Anda di halaman 1dari 18

Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS DAN


KUANTITAS SANAD

Sintia Paramita

0305192045
Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara

Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate 20371

Pendahuluan

Hadis merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an.


Sebelum menerapkan sesuatau yang baru dalam hidup ada kalanya kita harus tau
asal muasal kualitas dari sesuatu perkataan juga perbuatan dari Nabi Muhammad
ditulis dalam hadis. Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-Jadid yang artinya
sesuatu yang baru. Hadis sering disebut dengan al-Khabar yang berarti berita,
yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang
lain.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan banyak bermunculan penelitian


tentang kajian keilmuan islam, terutama dalam hadis banyak sekali bahasan dalam
ilmu hadis yang sangat menarik dan sangat penting untuk dibahas dan dipelajari,
terutama masalah ilmu hadis. Maka sebelum memakai hadis adakalanya kita harus
tau kualitas dan kuantitasnya.

Didalam makalah ini, akan di sajikan tentang pembagian hadis dari segi
kualitas dan kuntitas sanad. Dari segi kuantitas sanad mencakup: mutawatir,
ahad, dan gharib. Sedangkan dari segi kualitas sanad mencakup : shahih, hasan
dan dhaif.

UIN-Sumatera Utara 1
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

Dari makalah ini diharapkan pembaca bisa mengerti dan memahami hadis
dari segi kualitas dan kuantitas sanad. Jadi tidak akan terjadi keragu-raguan
dalam mengikuti amalan yang di perbuat dari hadis.

Pembagian Hadis Dari Segi Kuantitas dan Kualitas Sanad

Sebelum kita masuk pada pembagian hadis maka sebelumnya kita harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan sanad. Untuk memahami tentang sanad
hadis, perlu lebih dahulu memahami riwayah al-hadis. Dalam istilah ilmu hadis,
yang dimaksud dengan riwayah al-hadis atau al-riawayah adalah kegiatan
penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran hadis itu kepada mata-
rantai para periwayatnya dengan bentuk bentuk tertentu. Ada tiga unsur yang
harus dipenuhi dalam periwayahan hadis, yaitu:

1. Kegiatan menerima hadis dari periwayat hadis,


2. Kegiatan mnyampaikan hadis itu kepada orang lain, dan
3. Ketika hadis itu disampaikan maka susunan mata rantai periwayatan
disebutkan.1

Dengan mengikuti penjelasan di atas, maka dengan jelas bahwa orang


yang melakukan periwayatan hadis disebut al-rawi; apa yang diriwayatkan
disebut al-rawiyah; susunan mata rantai periwayatnya disebut sanad atau lazim
pula disebut isnad dan kalimat yang disebutkan setelah sanad disebut matan. Jadi
jelaslah bahwa sanad hadis sama dengan susunan mata rantai periwayat hadis, dan
diikutsertakan dengan hadis yang hendak disampaikan kepada seseorang atau
murid. 2

Sanad berarti sandaran, yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad SAW
sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadis itu atau mudawwin
(orang yang menghimpun atau membukukan) hadis. Sanad biasa disebut juga
dengan isnad yang artinya penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama yang
menjadi sanad hadis itu adalah perawi juga. Atau dengan redaksi lain sanad adalah

1 Sa’dullah Assa’id, Hadis-hadis Sekte,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal.12


2 Ibid.

UIN-Sumatera Utara 2
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

periwayatan yang dapat menghubungkan matan hadis kepada Nabi Muhammad


SAW.3

1. Pembagian hadis berdasarkan kuantitas sanad

Kuantitas hadis disini yaitu dari segi jumlah orang yang meriwayatkan
suatu hadis atau dari segi jumlah sanadnya. Jumhur ulama membagi hadis secara
garis besar menjadi dua macam, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad, di samping
pembagian lain yang diikuti oleh sebagian para ulama yaitu pembagian menjadi
tiga macam yaitu: hadis mutawatir, hadis masyhur dan hadis ahad.4

A. Hadis Mutawatir

Hadis mutawatir secara bahasa merupakan isim fa’il dari kata al-tawatur
yang bermakna al-tatabu (berturut-turut) atau datangnya sesuatu secara berturut-
turut dan bergantian tanpa ada yang menyela. Secara istilah, dikalangan ulama
hadis, hadis mutawatir didefinisikan dengan redaksi yang beragam meskipun
esensinya sama, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak periwayat pada tiap-
tiap tingkatan sanadnya sehingga dapat dipercaya kebenarannya mustahil mereka
sepakat berdusta tentang hadis yang mereka riwayatkan.5

Syarat Syarat Hadis Mutawatir

Hadis mutawatir dinyatakan valid ke mutawatirannya apabila memenuhi


persyaratan berikut:

1.Diriwaayatkan Oleh Perawi Yang Banyak

Hadist mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang


membawa keyakinan bahwa mereka tidak bersepakat untuk berdusta. Para ulama
berbeda pendapat ada yang menetapkan jumlah tertentu dan ada yang tidak
menetapkannya. Adapun ulama yang menetapkan jumlah tertentu masih berselisih
mengenai jumlahnya. Al-qadi Al-baqillani menetapkan bahwa jumlah perawi

3 Mardani, Hadis Ahkam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012) hal.14


4 Rozali, Ilmu Hadis, (Medan: Azhar Centre, 2019) hal. 60
5 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Batavia dvertisin, 2001 )hal.200

UIN-Sumatera Utara 3
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

hadis mutawatir sekurang kurangnya lima orang.selain itu Astikhary menetapkan


bahwa yang paling baik minimal 10 orang, sebab jumlah itu merupakan awal
bilangan banyak.6

2. Keseimbangan Antar Perawi Thabaqat ( Lapisan ) Pertama dan Thabaqat


Berikutnya

Jika hadis diriwayatkan oleh 20 orang sahabat, kemudian di terima oleh 10


tabi’in tidak dapat digolongkan sebagai hadis mutawatir sebabjumlah perawinya
tidak seimbang antara thabaqat pertama dan thabaqat seterusnya.

3. Berdasarkan Penglihatan Langsung ( Indrawi ) Atau Empiris

Berita yang disampaikan oleh perawi harus berdasarkan tanggapan


pancaindra, artinya berita yang disampaikan harus merupakan hasil pendengaran
dan penglihatannya sendiri.

Pembagian Hadis Mutawatir

 Hadis Mutawatir Lafdzi

Hadis mutawatir lafdzi adalah hadis mutawatir dengan susuna redaksi yang
sama persis. 7Contoh hadis mutawatir lafdzi yaitu:

‫ّأ مقعده من‬


‫من كذب عليّ متعمد فليتبو‬
‫النار‬

Artinya : “… Barang siapa yang dengan sengaja berbuat dusta atas namaku,
niscaya ia menempati tempat duduknya dari api neraka”

Hadis tersebut menurut keterangan Abu Bakar al-Bazzar, diriwayatkan


oleh empat puluh orang sahabat, bahkan menurut keterangan ulama lain, ada enam

6 Teori Hadis, ( Jakarta: cv pustaka setia, 2016 )hl. 296


7 Rozali, Ilmu Hadis, (Medan: Azhar Centre, 2019) hal. 61

UIN-Sumatera Utara 4
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

puluh orang sahabat, rasul yang meriwayatkan hadis itu dengaan redaksi yang
sama.8

 Hadis Mutawatir Ma’nawi

Hadis mutawatir ma’nawi adalah hadis yang hanya mutawatir maknanya,


lafazhnya tidak mutawatir. Contoh mutawatir ma’nawi sangat banyak di antaranya
tentang ar-ruy’at, bilangan rakat dalam shalat dan lainnya. Contoh lainnya yaitu
Hadis yang menetapkan jumlah rakaat bagi shalat magrib 3 rakaat, karena seluruh
periwayatan dalam hal ini menetapkan bahwa shalat magrib 3 rakaat, baik yang
diriwayatkan saat Nabi saw shalat magrib di Madinah atau di Makkah, ataupun
safar (dalam perjalanan) dan bermukim, lain lagi ada riwayat bahwa para sahabat
melakukan shalat magrib 3 rakaat yang diketahui Nabi saw.
Tegasnya semua riwayat tersebut berlainan ceritanya, tetapi maksudnya satu atau
sama, yaitu menetapkan bahwa shalat magrib itu jumlahnya 3 rakaat.

Hadits tentang mengangkat tangan di kala mendoa

‫يه يد حتى ؤىر بيا ض بطيه افى‬


‫وسلم‬:‫اللصلىرفعما عليه‬
‫شيء من دعا إال فى اال ستسقاء‬

Artinya : “Konon Nabi saw tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-
doa beliau, selain dalam doa istisqa, dan beliau mengangkat tangannya hingga
nampak putih-putih kedua ketiaknya.” (Riwayat bukhari dan muslim)

 Hadis Mutawatir Amali

Mutawatir amali adalah sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa dia
termasuk urusan agama dan telah mutawatir antara umat Islam bahwa Nabi SAW
mengerjakannya, menyuruhnya dan selain dari itu. Macam jumlah hadits

8 Ibid. hal 62

UIN-Sumatera Utara 5
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

mutawatir amali ini banyak jumlahnya, seperti shalat janazah, shalat ied,
pelaksanaan haji, kadar zakat dan lain-lain.

B. Hadis Ahad

Secara bahasa kata ahad atau wahid berarti satu. Maka hadis
ahad atau hadis wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang.
9Sedangkan hadis ahad menurut definisi singkat :

‫ما لم يجمع شروط المتواتر‬

“Hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir”

Ulama lain mendefinisikan dengan hadis yang sanadnya shahih dan


bersambung hingga sampai kepada sumbernya (Nabi Muhammad SAW) tetapi
kandungannya memberikan pengertian zhanni dan tidak sampai kepada qath’i atau
yakin. Dari dua definisi di atas ada dua hal yang harus digaris bawahi, yaitu:

1. Dari sudut kuantitas perawinya, hadis ahad berada di bawah


kuantitas hadis mutawatir.
2. Dari sudut isinya, hadits ahad memberi faedah zhanni bukan qath’i

Pembagian Hadis Ahad

Dalam hadits ahad terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Hadis Masyhur

Hadits masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu artinya


sesuatu yang tersebar dan populer.10 Sedangkan menurut istilah :

‫ما رواه ثالثة فأكثر ما لم يبلغ حد‬


‫التواتر‬

9 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajagrafindo, 2010) hal. 107


10 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajagrafindo, 2010) hal. 110

UIN-Sumatera Utara 6
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

“Hadis yang diriwayatkan dua orang atau lebih tetapi tidak sampai batasan
mutawatir”

Dari sudut kualitasnya, dapat dibagi menjadi :

 Hadis Masyhur Shahih, yaitu Hadis Masyhur yang memenuhi syarat-


syarat keshahihannya. Maka Hadis Masyhur Shahih dapat dijadikan
hujjah.

Contohnya :

“Barang siapa yang hendak pergi melaksanakan shalat jumat, hendaklah ia


mandi.”

 Hadits Masyhur Hasan, yaitu hadits masyhur yang kualitas perawinya di


bawah hadits masyhur yang shahih.

Contohnya: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”

 Hadits Masyhur yang dhaif, artinya Hadits Masyhur yang tidak memiliki
syarat-syarat atau kurang salah satu syaratnya dari syarat hadits shahih.
Dan tidak dapat dijadikan hujjah.

Contohnya: “Siapa yang mengetahui dirinya, niscaya ia mengetahui Tuhan-nya”

2. Hadits Aziz

Aziz menurut bahasa berarti mulia, kuat, atau sedikit. Secara terminologis,
aziz didefinisikan sebagai Hadis yang diriwayatkan oleh sedikitnya dua orang
perawi diterima dari dua orang pula.

Sebagaimana hadits Masyhur, hadits aziz terbagi kepada shahih, hasan dan
da’if. Pembagian ini tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya ketentuan-
ketentuan atau syarat-syarat yang berkaitan dengan kualitas ketiga kategori
tersebut.

Contohnya :

UIN-Sumatera Utara 7
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

‫ّي أكون أحب‬


‫ّ إليه من‬ ‫ال يؤمن أحدكم حت‬
‫نفسه و والده و ولده و الناس أجمعين‬

Artinya: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, hingga aku lebih dicintai
dari pada dirinya, orang tuanya, anaknya dan semua manusia” (H.R. al-Bukhari
dan Muslim)

3. Hadits Gharib

Gharib menurut bahasa berarti al-Munfarid artinya menyendiri atau al-


Ba’id an Aqaribihi artinya jauh dari kerabatnya. Sedangkan Secara terminologis,
gharib didefinisikan :

“Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam


meriwayatkannya”

Ada dua macam pembagian Hadits Gharib, yaitu :

1. Dilihat dari sudut bentuk penyendirian perawi


a. Hadits Gharib Muthlaq artinya penyendirian itu terjadi berkaitan
dengan keadaan jumlah personalianya, yakni tidak ada orang lain
yang meriwayatkan Hadits tersebut, kecuali dirinya sendiri.
b. Hadits Gharib Nisbi artinya penyendirian itu bukan pada perawi
atau sanadnya, melainkan mengenai sifat atau keadaan tertentu,
yang berbeda dengan dengan perawi lainnya.
2. Dilihat dari sudut kaitannya antara penyendirian pada sanad dan matan.
a. Gharib pada sanad dan matan secara bersama-sama, yaitu hadits
Gharib yang hanya diriwayatkan oleh salah satu silsilah sanad,
dengan satu matan haditsnya.
b. Gharib pada sanad saja, yaitu hadits yang telah populer dan
diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi yang
meriwayatkan dari salah seorang sahabat lain yang lain yang tidak
populer.

UIN-Sumatera Utara 8
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

2. Pembagian hadis berdasarkan kualitas sanad

1. Hadist Shahih

a. Pengertian Hadist Shahih


Dari segi bahasa Shahih berarti dhiddus saqim, yaitu lawan kata dari sakit.
Sedangkan dari segi istilahnya, hadis shahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari sejak awalhingga
akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat.

ُ ‫َد‬
‫ِْىث‬ ْ َ
‫الح‬ ُ‫ُ ف‬
‫هو‬ ‫َّحِىْح‬‫ُ الص‬‫ِْىت‬ ‫َد‬ ْ َّ
‫الح‬ ‫َما‬‫ا‬
‫دل‬
ِ ْ ِ
ْ‫العض‬ ‫ْد‬
‫ِل‬ ‫َق‬
‫ِن‬ ُ‫د‬
‫ه ب‬ َُ
‫ِسْنا‬ ‫ُُِل‬ ‫ََّلذ‬
‫ِىَْىتص‬ ‫د ا‬َُ
‫ُسْن‬ ْ
‫الم‬
َ
‫ْتحا‬
‫من‬ َِ
ُ ‫ل‬ ‫ِ ا‬
‫ِط‬‫َّا ب‬ ‫ِ الض‬ َْ
‫د ل‬ ْ ِ‫َن‬
‫الع‬ ‫ِ ع‬ ‫َّا ب‬
‫ِط‬ ‫الض‬
َّ ‫م‬
َ‫علُل‬ ‫ًا و‬
ُ َ‫َال‬ ‫َذ‬ ُْ
‫ن شا‬ ‫ُو‬
‫َالََىك‬
‫ه و‬ُ
Artinya : “Adapun hadist shahih ialah hadist yang sanadnya bersambung (sampai
kepada Nabi), diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit sampai akhir
sanad, tidak ada kejanggalan dan berillat”.

b. Contoh hadist shahih :


Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:

‫َا‬
‫ثن‬َ‫د‬
ََّ
‫ة ح‬َُ ‫َي‬
‫ْب‬ ‫ُت‬
‫ُ ق‬ ْ ‫ِيد‬
‫بن‬ ‫ سَع‬، ‫َا‬ َ‫د‬
‫ثن‬ ََّ
‫ِير ح‬ ‫َر‬‫ ج‬،
ْ
‫َن‬‫ة ع‬ََ‫َار‬‫ُم‬
‫بنِ ع‬ ‫َاع‬
ْ ِ ‫ْق‬‫َع‬ ْ ِ‫بن‬
‫الق‬ ْ ‫ة‬َ‫م‬َُ‫ْر‬‫ شُب‬، ْ‫َن‬ ‫ع‬
‫ِي‬‫َب‬
‫ة أ‬ََ ‫ُر‬
‫ْع‬ ‫ ز‬، ْ
‫َن‬‫ِي ع‬‫َب‬ ََ
‫ة أ‬ َْ
‫ير‬‫هر‬ ُ ‫ِي‬ ‫َض‬
‫اّللُ ر‬
َّ
ُْ
‫ه‬ ‫َن‬
‫ ع‬، ‫ل‬ َ‫َا‬
‫ ق‬: ‫ء‬ َ‫َا‬
‫ُل ج‬‫َج‬‫َِلى ر‬
‫ِ إ‬‫َسُول‬ َّ ‫لى‬
‫اّللِ ر‬ ََّ
‫ص‬
ُ‫اّلل‬
َّ ِ ‫ْه‬
‫لي‬ََ
‫َ ع‬
‫لم‬ََّ‫َس‬
‫ و‬، ‫ل‬ َ‫َا‬
‫َق‬‫ ف‬: ‫يا‬ َ‫َسُو‬
َ ‫ل‬ َّ ْ
‫اّللِ ر‬ ‫من‬َ

UIN-Sumatera Utara 9
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

‫َح‬
‫َق‬ ‫َّاسِ أ‬
‫ُسْنِ الن‬ ‫ِح‬
‫ِي ب‬ َ‫َا‬
‫بت‬ ‫َح‬
‫ل ؟ ص‬ َ‫َا‬
‫ ق‬: َ‫ُمك‬ ‫ أ‬.
َ‫َا‬
‫ل‬ ‫ ق‬: َّ ُ ْ
‫ثم‬ َ ‫ل ؟‬
‫من‬ َ‫َا‬‫ ق‬: َّ ُ َ‫ُمك‬
‫ثم‬ ‫ أ‬. َ‫َا‬
‫ل‬ ‫ ق‬:
َّ
‫ثم‬ ُ ْ َ ‫ل ؟‬
‫من‬ َ‫َا‬
‫ ق‬: َّ
‫ثم‬ُ َ‫ُمك‬
‫ أ‬. ‫ل‬ َ‫َا‬
‫ ق‬: َّ
‫ثم‬ ُ ْ
‫من‬َ
‫ل ؟‬َ‫َا‬‫ ق‬: َّ
‫ثم‬ُ َُ
‫بوك‬‫أ‬

Contoh lain dari hadis shahih :


Artinya : "Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata:
telah mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin
jubair bin math'ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah
saw membaca dalam shalat maghrib surat at-thur" (HR. Bukhari, Kitab Adzan).

Analissi dari hadis tersebut adalah :


1. Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar dari
gurunya.
2. Semua rawi pada hadits tersebut dhobit
3. Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat serta
tidak cacat.

2. Hadist Hasan
َ
‫َل‬ َّ‫ِى ا‬
‫ِتص‬ َّ ُ
‫الذ‬ ِْ
‫يث‬ ‫َالح‬
‫َد‬ ‫هو‬ ُ ُ ‫ُ الح‬
‫َسَن‬ ‫يث‬ْ ‫د‬
َِ‫الح‬
‫َذ و‬
َ‫َال‬ ‫ُ شا‬
‫ْر‬ ‫َي‬
‫ه غ‬ُُ
‫ْط‬‫َب‬ ‫َف‬
‫َّ ض‬ ‫دل خ‬َْ ‫ْل‬
‫ِ ع‬ ‫َق‬
‫ِن‬ ُ‫د‬
‫ه ب‬ َُ‫سَن‬
ََّ
‫لل‬ ‫مع‬ُ
Artinya : “Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh rawi yang adil, yang rendah tingkat kekuatan daya hafalnya,
tidak rancu dan tidak bercacat”.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa hadist hasan
hampir sama dengan hadist shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal

UIN-Sumatera Utara 10
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

ingatan perawi. Pada hadist shahih, ingatan atau daya hafalannya harus sempurna,
sedangkan pada hadist hasan, ingatan atau daya hafalannya kurang sempurna.
Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadist hasan dapat dirinci sebagai berikut :
 Sanadnya bersambung
 Perawinya adil
 Perawinya dhabit, tetapi ke dhabit-tanyaa di bawah ke dhabitan perawi
hadist hasan
 tidak terdapat kejanggalan (syadz)
 tidak ada illat (cacat)

b. Contoh hadist hasan :

‫َا‬
‫ثن‬َ‫د‬ََّ
‫ِي ح‬ ‫ُ ع‬
‫َل‬ ‫بن‬ْ ِ‫َسَن‬ ْ ‫ِي‬
‫الح‬ ‫ُوف‬ ْ ‫َا‬
‫الك‬ ‫ثن‬َ‫د‬
ََّ َُ
‫بو ح‬ ‫أ‬
‫َى‬ ‫ْي‬ َ ُ
‫يح‬ ‫ِيل‬ ‫َع‬
‫ِسْم‬‫ُ إ‬ ْ َ
‫بن‬ ‫َاه‬
‫ِيم‬ ‫بر‬ِْ
‫ِي إ‬ ‫ْم‬ ‫ْ الت‬
‫َّي‬ ‫َن‬‫ع‬
َ‫ِي‬
‫د‬ ‫يز‬َ ِ‫بن‬
ْ ‫ِي‬ ‫َب‬
‫ياد أ‬ َِ ‫ْ ز‬‫َن‬
‫ِ ع‬‫ْد‬‫َب‬
‫َنِ ع‬ ‫ْم‬‫َّح‬
‫بنِ الر‬ ْ
‫ِي‬‫َب‬‫لى أ‬ َْ
‫ْ َلي‬ ‫َن‬‫ء ع‬ ِ‫َا‬‫َر‬ ْ ِ‫بن‬
‫الب‬ ْ ‫ِب‬ ‫َاز‬ ‫ل ع‬َ‫َا‬ َ َ
‫الق‬ ‫ق‬
ُ‫َسُو‬
‫ل‬ َّ ‫لى‬
‫اّللِ ر‬ ََّ
‫اّللُ ص‬
َّ ِ ‫ْه‬
‫لي‬ََ
‫َ ع‬‫لم‬ََّ‫َس‬
‫َق و‬ ََ
‫لى ح‬ ‫ع‬
َ ‫ِم‬
‫ِين‬ ‫ُسْل‬ ْ ‫ن‬
‫الم‬ َْ
‫ِلوا أ‬ُ‫َس‬
‫ْت‬ َ َ
‫يغ‬ ‫ْم‬
‫يو‬َ ِ
‫َة‬‫ُع‬
‫ُم‬ ْ
‫الج‬
َّ‫َس‬
‫َم‬‫َْلي‬
‫ْ و‬
‫هم‬ُ‫د‬ ‫َح‬
َُ ‫ْ أ‬
‫ِن‬ ‫ِ ط‬
‫ِيبِ م‬ ‫ِه‬
‫هل‬َْ
‫ن أ‬ َِ
ْ‫إ‬ ‫د َلم‬
‫ْ ف‬ ِْ‫يج‬َ
ُ‫َا‬
‫ء‬ ْ َ
‫الم‬ ‫ه ف‬ُ‫ِيب َل‬ ‫ط‬

Artinya: “Berkata Ali ibnu Hasan Al Kufiy, berkata Abu Yahya Isma’il ibn
Ibrahim At Taimiy, dari Yazid ibn Abi Ziyad, dari Abdurrahim ibn Abi Laila, dari
Al Bara’i ibn Ngazib berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Adalah hak bagi
orang-orang Muslim mandi di hari Jum’at. Hendaklah mengusap salah seorang
mereka dari wangi-wangian keluarganya. Jika ia tidak memperoleh, airpun cukup
menjadi wangi-wangian.”

UIN-Sumatera Utara 11
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

3. Hadist Dhaif
Dhaif, kata dhaif menurut bahasa bararti lemah, sebagai lawan dari kata
dhaif adalah kuat. Maka sebutan hadist dhaif dari segi bahasa berarti hadist yang
lemah atau hadist yang tidak kuat. Secara istilah, diantara para ulama terdapat
perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadist dhaif ini. Akan tetapi, pada
dasarnya, ini isi dan maksudnya adalah sama.

‫َال‬ ‫َّة‬
‫ِ و‬ ‫ُ الص‬
‫َّح‬ ‫ْط‬ ‫ِ شُر‬
‫ُ و‬ ‫ِىْه‬ َْ
‫د ف‬ ‫ْ ج‬ ‫َ لم‬
‫ُْىو‬ ‫ََما‬
ْ ُ
ِ‫الحسَن‬ ‫ْط‬
‫ُو‬‫شُر‬
Artinya : “hadist yang didalamya tidak terdapat syarat-syarat hadist
shahih dan syarat-syarat hadist hasan”.
Contoh hadist dhaif :

ْ
‫لو‬ُ‫ي‬
َ َ‫َُل‬ ُ‫ل‬
‫ه ف‬ ُْ
‫َق‬ ََ
‫لسَ ع‬‫ْت‬‫َآج‬ ‫ْر‬
‫ِ ف‬ ‫ْلع‬
‫َص‬ ‫دا‬َْ
‫بع‬َ َ‫َم‬ ‫ْ نا‬ َ
‫من‬
َُ‫ْس‬
‫ه‬ ‫نف‬َ َّ‫ِال‬
‫َّ ا‬
‫من‬ َ

Artinya : “Barangsiapa tidur sesudah ashar kemudian akalnya terganngu maka


jamgan menyalakan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri”.
Hadis ini merupakan hadis dha’if. Karena perawinya tidak adil, tidak
dhabit, dan ada kejanggalan dalam matan.

Macam-macam hadis dhaif:

1) pembagian hadis dhaif ditinjau dari segi terputusnya sanad


i. Hadis Muallaq

Hadis muallaq secara bahasa adalah isim maf”ul dari kata ‘allaqa, yang
berarti “menggantungkan sesuatu pada sesuatu yang yang lain hingga ia menjadi

UIN-Sumatera Utara 12
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

tergantung”. 11Secara istilah hadis muallaq adalahhadis yang dihapus dari awal
sanadnya seorang perawi atau lebih secara berturut turut.

Contoh hadis muallaq:

Hadis yang diriwayatkan oleh bukhari pada mukaddimah bab mengenai


“menutup paha”, ‘berkata abu musa,’”rasulullah saw menutupi kedua kedua lutut
beliau ketika utsman masuk.”

ii. Hadis Mursal

H12adis mursal adalah hadis yang gugur dari akhir sanadnya, seorang
perawi sesudah thabi’i. Kata mursal secara bahasa beerarti terlepas atau
terceraikan dengan cepat atau tanpa ada halangan. Kata ini kemudian digunakan
hadis tertentu yang periwayatnya melepaskan hadis tanpa terlebih dahulu
mengaitkannya kepada sahabat yang menerima hadis itu dari Nabi.

iii. Hadis Munqathi

Keterputusan di tengah sanad dapat terjadi pada satu sanad atau lebih,
secara berturut-turut atau tidak, jika keterputusan terjadi di tengah sanad pada satu
tempat atau dua tempat dalam keadaan yang tidak berturut-turut, hadis yang
bersangkutan dinamakan hadis munqathi’. Kata munqathi’ berasal dari bentuk
inqatha’a yang berarti berhenti, kering, patah, pecah, atau putus.

Beberapa definisi tentang hadis munqathi’ para ulama berbeda pendapat


sebagai berikut:

 Hadis munqati’ adalah hadis yang sanadnya terputus di bagian mana saja,
baik sanad terakhir atau periwayat pertama (sahabat) maupun bukan
sahabat (selain periwayat pertama).

11 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Batavia dvertisin, 2001 )hal.238

12 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Batavia dvertisin, 2001 )hal.240

UIN-Sumatera Utara 13
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

 Hadis munqathi’ adalah hadis yang bagian sanadnya sebelum sahabat


(periwayat sesudahnya) hilang atau tidak jelas orangnya.
 Hadis munqathi’ adalah hadis yang sanadnya dan periwayat yang gugur
seorang atau dua orang tidak secara berurutan.
 Hadis munqathi’ adalah hadis yang dlam sanadnya ada seorang periwayat
yang terputus atau tidak jelas.
 Hadis munqathi’ adalah yang sanadnya dii bagian sebelum sahabat
(periwayat sesudahnya) terputus seorang atau lebih tidak secra berurut,
dan tidak terjadi di awal sanad.
iv. Hadis mu’an’na dan muannan.

Di samping hadis itu, hadis yang termasuk kategori hadis dhaif karena
sanadnya diduga mengalami keterputusan adalah hadis al mu’an’an dan al-
muannan. Kata al-mu’an’na merupakan bentuk maful dari kata ‘an’ana yang
berarti periwayat berkata (dari....dari....) secara bahasa berarti pernyataan
periwayat:si anu dari si anu. Kata al-muannan berasal dari kata annana yang
berarti periwayat berkata (bahwa...bahwa...) yang menunjukkan bahwa periwayat
meriwayatkan hadis dari periwayat lain dengan menggunakan metode.

v. Hadis mu’dhal.

Jika keterputusan secara bertutut-turut dan terjadi di tengah sanad, maka


hadisnya dinamakan hadis mu’dhal. Kata mu’dhal berasal dari kata kerja ‘adhala
yang berarti melemahkan, melelahkan, menutup rapat. Atau menjadi bercacat.
Kata mu’dhal digunakan untuk jenis hadis tertentu karena pada hadis itu ada
bagian sanadnya yang lemah, tertutup, atau cacat. Secara terminologi, menurut
Muhammad ‘Ajjaj al-khathib, hadis mu’dhal adalah hadis yang gugur dua orang
sanadny atau lebih secra berturut-turut.

 Kriteria hadis mu’dhal adalah:


 sanad yang gugur, lebih dari satu orang,
 keterputusan secra berturut-turut. Sebagian ulama menambahkan kriteria
tempat keterputusan sanad di tengah sanad, bukan siawal atau diakhir. Jadi

UIN-Sumatera Utara 14
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

hadis mu’dhal adalah hadis yang gugur dua orang periwayatnya atau lebih
secara berturut-turut baik gugurnya itu di antara sahabat dngan tabiin,
antara tabiin dengan tabi’ al-tabi’in atau dua orang sesudah mereka.

Contoh hadis mu’dhal dilihyat dlam kitab al-muwaththa’ karya imam


maliksebagai berikut:

“malik bercerita padaku bahwa sebuah cerita sampai kepadanya, abu


hurayrah berkata, Rosulluloh Saw. Bersabda, ‘seorang budak berhak
mendapatkan makanan dan pakaian serta ia tidak dibebeni pekerjaan kecuali
yang ia mampu”.

vi. Hadis mawquf dan hadis maqthu.

Hadis mawquf adalah hadis yang disandarkan kepada sahabat nabi taua
hadis yang diriwayatkan dari para sahabat berupa perkataan, perbuatan, atau
persetujuannya. Dilihat dari bahasa, kata mawquf berasal dari kata waqafa yaqifu
yang berarti di hentikan atau diwakafkan. Maksudnya, hadis jenis ini dihentikan
penyandarannya kepada sahabat dan tidak sampai kepada nabi.

2) pembagian hadis dhaif karena periwayatnya tidak adil

a. Hadits mawdhu

Hadits mawdhu adalah hadits dusta yang dibuat-buat dan dinisbahkan


kepada rasulullah. Secara bahasa, mawdhu berarti sesuatu yang digugurkan (al-
masqath), yang ditinggalkan (al-matruk), dan diada-adakan (al-muftara). Menurut
istilah, hadits mawdhu adalah pernyataan yang dibuat seseorang pada nabi saw.
Hadits mawdhu diciptakan oleh pendusta disandarkan kepada rasulullah untuk
memperdayai.

Kriteria hadits mawdhu cukup banyak berbeda dengan kriteria hadits yang
lain yang relatif lebih sedikit dan dikalangan ulama tidak ditentukan secara
teperinci. Kriteria hadits pals dapat dipaparkan sebagai berikut:

UIN-Sumatera Utara 15
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

 Kriteria sanad: pengakuan periwayat (pemalsu) hadits, bertentangan


dengan realita historis periwayat, periwayat pendusta, dan keadaan
periwayat dan dorongan psikologisnya.
 Kriteria matan: buruk lafal atau redaksinya, rusak maknanya.

b. Hadits matruk

Hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh periwayat yang


tertuduh sebagai pendusta. Menurut mahmud al-Thahhan, sebab periwayat
tertuduh dusta adalah:

 Hadits yang diriwayatkan tidak diriwayatka kecuali dari periwayat itu dan
bertentangan denga kaidah-kaidah yang telah diketahui.
 Diketahui periwayat berdusta dalam pembicaraan kesehariaan, tetapi
belum terbukti pernah berdusta tentang hadits nabi.

c. Hadits munkar

Hadits munkar berasal dari kata al-inkar (mengingkari) lawan dari al-
iqrar (menetapkan). Kata munkar digunakan untuk hadits yang seakan
mengingkari atau berlawanan dengan hadits lain yang lebih kuat. Dikalangan
ulama hadits, hadits munkar didefinisikan dengan:

 Hadits yang dalam sanatnya terdapat periwayat yang mengalami


kekeliruan,kesalahan dan pernah berbuat fasik.
 Hadits yang diriwayatkan oleh periwayat yang dha’if bertentangan dengan
riwayat periwayat yang tsiqoh.

Penutup

Hadis merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an.


Sebelum menerapkan sesuatau yang baru dalam hidup ada kalanya kita harus tau
asal muasal kualitas dari sesuatu perkataan juga perbuatan dari Nabi Muhammad
ditulis dalam hadis. Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-Jadid yang artinya
sesuatu yang baru. Hadis sering disebut dengan al-Khabar yang berarti berita,

UIN-Sumatera Utara 16
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang
lain.

Dalam istilah ilmu hadis, yang dimaksud dengan riwayah al-hadis atau al-
riawayah adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran
hadis itu kepada mata-rantai para periwayatnya dengan bentuk bentuk tertentu.
Ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayahan hadis, yaitu:

1. Kegiatan menerima hadis dari periwayat hadis,


2. Kegiatan mnyampaikan hadis itu kepada orang lain, dan
3. Ketika hadis itu disampaikan maka susunan mata rantai periwayatan
disebutkan.

Hadis dapat dibagi berdasarkan kualitas dan kuantitas sanadnya.


Pembagian hadis berdasarkan kuantitas sanadnya yaitu hadis muttawatir, dan
hadis ahad, di samping pembagian lain yang diikuti oleh sebagian para ulama
yaitu pembagian menjadi tiga macam yaitu: hadis mutawatir, hadis masyhur dan
hadis ahad. Sedangkan berdasarkan kualitas sanadnya, hadis dibagi menjadi tiga
yaitu hadis sahih, hadis hasan dan hadis dhaif.

Daftar Pustaka

Rozali, Muhammad. 2019. Ilmu Hadis.Medan: Azhar Center

Abdurrahman, Muhammad. 2000. Pergeseran Pemikiran hadis. Jakarta:


Pramadana

Sutarmadi, Ahmad. 1998. Al-Imam Al-Tirmidzi. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu

Assa’idi, Sa’dullah. 1996. Hadis-hadis Sekte. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Batavia: Mutiara Sumber Widya

Mardani. 2012. Hadis Ahkam. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Hasbi. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis

UIN-Sumatera Utara 17
Sintia Paramita, Pembagian Hadis…

Ash-Shalih, Subhi. 1977. Ilmu-ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus

Abdurrahman, Maman. 2015. Teori Hadis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suparta, Munzier. 1993. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Hassan, qadir. Ilmu Musthala. Jakarta: Cv. Diponegoro

Idri. 2017. Hadis dan Orientalis. Depok: PT. Balebat Dedikasi

UIN-Sumatera Utara 18

Anda mungkin juga menyukai