Sintia Paramita
0305192045
Pendidikan Matematika
Pendahuluan
Didalam makalah ini, akan di sajikan tentang pembagian hadis dari segi
kualitas dan kuntitas sanad. Dari segi kuantitas sanad mencakup: mutawatir,
ahad, dan gharib. Sedangkan dari segi kualitas sanad mencakup : shahih, hasan
dan dhaif.
UIN-Sumatera Utara 1
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
Dari makalah ini diharapkan pembaca bisa mengerti dan memahami hadis
dari segi kualitas dan kuantitas sanad. Jadi tidak akan terjadi keragu-raguan
dalam mengikuti amalan yang di perbuat dari hadis.
Sebelum kita masuk pada pembagian hadis maka sebelumnya kita harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan sanad. Untuk memahami tentang sanad
hadis, perlu lebih dahulu memahami riwayah al-hadis. Dalam istilah ilmu hadis,
yang dimaksud dengan riwayah al-hadis atau al-riawayah adalah kegiatan
penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran hadis itu kepada mata-
rantai para periwayatnya dengan bentuk bentuk tertentu. Ada tiga unsur yang
harus dipenuhi dalam periwayahan hadis, yaitu:
Sanad berarti sandaran, yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad SAW
sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadis itu atau mudawwin
(orang yang menghimpun atau membukukan) hadis. Sanad biasa disebut juga
dengan isnad yang artinya penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama yang
menjadi sanad hadis itu adalah perawi juga. Atau dengan redaksi lain sanad adalah
UIN-Sumatera Utara 2
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
Kuantitas hadis disini yaitu dari segi jumlah orang yang meriwayatkan
suatu hadis atau dari segi jumlah sanadnya. Jumhur ulama membagi hadis secara
garis besar menjadi dua macam, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad, di samping
pembagian lain yang diikuti oleh sebagian para ulama yaitu pembagian menjadi
tiga macam yaitu: hadis mutawatir, hadis masyhur dan hadis ahad.4
A. Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir secara bahasa merupakan isim fa’il dari kata al-tawatur
yang bermakna al-tatabu (berturut-turut) atau datangnya sesuatu secara berturut-
turut dan bergantian tanpa ada yang menyela. Secara istilah, dikalangan ulama
hadis, hadis mutawatir didefinisikan dengan redaksi yang beragam meskipun
esensinya sama, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak periwayat pada tiap-
tiap tingkatan sanadnya sehingga dapat dipercaya kebenarannya mustahil mereka
sepakat berdusta tentang hadis yang mereka riwayatkan.5
UIN-Sumatera Utara 3
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
Hadis mutawatir lafdzi adalah hadis mutawatir dengan susuna redaksi yang
sama persis. 7Contoh hadis mutawatir lafdzi yaitu:
Artinya : “… Barang siapa yang dengan sengaja berbuat dusta atas namaku,
niscaya ia menempati tempat duduknya dari api neraka”
UIN-Sumatera Utara 4
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
puluh orang sahabat, rasul yang meriwayatkan hadis itu dengaan redaksi yang
sama.8
Artinya : “Konon Nabi saw tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-
doa beliau, selain dalam doa istisqa, dan beliau mengangkat tangannya hingga
nampak putih-putih kedua ketiaknya.” (Riwayat bukhari dan muslim)
Mutawatir amali adalah sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa dia
termasuk urusan agama dan telah mutawatir antara umat Islam bahwa Nabi SAW
mengerjakannya, menyuruhnya dan selain dari itu. Macam jumlah hadits
8 Ibid. hal 62
UIN-Sumatera Utara 5
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
mutawatir amali ini banyak jumlahnya, seperti shalat janazah, shalat ied,
pelaksanaan haji, kadar zakat dan lain-lain.
B. Hadis Ahad
Secara bahasa kata ahad atau wahid berarti satu. Maka hadis
ahad atau hadis wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang.
9Sedangkan hadis ahad menurut definisi singkat :
1. Hadis Masyhur
UIN-Sumatera Utara 6
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
“Hadis yang diriwayatkan dua orang atau lebih tetapi tidak sampai batasan
mutawatir”
Contohnya :
Hadits Masyhur yang dhaif, artinya Hadits Masyhur yang tidak memiliki
syarat-syarat atau kurang salah satu syaratnya dari syarat hadits shahih.
Dan tidak dapat dijadikan hujjah.
2. Hadits Aziz
Aziz menurut bahasa berarti mulia, kuat, atau sedikit. Secara terminologis,
aziz didefinisikan sebagai Hadis yang diriwayatkan oleh sedikitnya dua orang
perawi diterima dari dua orang pula.
Sebagaimana hadits Masyhur, hadits aziz terbagi kepada shahih, hasan dan
da’if. Pembagian ini tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya ketentuan-
ketentuan atau syarat-syarat yang berkaitan dengan kualitas ketiga kategori
tersebut.
Contohnya :
UIN-Sumatera Utara 7
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
Artinya: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, hingga aku lebih dicintai
dari pada dirinya, orang tuanya, anaknya dan semua manusia” (H.R. al-Bukhari
dan Muslim)
3. Hadits Gharib
UIN-Sumatera Utara 8
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
1. Hadist Shahih
ُ َد
ِْىث ْ َ
الح ُُ ف
هو َّحِىْحُ الصِْىت َد ْ َّ
الح َماا
دل
ِ ْ ِ
ْالعض ْد
ِل َق
ِن ُد
ه ب َُ
ِسْنا ُُِل ََّلذ
ِىَْىتص د اَُ
ُسْن ْ
الم
َ
ْتحا
من َِ
ُ ل ِ ا
ِطَّا ب ِ الض َْ
د ل ْ َِن
الع ِ ع َّا ب
ِط الض
َّ م
َعلُل ًا و
ُ ََال َذ ُْ
ن شا ُو
َالََىك
ه وُ
Artinya : “Adapun hadist shahih ialah hadist yang sanadnya bersambung (sampai
kepada Nabi), diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit sampai akhir
sanad, tidak ada kejanggalan dan berillat”.
َا
ثنَد
ََّ
ة حَُ َي
ْب ُت
ُ ق ْ ِيد
بن سَع، َا َد
ثن ََّ
ِير ح َر ج،
ْ
َنة عَََارُم
بنِ ع َاع
ْ ِ ْقَع ْ ِبن
الق ْ ةَمَُْر شُب، َْن ع
ِيَب
ة أََ ُر
ْع ز، ْ
َنِي عَب ََ
ة أ َْ
يرهر ُ ِي َض
اّللُ ر
َّ
ُْ
ه َن
ع، ل ََا
ق: ء ََا
ُل جَجَِلى ر
ِ إَسُول َّ لى
اّللِ ر ََّ
ص
ُاّلل
َّ ِ ْه
ليََ
َ ع
لمَََّس
و، ل ََا
َق ف: يا ََسُو
َ ل َّ ْ
اّللِ ر منَ
UIN-Sumatera Utara 9
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
َح
َق َّاسِ أ
ُسْنِ الن ِح
ِي ب ََا
بت َح
ل ؟ ص ََا
ق: َُمك أ.
ََا
ل ق: َّ ُ ْ
ثم َ ل ؟
من ََا ق: َّ ُ َُمك
ثم أ. ََا
ل ق:
َّ
ثم ُ ْ َ ل ؟
من ََا
ق: َّ
ثمُ َُمك
أ. ل ََا
ق: َّ
ثم ُ ْ
منَ
ل ؟ََا ق: َّ
ثمُ َُ
بوكأ
2. Hadist Hasan
َ
َل َِّى ا
ِتص َّ ُ
الذ ِْ
يث َالح
َد هو ُ ُ ُ الح
َسَن يثْ د
َِالح
َذ و
ََال ُ شا
ْر َي
ه غُُ
ْطَب َف
َّ ض دل خَْ ْل
ِ ع َق
ِن ُد
ه ب َُسَن
ََّ
لل معُ
Artinya : “Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh rawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya hafalnya,
tidak rancu dan tidak bercacat”.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa hadist hasan
hampir sama dengan hadist shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal
UIN-Sumatera Utara 10
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
ingatan perawi. Pada hadist shahih, ingatan atau daya hafalannya harus sempurna,
sedangkan pada hadist hasan, ingatan atau daya hafalannya kurang sempurna.
Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadist hasan dapat dirinci sebagai berikut :
Sanadnya bersambung
Perawinya adil
Perawinya dhabit, tetapi ke dhabit-tanyaa di bawah ke dhabitan perawi
hadist hasan
tidak terdapat kejanggalan (syadz)
tidak ada illat (cacat)
َا
ثنَدََّ
ِي ح ُ ع
َل بنْ َِسَن ْ ِي
الح ُوف ْ َا
الك ثنَد
ََّ َُ
بو ح أ
َى ْي َ ُ
يح ِيل َع
ِسْمُ إ ْ َ
بن َاه
ِيم برِْ
ِي إ ْم ْ الت
َّي َنع
َِي
د يزَ ِبن
ْ ِي َب
ياد أ َِ ْ زَن
ِ عْدَب
َنِ ع ْمَّح
بنِ الر ْ
ِيَبلى أ َْ
ْ َلي َنء ع َِاَر ْ ِبن
الب ْ ِب َاز ل عََا َ َ
الق ق
َُسُو
ل َّ لى
اّللِ ر ََّ
اّللُ ص
َّ ِ ْه
ليََ
َ علمَََّس
َق و ََ
لى ح ع
َ ِم
ِين ُسْل ْ ن
الم َْ
ِلوا أَُس
ْت َ َ
يغ ْم
يوَ ِ
َةُع
ُم ْ
الج
ََّس
َمَْلي
ْ و
همُد َح
َُ ْ أ
ِن ِ ط
ِيبِ م ِه
هلَْ
ن أ َِ
ْإ د َلم
ْ ف ِْيجَ
َُا
ء ْ َ
الم ه فُِيب َل ط
Artinya: “Berkata Ali ibnu Hasan Al Kufiy, berkata Abu Yahya Isma’il ibn
Ibrahim At Taimiy, dari Yazid ibn Abi Ziyad, dari Abdurrahim ibn Abi Laila, dari
Al Bara’i ibn Ngazib berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Adalah hak bagi
orang-orang Muslim mandi di hari Jum’at. Hendaklah mengusap salah seorang
mereka dari wangi-wangian keluarganya. Jika ia tidak memperoleh, airpun cukup
menjadi wangi-wangian.”
UIN-Sumatera Utara 11
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
3. Hadist Dhaif
Dhaif, kata dhaif menurut bahasa bararti lemah, sebagai lawan dari kata
dhaif adalah kuat. Maka sebutan hadist dhaif dari segi bahasa berarti hadist yang
lemah atau hadist yang tidak kuat. Secara istilah, diantara para ulama terdapat
perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadist dhaif ini. Akan tetapi, pada
dasarnya, ini isi dan maksudnya adalah sama.
َال َّة
ِ و ُ الص
َّح ْط ِ شُر
ُ و ِىْه َْ
د ف ْ ج َ لم
ُْىو ََما
ْ ُ
ِالحسَن ْط
ُوشُر
Artinya : “hadist yang didalamya tidak terdapat syarat-syarat hadist
shahih dan syarat-syarat hadist hasan”.
Contoh hadist dhaif :
ْ
لوُي
َ ََُل ُل
ه ف ُْ
َق ََ
لسَ عْتَآج ْر
ِ ف ْلع
َص داَْ
بعَ ََم ْ نا َ
من
َُْس
ه نفَ َِّال
َّ ا
من َ
Hadis muallaq secara bahasa adalah isim maf”ul dari kata ‘allaqa, yang
berarti “menggantungkan sesuatu pada sesuatu yang yang lain hingga ia menjadi
UIN-Sumatera Utara 12
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
tergantung”. 11Secara istilah hadis muallaq adalahhadis yang dihapus dari awal
sanadnya seorang perawi atau lebih secara berturut turut.
H12adis mursal adalah hadis yang gugur dari akhir sanadnya, seorang
perawi sesudah thabi’i. Kata mursal secara bahasa beerarti terlepas atau
terceraikan dengan cepat atau tanpa ada halangan. Kata ini kemudian digunakan
hadis tertentu yang periwayatnya melepaskan hadis tanpa terlebih dahulu
mengaitkannya kepada sahabat yang menerima hadis itu dari Nabi.
Keterputusan di tengah sanad dapat terjadi pada satu sanad atau lebih,
secara berturut-turut atau tidak, jika keterputusan terjadi di tengah sanad pada satu
tempat atau dua tempat dalam keadaan yang tidak berturut-turut, hadis yang
bersangkutan dinamakan hadis munqathi’. Kata munqathi’ berasal dari bentuk
inqatha’a yang berarti berhenti, kering, patah, pecah, atau putus.
Hadis munqati’ adalah hadis yang sanadnya terputus di bagian mana saja,
baik sanad terakhir atau periwayat pertama (sahabat) maupun bukan
sahabat (selain periwayat pertama).
UIN-Sumatera Utara 13
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
Di samping hadis itu, hadis yang termasuk kategori hadis dhaif karena
sanadnya diduga mengalami keterputusan adalah hadis al mu’an’an dan al-
muannan. Kata al-mu’an’na merupakan bentuk maful dari kata ‘an’ana yang
berarti periwayat berkata (dari....dari....) secara bahasa berarti pernyataan
periwayat:si anu dari si anu. Kata al-muannan berasal dari kata annana yang
berarti periwayat berkata (bahwa...bahwa...) yang menunjukkan bahwa periwayat
meriwayatkan hadis dari periwayat lain dengan menggunakan metode.
v. Hadis mu’dhal.
UIN-Sumatera Utara 14
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
hadis mu’dhal adalah hadis yang gugur dua orang periwayatnya atau lebih
secara berturut-turut baik gugurnya itu di antara sahabat dngan tabiin,
antara tabiin dengan tabi’ al-tabi’in atau dua orang sesudah mereka.
Hadis mawquf adalah hadis yang disandarkan kepada sahabat nabi taua
hadis yang diriwayatkan dari para sahabat berupa perkataan, perbuatan, atau
persetujuannya. Dilihat dari bahasa, kata mawquf berasal dari kata waqafa yaqifu
yang berarti di hentikan atau diwakafkan. Maksudnya, hadis jenis ini dihentikan
penyandarannya kepada sahabat dan tidak sampai kepada nabi.
a. Hadits mawdhu
Kriteria hadits mawdhu cukup banyak berbeda dengan kriteria hadits yang
lain yang relatif lebih sedikit dan dikalangan ulama tidak ditentukan secara
teperinci. Kriteria hadits pals dapat dipaparkan sebagai berikut:
UIN-Sumatera Utara 15
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
b. Hadits matruk
Hadits yang diriwayatkan tidak diriwayatka kecuali dari periwayat itu dan
bertentangan denga kaidah-kaidah yang telah diketahui.
Diketahui periwayat berdusta dalam pembicaraan kesehariaan, tetapi
belum terbukti pernah berdusta tentang hadits nabi.
c. Hadits munkar
Hadits munkar berasal dari kata al-inkar (mengingkari) lawan dari al-
iqrar (menetapkan). Kata munkar digunakan untuk hadits yang seakan
mengingkari atau berlawanan dengan hadits lain yang lebih kuat. Dikalangan
ulama hadits, hadits munkar didefinisikan dengan:
Penutup
UIN-Sumatera Utara 16
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang
lain.
Dalam istilah ilmu hadis, yang dimaksud dengan riwayah al-hadis atau al-
riawayah adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran
hadis itu kepada mata-rantai para periwayatnya dengan bentuk bentuk tertentu.
Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayahan hadis, yaitu:
Daftar Pustaka
Sutarmadi, Ahmad. 1998. Al-Imam Al-Tirmidzi. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
UIN-Sumatera Utara 17
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…
UIN-Sumatera Utara 18