MENEJEMEN KELAS
Dosen Pembimbing
Disusun oleh:
1. Wahyu Sanjaya
2. Devita lely wulandari
3. Masfyatus sholicah
JOMBANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada allah tuhan
yang maha esa, oleh karena rahmatnya kami selaku penyusun makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. selain sebagai tugas, penulisan makalah
ini bertujuan untuk memberikan informasai tentang manajemen kelas..
penyusun
TTD
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
mampu mengidentifikasi prasyarat-prasyarat manajemen kelas yang
efektif
1
ssmampu mendeskripsikan hubungan antar menejemen yang efektif
dengan pengajaran yang efektif
mampu merencanakan manajemen yang efektif
mampu merancangkan dan mengajarkan aturan-aturan dan prosedur-
prosedur
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Para guru yang mengatur kelas mereka secara efektif pada akhirnya
dapat mencapai dua hasil penting : prestasi siswa yang meningkat,
motivasi siswa yang bertambah.
b. Karakteristik-karakteristik Guru
Manajer yang efektif memiliki spectrum kepribadian-kepribadian
(yang beragam). Ada yang bersikap tenang dan tidak arogan, ada pula
yang memiliki suara seperti seorang sersan. Meskipun begitu, manajer
yang efektif biasanya memiliki karakteristik-karakteristik yang penting,
yang mencakup hal-hal berikut :
2
Peduli
Tegas
Modeling dan antusias
Harapan yang tinggi.
Peduli :landasan untuk iklim kelas yang positif. Hampir tidak mungkin
mengatur kelas atau menyukseskan semua bagian pengajaran tanpa
sungguh-sungguh peduli pada siswa dan pola belajar mereka. Dalam suatu
kajian, para peneliti bertanya pada siswa kelas empat, bagaimana mereka
mengetahui bahwa guru mereka peduli pada belajar mereka (Rogers,
1991). Dan diperoleh deskripsi guru yang peduli itu yang melakukan hal-
hal berikut ini :
3
Stipek (2002) menawarkan komentar tambahan terkait dengan isu
mengenai penghormatan ini :
Salah satu cara terbaik untuk menunjukkan rasa hormat pada siswa
adalah dengan menerapkan standart-standart tinggi pada mereka-
misalnya, dengan cara tidak menerima kecerobohan, kelalaian, atau
kerja yang kurang lengkap; dengan menekan mereka untuk
mengklarifikasi komentar-komentar yang tidak jelas; dengan
mendorong mereka agar tidak pasrah begitu saja; dan dengan tidak
memuji hasil kerja yang tidak merefleksikan usaha yang nyata.
Ironisnya, masih banyak tindakan yang seringkali dimaksudkan untuk
melindungi harga diri siswa-seperti menerima hasil kerja yang kurang
berkualitas-sehingga, tindakan ini pada akhirnya menimbulkan
minimnya niat, kesabaran, atau kepedulian. (hml. 157)
c. Harapan-harapan Tinggi
Bagaimana Harapan-harapan Memengaruhi Perilaku Guru. Penelitian
menunjukkan bahwa guru memperlakukan dengan sedikit lebih baik pada
siswa-siswanya yang memiliki harapan-harapan tinggi daripada mereka
yang memiliki harapan-harapan yang lebih rendah. Seperti, sering
mengunjungi, memberi penjelasan yang lebih jelas, mewajibkan jawaban-
4
jawaban yang lebih lengkap dan akurat, lebih antusias dalam
pembelajaran, memuji, dan memberikan umpan balik pada mereka yang
memilik harapan-harapan tinggi. Dalam suatu penelitian para peneliti
menyimpulkan bahwa :
1. Harapan-harapan Guru
Dari penelitian ini timbul beberapa saran untuk guru, yaitu :
Ketika harapan-harapan guru begitu realistis, seperti harapan-harapan
yang berdasarkan pada performa siswa, harapan-harapan tersebut akan
menimbulkan sedikit masalah. Namun, ketika harapan-harapan
tersebut didasarkan pada sesuatu yang lain dari pada performa siswa,
atau lebih rendah daripada jaminan performa-performa sebelumnya,
harapan-harapan tersebut dapat mengurangi prestasi dan mengurangi
iklim kelas.
Harapan-harapan guru cenderung menjadi pemenuh diri saja (self-
fulfilling): harapan-harapan yang rendah dapat menjadi ramalan-
ramalan pemenuhan diri, ekspresi atas harapan-harapan yang rendah
tersebut – Karena perlakuan-perlakuan yang berbeda- dapat
membimbing siswa secara tak sengaja untuk membenarkan prediksi-
prediksi tentang kemampuan mereka dengan usaha yang kurang tekun
dan pada akhirnya dengan performa yang lebih buruk (Weinstein,
1998: 83).
5
berbunyi
Memiliki rutinitas-ritinitas
yang di atur dengan baik Guru memiliki aktivitas
penghangatan setiap hari
Membuat peralihan (dari satu
aktivitas lain) dengan cepat Guru berpindah dengan cepat dari
dan lancar. aktivitas penghangatan menuju
pelajaran formalnya.
Keterlibatan siswa
6
dan strategi-strategi pengajaran dapat dimanfaatkan untuk mendorong
keterlibatan siswa. Pada waktu yang bersamaan, selain menigkatkan
pembelajaran, keterlibatan juga membantu menghindari masalah-
masalah manajemen.
Umpan balik
1. Langsung
2. Spesifik
3. Menyediakan informasi yang korektif
4. Memiliki nada emosional yang positif (Brophy & Good, 1986;
Murphy, Weil, & McGreal, 1986).
Salah satu contoh umpan balik yan biasa guru berikan pada siswa
adalah berupa pujian. Menggunakan pujian secara efektif
mengharuskan pertimbangan yang sehat dari guru. Pujian yang efusif
pada setiap jawaban yang diberikan siswa dapat berpotensi
menghilangkan kredibilitas guru, meskipun guru tersebut cukup
tulus menyampaikan pujian itu. Beberapa saran bagi guru agar dapat
menggunakan pujian secara efektif mencakup hal-hal berikut ini :
7
review mengalihkan perhatian siswa dari rincian-rincian harfiah menuju
koneksi-koneksi konseptual yang lebih dalam mengenai materi yang telah
dipelajari (Dempster, 1991). Penutup merupakan betuk review yang
dilakukan pada akhir pelajaran; di dalamnya, topic-topik diringkas dan
dipadukan. Gagasan penutup haruslah bersifat umum dan masuk akal
secara intuitif; gagasan tersebut memadukan materi secara bersama-sama
dan mengisyaratkan akhir pelajaran. Dengan penutup, siswa bisa pulang
dari sekolah dengan berbekal topic yang sudah benar-benar mereka
pahami dan hayati.
8
Aturan-aturan harus dapat dimengerti, jika tidak, aturan-aturan
tersebut tidak akan memiliki pengaruh apapun pada perilaku siswa.
Contoh : aturan yang menyatakan “datanglah selalu ke kelas dengan
kesiapan” memiliki makna yang ambigu, sementara aturan “bawalah
materi-materi yang dibutuhkan ke dalam kelas setiap hari” justru lebih
jelas daripada sebelumnya. Meskipun demikian, aturan yang kedua perlu
di diskusikan dengan hati-hati, direview, dan –kalau perlu- diperkuat
untuk menjadi aturan yang efektif.
Menyediakan Alasan-Alasan Untuk Aturaan-Aturan
Menjelaskan mengapa aturan harus ada sangatlah penting.
Khususnya bagi iklim kelas dan pengaruh emosional yang dimilikinya
terhadap siswa. Ketika alasan disediakan, siswa akan belajar bahwadunia
sangatlah logis dan masuk akal, dan alasan-alasan tersebut akan
membantu siswa untuk dapat mematuhi aturan-aturan yang ada. Aturan-
aturan yang disajikan tanpa alasan-alasan, hanya akan memberika kesan
mengenai dunia yang sewenang-wenang.
Menyatakan Aturan-Aturan Secara Positif
Aturan “untuk memberikan jawaban, tunggulah sampai ditunjuk
guru” lebih disukai dasripada “jangan ceplas ceplos memberi
jawaban”.aturan-aturan yang dinyatakan dengan positif dapat
menciptakan harapan-harapan yang juga positif sekaligus menciptakan
tanggungjawab siswa.
Memendekkan Rincian Aturan
Siswa pada umumnya melanggar aturan-aturan karena mereka
sering lupa. Jika aturan-aturan dibuat efektif, siswa harus terus-menerus
menyadari keberadaan aturan tersebut,dan hal ini hanya mungkin terjadi
jika aturan-aturan dibuat lebih pendek.
Meminta Masukan Dari Siswa
Penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan melakukan kontrl
bersifat intrinsik dalamdiri manusia (Ryan & Deci, 2000). Salah satu cara
untuk memberikan siswa kontrol terhadap lingkungan kelas mereka
9
adalah dengan meminta masukan mereka saat aturan-aturan sedang
dikembangkan.
b. Prosedur-Prosedur Kelas
Prosedur-Prosedur membangun rutinitas yang harus diikuti oleh semua
siswa dalam aktivitas sehari-hari. Rutinitas tersebut meliputi:
Memulai hari sekolah
Berurusan dengan absensi dan keterlambatan
Masuk dan meninggalkan kelas
Membuat perubahan dari satu aktivitas ke aktivitas lain
Menyerahkan tugas
Menajamkan pensil
Meminta bantuan
Prosedur-Prosedur yang berhubungan dengan aktivita-aktivitas ini perlu
dibuat dengan baikyang dapat diikuti oleh siswa tanpa disuruh. Kalau itu
terjadi,maka guru akan menghabiskan banyak waktu dan energi untuk
mengingatkan siswa.
10
pembuatan aturan. Untuk itu, aturan-aturan perlu diawasi dan diperkuat
secara konsisten dan objektif.
3) Tingkatan 3: kelas 7 hingga kelas 9. Siswa mengalami pencampuran
perasaan sosial, fisik, emosional, dan seksual. Akibatnya mereka bisa
merubah-ubah. Mereka membutuhkan landasan stabilitas yang kukuh di
dalam kelas. Untuk itu, aturan-aturan harus dinyatakan dengan jelas,
dikelola, dan diperkuat.
4) Tingkatan 4: kelas 10 hingga 12. Perilaku mereka lebih stabil dari
sebelumnya, dan mereka merespon dengan baik alasan-alasan yang
jelas atas aturan-aturan yang dibuat.siswa menghormati guru kepakaran
mereka dalam menyampaikan pelajaran. Jadi, pengajaran yang efektif
setidaknya merupakan suatu hal yang penting, sepenting managemen
yang efektif.
d. Merencanakan Lingkungan Fisik
Merencanakan lingkungan fisik merupakan suatu dimensi yang sering
diabaikan daripada managemen dan prestasi siswa. Kelas yang atraktif,
cerah, nyaman dapat menciptakan perilaku yang positif yang menuntun
pada prestasi yang meningkat. Kelas yang suram dan kusam dapat memiliki
pengaruh yang sebaliknya.
Faktor lain seperti materi-materi dan persiapan-persiapan juga
penting. Reaksi yang positif terhadap materi-materi pembelajaran dapat
mengurangi munculnya masalah managemen.
Dalam merancang desain fisik kelas, setidaknya ada tiga faktor yang
harus dipertimbangkan(everston,1987):
Visibilitas. Dapatkah siswa melihat papan tulis atau tampilan visual
lainnya? Apakah guru memiliki pandangan yang jelas mengenai
wilayah pengajaran yang mereka amati?
Aksesibilitas. Apakah wilayah-wilayah ber-traffict tinggi (seperti
mengasah pensil atau pintu masuk) sudah benar-benar diperhitungkan
secara efisien dalam kelas?
11
Pengalihan (perhatian). Apakah mungkin wilayah-wilayah yang gaduh
dipisahkan dari wilayah-wilayah lainnya? Apakah pintu atau cendela
kelas mengundang siswa untuk turut hanyut didalammya?
Dengan pertimbangan-pertimbangan umum ini, beberapa cara yang
berbeda dalam menyusun meja.
Setting tradisional dengan deretan meja dan bangku guru di depan
kelas. Memusatkan perhatianpadan guru dan mengurangi intensitas
komunikasi antara siswa. Susunan tersebut sangat efektif jika guru sedang
menyajikan pelajaran pada semua siswa. Tapi susunan tersebut dapat
mempersulit kerja kelompok. Siswa yang berada dibelakang cenderung
“berpisah secara fisik” dengan guru dan mereka sering kali tampak sebagai
siswa yang menyebabkan masalah-masalah managemen kelas.
Meski demikian, ada beberapa kelas yang menggunakan meja untuk
tempat duduk, dengan meja guru ditempatkan di pinggir. Sedangkan ada
juga yang menggunakan susunan dimana siswa memiliki “jarak kerja”
mereka masing-masing dengan niat mengurangi sedikit mungkin pengalihan
pandangan.susunan seperti ini sering kali digunakan untuk intruksi
individual.
Dalam mempertimbangkan susunan tempat duduk, faktor-faktor
seperti perrasaan siswa bahwa mereka sudah sesuai dengan susunan kelas
adalah hal yang penting. Rasa kesesuaian adalah kebutuhan dasar; susunan
yang mendorong rasa kesesuaian dapat meningkatkan perasaanperasaan
menjadi lebih baik dan membantu mencegah masalah-masalah managemen.
12
a. Awal Tahun Sekolah agar aturan-aturan dan prosedur-prosedur menjadi
efektif, guru harus segera mengajarkan dan memperkuat aturan-aturan dan
prosedur-prosedur tersebut. Selama hari-hari pertamamasuksekolah, pola
dari prosedur dan aturan-baik yang diinginkan ataupun yang tidak
diinginkan- harus dibuat untuksatu tahun penuh(Emmer et al., 2006;
Everston et al.,2006). Beberapa pedoman untukawal tahun meliputi hal-hal
berikur(Kauchak & Eggen, 2007):
Berusaha menciptakan iklim kelas yang positif dengan membuat
statemen-statemen yang juga positif dan eksplisit sesuai harapan-
harapan anda.seperti, “saya dengar bahwa kalian adalah anak-anak
yang baik, dan saya tahu kalian akan bertingkah laku sangat baik di
kelas ini.”
Mulai mengajarkan aturan-aturan dan prosedur-prosedur pada hari
pertama. Pada siswa yang muda, praktikkan secara aktif prosedur-
prosedur tersebut. Pada siswa yang lebih tua, ilustrasikan dengan hati-
hati dan diskusikan aturan dan prosedur itu.
Mengawasi dan memperkuat aturan-aturan dengan konsistensi yang
sempurna selama periode ini. Berusaha ikut campur secaralangsung
ketika aturan-aturan tersebut dilanggar atau prosedur-prosedur tidak
diikuti.
Merencanakan pengajaran anda selama hari-hari pertama untuk
kontrol maksimal. Menggunakan kelompok besar daripada aktivitas-
aktivitas kelompok kecil. Diamlah dalam kelas setiap saat.
b. Mengawasi Aturan-Aturan Dan Prosedur-Prosedur
Menyajikan aturan sajaakan mencegah kenakalan dari beberapa siswa,
apalagi mengajarkan aturan-aturan dan prosedur-prosedur secara cermat
tentu saja akan menghilangkan masalah lebih banyak, bahkan sebelum
masalah itu muncul. Namun kejadian-kejadian akan terus datang secara
berkala,dan guru yang efektif secara terus-menerus mengawasi aturan-
aturan dan prosedur-prosedur mereka untuk mencegah insiden-insiden ini
berkembang menjadi masalah-masalah(Emmer et al., 2006; Everston et
al.,2006).
13
1. Berkomunikasi Dengan Orang Tua
Tidak ada satupun manajemen kelas yang akan efektif jika tidak
melibatkan orang tua dalampendidikan anak-anak mereka. Pembelajaran
merupakan percobaan kooperatif (cooperative venture), dan guru,
orangtua, siswa berada di dalamnya secara bersama-sama. Dalam sebuah
review mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran siswa,
para peneliti menyimpulkan bahwa:
Karena pentingnya lingkungan keluarga/rumah bagi pembelajaran
sekolah, guru juga harus mengembangkan strategi-strategi untuk
meningkatkan keterlibatan orang tua dalam kehidupan akademik anak-
anak mereka. Hal ini berarti guru seharusnya mentransendesikan
pertemuan orang tua-guru yang biasa dilakukan setahun sekali dan
bekerjasama dengan orang tua untuk mengawasi bahwa pembelajaran
sudah benar-benar dihargai keberadaannya di dalam rumah/keluarga.
Guru seharusnya mendorong orang tua untuk dilibatkan dalam cita-cita
akademik anak-anak mereka dalam hari per hari, mengawasi kegiatan
menonton TV,membantu mengerjakan PR, membacakan sesuatu/buku
pada anak mereka yang masih kecil, dan mengungkapkan harapan bahwa
anak-anak mereka akan mencapai kesuksesan akademik(Wang et al.,
1993:278-279).
Komunikasi dengan orang tua atau wali kelas bukanlah aktivitas
ekstra dalam proses pengajaran; lebih dari itu, komunikasi ini merupakan
bagian integral dari tugas guru.
2. Keuntungan-Keuntungan Komunikasi
Peneliti menunjukkan bahwa siswa dapat mengambil keuntungan
dari keterlibatan orang tua mereka, setidaknya dalamempat hal:
Prestasi yang lebih tinggi
Sikap-sikap yang lebih positif
Rating/nilai kehadiran yang lebih baik
Usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan PR (Cameron & Lee,
1997; Opez & Scribner, 1999)
14
Keempat hal tersebut merupakan output-output yang dihasilkan
oleh partisipasi orang tua yang meningkat dalam aktivitas-aktivitas
sekolah, sikap-sikap mereka yang lebih positif mengenai pendidikan di
sekolah, dan pemahaman guru yang meningkat mengenai lingkungan
keluarga atau rumah siswa(Weinstein & Mignano,1993).
3. Strategi-Strategi Dalam Melibatkan Orangtua
Hampir semua sekolah memiliki mekanisme-mekanisme komunikasi
formal, seperti open house, yang biasanya munculdalam dua minggu
perrtama dalam setahun; laporan-laporan kemajuan sementara yang
melaporkan kepada orang tua mengenaiprestasi anak-anak mereka pada
ujian middle kelas; pertemuan-pertemuan guru-orang tua; dan tentunya
rapor-rapor. Meskipun proses-proses ini penting, sebagai guru, anda dapat
meningkatkan proses-proses komunikasi yang sudah ada. Mari lihat
beberapa cara untuk melakukan hal ini:
Komunikasi segera. Saran-saran ini harus benar-benar ditekankan dan
tentunya diaplikasikan; keterlibatan orang tua seharusnya dimulai
secara langsung dan berlangsung sepanjang tahun. Contoh: seorang
guru bekerjasama dengan siswa untuk membuatsurat yang berisi
komitmen pada embelajaran, mendeskripsikan aturan-aturan dan
prosedur-prosedur guru, dan menyertakan nomor telepon sekolah dan
alamat email guru. Lalu surat tersebut ditandatangani olehorang tua
dan siswa. Meskipun tanda tangan tidak dapat memastikan bahwa
orang tua dan siswa menghormati sepenuhnya niat dari kontrak
tersebut, setidaknya tanda tangan tersebut menyimbolkan sebuah
komitmen untuk bekerjasama dengan guru.
Menjaga komunikasi. Komunikasi yang positif juga dapat membuat
awal tahun sekolah menjadi awal yang baik. Contoh: banyak guru
yang mengirimkan paket PR mingguan siswa, dengan mengharuskan
orang tua menandatanganidan mengembalikannya.hal ini dilakukan
untuk menjaga hubungannyata anatara keluarga/rumah dengan pihak
sekolah. Dan tentu hal ini harus dipertahankan oleh guru.
15
Memanggil orang tua. Hal ini penting untuk dua alasan. Pertama,
tindakan ini dapat mengomunikasikan kepedulian dengan sangat kuat.
Kedua, bicara kepada orang tua memungkinkan guru untuk lebih
spesifik mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan siswa, dan hal ini bisa
dapat memberikan kesempatan pada guru untuk meminta dukungan
orang tua. Contoh: jika siswa lalai mengerjakan beberapa tugas, guru
dapat bertanya mengapa mereka lalai mengerjakan beberapa tugas
tersebut, dan dengan anjuran yang sama,orang tua juga perlu
mengawasi kebiasaan belajar anak lebih dekat.
16
Ruang kelas yang terdiri dari siswa-siswa dari kalangan
minoritas kultural merepresentasikan tantangan-tantangan komunikasi
yang unik. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua dari kalangan
minoritas kulturalcenderung kurang berpartisipasi dalam aktivitas-
aktivitas sekolah daripada yang dilakukan oleh orang tua-orang
tualain.(Griffith,2002). Secara umum, keragaman cenderung membuat
usaha pendorongan keterlibatan orang tua menjadi lebih menantang.
Kendala-kendala ekonomi, kebudayaan,dan bahasa. Penelitian
menunjukkan bawa kendala-kendala-kendala ekonomi, kebudayaan,
dan bahasa dapat membatasi keterlibaatan orang tua, darikalangan
minoritas atau kalangan miskon di sekolah.
Keterlibatan sering kali mememakan waktu, dan kesanggupan
ekonomi tak jarang muncul pertama kali sebagai penyebab
utama.contoh, separuh orang tua dalam satu penelitian menunjukan
bahwa pekerjaan mereka menghalangi mereka membantu anak-
anaknya mengerjaman PR(ellis, dowdy, graham, & jones,1992) sering
kali orang tua kekuraangn sumberdaya ekonomi (Seperti ,pengasuh
anak , transportasi, dan telepon) yang memeungkinkan mereka untuk
bepartisipasi dalam aktifitas sekolah anak-anak mereka, sedangkan
sekolah harus fleksibel dan menyediakan bantuan dan dorongan.
Perbedaan-perbedaan antara kebudayaan rumah/keluarga dan
kebudayaan sekolah juga dapat menimbulkan kendala-
kendala(Delgado-Gaitan, 1992; Harry 1992). bahasa juga daapat
menjadi kendala yang lain. Orang tua dari anak-anak yang dwibahasa
mungkin tidak bisa berbicara bahasa inggris, sehingga menimbulkan
masalah khusus bagi orangtua.
Melibatkan orang tua dari Kalangan mioritas. Banyak oranag tua
dari kalangan minoritas kultural kesulitan membantu anak-anaknya
dlam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Namun, ketika guru mulai
menawarkan strategi-strategi tertentu pada orang tua dalam
bekerjasama dengan anak mereka, secara tidak langsung perbedaan
antara rumah dan sekolah sudah mulai di persempit.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen pada khususnya merupakan tugas yang cukup rumit bagi para
guru preservice dan pemula yang seringkali merasa sakit hati untuk
mempersiapkan diri mereka berhadapan dengan isu-isu yang berhubungan dengan
manajemen kelas, belum lagi masalah yang seringkali mereka temukan bahwa
persiapan universitas mereka ternyata belum tuntas . Penyebab-penyebab
munculnya masalah diatas dapat dengan mudah kita temukan dalam perubahan-
perubahan yang terjadi di sekolah pada khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
David A.Jacobsen. Paul Eggen. Donald Kauchak. Methods for Teaching: Metode-
Metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK – SMA (EDISI ke 8). Yogyakarta;
Pusaka Pelajar. 2009
18