OLEH :
E. Pemeriksaan Diagnostic
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis)
Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi (hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan karena
penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel darah
merah.pada pasien yang hipovelemik:
• pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
• resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
• tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2003:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi yang
mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
1.Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
2.Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
3.Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid dan juga
pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik pada pasien..
4.Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika
diindikasikan.
5.Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency yang
dikirim untuk pengukuran.
6.Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-transfer darah
ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka Rh negatif.
7.Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati penyebab
pendarahan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda tergantung
dari jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini beberapa terapi yang diberikan
pada pasien sesuai dengan jenis anemia yang diderita:
a. Anemia Deficiensi Besi Setelah diagnosa ditegakkan maka dibuat rencana pemberian
terapi berupa:
Terapi kausal: tergantung pada penyebab anemia itu sendiri, misalnya pengobatan
menoragi, pengobatan hemoroid bila tidak dilakukan terapi kausal anemia akan
kambuh kembali.
Pemberiian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi di dalam tubuh. Besi
per oral (ferrous sulphat dosis 3x200 mg, ferrous gluconate, ferrous fumarat,
ferrous lactate, ferrous suuccinate). Besi parentral, efek sampingnya lebih
berbahaya besi parentral diindikasikan untuk intoleransi oral berat, kepatuhan
berobat kurang, kolitis ulseratif, dan perlu peningkatan Hb secara cepat seperti
pada ibu hamil dan preoperasi. (preparat yang tersedia antara iron dextran
complex, iron sorbitol citric acid complex)Pengobatan diberikan sampai 6 bulan
setelah kadar hemoglobin normal untuk cadangan besi tubuh.
Pengobatan lain misalnya: diet, vitamin C dan transfusi darah. Indikasi pemberian
transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah pada pasien penyakit jantung
anermik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat simtomatik, dan pada
penderita yang memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat.dan jenis
darah yang diberikan adalah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Sebagai
premediasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena. (Bakta,
2003:36)
b. Anemia Akibat Penyakit Kronis Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian adalah:
Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh dengan
sendirinya.
Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat, atau vitamin B12.
Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin, tetapi
harus diberikan terus menerus.
Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi pemberian preparat besi
akan meningkatkan hemoglobin, tetapi
kenaikan akan berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 910 g/dl. (Bakta,
2003:41)
c. Anemia Sideroblastik Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia
sideroblastik adalah:
Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan transfusi
darah.
Pemberian vittamin B6 dapat dicoba karena sebagian kecil penderita responsif
terhadap piridoxin. (Bakta, 2003:44)
d. Anemia Megaloblastik Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam
folat adalah terapi ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun demikian terapi
kausal dengan perbaikan gizi dan lainlain tetap harus dilakukan:
Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada hari 7-
8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu. Neuropati biasanya dapat membaik tetapi
kerusakan medula spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)
Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.
Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler 200 mg/hari, atau
1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap
bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
e. Anemia Perniciosa Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi
utama untuk anemia pernisiosa adalah:
Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
Terapi pemeliharaan
Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2003: 49)
f. Anemia Hemolitik
Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik kasus tersebut serta
penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi dari kasus per kasus. Akan tetapi
pada dasarnya terapi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
Terapi gawat darurat Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal
ginjal akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sertaa memperbaiki fungsi
ginjal. Jika terjadi anemia berat, pertimbangan transfusi darah harus dilakukan
secara sangat hatihati, meskipun dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat
terjadi sehingga memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan tetapi jika syok
berat telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain selain transfusi.
Terapi Kausal Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan
kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau disebabkan oleh
penyebab herediter-familier yang belum dapat dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang
penyebabnya telah jelas maka terapi kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2003:69)
Terapi Suportif-Simtomatik Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis
terutama di limpa. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering
diperlukan transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar hemoglobin.
Bahkan pada thalasemia mayor dipakai teknik supertransfusi atau hipertransfusi
untuk mempertahankan keadaan umum dan pertumbuhan pasien. Pada anemia
hemolitik kronik dianjurkan pemberian asam folat 0,15-0,3 mg/hari untuk
mencegah krisis megaloblastik.
G. Pathway
H. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
a) Primer Assesment
1)Data subjektif
Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau
penurunankesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri
kepala,demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
2)Data objektif
Airway Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
Circulation CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada
kulitdan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dandasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampaksebagai
keabu-abuan), kuku mudah patah, berbentuk sepertisendok (clubbing
finger), rambut kering, mudah putus, menipis,perasaan dingin pada
ekstremitas.
Disability (status neurologi)Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidak mampuanberkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur, kelemah
an,keletihan berat, sensitif terhadap dingin.
b) Sekunder Assessment
1) Eksposure Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan
abdomen.
2) Five intervention Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea,
demam,hemoglobin dan hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap
jenisanemia dapat berbeda. Biasnya hasil lab menunjukkan jumlaheritrosit
menurun, jumlah retikulosit bervariasi, misal : menurun pada anemia
aplastik (AP) dan meningkat pada respons sumsumtulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis.
3) Give comfortAdanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan
secaratiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang timbul.
4) Head to toe
Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.
Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung murmur,
bunyi napas wheezing
Daerah abdomen : splenomegaly
Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena kelemahan,cl
ubbing finger (kuku sendok), perasaan dingin pada ekstremitas.
Inspect the posterior surface Tidak ada jejas pada daerah
punggung.
b. Perumusan Diagnose Keperawatan
Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
anemia meliputi :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandaidengan
dipsneu, takikardia
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunanO2 ke
otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankegag
alan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencernamakanan /absorpsi
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan seldarah merah ditandai
dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
7. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnyaperta
hanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)
8. PK Anemia
c. Rencana Keperawatan Dan Rasionalisasi
1.Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasiditandai dengandispnea, takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan polanafas
pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :
pasien melaporkan sesak napas berkurang
pernafasan teratur
takipneu atau dispneu tidak ada-tanda vital dalam batas normal (TD 120-
90/90-60 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 –
37,5 C)
Intervensi :Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vitalUntuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturanpernapasan,
napas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasanUntuk mengetahui
derajat gangguan yang terjadi, dan menentukanintervensi yang tepat
3. Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasiUntuk
meningkatkan ekspansi dinding dada
4. Ajarkan klien napas dalamUntuk meningkatkan kenyaman
5. Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi Mengetahui
intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan mengkajiapakah keluhan
sesak pasien sudah berkurang.
Kolaborasi
1. Berikan O2 sesuai indikasi
Untuk memenuhi kebutuhan O2
2. Bantu intubasi jika pernapasan semakin memburuk dansiapkan
pemasangan ventilator sesuai indikasi
Untuk membantu pernapasan adekuat
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan denganpenurunan O2 ke otak
ditandai dengan penurunan kesadaran,nyeri kepala
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan terjadipeningkatan
perfusi jaringan dengan kriteria hasil:-menunjukkan perfusi adekuat-
pasien mengatakan nyeri kepala berkurang-TTV dalam batas normal
(TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-100x/menit), RR (18-22x/menit),
Suhu (36,5-37,50C))-Membrane mukosa warna merah muda-GCS > 13
Intervensi: Mandiri :
1.Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa,dasar kuku.memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2.Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan oksigenasi untukkebutuhan seluler.
Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3.Selidiki keluhan nyeri kepalaiskemia serebral mempengaruhi status
kesadaran pasien
kolaborasi :
1.Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikansel
darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.mengidentifi
kasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /responsterhadap terapi.
2.Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuanmencerna makanan/absorpsi nutrient yang
diperlukan untukpembentukan sel darah merah ditandai dengan mual-
muntah,anoreksia, penurunan BB
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intakenutrisi pasien
adekuat dengan kriteria hasil: -mual muntah (-)-makan habis 1 porsi
Intervensi :Mandiri :
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi
2.Observasi dan catat masukkan makanan pasien.mengawasi masukkan
kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan.
3.Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makandiantara
waktu makan.menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegahdistensi gaster.
4.Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala
lainyang berhubungan.gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.
5.Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.
Hb 12-16 g%
Konjungtiva tidak pucat
Pasien melaporkan kelelahan berkurang
Perdarahan tidak ter
DAFTAR PUSTAKA