Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diare masih merupakan masalah kesehatan tidak saja di negara berkembang tetapi juga di
negara yang sudah maju sampai saat ini. Setiap tahun diperkirakan terdapat 4 milyar kasus diare
akut . Kematian akibat diare karena infeksi berkisar 3-5 juta jiwa pertahun. Di negara maju seperti
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang
praktek dokter. Sementara itu di Indonesia kasus diare akut karena infeksi menduduki peringkat
pertama sampai keempat diantara pasien-pasien yang berobat ke rumah sakit. Untuk negara
berkembang lainnya di Asia terutama Asia Selatan dan Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika,
kejadian diare masih tinggi, walaupun usaha-usaha WHO untuk mengantisipasi hal tersebut
sampai saat ini telah menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini
adalah
 Bagaimanakah gambaran epidemiologi diare di Indonesia
 Bagaimana port of entry diare
 Bagaimana port of exit diare
 Bagaimana cara penularan diare
 Bagaimana pencegahan penyakit diare
C. TUJUAN
Mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare
Mengetahui port of entry penyakit diare
Mengetahui cara penularan penyakit diare
Mengetahui cara pencegahan penyakit diare
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980),
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Diare adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Jadi, dari keenam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat ), dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya ( normal 100 – 200 ml per jam tinja)

2. 2 ETIOLOGI
2. 2. 1 Faktor Infeksi
1. Infeksi internal, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.
2. Infeksi bakteri : Vibrio coma, Echeseria coli, Salmonella, Shigella, Compilobacter, Yersenia dan
Acromonas.
3. Infeksi virus : Entero virus (Virus echo, Coxechasi dan Poliomyelitis), Adeno virus, Rota virus
dan Astrovirus.
4. Infeksi parasit : Cacing, protozoa dan jamur.
5. Infeksi parental, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut,
tonsilopharingitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.
2. 2. 2 Bukan Faktor Infeksi
1. Alergi makanan : susu dan protein
2. Gangguan metabolik atau malabsorbsi
3. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4. Obat-obatan seperti antibiotik
5. Penyakit usus seperti colitis ulserative, crohn disease dan enterocolitis
6. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
7. Obstruksi usus
8. Kurang gizi

2. 2. 3 Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
Malabsorbsi lemak.

2. 3 JENIS DIARE
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
Desentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
Diare persisten (diare kronis), yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme
Diare dengan masalah (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain,
seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2. 4 CARA PENULARAN
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan /
mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan di permukaan udara sampai
beberapa hari.
Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak
yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

2. 5 PATOFISIOLOGI
Sebanyak kira-kira 9-10 L cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar (diet)
dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya. Sebagian besar (75%-
85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml
akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% cairan di usus besar akan di resorbsi, sehingga tersisa
sejumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.

Faktor-faktor yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain. Misalnya
saja,cairan intraluminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena
meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan
di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa
usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
2. 6 PATOGENESIS

Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit di
saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut :
2.5.1 Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
a. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila seseorang makan
berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.
b. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis,
kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau
hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi,
makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan
elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba
sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai
hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.
c. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh
intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase
diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi
maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia.
Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang
pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat
menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum
susu.
d. Laksan osmotik
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat
ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah
sebagai berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar
natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan
harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat diatasi
dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.

2.5.2 Diare sekretorik


Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya
diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam
plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain
mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat
keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada
ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial,
obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.

2.5.3 Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit


Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue tropik.
Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga
terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.

2.5.4 Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)


Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan
hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.

2.5.5 Diare eksudatif


Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter, yersinia dan
infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.
2. 7 GAMBARAN EPIDEMIOLOGI
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun
pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI
dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk,
berarti meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih
merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita.
Penyebab nomor 3 kunjungan ke Puskesmas.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko
terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain : tidak memberi ASI secara penuuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari
pada bayi yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena
botol susah dibersihkan.
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu
kamar,makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
Menggunakan air yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup
atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebulum
makan.
Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi ) denga benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi
tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengundang virus atau bakteri dalam jumlah
besa.selain itu tinja binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

Tabel Cakupan Penderita DiareDalam Lima Tahun Terakhir


Tahun Jumlah Penderita Yang Dilaporkan
2000 4.771.340 penderita
2001 2.873.414 penderita
2002 1.788.492 penderita
2003 1.950.745 penderita
2004 596.050 penderita

2. 8 PENCEGAHAN
Sediakan sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban / WC yang representatif. Pembuatan jamban harus disesuaikan dengan persyaratan
sanitasi. Misalnya, jarak antara jamban kita (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
paling sedikit berjarak 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan begitu, kita bisa
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, entah untuk memasak, mandi, dan
sebagainya.

Menurut Dinas Kesehatan (2004), ada tiga cara untuk mencegah diare yaitu :

1. Minumlah air dan makanan yang sudah dimasak


2. Susuilah anak selama mungkin, disamping makanan lainnya sesuai umur.
3. Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang disusui ibunya,
tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.

Penyakit diare juga dapat dicegah dengan cara mencuci tangan, tidak dengan air saja tetapi
menggunakan sabun karena mencuci tangan dengan sabun akan mengurangi insiden diare.
Penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan
menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet
dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah
pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian
khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan
untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air
yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit
sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak
menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan
makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Diare merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang maupun negara
maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu diperhatikan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi
antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai
dengan hasil kultur. Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup aman bila
diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan
mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk
penularan diare infeksi bakteri.
Ada beberapa factor yang menjadi penyebab terjadinya diare yaitu bias karena factor
infeksi seperti : infeksi enternal, bakteri,virus, parasit dan parenteral. Sedangkan penyebab dari
factor non infeksi yaitu : alergi makanan, gangguan absorbs,iritasi usus, obat-obatan,penyakit usus,
serta factor psikologis.
Sehingga berdasarkan penyebab yang ada dapat di ambil suatu tindakan yang lebih tepat,
akan tetapi prinsip awal penanganan pasien dengan diare yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang
selama terjadinya diare. Sehingga kita dapat mencegah komplikasi lanjut dari penyakit diare
tersebut.
3.2 SARAN
Berdasarkan data-data tersebut maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan
penyakit diare sebagai salah satu penyumbang penyebab kematian seseorang, sehingga semua
pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian akibat diare demi
peningkatan kualitas hidup seseorang

Anda mungkin juga menyukai