Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Seminar Hasil Penelitian FMIPA UNILA

ANALISIS BAWAH PERMUKAAN KELURAHAN TRIKORA DAN


SEKITARNYA MENGGUNAKAN METODE GPR (Ground
Penetrating Radar) DAN GEOLISTRIK

1
Ristika Wulandari
1
Teknik Geofisika, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia
wulandariristika@ymail.com

Abstrak

Kelurahan Trikora terletak pada Kabupaten Ngada NTT. Daerah ini diindikasikan memiliki laju infiltrasi air
hujan yang tinggi dan getaran yang kuat di permukaan ketika dilalui kendaraan dengan kapasitas yang
berat. Oleh karena itu, digunakan dua metode geofisika untuk mengetahui profil bawah permukaan daerah
penelitian tersebut. Metode geofisika yang digunakan yaitu metode GPR dan metode geolistrik. Dari
kedua metode tersebut diketahui bahwa Kelurahan Trikora dan sekitarnya memiliki batuan penyusun
lapisan yang kurang kompak, sehingga menimbulkan rongga-rongga sebagai jalan masuknya air hujan
yang cukup tinggi ke bawah permukaan. Susunan lapisan yang bersifat gembur turut menyebabkan
gerakan tanah di permukaan pada daerah penelitian.
Katakunci: getaran, infiltrasi, metode geolistrik, dan metode GPR.

1. Pendahuluan Kelurahan Trikora diindikasikan terdapat


Trikora merupakan salah satu Kelurahan lubang yang cukup besar dan dalam di
yang terletak pada daerah Bajawa jalan sekitar rumah warga, tepatnya di
Kabupaten Ngada. Kabupaten Ngada daerah Liameo. Setiap terjadi hujan, air
adalah salah satu Kabupaten di Provinsi masuk ke lubang tersebut dengan laju
Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pulau infiltrasi air yang tinggi. Selain itu,terdapat
Flores dengan Ibukota Bajawa (Gambar 1). getaran yang cukup kuat di permukaan
Hampir keseluruhan wilayah di Kabupaten ketika dilalui oleh kendaraan. Oleh sebab
Ngada dikelilingi oleh barisan pegunungan. itu, dibutuhkan penyelidikan geofisika untuk
Beberapa obyek wisata yang dapat mengetahui penyebab dari gejala geologi
dikunjungi di sekitar Kelurahan Trikora tersebut agar dapat menjadi bahan
sangat variatif, dari obyek wisata budaya, pertimbangan untuk mengambil keputusan
alam, dan minat khusus. Kota ini terletak apakah daerah tersebut berbahaya bagi
dekat dengan Gunung Inerie dan Gunung permukiman warga.
Ebulobo, sehingga jenis batuan di daerah Untuk menganalisis kondisi bawah
ini sebagian besar tersusun atas batuan permukaan Kelurahan Trikora dan
vulkanik. sekitarnya, digunakan dua metode
penyelidikan geofisika yaitu geolistrik dan
GPR (Ground Penetrating Radar). Kedua
metode ini dikenal sebagai metode yang
ramah lingkungan, dan cukup baik dalam
pencitraan lapisan dangkal.

2. Metodologi Penelitian
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan Tugas Akhir dilakukan dari
tanggal 3 Juli s/d 7 Agustus 2012 dan
Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian bertempat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG), Jl. Diponegoro
Dari sekian banyak keindahan alam di No. 57 Bandung, Jawa Barat.
sekitar Kelurahan Trikora tersebut, ada hal
yang meresahkan ketika para pengunjung 2.2. Alat dan Bahan
wisata melewati Kelurahan Trikora dan Alat dan bahan yang digunakan dalam
penduduk yang bermukim di sekitar daerah penelitian Tugas Akhir ini adalah:
tersebut. Hal ini dikarenakan pada a. Netbook
Prosiding Seminar Hasil Penelitian FMIPA UNILA

b. Data yang digunakan adalah data dilakukan di lokasi penelitian. Lintasan


geolistrik, data GPR, peta geologi, yang ada merupakan lokasi akuisisi di
peta geologi teknik, peta geohidrologi, sekitar lubang/amblasan dan di luar daerah
dan peta anomaly bouger. lubang/amblasan. Dengan mengambil 3
c. Software yang di gunakan yaitu Reflex lintasan dari masing-masing daerah
dan Res2dinv. tersebut, dimana 3 lintasan diambil dari
daerah yang diindikasikan amblasan dan 3
lintasan lagi diambil dari luar daerah
3. Metode yang Digunakan amblasan. Data yang diperoleh dari
3.1. Metode GPR akuisisi data kemudian diolah dan
Ground Penetrating Radar (GPR) adalah dikorelasikan.
salah satu metode survey untuk soil,
bangunan dan kondisi bawah permukaan
(dalam interval beberapa centimeter hingga
kedalaman 60 meter).
Secara umum peralatan GPR terdiri dari
dua komponen utama yaitu peralatan
pemancar gelombang radar (transmitter)
dan peralatan penerima pantulan/ refleksi
gelombang radar (tranceiver). Sistem yang
digunakan adalah merupakan sistem aktif
dimana dilakukan ‘penembakan’ pulsa- Keterangan :
pulsa gelombang elektromagnetik (pada
interval gelombang radar) untuk kemudian Lintasan pengukuran GPR
dilakukan perekaman intensitas gelombang
radar yang berhasil dipantulkan kembali ke Lintasan pengukuran Geolistrik
permukaan (Quan dan Haris, 1997).
Gambar 2. Lintasan Akuisisi GPR dan Geolistrik

3.2. Metode Geolistrik Akuisisi GPR menggunakkan metode


Metode geolistrik merupakan salah satu Radar Reflection Profiling. Cara ini
metode geofisika yang dapat memberikan dilakukan dengan membawa antenna radar
gambaran tentang susunan litologi atau bergerak bersamaan diatas permukaan
struktur bawah permukaan suatu daerah tanah (Johnson, 1979). Antenna yang
serta kedalaman lapisan batuan digunakan adalah antenna shielded dengan
berdasarkan sifat kelistrikan batuan (Telford frekuensi 100 MHz untuk mendeteksi
dkk, 1990). Tujuan survey geolistrik material bawah tanah yang dipancarkan
tahanan jenis adalah mengetahui dari permukaan ke dalam tanah yang dapat
perbedaan tahanan jenis (resistivitas) mencapai akurasi kedalaman 2-15 m (5-50
bawah permukaan bumi dengan melakukan kaki) di bawah permukaan. Biasanya
pengukuran di permukaan bumi. antenna dengan frekuensi < 500 MHz
digunakan untuk Rekayasa (Uji tidak
merusak). Umumnya stacking dilakukan
4. Hasil Penelitian beberapa kali pemancaran gelombang
4.1. Pembahasan Umum radar dan kemudian dijumlahkan. Stacking
Berdasarkan data sekunder yang didapat ini dilakukan menggunakkan keyboard PC
mengenai Kelurahan Trikora, diketahui eksternal (dengan menekan tombol enter).
bahwa daerah ini berada pada morfologi Hasil citra bawah permukaan digambarkan
kaki lereng perbukitan yang bergelombang dalam bentuk amplitudo gelombang
dan kaldera tua (Pangluar dan Suroso, (Radargram Display) di mana nantinya hasil
1985). Lokasi ini terletak pada ketinggian di tampilan pada radargram merupakan
atas 2000 meter di atas permukaan laut. kumpulan tiap titik pengamatan yang
Kondisi tersebut Kondisi tersebut disajikan bersebelahan dengan sumbu
menjadikan daerah ini termasuk pada jarak dan waktu.
klasifikasi zona berpotensi longsor terutama Sedangkan dalam akuisisi data Geolistrik
pada daerah lereng gunung, lereng dilakukan dengan konfigurasi wenner-
pegunungan, lereng bukit, lereng schlumberger menggunakan 4 elektroda,
perbukitan, dan tebing sungai dengan masing-masing 2 elektroda arus dan 2
kemiringan lereng lebih dari 40%. elektroda potensial. Metode ini dapat
Pada Gambar 2 memperlihatkan lintasan mendeteksi kondisi bawah permukaan
pengukuran GPR dan Geolistrik yang seperti salah satunya untuk mengetahui
Prosiding Seminar Hasil Penelitian FMIPA UNILA

reservoir air. Dipilihnya gabungan kedua pengolahan data kedua metode ini terlihat
metode ini karena ketelitian yang dicapai keselarasan lapisan yang tercipta pada
lebih tinggi di bandingkan dengan metode radagram dan tampilan 2D geolistrik.
geolistrik yang lain. Hal ini dimulai dengan Dimana zona rekahan cukup banyak
arus yang di injeksikan ke dalam bumi namun hanya di lapisan atas, namun hal ini
sehingga menghasilkan respon sinyal dari tertutupi dengan kondisi batuan yang cukup
batuan yang di tangkap kembali oleh alat. kompak untuk menahan air yang masuk ke
Setelah data terkumpul, dilakukan bawah permukaan.
pengolahan data menggunakkan Korelasi lintasan 5 geolistrik dan profil-25
RES2DINV yang menghasilkan penampang GPR dilakukan secara sejajar. Dimana citra
2D yang memperlihatkan kedalaman dan yang dihasilkan merupakan perluasan dari
nilai resistivitas setiap lapisan. masing-masing metode. Tidak berbeda
jauh dari korelasi lintasan sebelumnya,
4.2. Hasil Korelasi Pengolahan Data pada lintasan 5 geolistrik tidak
Dari kedua gambar hasil processing menunjukkan adanya bekas timbunan
lintasan 1 geolistrik dan profil-6 GPR ataupun rekahan. Begitu pula pada
diketahui bahwa zona lemah berada pada tampilan radagram GPR tidak menunjukkan
kedalaman 0-6 m di bawah permukaan, ada yang perlu di khawatirkan, karena
sehingga dapat di prediksikan selain rekahan yang terdapat pada
tempat/daerah yang terletak pada lintasan kawasan tersebut tidak cukup banyak,
1 geolistrik dan profil 6 GPR ini memiliki batuan yang ada juga cukup kompak,
tingkat rawan bencana amblesan. sehingga aliran air tidak akan mudah
Korelasi antara pengolahan data lintasan 2 mempengaruhi kondisi bawah permukaan.
geolistrik dan profil-1 GPR sangat jelas Akuisisi data di dapat dari pengambilan
memperlihatkan adanya bekas timbunan tegak lurus antara lintasan 6 geolistrik dan
pada kedalaman 0-5 m yang terlihat pada profil 30 GPR. Pada data terakhir ini di
hasil pengolahan data GPR. Sedangkan ketahui susunan lapisan yang cukup
dari hasil pengolahan lintasan 2 geolistrik kompak, namun perlu diperhatikan jika
terlihat resistivitas yang semakin tinggi terdapat curah hujan tinggi dan debit air
seiring bertambahnya kedalaman, yang yang sangat besar, karena daerah pada
berarti pada lapisan atas kurang kompak lintasan ini kurang kuat dalam mencegah
sehingga jika terdapat sedikit rongga air lolosnya air ke bawah permukaan.
akan mudah masuk ke bawah permukaan. Bagaimanapun tidak sepenuhnya daerah
Lintasan 3 geolistrik dan profil-8 GPR ini di ini rawan, karena dari ketiga lintasan dan
lakukan secara cross untuk mempertajam profil yang di ambil pada luar zona
pemahaman tentang daerah sekitar amblasan, hanya satu daerah ini saja yang
lubang/amblasan tersebut. Terlihat adanya memiliki batuan penyusun lapisan kurang
sesuatu yang janggal pada tampilan kompak.
radagram yang memperlihatkan pola
susunan perlapisan yang berbeda antara
radagram bagian kiri dan kanan, hal ini 5. Kesimpulan
dapat mengindikasikan adanya bekas Kesimpulan yang dapat di dapat dari
timbunan ataupun batuan yang sangat penelitian tugas akhir adalah:
kompak. Pemikiran ini di perkuat dengan 1. Berdasarkan hasil pengolahan data
tampilan pengolahan data geolistrik lintasan GPR, di dapatkan hasil sebagai
3 yang tidak memperlihatkan adanya berikut:
resistivitas yang berbeda pada 1 lapisan. a. indikasi adanya zona lemah
Jadi, dapat di tarik kesimpulan pada (rekahan) terdapat pada profil-1, 6,
lintasan ini masih merupakan lokasi dan 25
amblasan yang dilihat dari timbunan yang b. kedalaman zona lemah (rekahan)
ada yang merupakan faktor penyebab berkisar pada kedalaman 5 sampai
amblesan. 15 meter
Lintasan Geolistrik dan GPR berikutnya c. indikasi adanya zona akumulasi air
diambil dari daerah luar lubang/amblesan terdapat pada profil - 8, 24, dan 30
untuk mengetahui pola penyebaran d. Secara umum arah dari zona
lubang/amblesan tersebut. Tampilan hasil lemah diinterpretasikan berarah
pengolahan data geolistrik lintasan ke 4 selatan dan tenggara
dan GPR profil-24 memperlihatkan tampilan 2. Berdasarkan analisis dari hasil
yang detail karena dikorelasikan pada penyelidikan geolistrik dapat diperoleh
tempat yang sama persis dengan panjang data sebagai berikut :
lintasan yang berbeda. Dari hasil
Prosiding Seminar Hasil Penelitian FMIPA UNILA

a. indikasi adanya zona lemah


(rekahan) terdapat pada lintasan -1
b. indikasi adanya zona akumulasi air
terdapat pada lintasan - 2, 4, dan 6.
3. Kelurahan Trikora merupakan
kawasan yang rentan akan
longsoran/amblasan jika dilihat dari
curah hujan yang tinggi pada daerah
tersebut..
4. Aliran air yang masuk ke dalam
lubang, mengalir melalui rekahan-
rekahan yang terdapat pada lapisan
bawah permukaan.
5. Getaran yang tercipta di permukaan
disebabkan oleh formasi batuan yang
kurang kompak.

6. Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada Bapak Yunara Dasa
Triana S,Si., M.T., Bapak Rustadi S.Si,
M.T., dan Bapak Dr. Ahmad Zaennudin
atas bantuan dan semangat luar biasa yang
telah diberikan dalam pembuatan serta
penyusunan karya ilmiah ini.

7. Daftar Pustaka
Johnson, R.W., Glaccum, R., Wojtasinske,
R., 1979. Application of ground
penetrating radar to soil survey. Proc.
Soil Crop Sci. Soc. Florida 39, 68–72,
2–4 October.
Pangluar dan Suroso. 1985. Petunjuk
Penyelidikan dan Penanggulangan
Gerakan Tanah. Puslitbang
Pengairan.DPMA, Bandung.
Quan, Y., Harris, J.M., 1997. Seismic
attenuation tomography using the
frequency shift method. Geophysics
62, 895–905.
Telford, W.M., Geldart, L.P., dan Sheriff,
nd
R.E.,. 1990. Applied Geophysics, 2
Melbourne Edition, Cambridge
University Press. Cambridge: London.

Anda mungkin juga menyukai