Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Sirosis hati (liver cirrhosis) merupakan perjalan patologi akhir berbagai macam penyakit
hati. Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826. Diamabil bahasa
yunani shichus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan dipakai untuk menunjukan warna
aranye atau kuning kecokatan permukaan hati yang tampak saat otopsi. Banyak bentuk
kerusakan hati yang ditandai fibrosis.

Batasan fibrosis adalah penumpukan berlebihan matriks ekstraseluler (seperti kolagen,


glikoprotein, proteoglikan) dalam hati. Respon fibrosis terhadap keusakan hati bersifat
reversibel. Namun sebagi bsar pasien sirosis, proses fibrosis biasanya tidak reversible.

WHO memberi batasan histology sirosis sebagai proses kelainan hati yang bersifat ifuus,
ditandai fibrosis dan perubahan bentuk hati normal kebentuk nodal-nodul yang abnormal.
Progresivitas kerusakan hati ini dapat berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Namun pada pasien hepatitis C, perjalanan hepatitis kroniknya dapat
berlangsung seama 40 tahun sebelum mengalami perubahan kearah sirosis.

Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulakan sekitar 35.000 kematian pertahun
di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian utama yang kesembilan di AS, dan
bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh kematian di AS. Banyak pasien yang meninggal pada
decade keempat atau kelima kehidupan mereka akibat peyakit ini. Setap tahun ada tambahan
2000 kematian yang disebabkan karena gagl hati fulminan (fulminant hepatic failure) FHF.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep medis dari penyakit hemoroid ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit hemoroid ?

1
1.3 Tujuan
a) Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sistem
pencernaan dan menambah pengetahuan tentang penyakit serosis hati
b) Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah menambah wawasan bagi perawat
tentang penyakit serosis hati dan agar perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan baik pada pasien dengan penyakit serosis hati.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian

sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis yang
berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan
nodous regerative. (sudoyo ayu, dkk 2009)

penyakit hati kronis ini dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-
lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vasculature normal. (Sylvia A.price)

2.2. Anatomi hati

3
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak dibagian teratas
rongga abdomen dan disebelah kanan bawah diafragma. Secara luas, hati dilindungi oleh
rongga iga.

Hati terbagi dalam dua lobus (bagian utama) dimana lobus kanan

(hepatic dextra lobe) berukuran lebih besar dri lobus kiri (heoatik sinistra lobe).
Dua lobus tersebut dibagi lagi menjadi empat lobus, yaitu lobus kanan (dektra lobe),
lobus kiri (sinstra lobe), lobus kaudatus (caudate lobe), dan lobus kuadratus (quadrate
lobe).

Permukaan hati pada bagian atas terbentuk cebung dan terletak di diafragma.
Permukaan bagian bawah tidak rata dan tidak memperlihatkan lekukan (fisura
transverses). Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk dan
keluar hati. Fisura longitudinal memisahkan bagian kanan dan kiri dipermuakaan bawah,
sedangkan ligament falsiformis (falcifrom ligament ) memisahkan permukaan atas hati.

Setiap lobus terdiri atas lobulus. Lobulus berbentuk polyhedral (segi banyak) dan
terdiri atas sel-sel hati berbentuk kubus yang disebut hepatosis (hepatocytes) serta
cabang-cabang pembuluh darah yang diikiat bersama oleh jaringan konektif hati.
Peredaran darah hati ada dua macam, yaitu memperdarahi hati (arteri hepatica-hepatic
artery) dan keluar dari hati (vena hapatika- hepatic vein).

Fisiologi hati

 Mengubah zat makanan yang diabsobsi dari usus


 Mengubah zat buangan dan bahan racun
 Glokogenik melalui rangsangan kerja enzim sehingga sel hati menghasilakan
glokogen yang disitesis dari glukosa. Selanjutnya disimpat sel hati dalam bentuk
glkogen kemudian diubah kembali menjadi glukosa oleh kerja enzim apabila
kadar gluosa darah dibawah batas normal.
 Metabolisme asam amino, hati menngubah asam amino yang berlebihan menjadi
lemak dan glikosa yang kemudian disimpan untuk cadangan.

4
 Memproduksi hemoglobin yang merupakan bahan dasar dari empedu
 Mengubah amino menjadi urea.
 Fungsi pengaturan hematologi.
 Membentuk sel darah merah pada masa hidup janin
 Berperan menghancurkan sel darah merah.

2.3. Etiologi
a) Hepatitis B dan C
b) Penyakit hati dan alkoholik
c) Kriptogenik
d) Factor autoimin atau kondisi lain

2.4. Patofisiologi

Beberapa fakto yang terlibat dalam keruakan sel hati adalah defisiensi ATP (akibat
gangguan metabolisme sel). Peningktan pembentukan metaboit oksigen yang sangant reaktif
dan defisiensi antioksidan atau kerusakan enzim perlindungan (glutatoin piroksida) yang
timbul secara bersmaan. Sebagai contoh metanolit oksigen akan beraksi dengan asam lemak
tak jenuh pada fosfolipid. Hal ini membantu kerusakan membranplasma dan organel sel
(lisosom, retikulum endoplasma),akibatnya konsentrasi kalsium di sitosol meningkat, serta
mengaktikan protease dan enzim lain yang akhirnya kerusakan sel menjadi irevesibel
(Sibernagl, 2007).

Pembentkan jaringan fibrotic di dalam hati terjadi dalam beberapa tahap, jika hepatosit
(sel hati) yang rusak atau mati, diataranya akan terjadi kebocoran enzim lisosom dan
pelepasan sitokin dari matriks ekstrasel. Sitokin dengn debris sel yang mati akan
mengaktifkan sel kufler di sinusoid hati dan menarik sel inflamasi (granulosit, limfosit, dan
monosit). Berbagai pertumbuhan dan sitokin kemdudian dilepaskan dari sel kufler dan sel
inflamasi yang terlibat.

5
Faktor pertumbuhan ini dan sitokin akan memberikan manifestasi sebagai berikut:

a) Mengubah sek penyimpan lemak menjadi miofibriblast.


b) Mengubah monosit yang bermigrasi menjadi makrofag aktif.
c) Memicu proiferasi fibroblast.

Berbagai interaksi ini (penjelasan yang lebih rinci belum sepenuhnya dipahami
)memberikan manifestasi peningktan pembentukan matrik ektrasel oleh miofibroblas. Hal ini
menyebabkan peningktan akumulasi kolagen (tipe I, III, dan IV), proteoglikan, dan
glikoprotein di hati.

Jumlah matrik yang berlenihan dapat dirusak (mula-mula oleh metaloprotease) dan
hepatosis dapat mengalmai regenerasi. Jika nekrosis terbatas pada lobuus hati, mka
penggantian struktur hati yang sempurna memungkinkan terjadi. Namun, jika nekrosis telah
meluas menembus parenkim perifer lobular hati, maka akan terbentuk jaringan ikat.
Akibatnya, terjadi regenerasi fungsioanal dan arsitektur tidak sempurna dan berbntuk nodul-
nodul (sirosis).

2.5. Manifestasi Klinis

Berikut ini merupakan tanda dan gejala stadium awal:

a) Aanoreksia akibat perubahan citra rasa terhadap makanan tertentu.


b) Mula dan muntah akibat respons inflamasi dan efek sitemik inflamasi hati.
c) Diare akibat malabsorbsi.
d) Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati.

Berikut ini merupakan tanda dan gejala stadium lanjut:

a) Repirasi, efusi pleura, ekspansi toraks yang terbatas karena terdapat


asietes dalam rongga perut, gangguan pada efisiensi pertukaran gas
sehingga terjadi hipoksia.

6
b) System saraf pusat,tanda dan gejala ensefalopati hepatic yang berlangsung
progrsif dan meliputi letargi, perubahan mental, bicara pelo, asteriksis,
neuritis perifer, paranoia, halusinasi, samnolensia dan koma.
c) Hematologic, kecenderungan berdarah (epistaksis gejala mudah memar,
gusi yang mudah berdarah).
d) Endokrin, atrofi testis, ketidakteraturan haid, ginekomastia dan buu dada
serta ketiak rontok akibat penurunan metabolisme hormone.
e) Kulit, pigementasi yang abnormal, spider angioma (spider naevi), eritema
palmarum, dan gejala ikterus yang berhubungan dengan kerusakan funngsi
hati.
f) Hepatic, ikterus akibat penurunan metaabolisme bilirubin, hepatomegai
yang terjadi sekunder karena pembentukan paru pada heti dan hipertensi
porta dan penurunan kadar protein plasma.

2.6. Klasifikasi

Berdasarkan etiologi dan morfologinya, sirosis hepatics diabagi menjadi:

1. Sirosis alkoholik atau sirosis portal Laennec (alkoholik nutrisiona),


dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah porta. Paling sering
disebabkan oleh alkoholisme kronis yang paling sering ditemukan di
daerah barat. Lesi hati yang ditimbulkan akibat alcohol, yaitu perlemakan
hati lakoholik, hepatitis alkoholik, dan sirosis alkoholik.
2. Sirosis kriptogenik dan pascavirus. Sirosis pascanekrotik dimsns terdapat
pita jaringan parut yang ebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut
yang terjadi sebelumnya. Ditandai dengan:
a. Hilangnya sel-se hati
b. Dalam jumah besar, kolaps dan fibrosis stoma yang mengadung sisa
triad portal.disebabkan oleh hepatitis B dan C sebagai factor
pendahulu. Serta penyakit alkoholik lanjut.
c. Sirosis biaris, ditandai dengan asites, splenomegali, hipersplenisme,
ensafalopati, pendarahan varises esofagus.

7
3. Sirosis bilaris, dimana terjadi pembentukan jaringan parut dalam hati
disekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi edera akibat obstruksi
system bilier intrahepatik atau ekstrahepatik yan kronis dan infeksi
(kolingitis), insidensnya lebih rendah dari pada insiden sirosis Laennec
dan pasca nekrotik. Kelainan ini berkaitan dengan gangguan ekskresi
empedu, dekstruksi parenkim hati, dan fibrosis progresif yang ditandai
oleh:
a. Peradangan kronis
b. Obliterasi fobrosa duktus empedu intrahepatik. Sirosis hepatk biliaris
terdiri atas primer dan sekunder.
4. Sirosis kardiak terjadi akibat gagal jantung kongestif sisi kiri-kanan yang
berat dan memanjang. Etiologi gagal jantung sisi kiri-kanan transmisi
retrograde dari peningkatan tekanan vena melalui vena kava inferior dan
vena hepatica, menyebabkan kongesti hati.

2.7. Pemeriksaan diagnostic


1. Biopsy hati mengungkapkan destruksi jaringan dan fibrosis.
2. Foto rontgen memperlihatkan pembesaran hati, ada kista atau gas didalam
saluran empedu atau hati, kalsifikasi hati, dan akumulasi cairan yang
massif (asites).
3. CT scan dan pemindaian hati menujukan ukuran hatu, massa yang
abnormal, dan obstruksi alitan darah hepatika.
4. Esofagogastroduodenoskopi memperihatkan varises esfagus yang berdrah,
iritasi atau uleserasi lambung atau pendarahan tau iritasi duodenum.
5. Pemeriksaan darah mengungapakan kenaikan kadar enzim hati, total
bilirubun serum serta bilirubin indirek, penurunan kadar total albumin
serta protein serum, pemanjangan waktu protombin, penurunan kadar
hemoglobin, hematrokit serta elektrolit serum, dan defisiensi vitamin A,C
dan K.
6. Pemeriksaan urune memperlihatkan peingkatan kadar bilirubn dan
urobilirubunogen dalam urine.

8
7. Pemeriksaan feses memperlihatkan penurunan kadar urbilirubunogen
dalam feses.

2.8. Komplikasi
Komplikasi serosis hepatis meliputi:
 Gangguan respirasi
 Asites
 Hipertensi porta
 Ikterus
 Koagulopati
 Ensefalopati hepatic
 Varises esophagus yang mengalami pendarahan, pendarahan akut GI
 Gagal hati
 Gagal ginjal
2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:
1. Simtomatis
2. Suportif, yaitu antara lain:
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup
kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin.
c. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat
infeksi virus hepatitis C dapat dicoba dengan interferon.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
a. Asites
b. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP).
c. Hepatorenal syndrome
d. Paseien diistiratkan dan dipuasakan
e. Pemasangan IVFD berupa garam fisiologi dan kalu perlu transfuse

9
f. Pemasangan NGT hal ini mempunyai banyak sekalin kegunaannya
yaii: untuk mengetahui pendarahan, cooling dengan es, pemberian
obat-obatn, evaluasi pendarahan
g. Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, antifibrinotik, vitamin
K, vasopressin, oktriotide dan somatostatin
h. Disamping itu perlu tindakan-tindakan lain dalam rangka tindakan
menghentikan pendrahan misalnya pemasangan balon tamponad dan
tindakan skleroterapi/ ligasi atau oesophageal transaction
i. Ensefalophty hepatic
j. Mengenali dan mengobati factor pencetus
k. Itervensi untuk menurunkan produksi dan absobsi amoniak serta
toxin-toxin yang berasal dari usus dengan jalan: diet rendah protein,
pemberian antibiotic (neomisin), pemberian actulose/lactikol
l. Obat-obat yang memodifikasi balance neutronmister” secara langsung
(bromocriptin, flumazemil) dan tak langsung (pemberian AARS).

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep asuhan keperawatan

3.1 Pengkajian

Pengkajian sirosis hepatis terdiri dari pegkajian namnesis, pemerikasaan fisik, dan
evaluasi diagnostic. Pengkajain difokuskan padarespon penurunan fungsi hati dan hipertensi
portal.

Pada penurunan fungsi hati, keluhan utama yang didaptkan bervariasi sesuai tingkat
toleransi individu. Keluhan cepat lelah atau meras lemah merupakan keluahan utama yang
paling alazim didapatkan akibat penurunan fungi hati. Hal ini berhubungan dengan kegagalan
hati dalam melakukan fungsi sintesis dan fungsi metabolic.

Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, pasien mengeluh adanya ikterus, anoreksia,
mula, muntah, kulit gatal, dan gangguan pola tidur. Pada beberapa pasien juga mengeluh
demam ringan, nyeri otot, nyeri dan merasa ada benjolan pada abdomen kanan atas, keluhan
nyeri kepala, keluhan riwwayat mudah mengalami pendarahan, serta bisa di dapatkan adanya
perubahan secara progresif sebagai respon dari hepatic ensefalopati, seperti agitasi (gelisah),
tremor, disorientasi, cofusian, kesadran delirium sampai koma. Keluhan asites pada edema
perifer dihubungkan dengan hipoalnuminemia sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
vascular dan memyebabkan perpindahan cairan keruangan ketiga.

Pada kondisi hipertensi portal, keluhan yang dilaporkan adlah perut membesar (asites),
edema ekstermitas, dan adanya riwayat pendarahan (hematemesis dan melena). Mual dan
muntah yang berkepanjangan dapy menyebabkan dehidrasi. Keluahan mudah mengalami
pendarahan.

Pada pengkajian riwayat penykit dahulu didapatkan adanya riwayat menderita hepatitis
virus, khususnya hepatitis B dan C, riwayat penggunaan alcohol, dan riwayat penyakit
jantung yang penyeabnya belum jelas.

Pada pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemaan, serta perlunya


pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam kondisi
terminal, pasien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli spiritual dengan
keyakinan pasien.

11
Pemeriksaan fisik, survey umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah.
TTV biasa normal atau bisa didaptkan perubahan, seperti takikardia dan peningkatan
pernafasan.Pada pemeriksaan fisik dilakukan pada seluruh system organ tubuh karena efek
sirosis memmpengaruhi seluruk organ tubuh.

B. Scenario kasus

Seorang laki-laki usia 49 tahun dirawat diruangan perawatan penyakit dalam. Pasien
sudah sering keluar masuk rumah sakit, keluarga mengatakan sebelumnya pasien pernah
sakit kuning. Kondisi pasien saat ini samnolen, lemes, sering mengeluh sesak jika berbaring,
asites, perkusi abdomen dulnese edema tungkai +, sclera jaundice, nafsu makan menurun.
Melihat kondisi pasien keluarga mengtakan sudah pasrah.

1. Keluhan utama:

Keluarga pasien mengatakan pasien Lemes, sering mengeluh sesak jika berbaring, asites,
sclera jaundice dan nafsu makan menurun.

2. Riwayat penyakit sekarang

Keluraga pasien mengatakan pasien sering keluar masuk rumah sakit, sebelumnya
pasien pernah sakit kuning. Keluarga pasien mengatakan pasien saat ini pasien Lemes,
sering mengeluh sesak jika berbaring, asites, sclera jaundice dan nafsu makan menurun.

3. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga pasien mengatakan ebelumnya pasien pernah sakit kuning.

3.2 Diagnosa
 Nyeri kronis b.d agen injuri biologi ( hati yang membesar serta nyeri tekan asites )
 Intoleransi aktifitas b.d kelelahan dan penurunan berat badan
 Hipertermia b.d proses inflamasi pada sirosis
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.b anoreksia dan
gangguan gastrointestinal

12
3.3 Intervensi

 Nyeri kronis b.d agen injuri biologi ( hati yang membesar serta nyeri tekan
asites )

Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ).

Setelah diberikan perawatan pasien akan :

a) Memperlihatkan pengendaian nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut :


1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu

Indicator 1 2 3 4 5
Mengenai awitan
nyeri
Menggunakan
tindakan
pencegahan
Melaporkan
nyeri dapat
dikendalikan

b) Menunjukan tingkat nyeri,yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut :


1. Sangat berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

Indikator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri
pada wajah
Gelisah atau
ketegangan otot
Durasi epesode
nyeri

13
Merintih dan
menangis
Gelisah

 Melaporkan pola tidur yang baik.


 Memperlihatkan teknik relaksasisecara individualyang efektif untuk mencapai
kenyamanan.
 Mempertahankan nyeri pada... atau kurang ( dengan skala 0-10 ).
 Melaporkan kesejahtraan fisik dan psikologis.
 Mengenai faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor
tersebut.
 Melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan.

 Intervensi keperawatan ( NIC ).

1) Pengkajian
 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan prtama untuk mengumpulkan
data.
 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 1-10.
 Dalam mengkaji nyeri pasien,gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien.
2) Manajemen nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri secara kompresif meliputi lokasi,karakteristik,awitan
dan durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,khususnya pada mereka yang tidak
mampu berkomunikasi efektif
3) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum,frekuensi,frekuensi pemberian,kemungkinan efek samping,kemungkinan
interaksi obat,kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat.
 Intrusikan pasien intuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak tercapai.
 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (
resiko ketergantungan atau overdosis ).
4) Manajemen nyeri
 Berikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab nyeri,beberapa lama akan
berlangsung,dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
o Ajarkan penggunaan teknik nonfarmokologi.

14
5) Kolaborasi

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (
misal,setiap 4 jam selama 36 jam ) atan PCA.

6) Perawatan dirumah
 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam
pemberian obat.

 Intoleransi aktifitas b.d kelelahan dan penurunan berat badan

Setelah dilakukan perawatan pasien akan menunjukan:

Mentoleransi aktivitas yang bisasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan perawatan diri,
ADL.

a) Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat
beraktivitas
Frekuensi pernapasan saat
beraktivitas
Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas
fisik

b) Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
15
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu

Indikator 1 2 3 4 5
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan
istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk
menghemat energy

 Intervensi keperawatan (NIC)

1) Pengkajian

 Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan ADL
 Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

2) Manajemen energy (NIC):

 Tentukan penyebab keletihan


 Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
 Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
 Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang adekuat
 Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam

3) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:


 Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
 Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan
ke dokter
 Pentingnya nutrisi yang baik

16
 Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
 Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
 Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga
 Tindakan untuk menghemat energy

4) Manajemen energy (NIC):

 Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan
meminimakan konsumsi oksigen
 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan

5) Aktivitas kolaboratif

 Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, jika perlu.
 Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
 Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawtan rumah, jika perlu
 Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
 Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung

6) Perawatan dirumah

 Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas


 Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah

 Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis

 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


a) Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan termoregulasi yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 ganguan eksterm
2 berat
3 sedang

17
4 ringan
5 tidak ada gangguan

Indicator 1 2 3 4 5
Peningkatan suhu kulit
Hipertermia
Dehidrasi
Mengantuk
Berkeringat saat panas
Denyut nadi radialis
Frekuensi pernapasan

 Intervensi Keperawatan (NIC)

b) Baca juga aktivitas keperawatan untuk “resiko ketidakseimbangan suhu


tubuh”
1) Pengkajian

 Pantau aktivitas kejang


 Pantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)
 Pantau td, nadi dan pernapasan
 Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan

2) Untuk pasien bedah:

 Dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah
pada indivudu atau keluarga
 Pantau tanda hipertermi maligna

3) Regulasi suhu:

 Pantau suhu minima setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan


 Pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinuou, jika perlu
 Pantau warna kulit dan suhu

18
4) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermi
 Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan , jika perlu

5) Aktivitas kolaboratif regulasi suhu:

 Berikan obat antipiretik, jika perlu


 Gunakan matras dingin dan mandi air
 Hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu

6) Aktivitas lain

 Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
 Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha
 Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan selama
aktivitas berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas
 Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
 Gunakan selimut pendingin

7) Perawatan dirumah

 Banyak intervensi diatas sesuai diterapkan untuk perawatan dirumah


 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan thermometer
 Kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angina tau ac jika perlu

 Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat

19
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat

Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian
makanan lewat selang, atau
nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV

 Mempertahankan berat badan…. Kg ata bertambah…kg pada…..(tglnya)


 Menjelaskan komponen gizi adekuat
 Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
 Menoleransi diet yang dianjurkan
 Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
 Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
 Melaporkan tingkat energy yang adekuat

 Intervensi keperawatan (NIC)

1) Pengkajian

 Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan


 Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

2) Manajemen nutrisi:

 Ketahui makanan kesukaan pasien


 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
 Timbang pasien pada interval yang tepat

3) Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Ajarkan metode untuk perencanaan makan

20
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal
 Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya

4) Aktivitas kolaboratif

 Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatak asupan protein
 Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap,
pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang
adekuat dapat dipertahankan
 Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
 Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi asupan
nutrisiyang adekuat
 Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika
diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.

3.4 Evaluasi
1. Nyeri berangsung hilang
2. Intoleransi aktifitas
3. Hipertermia berangsung turun/hilang
4. Nutrisi tercukupi

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
yang besirrlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodous regerative. (sudoyo ayu, dkk 2009).
Yang biasa ditandai dengan Anoreksia akibat perubahan citra rasa terhadap makanan
tertentu. Mula dan muntah akibat respons inflamasi dan efek sitemik inflamasi hati. Diare
akibat malabsorbsi. Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati.

4.2 Saran

Sirosis perlu diakukan pengobatan bertujuan dengan mencegah kerusakan hati lebih
lanjut, mengobati komplikasi, dan mencegah atau deteksi dini kenker hati. Dan transplantasi
hati saat ini menjadi salah satu piihan penting untuk pengobatan pasien sirosis hati.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Kusuma, Hardhi & Huda Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic- Noc Edisi revisi Jilid 3. Jogjakarta :
Mediaction Publishing.
 Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011.Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika.
 Sulaiman, H. Ali, dkk. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi pertama.Penertbit
buku ini dikelolah oleh: Jayabadi.
 Amin Huda Nurarif, dkk. 2015. Nanda NIC NOC. Jogjakarta. Mediaction
 Jurnal A 78 yerars old woman wiyh hepatic cirrhosis, ryan wahyudo, faculty of medicine,
lampung university.

23

Anda mungkin juga menyukai