4711-Article Text-9746-1-10-20150316 PDF
4711-Article Text-9746-1-10-20150316 PDF
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Low Back Pain is a gripe that often happens to worker with prevalence reaches 31,6%. The aim of this study is
to find out the correlation between height of chair, length of the base of chair, width of the base of chair desaign
of working chair and low back pain gripe on weave worker of CV. Pirsa Art Pekalongan. This study is
explanary research with cross sectional approachment. The population of this study all the weave worker of
CV. Pirsa Art Pekalongan as many as 20 people. Sample of this study is all the weave worker of CV. Pirsa art
Pekalongan as many as 20 people (using total sampling technique). The instrument that used in this study is
rolled and assessment sheet. The analysist of data is conducted univariat and bivariat (using chi-square test
with α=0,05). The result of this study, variable which related with low back pain on weave worker of CV.
Pirsa art Pekalongan is the height of chair (ρ=0,02) and the length of the base of chair (ρ=0,015). According to
the result of study, there is a correlation between the height of chair and the length of the base of chair with low
back pain gripe. Suggestion which given to the worker is that the worker should pay attention to their resting
time also doing warming up before working. For the owner of weaving factory is suggested to supply chair that
fulfill the criteria of ergonomics chair size appropriate with anthropometry of the worker.
© 2015 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: astutik414@gmail.com
61
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
62
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
63
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
Tabel 5. Tabulasi Silang antara Tinggi Tempat Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Ukuran Tinggi
Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan α ρ cc
Tempat Duduk
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Tidak Ergonomi 12 100% 0 0%
0,0
Ergonomi 3 37,5% 5 62,5% 0,02 0,577
5
Total 15 75% 5 25%
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan duduk dengan santai, dan kaki diletakkan rata
bahwa 12 responden yang menggunakan kursi dan nyaman di atas lantai. Kursi yang terlalu
dengan tinggi tempat duduk tidak ergonomi tinggi akan menekan tubuh untuk menghalangi
semuanya merasakan ada keluhan nyeri pergerakan kaki. Kondisi ini sangat melelahkan
punggung bawah (100% mengalami keluhan pekerja karena melemahnya stabilitas tubuh
nyeri punggung bawah), sedangkan 8 responden (ILO, 2000:165).
yang menggunakan kursi dengan tinggi tempat Jika suatu landasan tempat duduk terlalu
duduk tidak ergonomi 3 orang (37,5%) tinggi letaknya, maka bagian paha akan tertekan
merasakan ada keluhan nyeri punggung bawah sehingga peredaran darah menjadi terhambat.
dan 5 orang (62,5%) tidak mengalami keluhan Namun jika letak tempat duduk terlalu rendah
nyeri punggung bawah. menyebabkan kaki lebih cenderung terjulur ke
Hasil crosstab tinggi tempat duduk depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil.
dengan keluhan nyeri punggung bawah Bahkan dapat menyebabkan pergerakan tubuh
menunjukkan bahwa ada hubungan antara ke depan akan menjauhkan punggung dari
tinggi tempat duduk dengan keluhan nyeri posisi normal (Dewi Kurniawati, 2013:44).
punggung bawah, karena hasil ρ value hitung Berdasarkan data yang diperoleh dalam
0,02 < 0,05 dan mempunyai coefficient penelitian hubungan antara panjang alas duduk
continguency sebesar 0,577 berarti dapat dengan keluhan nyeri punggung bawah, maka
diinterpretasikan bahwa tingkat hubungannya hasilnya dapat dilihat pada tabulasi silang Tabel
sedang. 6.
Tinggi tempat duduk yang sesuai
antropometri menyebabkan pekerja dapat
Tabel 6. Tabulasi Silang antara Panjang Alas Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Ukuran Panjang Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Alas Duduk Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan α ρ cc
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Tidak Ergonomi 12 92,3% 1 7,7%
Ergonomi 3 42,9% 4 57,1% 0,05 0,015 0,478
Total 15 75% 5 25%
64
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
Tabel 7. Tabulasi Silang antara Lebar Alas Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Ukuran Lebar Alas Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Duduk Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan α ρ cc
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Tidak Ergonomi 5 62,5% 3 37,5%
Ergonomi 10 83,3% 2 16,7% 0,05 0,292 0,229
Total 15 75% 5 75%
Berdasarkan tabel 7 dihasilkan bahwa 8 punggung bawah, karena hasil ρ value hitung
reponden yang menggunakan kursi dengan 0,292 < 0,05.
ukuran lebar alas duduk tidak ergonomi Lebar alas duduk yang terlalu sempit
terdapat 5 orang (62,5%) yang mengalami dapat membuat duduk tidak nyaman. Sehingga
keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan 12 menyebabkan kerusakan jaringan lunak di
responden dengan ukuran lebar alas duduk daerah sekitar pelvis. Apabila hal ini tidak
ergonomi terdapat 10 orang (83,3%) mengalami segera mendapatkan perhatian secara serius
keluhan nyeri punggung bawah. akan menyebabkan timbulnya sakit pada daerah
Sedangkan 8 reponden dengan kursi pelvis dan tulang belakang secara permanen
ukuran lebar alas duduk tidak ergonomi (Niniek Anggraini dan Dyan Agustin, 2005:4).
terdapat 3 orang (37,5%) mengalami keluhan Penelitian sebelumnya yang dilakukan
nyeri punggung bawah dan 12 orang dengan oleh Khaizun (2013:70) diketahui bahwa ada
kursi ukuran lebar alas duduk ergonomi hubungan antara desain kursi dengan keluhan
terdapat 2 orang (16,7%) tidak mengalami nyeri subjektif pada punggung pekerja tenun sarung
punggung bawah. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) desa
Berdasarkan hasil crosstab lebar alas Wanarejan Utara Pemalang. Dengan nilai OR
duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah 6,50 maka diketahui bahwa risiko pekerja tenun
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sarung ATBM yang menggunakan desain kursi
antara lebar alas duduk dengan keluhan nyeri kerja yang tidak ergonomi 6 kali lebih besar
65
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
dibandingkan dengan pekerja tenun sarung Pada saat bekerja punggung selalu
ATBM yang menggunakan desain kursi yang bergerak mendekati atau menjauhi alat.
ergonomi. Responden dapat membungkuk >20o untuk
Berdasarkan penelitian mengenai desain dapat beradaptasi dan menjangkau alat
kursi kerja, didapatkan hasil bahwa semua kursi kerjanya, dalam hal ini adalah mesin tenun
yang digunakan pekerja tidak memiliki yang digunakan. Sudut yang dibentuk oleh
sandaran punggung dan sandaran lengan. Kursi sumbu badan lebih dari 20o dapat menyebabkan
yang digunakan terbuat dari kayu, terdapat dua nyeri punggung bawah.
bentuk kursi, yang pertama berbentuk kotak bisa Sikap dengan posisi membungkuk dan
dipindahkan, dan yang kedua berbentuk menunduk terlalu lama dalam jangka waktu
melebar yang menjadi satu dengan alat yang lama dapat menyebabkan otot-otot
tenunnya. menjadi spasme dan akan merusak jaringan
Perencanaan kursi kerja harus lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk
disesuaiakan dengan jenis pekerjaan, postur membuat tekanan abnormal dari jaringan
yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah sehingga menyebabkan rasa sakit. Tekanan
visual, dan kebutuhan akan perlunya merubah diskus lebih besar pada posisi duduk tegak
posisi (Eko Nurmianto, 1996:119). Tempat (140%) dari pada posisi berdiri (100%) dan
duduk harus dirancang dengan baik agar berat menjadi lebih besar lagi pada posisi duduk
badan yang disangga oleh tulang duduk tersebar dengan badan membungkuk ke depan (190%).
pada daerah yang cukup luas. Alas yang tepat Keadaan ini karena perubahan mekanisme
pada landasan tempat duduk dapat memenuhi pelvis dan sacrum (tulang segitiga besar yang
kebutuhan tersebut dan juga harus diupayakan membentuk bagian bawah tulang punggung)
duduk dapat mengubah posisinya atau postur selama perpindahan dari berdiri ke duduk, yaitu
tubuhnya untuk mengurangi rasa tepi atas pelvis berotasi ke belakang, sacrum
ketidaknyamanannya (Dewi Kurniawati, berputar menjadi tegap, kolumna vertebralis
2013:45). berubah lordosis ke posisi lurus atau kifosis.
Desain kursi yang tidak tepat akan Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
mempengaruhi penampilan kerja seseorang dan pada diskus. Penekanan menyebabkan sirkulasi
dapat menyebabkan sakit punggung dan darah terganggu yang berakibat pasokan oksigen
masalah tulang belakang. Desain kursi yang berkurang, sehingga terjadi penimbunan asam
tepat ditandai dengan perasaan nyaman apabila laktat. Penimbunan asam laktat menyebabkan
individu duduk di kursi itu dalam jangka waktu jaringan melemah. Dalam kerja duduk, sikap
yang lama (Dhevy Puswiartika, 2008:49). tubuh selama bekerja berhubungan dengan
tempat duduk (Dhevy Puswiartika, 2008:50).
66
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
Melemahnya jaringan
67
Sri Astutik / Unnes Journal of Public Health 4 (1) (2015)
68