1
Fakultas Farmasi Universitas Indonesi Timur
2
Program Studi Biomedik, Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin
3
Program Studi Biomedik Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden :
Dewi Isnaeni
Jl. Muh. Jufri Lr.3 No.7
081342554794
dewiisnaeni41@yahoo.com
Abstrak
Peneltian ini bertujuan (1) Mengisolasi keberadaan bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis,
(2). Membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus dengan cara swab dan metode kultur darah..
Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang digunakan yaitu analitik cross sectional, jumlah sampel
yang digunakan adalah 50 sampel dengan spesimen swab tonsil-faring, dan darah penderita dengan
tonsilofaringitis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kultur swab dan kultur
darah..Hasil penelitian diperoleh hasil kultur Streptococcus sebesar 15 sampel (30%), dan 35 (70%)
negatif kultur Streptococcus .Dari Kultur darah diperoleh hasil positif 13 (32,5%) dan kultur negative
sejumlah 27 (67,5%) kedua-duanya non Streptococcus..Pada penelitian ini rata-rata diperoleh nilai skor 3-5
gejala.
.
Kata Kunci : Streptococcus, tonsilofaringitis, kultur.
Abstract
The study aims to: 1) Isolate the presence of the bacterium Streptococcus tonsilofaringitis patients, (2).
Comparing the presence of the bacterium Streptococcus by swab and blood culture method. This study uses
a research design that used the analytic cross sectional study, the number of samples used were 50 samples
with tonsil-pharyngeal swab specimens, and blood of patients with tonsilofaringitis. The method used in
this study is the swab culture method and blood culture. The results obtained Streptococcus culture results
of 15 samples (30%), and 35 (70%) negative cultures Streptococcus. From blood cultures obtained 13
positive results (32.5%) and culture negative number of 27 (67.5%) second-both non Streptococcus .. In
this study the average values obtained symptom score of 3-5.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan mengingat pentingnya efisiensi waktu dalam
pemeriksaan penyakit dengan demam tonsilofaringitis sehingga tidak menjadi kronis
maka perlu dikembangkan suatu metode yang cepat dan aman dan menjadi gold standar
yaitu metode kultur untuk mendeteksi keberadaan bakteri Streptococcus pada penderita
tonsilofaringitis secara cepat dan dini.Tujuan dari penelitian ini Mengisolasi keberadaan
bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis Apakah bakteri Streptococcus
dengan cara swab dan kultur darah.Membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus
dengan cara swab dan metode kultur darah.
BAHAN DAN METODE
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik cross sectional untuk mengisolasi dan
menigidentifikasi Streptococcus pada penderita dengan tonsilofaringitis dengan metode
swab tonsil-faring dan kultur darah.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2012. Lokasi penelitian dilakukan di
Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Lt.6.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah pasien penderita tonsilofaringitis di Puskesmas Kassi-
Kassi kota Makassar. Sampel penelitian ini adalah sampel swab tonsil-faring dan darah
sebanyak 50 sampel. Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
penelitian. Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah Consecutive Sampling, yaitu
semua sampel swab tonsil-faring dan darah yang memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
HASIL
Berdasarkan table 1. hasil kultur darah didapatkan data bahwa terdapat mikroba
yang tumbuh pada medium sejumlah 13(32.5%) dengan jenis mikroorganisme berupa
Staphyllococcus aureus dan Staphyllococcus epidermidis (data mikroorganisme dapat
dilihat pada lampiran 2), sedangkan yang tidak tumbuh sebanyak 27(67,5%)
Hasil kultur tonsil-faring didperoleh data bahwa mikroba yang tumbuh pada medium
NA sejumlah 49 dengan pengklasifikasian jenis Streptococcus yang tumnbuh sejumlah
15 (30%) dan yang Non Streptococcus yang tumbuh sejumlah 34 (68%) (data
mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2).
Dari histogram di atas dapat dibaca bahwa pasien penderita dengan demam
tonsilofaringitis yang datang berobat ke puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar periode
Mei-Juli pada tingkat usia 1-5 tahun sebanyak 7 orang (14%), usia 6-10 tahun sebanyak
17 orang (34%), usia 11-15 tahun sebanyak 12 orang (24%), dan usia > 15 tahun
sebanyak 14 orang (28%). Hal ini membuktikan bahwa penderita dengan demam
tonsilofaringitis umumnya diderita pada anak-anak usia ≤ 15 tahun.
PEMBAHASAN
Hasil kultur tonsil-faring didperoleh data bahwa mikroba yang tumbuh pada medium NA
sejumlah 49 (98%) dengan pengklasifikasian jenis Streptococcus yang tumbuh sejumlah
15(30%) dan yang Non Streptococcus yang tumbuh sejumlah 34 (68%) (data
mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2).
Kultur darah dilakukan hanya pada pasien dengan demam ≥ 38oC dengan maksud
apakah pada penderita dengan demam tonsilofaringitis infeksi sudah mencapai aliran
darah makanya perlu dilakukan kultur dua kali yaitu kultur tonsil-faring dan kultur darah
pada. Dari hasil pemeriksaan kultur dua kali didapatkan 5 yang positif pada kultur darah
dengan mikrobanya berupa Staphyllococcus epidermidis dan positif Streptococcus dari
sampel tonsil-faring.
Dari 50 sampel yang diperoleh terdapat 36 (72%) pasien anak-anak dan 14 (28%)
pasien dewasa. Menurut criteria Centor modifikasi Mc Isaac, dimana untuk penderita
tonsilofaringitis umumnya ana-anak pada usia < 15 tahun. Dari kultur tonsil-faring
didapatkan 15 positif Streptococcus yang didapatkan umumnya dari pasien anak-anak (10
orang) dan selebihnya pasien dewasa (5 orang).
Dari hasil perhitungan scoring berdasarkan skor Centor modifikasi Mc Isaac dari
sampel positif Streptococcus pada kultur tonsil-faring didapatkan skor gejala klinis
penderita tonsilofaringitis seluruhnya memiliki skor gejala 3-5 yang terdiri dari pasien
anak sejumlah 10 (67%) dan dewasa sejumlah 5 (33%)antara 3-5.
Dari keselruhan sampel diperoleh skor 5 gejala 9 pasien (18%) yang diderita
kelompok usia ≤ 15 tahun sebanyak 6 orang (88,9%), skor 4 gejala 33 pasien (66%)ang
diderita kelompok usia ≤ 15 sebanyak 24 orang (72,72%), skor 3 gejala sejumlah 7 pasien
(14%) yang diderita oleh kelompok usia ≤ 15 sejumlah 4 orang (8%) yang derita oleh
kelompok usia≤ 15 sejumlah 4 orang (57,14%), sedangkan skor 2 gejala hanya I pasien
(2%) yaitu pada pasien usia > 15 tahun.
Menurut Brodsky, l et al (1991). Bila terdapat > 3 gejala kemungkinanbesar
adalah infeksi oleh Streptococcus β-hemolitik grup A sehingga memerlukan pengobatan
antibiotik. Sedangkan skor 2-3 gejala memerlukan pemeriksaan lanjut apakah infeksi
oleh Streptococcus β-hemolitik grup A, dan jika skor kurang dari 2 gejala, umumnya
disebabkan oleh infeksi virus.
Berdasarkan kriteria Centor modifikasi Mc Isaac pada pasien dengan demam
tonsilofaringitis yang positif Streptococcus diperoleh data score rata-rata >2 yang berarti
bahwa infeksi ini disebabkan oleh bakteri khususnya Streptococcus dan untuk tindakan
lebih lanjut harus segera diberi antibiotik, jika tidak penyakit ini akan kronis dan dapat
tmengakibatkan komplikasi seperti peritonsilar abses, parafaring abses, demam rematik
dan glomerulonefritis akut dan radang katup jantung (Brodsky L, Poje C. 2006 )
Berdasarkan hasil diagnosis dari pemeriksaan kultur tonsil-faring pada medium
Agar Darah didapatkan sifat hemolisis dari Streptococcus dari keseluruhan sampel
positif yaitu bersifat Streptococcus α-hemolisis dan Streptococcus β-hemolitik
Streptococcus golongan α-hemolisis menyebabkan hemolisis tidak sempurna pada
eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan
daerah sekitar koloni berwarna kehijauan sedangkan Streptococcus β-hemolitik
menyebabkan hemolisis sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga
dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan derah sekitar koloni berwarna kuning.
(Madjid, Baedah, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. (2005), Patogenesis Infeksi Bakteri, Dalam :
Jawetz, Menick, & Adelberg’s Mikrobiologi Kedokteran. 22nd Ed
Terjemahan Bonang G. Jakarta: EGC;2005.h.205-22.
Hannaford PC, Simpson JA, Dav, is A, McKerrow W, Mills R. , (2005) The Prevalence ofEarNose
and Throat Problems in the Community: Result from a National Cross-SectionalPostal Survey in
Scotland. Fampra Oxfort Journals .. 22: 227-3
Jawetz, J.L. et al.(1986) Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 16.
EGC Penerbit Buku Kedokteran; Jakarta .
Kurien,M,( 2000), Throat Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and
Valid is it?, Department of ENT Speech & Hearing, Microbiology,
Medicine and Clinical Epidemiology Christian Medical College &
Hospital Vellore, Tamilnadu 632004 India, Singapore Med J 2000 Vol
41(7):324-326.
(N=50).
20
15
10
5
0
1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun > 15 tahun