Berikan
penjelasan
Jawab :
Karena, Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua,
keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. Perlindungan yang diberikan pada anak
merupakan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak anak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan juga dapat bersosialisasi di lingkungan sekitarnya. Anak
merupakan anugerah sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang seharusnya kita
jaga dan lindungi. Kejahatan atau tindak pidana pada dasarnya dapat terjadi pada
siapapun dan dapat juga dilakukan oleh siapapun baik itu pria, wanita maupun anak-
anak. Anak sangat rentan atau rawan menjadi korban tindak pidana kekerasan fisik yang
mana anak merupakan manusia yang sangat lemah dan masih membutuhkan
perlindungan dari orang dewasa yang ada di sekitarnya.Anak adalah pewaris dan
pelanjut masa depan suatu bangsa.Perlindungan terhadap anak merupakan suatu usaha
untuk mengadakan kondisi untuk melindungi anak dapat melaksanakan hak dan
kewajiban. Melindungi anak adalah melindungi manusia seutuhnya. Perlindungan anak
merupakan potensi melindungi generasi penerus bangsa.Maka dari itu mempelajari
hukum perlindungan dan pidana anak sangat penting, agar kita dapat dengan cepat dan
sigap dalam mengambil keputusan jika terjadi sebuah tindak pidana terhadap anak
disekitar kita.
3. Berikan penjelasan mengenai sanksi terhadap anak yang melanggar hukum pidana (
melakukan tindak pidana) hubungkan dengan KUHP, UU no.3 tahun 1997 tentang
pengdilan anak dan uu no. 11 tahun 2012 tentang SPPA !
Jawab :
Menurut UU SPPA, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis
sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal
69 ayat (2) UU SPPA) dan Pidana, bagi pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke
atas.
a. Sanksi Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU SPPA):
Pengembalian kepada orang tua/Wali;
Penyerahan kepada seseorang;
Perawatan di rumah sakit jiwa;
Perawatan di LPKS;
Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah atau badan swasta;
Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
Perbaikan akibat tindak pidana.
b. Sanksi Pidana
Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak terbagi
atas Pidana Pokok dan Pidana Tambahan (Pasal 71 UU SPPA):
Pidana Pokok terdiri atas:
Pidana peringatan;
Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga, pelayanan
masyarakat, atau pengawasan;
Pelatihan kerja;
Pembinaan dalam lembaga;
Penjara.
Pidana Tambahan terdiri dari:
Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
Pemenuhan kewajiban adat.
Selain itu, UU SPPA juga mengatur dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas)
tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing
Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk: (lihat
Pasal 21 UU SPPA)
a. menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau
b. mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan
di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan
sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
Pasal 45 KUHP menyatakan bahwa: “Dalam menuntut orang yang belum cukup
umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur 16 (enam belas) tahun,
hakim dapat menentukan: memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada
orang tua, walinya atau pemeliharanya, tanpa pidana apapun, atau memerintahkan
supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, tanpa pidana apa pun, yaitu jika
perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut pasal 489, 490,
492, 496, 497, 503, 505, 514, 517-519, 526, 532, 536 dan 540 serta belum lewat 2 (dua)
tahun sejak dinyatakan salah karena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran
tersebut diatas, dan putusannya menjadi tetap; atau menjatuhkan pidana”. Dari
ketentuan tersebut berarti seseorang yang umurnya telah lebih dari enam belas tahun,
maka ia dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pidana yang diberlakukan bagi
orang dewasa.
Sementara dalam Pasal 47 KUHP ancaman pidana bagi anak yang belum
berumur 16 tahun dapat berupa: 1. Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum
pidana pokok terhadap perbuatan pidananya dikurangi sepertiga. 2. Jika perbuatan
merupakan kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup,
maka dijatuhkan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun. 3. Pidana tambahan
yang tersebut dalam Pasal 10 sub b, nomor 1 dan 3, tidak dapat dijatuhkan terhadap
anak nakal yang berumur 12 (dua belas) tahun dan melakukan tindak pidana
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 yang diancam dengan hukuman mati atau seumur hidup.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tidak mengikuti
ketentuan pidana pada Pasal 10 KUHP, dan membuat sanksinya secara tersendiri.
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal terdapat dalam Pasal 23 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 ialah: a. pidana penjara b. pidana kurungan c.
pidana denda d. pidana pengawasan Terhadap anak nakal tidak dapat dijatuhkan pidana
mati, maupun pidana seumur hidup, akan tetapi pidana penjara bagi anak nakal
maksimal sepuluh tahun. Jenis pidana baru dalam undang– undang ini adalah pidana
pengawasan yang tidak terdapat dalam KUHP. Pidana tambahan bagi anak nakal dapat
berupa: a. perampasan barang tertentu; dan/atau b. pembayaran ganti rugi. Ancaman
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana sesuai
dengan Pasal 26 ayat (1) UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997, paling lama setengah
dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. Dalam hal tindak pidana
yang dilakukan diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, maka bagi
anak ancaman pidananya menjadi maksimal sepuluh tahun. Sedangkan yang belum
berumur delapan tahun walaupun melakukan tindak pidana, belum dapat dijatuhkan ke
sidang pengadilan anak. Ini didasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan
pedagogis, bahwa anak yang belum berumur delapan tahun itu belum dapat
dipertanggungjawabkan perbuatannya. Akan tetapi dalam hal anak itu melakukan
tindak pidana dalam batas umur delapan tahun akan tetapi belum berumur 18 tahun
maka ia dapat diajukan ke depan sidang pengadilan anak. Khusus mengenai sanksi
terhadap anak dalam undang–undang ini ditentukan berdasarkan perbedaan umur
anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 sampai 12 tahun hanya dikenakan tindakan,
sedangkan terhadap anak yang telah mencapai umur 12 sampai 18 tahun dijatuhkan
pidana. Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental dan sosial anak.