Anda di halaman 1dari 6

ETIK, NILAI DAN MORAL DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN

Dra DESAK Parwati SKep,Ns.Mkes

PENDAHULUAN
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan Hal ini merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi
pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang
kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap langkahnya,
termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh
karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian
yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai-nilai pasen
selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI

Pengertian:

§ Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan
atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.

§ Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan
berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam
kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam
hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI
.
§ Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu
organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku
personal.

§ Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau
salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek
profesional

NILAI-NILAI ESENSIAL DALAM PROFESI

Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek
termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan profesional.
Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:

1. Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian
.
2. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain
termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta
ketekunan.

3. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap
asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi

4. Freedom (Kebebasan): memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan,
disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.

5. Human dignity (Martabat manusia): Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap
martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan
penghargaan penuh terhadap kepercayaan.

6. Justice (Keadilan): Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk


objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.

7. Truth (Kebenaran): Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan
dan reflektifitas yang rasional

PENGEMBANGAN DAN TRANSMISI NILAI-NILAI

Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang
melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka
belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah.
Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi
dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara
lain:
(1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia
bergaul;
(2) Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan
memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai
yang berbeda;
(3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat
tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering
disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga
dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut;
(4) Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan
bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila
menunjukkan perilaku yang tidak baik;
(5) Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu
dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan
bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

KLARIFIKASI NILAI-NILAI (VALUES)

Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang
melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan seseorang menemukan
sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-
alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari
suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang
sangat besar didalam aplikasi keperawatan . Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang
perlu dipahami oleh perawat .

Pilihan: (1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu;
(2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan
bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan
mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan
.
(3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi
terbaik bagi semua masyarakat.

Penghargaan:
(1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau
supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan;
(2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.

Tindakan
(1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari;
(2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan
profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan.

Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta
selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan
ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-
prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan
sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu
proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara
khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai
positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas
.

PELAKSANAAN ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN

Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan perilaku
kesehatan pada posisinya.
Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau memberikan konsultasi kepada pasen
yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena
pasen kurang memperhatikan status kesehatannya. Pertama-tama yang dilakukan oleh perawat
adalah berusaha membantu pasen untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya
sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut:
Seorang pengusaha yang sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga
dia menjadi sibuk sekali dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan
sehingga terjadi perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu
dia juga perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha
mengadakan pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa,
karena pembicaraan akhirnya mengarah pada keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis.
Kendati demikian upaya tersebut harus selalu dilakukan dan kali ini perawat menyusun list
pertanyaan dan mengajukannya kepada pasen tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang
paling penting dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?” Pasen diminta untuk memilih atas
pertanyaan berikut:

1. Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau membaca).


2. Meluangkan waktu bersama keluarga.
3. Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
4. Menonton televisi.
5. Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
6. Menggunakan waktunya untuk bekerja
.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat berdasarkan
nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:
1. Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasen, misalnya stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktifitasnya, maka sarankan
kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia memilih masalah
kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda positif.

2. Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasen dan promosikan nilai-nilai
tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan anak anda
pasti akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta mengurangi kegiatan
bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda
.
3. Tindakan: Berikan bantuan kepada pasen untuk merencanakan kebiasaan baru yang konsisten
setelah memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasen untuk memikirkan suatu cara
bagaimana nilai tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang perlu diucapkan
perawat kepada pasennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan cara kehidupan yang berbeda,
dan anda menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi kesehatan anda”.

PERILAKU ETIS PROFESIONAL

Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan
standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis
dimulai dari pendidikan perawat , dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat
atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku
pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini,
perawat seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan
pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan .

Pendekatan Berdasarkan Prinsip

Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan
untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam
etika biomedik antara lain;
(1) Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi
setiap orang:
(2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan;
(3) Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya;
(4) Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi
.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak.
Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir
tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang
paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu
akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila
pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang
besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman
untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip
yang berlawanan. Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih
membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang
penting dalam etika.

Pendekatan Berdasarkan Asuhan

Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik mengarahkan
banyak perawat untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan kewajiban moral.
Hubungan perawat dengan pasen merupakan pusat pendekatan berdasarkan asuhan, dimana
memberikan langsung perhatian khusus
kepada pasen, sebagaimana dilakukan sepanjang kehidupannya sebagai perawat . Perspektif
asuhan memberikan arah dengan cara bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat duduk
bersama dengan pasen atau sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila
diterapkan berdasarkan etika
.
Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi :
(1) Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan;
(2) Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau pasen sebagai
manusia;
(3) Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah
pada tanggung-jawab profesional;
(4) Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan,
kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993).

Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasen dan belakangan ini
mengklaim bahwa advokasi terhadap pasen merupakan salah satu peran yang sudah dilegimitasi
sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan. Advokasi adalah memberikan
saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasen. Hal tersebut merupakan suatu
kewajiban moral bagi perawat atau bidan, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem
pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat yang
memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu
mengingat hal-hal sbb:
(1) Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya
terhadap pasen;
(2) berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya;
(3) Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan
pasen. Bila menghargai otonomi, perawat atau bidan harus memberikan informasi yang akurat,
menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.

KESIMPULAN

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien,
masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam
menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya.
Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen,
penghormatan terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan
keperawatan

EVALUASI

1. Sebutkan pengertian etika dan moral, apa perbedaannya.


2. Apa yang dimaksud dengn transmisi nilai-nilai?
3. Sebutkan 3 fase klarifikasi nilai-nilai dan jelaskan masing-masing!
4. Bagaimana transmisi nilai-nilai profesional diadopsi oleh seorang perawat?
5. Sebutkan 4 karakteristik dalam pendekatan melelui prinsip asuhan!

LATIHAN

A. Kasus Kep Maternitas


Seorang ibu PP masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan anamnesa dia
mengatakan tidak mau di episiotomi. Sekarang ini pasen tersebut berada dalam kala II dan kala II
yang berlangsung agak lambat, tetapi ada kemajuan. Perineum masih kaku dan tebal. Keadaan ini
dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya. Sementara waktu berjalan terus
dan bjj mulai menunjukkan keadaan yang tidak stabil/fetal distress dan ini mengharuskan bidan untuk
mempertimbangkan melakukan episiotomi, tetapi ibu tersebut tidak menggubrisnya. Bidan berharap
bayinya selamat. Sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa dia pernah melakukan hal ini
tanpa persetujuan pasen untuk melindungi bayinya. Jika bidan melakukan episiotomi tanpa
persetujuan pasen, maka bidan akan dihadapkan kepada sederetan tuntutan.
Diskusikan:
1. Bila perawat melakukan tindakan tanpa persetujuan pasen, bagaimanakah pendapat Anda ditinjau
dari segi etik dan moral ?
2. Bila tidak dilakukan, apa yang akan terjadi pada bayinya ? Dan bagaimana sikap Anda terhadap
kasus ini ?

B. Kasus Keperawatan
Pasen 35 tahun, wanita, dirawat karena disentri amuba. Diberikan th/ flagil 3 x 2 tablet @ 500 mg.
Dari pantauan perawat, obat sudah habis tetapi tidak ada kemajuan, padahal obat selalu dibagikan
oleh perawat pagi, siang, sore sebelum makan. Pada saat perawat verbed masuk diketahui ada obat
flagil di bawah bantalnya. Setelah ditanyakan, pasen menjawab bahwa obatnya mahal, karena itu ia
simpan supaya tidak cepat habis.

Diskusikan:
1. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ?
2. Siapa yang bertanggung jawab ?
3. Langkah-langkah apa yang diambil oleh Ka. Ruangan ?

Anda mungkin juga menyukai