Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi gangguan kesehatan jiwa di Indonesia menurut hasil
studi Bahar dkk (1995) adalah 18,5 %, yang berarti dari 1000 penduduk
terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau
tiap-tiap rumah tangga terdapat seorang anggota keluarga yang menderita
gangguan kesehatan jiwa.
Khusus untuk anak dan remaja masalah kesehatan jiwa perlu
diangkat menjadi fokus utama dalam tiap upaya peningkatan sumber daya
manusia, mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu
dipersiapkan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Jika ditinjau dari
proporsi penduduk, 40% dari total populasi dari anak dan remaja berusia
0-16 tahun, 13% dari jumlah populasi penduduk adalah anak berusia
dibawah lima tahun (balita). Ternyata 7%-14% dari populasi anak dan
remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa dan resiko tinggi mengalami
gangguan perilaku.
Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan di
Indonesia turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa
anak dan remaja. Perawat merupakan kelompok mayoritas tenaga
kesehatan dan mempunyai kesempatan 24 jam dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tak langsung
kepada anak dan remaja dalam tiap tatanan pelayanan pada masyarakat.
Kontribusi keperawatan jiwa akan maksimal apabila perawat
menggunakan metode penyelesaian masalah yang disebut dengan proses
keperawatan dalam asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak dan
remaja serta keluarganya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan kesehatan jiwa anak dan remaja di
Indonesia?
2. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada anak dan remaja?

1
C. Tujuan
Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan
jiwa remaja sehingga dapat meniptakan lingkungan yang kondusif untuk
perkembangan anak.

Tujuan khusus :
1. Memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk
dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat
mengenai kesehatan jiwa remaja.
2. Meningkatkan peran serta mahasiswa dalam menangani
remaja bermasalah dan upaya pencegahannya.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa remaja.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keperawatan Jiwa Anak
1. Defenisi
Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari
keperawatan psikiatrik dan memberikan asuhan keperawatan jiwa yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak
dengan berlandaskan pada teori perkembangan fisio-biologis, kognitif,
sosial, sensori motoris, moral dan filosofi. (Townsend, 1999)
2. Teori Perkembangan Anak
a. Teori Fisio-Biologis
Tiga konsep utama yang melandasi teori fisio-biologis
perkembangan anak adalah kepribadian, sifat (Traits) dan
tempramen. Kepribadian didefenisikan sebagai elemen-elemen
yang membentuk reaksi menyeluruh anak terhadap lingkungan.
Tempramen adalah gaya perilaku anak sebagai reaksinya terhadap
lingkungan dan berkaitan dengan sifat yang merupakan atribut
kepribadian yang membentuk tempramen.
b. Teori Perkembangan Psikologis
Teori yang mendasari teori perkembangan psikologis ditemuknan
oleh dua orang ahli dengan teori mereka yang dikenal dengan;
Teori Psikoanalitis dalam pengobatan psikologis sangat bergantung
pada tahap perkembangan dan pengaruh masa kecil.
Disini Freud mengemukakan bahwa masa lima tahun pertama
kehidupan anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter
dasar yang dimiliki anak terbentuk dan tidak dapat diubah lagi.
Teori interpersonal psikiatrik yang dikenalkan oleh Sullivan yang
mendasari teori perkembangan psikologis lebih memfokuskan teori
perkembangan anak pada hubungan antara manusia.

3
c. Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif dikemukan oleh Piaget dengan
teorinya yang dikenal denagn teori Piaget. Disini piaget
menekankan bahwa cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan
masukan dari orang dewasa, Menurut Piaget, anak belajar melalui
proses meniru dan bermain yang menunjukkan proses kegiatan
asimilasi anak dan akomodasi yang menjabarkan tiap tahap dan
usia dari kematangan kognitif pada anak.
Perkembangan kognitif pada anak mengintegrasikan struktur pola
perilaku sebelumnya kearah pola perilaku baru yang lebih
kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan pada anak
dipengaruhi oleh perbedaan tiap-tiap anak dan pengaruh sosial.
d. Teori Perkembangan Bahasa
Penguasaan bahasa merupakan struktur perkembangan utama pada
masa anak-anak, dimana struktur linguistik dan kognitif
berkembang secara paralel. Chomsky (1975), dalam teorinya
menyatakan bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan
kalimat baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan
transformasi penyusunan kata menjadi kalimat.
e. Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep
primitif pada anak ke dalam standar moral yang komprehensif.
Proses transformasi ini merupakan bagian dari kumpulan
pertumbuhan kognitif anak yang timbul sejalan dengan hubungan
anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral pada anak ini
di kemukakan oleh Kohlberg.
f. Teori Psikologi-Ego
Teori Psikologi-Ego yang menjembatani psikoanalitis dengan
psikologi perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural
untuk memahami anak dengan berfokus pada ego atau diri sebagai
unsur mandiri pada anak. Oleh karena itu dalam keperawatan jiwa

4
pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada
keterampilan kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan Sunden
(1995) pendekatan kompetensi ego ini sangat efektif dan sensitif
secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan
intervensi keperawatan apapun, diagnosis psikiatrik atau
dimanapun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Menurut
Strayhorn (1989) ada sembilan keterampilan kompetensi ego yang
perlu dimiliki oleh anak dalam proses perkembangan psikoanalitis
untuk membentuk kepribadian anak tersebut yakni;
- Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya
- mengatasi perpisahan dan membuat keputusan mandiri
- membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara
bersama
- Mengatasi frustasi dan kejadian yang tidak menyenangkan
- Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan
- mengatasi penundaan kepuasan
- Bersantai dan bermain
- Proses kognitif melalui kata, simbol dan citra (Image).

3. Proses Keperawatan
Sesuai dengan tahap proses keperawatan dan dengan berorientasi
pada keterampilan kompetensi ego anak, maka tahap proses
keperawatan yang harus dilakukan perawat adaalah;
1) Pengkajian
Pada proses pengkajian perawat mengkaji penguasaan anak
terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat
melalui proses tumbuh kembang secara komprehensif. Selain
mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut perawat juga
perlu mengkaji hal-hal sebagai berikut;
a. Data Demografi
Pengkajian data demografi meliputi; nama, usia, tempat dan
tanggal lahir, nama orang tua, pendidikan orang tua, alamat

5
orang tua serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang
pernah diterima anak juga perlu dikaji. Selain itu aktivitas
kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk
berat badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan
tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi
meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan
eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b. Data Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala,
rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan,
kardiovaskular, muskuloskletal dan neurologis anak.
Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak.
Selain itu pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk
mengetahui bekas penganiayaan yang pernah dialami
anak.
c. Data Status Mental
Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberikan
gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan
perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu status mental anak perlu dikaji setiap waktu
dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak.
Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk
mengalihkan fokus dari anak (bagi anak yang menimbulkan
ansietas) ke karakter yang digunakan dalam permainannya.
Data dicatat sesuai dengan perilaku yang diamati untuk
menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan dan pendapat
perawat.
Pemeriksaan status mental meliputi; keadaan emosi, proses
berpikir dan isi pikiran (halusinasi dan persepsi, cara bicara

6
dan orientasi). Pengkajian terhadap hubungan interpersonal
anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya yang
penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
Bentuk contoh pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat
ketika mengkaji hubungan interpersonal anak antara lain;
Ø Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan jenis
kelamin tertentu?
Ø Apa posisi anak dalam struktur kekuasaan dalam
kelompok?
Ø Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan
berhubungan dengan anak lain?
Ø Apakah anak mempunyai teman dekat?
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga
penting dikaji untuk mengetahui kebutuhan anak akan tokoh
panutan dan kebutuhan anak akan dukungan dan kasih sayang.
d. Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus
masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, biasanya
dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan
untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan
asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan
bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari
anak sebagai individu ke sistem keluarga. Tiap anggota
keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

2) Masalah Keperawatan
Untuk menentukan masalah keperawatan data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan
asuhan keperawatan selanjutnya.
3) Perencanaan Keperawatan

7
Setelah pengkajian selesai dan masalah keperawatan pada anak
telah ditentukan dan teridentifikasi, rencana perawatan dan
pengobatan yang komprehensif disusun dengan tujuan asuhan
keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak seperti;
modifikasi penyesuaian sekolah anak dan perubahan lingkungan
pada anak. Contoh tujuan umum dari rencana keperawatan jiwa
pada anak adalah sebagai berikut;
- Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai.
- Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk
berperilaku defensif.
- Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.
- Membantu mengembangkan identitas anak.
- Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
- Membantu anak berkomunikasi secara efektif.
- Mencegah anak untuk menyakiti baik diri sendiri maupun orang
lain.
- Membantu anak memelihara kesehatan fisik.
- Meningkatkan uji coba realitas yang tepat.

4) Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan
yang terdiri dari :
 Terapi Bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain itu
juga berfungsi untuk;
- Menguasai dan mengasimilasikan kembali pengalaman
yang telah lalu dan tidak dapat dikendalikan.
- Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari.
- Berkomunikasi dengan orang lain.

8
- Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan
dengan diri sendiri, dunia luar dan orang lain.
- Mencocokkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri
dengan realitas. (2)
 Terapi Keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi
keluarga . Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang
peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan
bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak
dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk
menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut menimbulkan
gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-
hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga. (2)
 Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang
melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini
sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,
mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan
harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan
keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang
terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin
hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu
lingkungan yang terkendali. (2)
 Terapi Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam
psikitarik anak, tetapi tetap bermanfaat untuk mengurangi
gejala (hiperaktif, depresi, impulsif dan ansietas) dan
membantu agar pengobatan lainnya lebih efektif. Pemberian
obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman
yang tepat.

9
 Terapi Individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitik,
psikoanalitis berdasarkan psikoterapi dan terapi bermain
pengalaman. Hubungan antara anak
dengan Therapist memberikan kesempatan pada anak untuk
mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan
orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. (2)
 Pendidikan pada orang tua
Pendidikan pada orang tua merupakan hal yang penting untuk
mencegah gangguan kesehatan jiwa pada anak., begitu pula
untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat.
Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak,
sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku sesuai dengan
usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan
pengertian dan empati antara orang tua dan anak. Tekhnik
yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk
mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti
psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa dan
penggunaan obat-obatan juga diajarkan. (2)
 Terapi Lingkungan
Konsep dari terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian
dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan
yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram,
memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari
rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi
perilaku. (2)
Peran perawat dan orang tua dituntut untuk mampu
menciptakan lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur
dan memberikan gambaran yang jelas tentang batasan
hubungan anak dengan orang dewasa. (2)

10
Lingkungan yang terapeutik juga harus memberikan
perlindungan pada anak dari ancaman dinamika keluarga yang
patologis.

5) Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan
jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu
tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara
2 sampai 4 minggu dan direncanakan untuk menentukan masalah
keperawatan dan menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi
krisis dan perencanaan yang disertai dengan implementasi yang
komprehensif dan evaluasi hasil keperawatan yang spesifik untuk
masalah keperawatan jiwa yang dialami oleh anak tersebut. Aspek
yang perlu dievaluasi pada keperawatan jiwa pada anak adalah
sebagai berikut;
- Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku anak.
- Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya,
orang dewasa dan orang tua secara wajar.
- Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program
sebagai rekreasi dan proses belajar.
- Respon terhadap peraturan dan rutinitas.
- Status mental secara menyeluruh.
- Koordinasi dan rencana pemulangan.

B. Keperawatan Jiwa Remaja


1. Defenisi
Keperawatan jiwa remaja merupakan keperawatan psikiatrik yang
memberikan asuhan keperawatan jiwa pada masa peralihan suatu
individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan rentang usia
antara 12-18 tahun.

11
2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Remaja
Menurut Wilson dan Kneisl (1988), mengemukakan dua teori yang
menjadi landasan utama untuk memahami tentang perkembangan
remaja yakni;
a. Teori Perkembangan
Pada teori perkembangan memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi pada proses tumbuh
kembang remaja.
Teori Sigmun Freud, Erik Erikson dan Sullivan memberikan
penghayatan kepada perawat tentang perjuangan remaja dalam
mencapai keremajaan;
Disini dinyatakan proses perkembangan identitas diri remaja
memerlukan Self Image (citra diri) juga hubungan antar peran yang
akan datang dengan pengalaman masa lalu. Untuk mendapatkan
kesamaan dan kesinambungan, pada umumnya remaja harus
mengulangi penyelesaian krisis masa lalu dengan mengintegrasikan
elemen masa lalu dan membina identitas akhir. Periode krisis yang
perlu ditinjau kembali ialah rasa percaya, rasa otonomi dan rasa
inisiatif
Pada tahap pertama, remaja perlu mencari ide dan objek untuk tempat
melimpahkan rasa percaya (SenseOf Trust). Konflik yang tidak
terselesaikan pada tahap pertama ini membuat remaja merasa
ditinggalkan, biasanya dimanifestasikan melalui perilaku makan yang
berlebihan, ucapan kasar dan bermusuhan serta menyakiti diri sendiri,
orang lain dan merusak lingkungan.
Pada tahap kedua, adalah rasa otonomi, remaja belajar bertindak dan
membuat keputusan secara mandiri. Konflik masa lalu yang tidak
terselesaikan membuat remaja takut mengikuti kegiatan yang akan
membuat dia ragu akan kemampuannya.
Pada tahap ketiga, adalah rasa inisiatif, dimana remaja tidak
mementingkan bagaimana sesuatu akan terjadi baik itu perilaku yang
mengarah kepada hal yang positif maupun negatif, tetapi apa yang

12
dapat dilakukan dengan kemampuan tersebut. Pada tahapan ini
mereka mengujicobakan apa yang mungkin dilakukan dan bukan apa
yang dapat dilakukan.
b. Teori Interaksi Humanistik
Perawat perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi humanistik
dalam proses keperawatan jiwa pada remaja untuk mengembangkan
hubungan saling percaya dengan remaja. Perawat perlu
memperhatikan dampak tahapan perkembangan, faktor sosial budaya,
pengaruh keluarga dan konflik psikodinamika yang dimanifestasikan
dalam perilaku remaja.

Contoh pertanyaan yang perlu digali dari remaja dalam mengatasi


permasalahan/konflik yang dihadapinya;
- Apa arti perilaku atau masalah bagi remaja?
- Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?
- Apa dampak masalah yang dihadapi bagi remaja? Apakah hal
tersebut biasanya terjadi pada diri remaja tersebut?
- Bagaimana perubahan ini mempengaruhi remaja dan hubungan
dengan orang lain?
- Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat dan yang
akan datang dalam rangka mengatasi konflik yang dihadapinya?
- Apa kekuatan personal yang dimiliki remaja untuk mengatasi
konflik yang sedang dihadapinya?
- Pertimbangan apa yang telah dibuat remaja berkaitan dengan
faktor keluarga, sosial budaya dan biologis untuk mengatasi
konflik tersebut?
3. Proses Keperawatan Jiwa Remaja
A. PENGKAJIAN
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan
yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang
kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan
tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat

13
kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik,
status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.
1. Data demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan,
alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu
diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang
pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan
sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal
makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan
dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang
berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung,
mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis
anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Selain
itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk
mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami
anak.

3. Status mental

Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran


mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan
tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status
mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan
nyaman bagi anak. Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan
emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara
bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.
Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya, yang penting untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia.

14
4. Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang
anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat
diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun
tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan
bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai
indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan
untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah
dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk
menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan
selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND
(Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical
Manual of Mental Disorders).
B. PERENCANAAN

Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak,


seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan perubahan
lingkungan anak. Untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa,
tujuan umumnya adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk
berperilaku defensive
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
4. Membantu mengembangkan identitas diri anak
5. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
7. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang
lain
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya

15
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat.
C. IMPLEMENTASI
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang
terdiri dari :
1. Terapi bermain Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak
untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga
berfungsi untuk :
a. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak
dapat dikendalikan sebelumnya.

b. Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari

c. Berkomunikasi dengan orang lain

d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri


sendiri, dunia luar, dan orang lain

2. Terapi keluarga

Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga.


Orangtua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam
permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan
yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga
untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut meninbulkan
gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam
meningkatkan kesadaran keluarga.

3. Terapi kelompok

Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan


atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal),
meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan
keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik
memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman
sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali. Wilson dan

16
Kneisl (1992) menyampaikan beberapa terapi kelompok seperti, analytic
group phsycho therapy, phsycho drama.

4. Psikofarmakologi

Walaupun terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak,


tetap bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif,
dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif.
Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman
yang tepat.

5. Terapi individu

Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis


berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan
antara anak dengan therapist memberikan kesempatan apda anak untuk
medapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang
dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas.

6. Pendidikan pada orang tua

Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk


mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk
meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua
diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat
mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan
berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orangtua
dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk
mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti psikodinamika
keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga
diajarkan.

7. Terapi lingkungan

Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan


sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang

17
teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas
terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi
perilaku. Program yang berfokus pada perilaku, memungkinkan staf
keperawatan untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada anak-
anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku
yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung pada
tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.

D. EVALUASI

Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa


mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu
perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan
direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis, serta
perencanaan yang komprehensif. Pada umunya pengamatan perawat
berfokus pada perubahan perilaku anak. Apakah anak menunjukkan
kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan
meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional?
Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak impulsif.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:

1. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku

2. Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa


dan orang tua secara wajar

3. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri

4. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi


dan proses belajar

5. Respons terhadap peraturan dan rutinitas.

6. Status mental secara menyeluruh

7. Koordinasi dan rencana pemulangan

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Keperawatan jiwa pada anak dan remaja memerlukan kepekaan dan


keterampilan khusus perawat. Perawat perlu memahami setiap
pertumbuhan dan perkembang anak dan remaja, tingkat keterampilan
kompetensi anak dan pengetahuan tentang dampak konflik yang tidak
terselesaikan pada tahapan sebelumnya terhadap perkembangan jiwa anak
dan remaja.
2. Proses keperawatan; pengkajian, identifikasi masalah keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh dengan
melibatkan tidak saja anak dan remaja tetapi juga orang tua dan orang lain
yang berinteraksi dengan anak dan remaja tersebut sehingga proses
keperawatan jiwa pada anak dan remaja dapat diterapkan pada tiap tatanan
pelayanan kesehatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa
sebagai bekal ketika praktek belajar lapangan jiwa (PBL Jiwa) di rumah
sakit jiwa, dan mampu melakukannya secara komperhensif dan sesuai teori.

19
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Ed.2. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

20

Anda mungkin juga menyukai