Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Disusun oleh :

PUTRIANA MEGY ANDIA

NIM : 17.024

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN TRENGGALEK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANG

2019
I. DEFINISI
Hernia merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang pada
umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan memerlukan tindakan
operasi.
Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada
otot yang mengelilinginya dan kelemahan jaringan ikat suatu organ tersebut
(Griffith, 1994).
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ atau
sebagian dari organ melalui lubang pada struktur sekitarnya.
Menurut Syamsuhidayat (2010) hernia incaserata merupakan hernia
ireponibilis yang sudah disertai tanda-tanda ilius mekanis (usus terjepit
sehingga aliran makanan tidak bias lewat)
Menurut wang (2008) bila inkaserata tidak segera ditangani maka akan
timbul edema sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah pada usus
yang terje[pit dan dapat terjadi nekrosis. Sedangkan menurut Reveers (2010)
terjepitnya massa abdomen (usus) yang masuk pada kanalis inguinalis yang
telah mencapai scrotum dapat menimbulkan iskemik pada usus sehingga
menimbulkan nyeri.

II. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia terdiri dari :
1. Hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia inguinal
Hernia inguinal terdiri dari :
1) Indirek/lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Umumnya terjadi di
pada pria disbanding dengan wanita. Umumnya pasien
mengeluh benjolan di selangkangan dan bias mengecil atau
menghilang saat tidur.
2) Direk/medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot.Hernia ini disebut direk karena langsung menuju annulus
inguinalis eksternna. Akan tetap timbul benjolan bila pasien
berdiri atau mengejan.
b. Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum terjadi pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai
penyumbatan lemak di kanallis femoralis yang membesar
secara bertahap menarik perotonium dan hamper tidak dapat
dihinssari kandung kemih masuk kedalam kantung.
c. Hernia umbilical
Umumnya terjadi pada wanita daripada pria karena
peningkatan tekanan abdominal terjadi pada klien gemuk atau
wanita multipara.
d. Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan perut
lemah.
2. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi :
a. Hernia bawaan/kongenital
Hernia bawaan terjadi sejak lahir akibat prosesus vaginalis
yang tidak bias menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
b. Hernia dapatan/akuisita
c. Hernia yang timbul akibat faktor pemicu
3. Berdasarkan sifatnya hernia dibagi menjadi :
a. Hernia reponibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk.Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhhan nyeri ataupun gejala
obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam ronggga.Ini terjadi karena perlengketan isi kantong pada
peritoneum.
c. Hernia strangulate
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.Hernia
inkaserata berarti isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya berupa
gangguan vaskularisasi dan mengakibatkan nekrosis dari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibaat
aliran darah terjepit (long.2001).
III. ETIOLOGI
Penyebab hernia menurut Hidayat (2006) adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan otot dinding perut dan degenarasi jaringan ikat karena usia
lanjut
2. Tekanan intra anbdomen yang meningkatkan secara kronis seperti
batuk kronik, mengejan, kehamilan, obesitas, dan mengangkat benda
berat.
IV. GEJALA DAN KLINIS
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada
pasien hernia adalah :
1. Berupa benjolan keluar/keras dan yang tersering tampak
benjolan pada lipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit
disertai perasaan mual.
Sedangkan menurut long (1996), gejala klinis yang mungkin
timbul setelah dilakukannya operasi :
1. Nyeri
2. Peradangan
3. Edema
4. Pendarahan
5. Retensi urin

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer, A (2000) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjuukan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih (leukosit : >10.000-18.000/mm3).
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) dengan tindakan sebagai
berikkut :
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian peyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal).
Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian
bantalan peyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup.
2. Definitif
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi. Cara yangh paling
efektif mengatasi hernia adalah pembedahan untuk mengembalikan
lagi organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua
prinsip pembedahan yaitu :
a. Hernioraphy
Hernioraphy merupakan tindakan menjepit kantong hernia.
b. Herniotomi
Pada herniotomi di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya. Kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemuudian direposisi kantong hernia di jahit ikat
setinggi mungkin kalaau di potong.

VII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Pada anmnesis keluhan keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan
adanya benjolan pada lipatan paha atau nyeri hebat pada abdomen.Melakukan
pemeriksaan fisik dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pola kebutuhan dasar :
a. Aktivitas/istirahat
1. Gejala :
a) Riwayat pekerjaaan yang perlu mengangkat berat,, duduk dan
mengemudi dalam waktu lama.
b) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh.
c) Tiidak mampu melakkukan aktivitas biasanya dilakukan.
2. Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
berjalan.
b. Eliminasi
1. Gejala : konstipasi
c. Integritas ego
1. Gejala :
Ketakutan akan timbulnya paralisis , ansietas, masalah pekerjaan,
finansial, keluarga.
2. Tanda :
Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
d. Neurosensori
1. Gejala :
Kesemutan, kekakuan,, kelemahan dari tangan sampai kaki
2. Tanda :
Kelemahan otot.
e. Kenyamanan
1. Gejala :
Nyeri seperti tertususk pisau,, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan,, kaku
pada leher.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya jaringan saraf
pasca pembedahan/diskontinuitas jaringan
2. Resiko infeksi berhubungsn dengan luka operasi
3. Kurangnya pengetauhan berhubungan dengan kurangnya pemahaman
tentang proses penyakit.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


Menurut Dongoes (2002) intervensi keperawatan yaitu :

1) Gangguan integritas kilit berhubungan dengan terputusnya jaringan saraf


pasca pembedahan/diskontinuitas jaringan

Tujuan : Kerusakan integritas kulit pasien teratasi

Kriteria Hasil : Rasa nyeri hilang dan dapat terkontrol, skala nyeri (1-5) dari

Rentang nyeri (0-10), luka bersih, tepi luka saling berdekatan,


jahitan tetap berada pada tempatnya, integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi,elastisitas,temperature,hidrasi dan
pigmentasi)
INTERVENSI RASIONAL

MANDIRI
1. Kaji laporan nyeri, catat lokasi, 1. Nyeri akibat pembedahan merupakan
lamanya, intensitas, laporkan ungkapan subjektif
perubahan karakteristik nyeri.(Skala 2. Meningkatkanrelaksasi,
0-10). memfokuskan kembali perhatian, dan
2. Bantu memposisikan pasien dengan meningkatkan kemampuan koping.
nyaman 3. Mengurangi nyeri dan mempercepat
proses penyembuhan luka.
3. Lakukan perawatan luka secara 4. Menurunkan sensasi nyeri dan
aseptik memperbaiki aliran darah
5. Teknik distraksi dan relaksasi dapat
4. Lakukan kompres hangat menurunkan ambang nyeri
5. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi 6. Meningkatkan pengetauhan dan
6. Beri pendidikan kesehatan tentang lebih kooperatif untuk mencegah
nyeri (penyebab, akibat, dan cara terjadinya komplikasi
untuk mengurangi nyeri) pada pasien 7. Pemberian obat analgesic dapat
dan keluarga menurunkan sensasi nyeri.
7. Kolaborasi dengan tim medic untuk
penggunaan obat analgesic

2). Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

Tujuan : Tidak ada infeksi

Kriteri hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi seperti pus

Luka bersih tidak lembab dan kotor

Tanda-tanda vital normal


INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Jika ada peningkatan tanda-tanda
2. Lakukan perawatan luka dengan vital besar kemungkinan adanya
teknik aseptic gejala infeksi karena tubuh
3. Lakukan perawatan terhadap berusaha untuk melawan
prosedur inpasif seperti infus, mikroorganisme asing yang
kateter, drainase luka dll masuk maka terjadi peningkatan
4. Lakukan kolaborasi untuk tanda-tanda vital.
pemeriksaan darah seperti Hb dan 2. Perawatan luka dengan teknik
leukosit jika ditemukan tanda aseptic mencegah terjadinya
infeksi infeksi
3. Untuk mengurangi resiko infeksi
nosocomial
4. Penurunan Hb dan peningkatan
jumlah leukosit membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi

3) intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : pasien mampu meningkatkan ambulan atau aktivitas
Kriteria Hasil :-K/U baik
-Akral hangat
-Aktivitas dapat dilakukan secara mandiri
INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi keadaan umum 1. Untuk mengetauhi kaeadaan


2. Kaji tingkat aktivitas pasien pasien pada saat itu (lemah,
3. Berikan bantuan perawatan cukup atau baik)
perawatan yang pasien sendiri 2. Mengetauhi tingkat kemandirian
tidak mampu pasien
4. Jadwalkan perawatan pasien 3. Mengurangi kebutuhan energy
sehingga tidak mengganggu 4. Ekstra istirahat perlu karena
istirahat meningkatkan kebutuhan
metabolik

4) Kurangnya pengetauhan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang


proses penyakit.
Tujuan : Supaya mengetahui tentang penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil : Pengetahuan bertambah, tidak ada pertanyaan, dan mengerti
tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan persepsi pasien 1. Membuat pengetahuan dasar dan
tentang proses penyakit memberikan kesadaran kebutuhan
2. Kaji ulang proses penyakit/efek individu
hubungan faktor yang 2. Faktor pencetus/pemberat
menimbulkan gejala dan individu sehingga kebutuhan pasien
mengidentifikasi cara untuk waspada terhadap makanan,
menurunkan faktor pendukung cairan, dan faktor pola hidup dapat
3. Kaji ulang obat, tujuan, mencetuskan gejala
frekuensi, dosis, dan 3. Meningkatkan pemahaman dan
kemungkinan efek samping dapat meningkatkan kerja sama dalam
4. Ingatkan pasien untuk program
mengobservasi efek samping 4. Steroid dapat digunakan untuk
bila steroid diberikan dalam mengontrol inflamasi dan
jangka panjang, misalnya mempengaruhi remisi penyakit, namun
mulkus, edema muka, dan obat dapat menurunkan ketahanan
kelemahan otot terhadap infeksi dan menyebabkan
5. Tekankan pentingnya retensi cairan
perawatan kulit mis, tehnik 5. Menurunkan penyebaran bakteri
mencuci tangan dengan baik dan resiko iritasi kulit/kerusakan,
dan perawatan parineal dengan infeksi
baik
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/39039543/LP_askep_Hernia_docx

https://www.academia.edu/7543126/Askep_hernia

http://repository.ump.ac.id/1862/3/BAGAS%20ANGGARA%20PERMADI%20BAB
%20II.pdf
X. PATOFISIOLOGI
A. SKEMA
Kelemahan otot
Peningkatan tekanan intra dinding abdomen
abdomen (batuk, mengejan, (obesitas, kehamilan,
mengangkat benda berat) trauma)

HERNIA

Hernia femoralis Hernia inguinal

Lemak preperitorial Isi rongga abdomen melewati


anulus inguinal

Masuk ke kanalis femoralis


Masuk ke kanal inguinal
Hernia reponsibel Hernia ireponsibel

Hernia reponsibel Hernia ireponsibel

Protusi hilang timbul


Gangguan passase Gangguan vaskularisasi

Ketidaknyamanan area Hernia inkaserata


ingunal Hernia strangulata

Obstruksi intestinal
Pembesaran skrotum Penurunan suplai darah ke intestinal yang masuk ke
Pembesaran skrotum kantong hernia
Mual/muntah
Intervensi bedah
Ilius obstruktif
Nekrosis intestinal
Kurang Pembesaran skrotum
Penurunan intake cairan
kecemasan pemahaman Intervensi bedah
ttg proses
penyakit Cairan tubuh tidak
pembedahan Kemahan fisik Intoleransi aktivitas
seimbang

Gangguan Post operasi Penurunan intake nutrisi


keseimbangan cairan pasca pembedahan
Kurang pengetauhan dan elektrolit Resiko
Insisi bedah
infeksi
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Terputusnya jarinagan saraf Gangguan
/diskontinuitas jaringan kebutuhan
PX puasa integritas kulit
B. URAIAN

Faktor penyebab terjadinya hernia diantaranya adalah adanya peningkatan


tekanan intra abdomen (batuk, mengejan, mengangkat benda berat) dan kelemahan
otot dinding abdomen (obesitas, kehamilan).

Hernia terdiri dari hermiafemoralis dan hernia inguinal.Hernia femoralis


terjadi karena penumpukan lemak sehingga isi hernia masuk ke kanalis
femoralis.Hernia femoralis merupakan hernia reponsibel.Hernia femoralis muncul
tanda gejala ketidak nyamanan area inguinal, pembesaran skrotum yang sering tidak
disadari karena kurangnya pemahaman mengenai suatu penyakit sehingga muncul
masalah keperawatan Kurang pengetauhan.

Sedangkan hernia inguinal merupakan hernia yang isi rongga abdomen


melewati annulus inguinal dan masuk ke kanal inguinal merupakan hernia
ireponsibel. Hernia ireponsibel mengakibatkan gangguan passase sehinggga terjadilah
obstruksi intestinal. Obstruksi intestinal memunculkan tanda gejala mual dan muntah
yang mengakibatkan penurunan intake cairan sehingga muncul masalah keperawatan
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Selain mengakibatkan gangguan
passase juga mengakibatkan gangguan gangguan vaskularisasi sehingga terjadi
penurunan suplai darah ke intestinal yang jika dibiarkan akan menyebabkan nekrosis
intestinal.

Hernia memerlukan tindakan pembedahan. Setelah dilakukan pembedahan


mengakibatkan terputusnya jaringan saraf sehingga muncul masalah keperawatan
Gangguan integritas kulit .luka akibat insisi pembedahan sangat rentan terjadinya
infesi jika tidak dirawat dengan baik sehingga muncul masalah keperawatan Resiko
infesi. Pasca pembedahan mengakibatkan penurunan intake nutrisi sehingga muncul
masalah keperawatan Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan.Pasca pembedahan juga mengakibatkan kelemahan fisik ditandai dengan
aktivitas di bantui oleh keluarga sehingga muncul masalah keperawatan Intoleransi
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai