Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN STATUS IMUNISASI

DENGAN STATUS GIZI BALITA 2-3 TAHUN


(Studi di Puskesmas Klego 1 Boyolali)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Ilmu Gizi Fakutas Ilmu Kesehatan

Oleh:

WURI REKAWATI SUSILONINGRUM


J 310 130 095

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

i
i
ii
iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN STATUS IMUNISASI
DENGAN STATUS GIZI BALITA 2-3 TAHUN
(Studi di Puskesmas Klego 1 Boyolali)

Abstrak

Masalah status gizi kurang berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang. Generasi
mendatang yang baik dapat ditentukan dari kualitas balita yang baik pula. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengawasan terhadap stats gizi balita agar tidak terjadi permasalahan gizi.
Faktor rendahnya pengetahuan dan kelengkapan status imunisasi merupakan salah satu
penyebab terjadinya permasalahan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Klego 1 Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
cross sectional. Sampel dipilih dengan cara proportional random sampling yaitu mengambil
sampel dengan undian secara berdasarkan proporsi sampel di masing-masing desa sesuai
kriteria inklusi dengan jumlah sampel sebanyak 43 responden. Data pengetahuan ibu dan
status imunisasi didapatkan melalui wawancara kepada responden dengan kuesioner, tinggi
badan diukur menggunakan microtoice, berat badan diukur dengan timbangan digital dan
dianalisis menggunakan WHO Anthro. Analisis Rank-Spearman dilakukan untuk melihat
hubungan pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi. Berdasarkan hasil
penelitian, tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan(p=0,690) dan status
imunisasi (p=0,662) dengan status gizi. Pengetahuan dan status imunisasi bukan merupakan
faktor langsung yang mempengaruhi status gizi. Status sosial ekonomi menghambat
penerapan pengetahuan serta perilaku untuk perbaikan gizi balita.Kesimpulannya adalah tidak
ada hubungan antara pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di
Puskesmas Klego 1 Boyolali.

Kata kunci: Pengetahuan, imunisasi dan status gizi.

ABSTRACT

The issue of nutritional status has a serious impact on the quality of future generations. A good
future generation can be determined from the quality of the toddlers too. Therefore, it is
necessary to supervise the nutrition statistics of children under five so that no nutritional
problems occur. Factors of low knowledge and completeness of immunization status are two of
the causes of nutritional problems.This study aimed to determine the relationship between
mother’s knowledge and immunization status with nutritional status of toddlers aged 2-3 years
old in work area of Primary health service of Klego 1 Boyolali. This research was a
quantitative research with cross sectional design. The subjects were chosen using proportional
random sampling, which was taken by drawing based on the proportion of samples in each
village according to the inclusion criteria with the total of 43 respondents. Mother’s knowledge
data and immunization status were obtained through interviews using respondents with
questionnaires, height was measured using microtoice, body weight was measured by digital
scales and analyzed using WHO Anthro software. Rank-Spearman analysis was conducted to
see the relationship between mother’s knowledge and immunization status with nutritional
status. Based on the result of research, there was no significant relationship between
knowledge (p = 0,690) and immunization status (p = 0,662) with nutritional status.

1
Immunization knowledge and status were not the direct factors affecting nutritional status.
Socio-economic status might inhibit the application of knowledge and behavior to improve
nutrition of children. There was no relationship between mother’s knowledge and
immunization status with nutritional status of toddlers aged 2-3 years old in Primary health
service of Klego 1 Boyolali.

Keywords: Mother’s knowledge, immunization status, nutritional status

1. PENDAHULUAN
Masalah status gizi kurang (stunting, underweight dan wasting) balita di Indonesia
semakin tinggi pada setiap tahunnya. Masalah gizi berdampak serius terhadap kualitas
generasi mendatang. Balita yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, dimana balita akan mempunyai
(Intelligence Quetion) IQ lebih rendah. Setiap balita yang berstatus gizi buruk mempunyai
resiko mudah terserang infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun. Status gizi
merupakan gambaran dari keadaan gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan
menjadi masalah pada sumber daya manusia (Rahmawati, 2012).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi balita gizi
buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6%, angka ini meningkat dibandingkan
dengan data Riskesdas 2010 sebesar 17,9% dan Riskesdas 2007 sebesar 18,4%. Data
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah 2014, tercatat prevalensi gizi kurang pada balita
di Jawa Tengah mencapai angka 17,6% sedangkan prevalensi di Kabupaten Boyolali
mencapai 19,3%. Hal ini menunjukkan masih cukup tingginya prevalensi gizi kurang dan
terdapat masalah gizi di Kabupaten Boyolali.
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya tingkat sosial
ekonomi, berat badan lahir balita, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan
orangtua, jangkauan pelayanan kesehatan, asupan zat gizi, imunisasi yang memadai dan
ada tidaknya penyakit kronis pada balita (Tarigan, 2003).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi adalah pengetahuan.
Pengetahuan gizi ibu yang terbatas akan mempengaruhi pola pemenuhan gizi balita,
sehingga akan berpengaruh terhadap penerapan pola konsumsi makanan yang kurang baik.
Hal ini juga akan berdampak terhadap status gizi balitanya. Ibu merupakan sasaran utama
pendidikan gizi keluarga, karena ibu memiliki peran sebagai pengatur makan keluarga
(Suhardjo, 2003).

2
Faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah status imunisasi. Imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap antigen tertentu untuk mencegah
penyakit dan kematian bayi dan anak. Sudah lama diketahui bahwa imunisasi ada
hubungannya dengan malnutrisi kaitannya dengan penyakit infeksi yang dapat secara
langsung mempengaruhi status gizi anak (Dwiastuti, 2012).
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara
konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaannya di dalam tubuh. Status gizi adalah
keadaan kesehatan yang merupakan akibat dari masukan zat gizi dan penggunaannya di
dalam tubuh yang diperoleh dari makanan sehari-hari (Supariasa, 2002).
Status gizi sangat penting bagi balita. Masa balita merupakan periode penting dalam
proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan (Kurniawati,
2011). Berkaitan dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Klego 1 Kabupaten Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Klego 1 Kabupaten Boyolali.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Klego 1 Boyolali. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016-Januari 2017. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan cara
proportional random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah sampel
sebanyak 43 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan undian
yang diambil secara acak disesuaikan dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah Balita usia 2-3 tahun pada saat awal penelitian. Balita
diasuh oleh ibu balita. Ibu balita tidak bekerja/bekerja di rumah. Balita tidak cacat dan
sehat/ tidak menderita sakit parah. Memiliki buku KMS Penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran
UMS dengan nomor 337/B.1/KEPK-FKUMS/X/2016. Data pengetahuan ibu dan status
imunisasi didapatkan melalui wawancara kepada responden dengan kuesioner, status gizi
diukur dengan indikator BB/U, berat badan diukur menggunakan timbangan injak digital

3
dan dianalisis menggunakan WHO Anthro. Analisis Rank-Spearman dilakukan untuk
melihat hubungan pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dilihat berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Subjek dalam penelitian ini merupakan ibu balita yang mengasuh anaknya sendiri.
Gambaran karakteristik subjek dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek
Karakteristik Jumlah Persentase
Pendidikan SD 7 16
SMP 25 58,1
SMA 11 25,6
Pekerjaan Tidak Bekerja 38 88,4
Swasta 4 9,3
Wiraswasta 1 2,3
Pendapatan Dibawah UMR 22 51,2
Diatas UMR 21 48,8

3.2 Analisis Univariat


3.2.1 Pengetahuan Ibu
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita berusia 2-3 tahun
dan mengasuh anaknya sendiri. Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan ibu
dibagi dalam tiga kategori yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang. Gambaran
tingkat pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 11 Distribusi Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 25 58,1
Cukup 18 41,9
Kurang 0 0
Total 43 100

Berdasarkan Tabel 1, dari 43 responden diketahui 58,1% tingkat


pengetahuan ibu termasuk dalam kategori baik dan 41,9% memiliki pengetahuan
kurang.

3.2.2 Status Imunisasi


Status imunisasi merupakan kelengkapan balita dalam mendapatkan vaksin
imunisasi dasar yang berjumlah 10 vaksin. Vaksin ini meliputi satu dosis BCG,
satu dosis campak, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio dan 1 dosis Hepatitis. Gambaran
status imunisasi di wilayah kerja puskesmas Klego 1 berdasarkan hasil wawancara

4
langsung kuesioner kepada ibu responden. Hasil wawancara didapatkan data
sebagaimana tampak pada Tabel 2.
Tabel 2. Distibusi Status Imunisasi
Status imunisasi Jumlah Persentase (%)
Lengkap 30 69,8
Tidak lengkap 11 25,6
Tidak Diimunisasi 2 4,7
Total 43 100

Berdasarkan Tabel 2, dari 43 responden dapat diketahui bahwa sebagian


besar balita yang berada di wilayah kerja puskesmas klego 1 sudah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap sebesar 69,8%, namun masih terdapat balita yang belum
mendapatkan imunisasi lengkap sebesar 25,6%. Jumlah balita yang belum
mendapat imunisasi lengkap ini masih menunjukkan jumlah yang cukup tinggi.
3.2.3 Status Gizi
Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan indeks BB/U.
Distribusi status gizi anak balita berdasarkan berat badan menurut umur dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Distibusi Status Gizi Anak menurut BB/U

Status gizi Jumlah Persentase (%)


Baik 31 72,1
Kurang 12 27,9
Lebih 0 0
Total 43 100

Berdasarkan Tabel 3, dari 43 responden dapat diketahui bahwa persentase


anak balita yang mempunyai status gizi baik sebesar 72,1% dan anak balita yang
memiliki status gizi kurang sebesar 27,9%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
balita status gizi kurang di Puskesmas Klego 1 masih tergolong tinggi.
3.3 Analisis Bivariat
3.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan status Gizi
Pengetahuan ibu diteliti dengan menggunakan kuesioner pengetahuan ibu
tentang gizi. Hasil analisis disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Korelasi Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi
Pengetahuan ibu Status gizi Total P
Baik Kurang
n % n % n %
Baik 18 72 7 28 25 100 0,960
Cukup 13 72,2 5 27,8 18 100
*) p value hasil uji Rank-Spearman

5
Pada Tabel 4 dapat dilihat status gizi balita baik pada ibu yang memiliki
pengetahuan baik sebesar 72% dan 72,2% pada ibu dengan pengetahuan cukup.
Hasil uji korelasi diperoleh nilai 0,960 (p value >0,05) maka tidak terdapat
hubungan secara statistik antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak.
Status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap status gizi balita,
meningkatnya statsu sosial ekonomi akan meningkatkan status gizi balita. Status
sosial ekonomi dikaitkan dengan banyaknya pendapatan keluarga. Pendapatan
keluarga di bawah UMR akan mempengaruhi kemampuan daya beli keluarga
dalam penyediaan makanan. Rendahnya pendapatan keluarga juga menghambat
seseorang dalam menerapapkan pengetahuan gizi yang ia miliki. Pendapatan
keluarga yang rendah akan mengakibatkan rendahnya anggaran belanja pangan
dan mutu serta keanekaragaman makanan yang kurang. Keluarga lebih banyak
membeli barang karena kebiasaan, iklan dan lingkungan (Ernawati,2006).
3.3.2 Hubungan Status Imunisasi dengan Status Gizi
Status imunisasi merupakan kelengkapan balita dalam mendapatkan vaksin
imunisasi dasar yang berjumlah 10 vaksin. Vaksin ini meliputi satu dosis BCG,
satu dosis campak, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio dan 1 dosis Hepatitis. Hasil analisis
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Korelasi Status Imunisasi dengan Status Gizi
Status imunisasi Status Gizi Total P
Baik Kurang Lebih
n % n % n % n %
lengkap 21 70 9 30 0 0 30 100 0,662*
tidak lengkap 10 90,9 1 9,1 0 0 11 100
tidak diimunisasi 0 0 2 100 0 0 2 100
*) p value hasil uji Rank-Spearman

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa 70% balita dengan status gizi baik
memiliki status imunisasi lengkap dan 90,9% balita status gizi baik memiliki
status imunisasi tidak lengkap. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai 0,662, hal ini
berarti tidak ada hubungan antara status imunisasi dengan status gizi balita karena
nilai p > 0,05.
Pengetahuan memiliki hubungan dengan status imunisasi. Orang tua
dengan pengetahuan yang baik menunjukkan kelengkapan status imunisasi serta
status gizi yang baik. Pengetahuan yang didapatkan melalui pengamalan akan
mempengaruhi orangtua dalam memberikan imunisasi kepada anak. Pengalaman

6
buruk yang dialami oleh orangtua mengakibatkan orangtua enggan memberikan
imunisasi kepada balita sehingga akan berdampak pada status gizi balitanya.
Pemberian informasi yang minim oleh kader/petugas kesehatan akan
memperburuk pengetahuan yang dimiliki ibu, sehingga sikap ibu terhadap
imunisasi menjadi negatif (Karina, 2012).
Wilayah kerja Puskesmas Klego 1 merupakan wilayah pedesaaan yang luas
dengan jarak dengan pelayanan kesehatan (posyandu atau puskesmas) cukup
jauh. Tempat pelayanan kesehatan yang jauh membuat seseorang enggan untuk
mendatanginya. Jauhnya pelayanan kesehatan juga mengakibatkan menculnya
biaya tranportasi. Masyarakat yang sebagian besar memiliki pendapatan dibawah
UMR mengakibatkan ibu akan berfikir pendek untuk tidak memberikan imunisasi
dikarenakan ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan. Hal ini menimbulkan
partisipasi ibu terhadap pemberian imunisasi menurun (Mulyanti, 2013).

4. PENUTUP
Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu (p=0,006) dan status imunisasi
(p=0,000) dengan status gizi balita 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Klego 1
Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Jakarta:
Penerbit PT Rineka Cipta.

Dwiastuti, P dan Prayitno, N. 2012. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian


Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 5 (1)

Kurniawati, E. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi
Balita di Kelurahan Baledono Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Skripsi.
Akbid Purworejo.

Mulyaningsih, Fitri. 2008. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi Balita dan pola
makan balita terhadap status Gizi balita di kelurahan srihardono Kecamatan pundong.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Putri, Rizqa Febriliany. 2011. Hubungan status imunisasi dengan status gizi balita usia 12 –
23 bulan di Kelurahan Punggawan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Skripsi.UNS

7
Rahmawati, ES. 2014. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan
Status Gizi Balita (1-5 tahun) di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-
Tuban). Skripsi. Stikes NU Tuban.

Rahmiwati, Anita. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia
Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten
Ogan Ilir 2015. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI.

Suhardjo. 2003.Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta : Bumi Aksara

Supariasa, Bakri B, Pajar I. 2002. Penilaian status gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tarigan, IU. 2003. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Umur 6-36
Bulan Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi di Jawa Tengah”. Bul Panel Kesehatan. 31(1):
1-12.

Anda mungkin juga menyukai