dengan pengawasan masyarakat (wasmas) dan dalam menihilkan di sektor pendidikan dan
pengawasan legislatif (wasleg). kesehatan adalah dengan melakukan revolusi
Oleh karena itu, diperlukan juga strategi moral.
preventif yang lebih cepat untuk menihilkan Sementara itu, rekomendasinya adalah
korupsi di sektor pendidikan dan kesehatan yaitu untuk melakukan revolusi moral di mulai dari
secara bersama-sama melakukan revolusi moral diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan
sebagai kekuatan civil society. Civil society masyarakat dan lingkungan negara dari mulai
adalah aneka kelompok masyarakat yang tidak pegawai sampai dengan pejabat penting negara di
tercakup dalam institusi dan aparat negara, tapi sektor pendidikan dan kesehatan maupun di sektor
karena kepentingannya terlibat, langsung atau lainnya melalui menanamkan sikap kejujuran
tidak langsung dalam interaksi dan penentuan bekerja.
kebijasanaan publik (Ashab Mahasin dalam
Hidajah (2004). Revolusi merupakan perubahan
sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara
cepat menyangkut pokok-pokok kehidupan
masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan
dapat direncanakan dan tanpa direncanakan dan
Kepustakaan
dapat dijalankan tanpa kekerasan atau dengan
kekerasan. Moral adalah suatu keyakinan tentang
Advokat, Central. 2015. Sejarah Pemberantasan
benar-salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
Korupsi di Indonesia. [Online].
kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau
pemikiran. Situs web Wikipedia menyebutkan,
Tersedia:http://hukumpalembang.blogspot.
“Moral adalah juga istilah manusia menyebut
co.id/2015/03/sejarah-pemberantasan-
ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
korupsi-di.html.[26 Oktober 2016]
yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral, tidak bermoral,
tidak memiliki nilai positif di mata manusia Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian.
lainnya.” Koruptor itu amoral!. Oleh karena itu, Yogyakarta : Bina Aksara, p. 158
strategi preventif revolusi moral merupakan salah
satu usaha pencegahan korupsi yang diarahkan Ashari, Muhammad. 2016. Korupsi di Indonesia
untuk meminimalkan dan menihilkan penyebab Makin Akut dan Kronis. Pikiran
dan peluang korupsi di sektor pendidikan dan
Rakyat.[Online].Tersedia: http://www.
pikiran-rakyat.com/nasional/2016/09/18/

JURNAL POLITIK 1899 VOL. 12 No. 02. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

korupsi-di-indonesia-makin-akut-dan- Tersedia: https://sutardjo70.wordpress.


kronis-380124.[25 Oktober 2016] com/2011/12/22/memahami-korupsi-untuk-
tidak-korupsi/. [26 Oktober 2016]
Ayuningtyas, Rita. 2016. Kasus Korupsi di
Indonesia Menggila. [Online]. Hamzah, Andi. 2002. Pemberantasan Korupsi
Ditinjau Dari Hukum Pidana. Jakarta: Pusat
Tersedia: http://news.liputan6.com/
read/2477341/kasus-korupsi-di-indonesia- Studi Hukum Pidana Universitas Trisakti
menggila. [25 Oktober 2016]
Hamzah, Herdiansyah. 2013. Jejak Sejarah
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Budaya Korupsi di Indonesia.
2002. Upaya Pencegahan dan
Penanggulangan Korupsi pada Pengelolaan [Online]. Tersedia: http://www.herdi.web.
Pelayanan Masyarakat. Jakarta : BKPN. id/jejak-budaya-korupsi-di-indonesia/
Tim Pengkajian SKPN.
[25 Oktober 2016]
Bohari. 2001. Jejak Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hamzah, Jur. Andi. 2005. Pemberantasan Korupsi
Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Chairudin. 1991. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar
Grafika. Internasioanal. Jakarta: Penerbit PT Raja
Grafindo Persada
Darwan, Prints. 2002. Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Bandung: Citra Aditya Hartanti, Evi. 2007. Korupsi dan
Perkembangannya. Jakarta: Bina Aksara, p.
Bakti. 22-23

Dhani, Oga Umar. 2016. DAK dan Dana BOS Hidajah, Siti Hidajatul. 2004. Birokrasi dan
Paling Rentan Korupsi di Sektor Pendidikan Pembentukan Civil Society Analisis
Peran dan Fungsi Birokrasi di Indonesia.
Indonesia. [Online]. Tersedia:http:// Surabaya: Pukad-Hali,
mediaaceh.co/news/dak-dan-dana-
bos-paling-rentan-korupsi-di-sektor- Hukumprodeo. 2014. Korupsi Dalam Perjalanan
pendidikan-indonesia-9880.[25 Oktober Sejarah Indonesia. [Internet].
2016]
Tersedia: http://www.hukumprodeo.com/
Firdaus, Edwin. 2016. Ketua KPK: Korupsi korupsi-dalam-perjalanan-sejarah-
Sepertinya Tak Hilang-hilang.
indonesia/ [26 Oktober 2016]
[Online].Tersedia:http://nasional.news.viva.
co.id/news/read/810134-ketua-kpk-korupsi- Jaya, Nyoman Serikat Putra. 2005. Tindak Pidana
sepertinya-tak-hilang-hilang.[25 Oktober Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di
2016]
Indonesia. Semarang: Badan Penerbit
Habeyb, S.F. 1981. Kamus Populer. Jakarta: UNDIP.
Centra, Cetakan Ke-20, p.355
Klitgaard, Robert. 2005. Membasmi Korupsi.
Hakim, Sahrul. 2011. Memahami Korupsi Untuk Jakarta: Yayasan Obor.
Tidak Korupsi. [Online].

JURNAL POLITIK 1900 VOL. 12 No. 02. 2016


POLITIK Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan

Muhaimin, Yahya A. 1990. Bisnis dan Politik:


Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-
1980. Jakarta:  LP3ES.

Nasir, Ridwan, 2006, Dialektika Islam dengan


Problem Kontemporer, Surabaya: IAIN
Press & LKiS.

Noer, Deliar Noer. 2-18. Partai Islam dalam


Pentas Nasional.Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti.

Poernomo. Bambang. 1984. Pertumbuhan Hukum


Penyimpangan Di Luar Kodifikasi

Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Umum


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prodjohamidjojo, Martiman. 2005. Pemberantasan


Korupsi di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Ramdani, Saifulloh. 2015. Pola Pelemahan Badan


Pemberantasan Korupsi

Dari Masa Ke Masa. [Online].


Tersedia:https://www.selasar.com/budaya/
pelemahan-badan-pemberantasan-korupsi-
dari-masa-ke-masa).[25 Oktober 2016]

Rosyadi, Dede. 2016. ICW: Pemberantasan


korupsi 2 tahun Jokowi masih jauh

dari harapan. Merdeka [Online]. Tersedia:


https://www.merdeka.com/peristiwa/icw-
pemberantasan-korupsi-2-tahun-jokowi-
masih-jauh-dari-harapan.html. [25 Oktober
2016]

Sudarto (n.d.). 27767. Pemberantasan Korupsi.


Jakarta:Sinar Grafika.

JURNAL POLITIK 1901 VOL. 12 No. 02. 2016


Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan POLITIK

JURNAL POLITIK 1902 VOL. 12 No. 02. 2016

Anda mungkin juga menyukai