Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MENEJEMEN KELAS

Dosen Pembimbing

Ulumul Umah,S. Pd, M. Pd

Disusun oleh:

1. Wahyu Sanjaya
2. Devita lely wulandari
3. Masfyatus sholicah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG

2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada allah tuhan
yang maha esa, oleh karena rahmatnya kami selaku penyusun makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. selain sebagai tugas, penulisan makalah
ini bertujuan untuk memberikan informasai tentang manajemen kelas..

Banyak sekali hambatan yang dialami dalam penyusunan makalah ini.


Oleh karena itu, selesainya makalah ini bukan semata-mata karena kemampuan
penulisan kami, namun banyak pihak yang membantu. Dalam kesempatan ini,
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


terdapat bnyak kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan
agar kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi.

penyusun

TTD

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 1

2.1 Manajemen Kelas .......................................................................................... 1

2.2 Prasyarat-Prasyarat Untuk Manajemen Efektif ............................................. 2

2.3 Perecanaan Untuk Managemen Yang Efektif ............................................... 8

2.4 Mengajarkan Aturan-Aturan Dan Prosedur-Prosedur ................................. 12

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 17

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan untuk memahami topik yang anda ajarkan dan
kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran-pelajaran
yang efektif merupakan kemampuan-kemampuan yang esensial dalam
pengajaran. Namun ada kemampuan lain yang tak kalah penting, yang
tanpanya, rencana-rencana dan strategi-strategi yang dicanangkan tidak
dapat bekerja. Kemampuan tersebut adalah mengatur lingkungan
pembelajaran secara efektif.

Kelas yang diatur dengan baik pada hakikatnya dapat mendukung


iklim pembelajaran. Di dalamnya, semua siswa tertib, namun tidak kaku dan
mereka merasa aman dari kekerasan fisik dan kekhawatiran akan ejekan.
Mereka berbicara dengan bebas tetapi tetap memahami batasan-batasan.
Kelas berjalan dengan lancer dan produktif, dan gurupun tampak tidak
terlalu berusaha keras untuk mengaturnya. Sebaliknya kelas yang diatur
dengan buruk dapt menjadi lautan kekacauan. Banyak siswa yang tidak
memperhatikan dan cenderung mengganggu, gurupun menjadi penat dan
letih, dan sedikit sekali aktivitas pembelajaran yang muncul.

Penelitian menunjukkan bahwa para guru yang efektif mengatur kelas


mereka dan merancang aktivitas-aktivitas pembelajaran sehingga
kebanyakan masalah managemen dicegah dari pada menghentikannya
sekaligus saat masalah tersebut muncul. Inilah yang akan dibahas dalam bab
ini.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana cara mengidentifikasi prasyarat menejemen kelas yang
efekrif ?
 Apakah hubungan antara menejemen kelas yang efektif dengan
pengajaran yang efektif ?
 Apa yang perlu dipersiapkan merencanakan manajemen yang efektif ?
 Bagaimana cara merancangkan dan mengajarkan aturan-aturan dan
prosedur-prosedur ?

1.3 Tujuan
 mampu mengidentifikasi prasyarat-prasyarat manajemen kelas yang
efektif

1
 ssmampu mendeskripsikan hubungan antar menejemen yang efektif
dengan pengajaran yang efektif
 mampu merencanakan manajemen yang efektif
 mampu merancangkan dan mengajarkan aturan-aturan dan prosedur-
prosedur

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Kelas


a. Sebuah Ikhtisar
Dari tahun 1960-an hingga saat ini, angket Gallup nasional secara
konsisten telah mengidentifikasi manajemen kelas sebagai salah satu
masalah yang paling menantang bagi guru. Pada pemungutan suara 2007,
manajemen kelas berada pada tingkat kedua, setelah masalah minimnya
dukungan finansial, sebagai masalah paling penting yang dihadapi sekolah
(Rose dan Gallup, 2007). Secara historis, kondisi ini menjadi perhatian
utama oleh para guru pemula, dan siswa-siswa yang cenderung
mengganggu merupakan sumber stress utama, tidak hanya bagi para guru
pemula tetapi, juga bagi mereka yang sudah berpengalaman (Bohn,
Roehrig, & Pressley, 2004; Publik Agenda, 2004). Kondisi inipun juga
menjadi alasan utama mengapa banyak guru yang meninggalkan profesi
mereka setelah 3 tahun pertama mereka menjalaninya; inilah penyebab
utama mengapa para guru banyak yang meninggalkan kelas-kelas urban
(Weiner, 2002) ; dan perguruan tinggi diminta untuk menghadapi isu ini
dengan lebih berhati-hati (Johnson, 2005).

Manajemen pada khususnya merupakan tugas yang cukup rumit bagi


para guru preservice dan pemula yang seringkali merasa sakit hati untuk
mempersiapkan diri mereka berhadapan dengan isu-isu yang berhubungan
dengan manajemen kelas, belum lagi masalah yang seringkali mereka
temukan bahwa persiapan universitas mereka ternyata belum tuntas (Kher-
Durlabhji, Lacina-Gifford, Jackson, Guillory, & Yandell, 1997).
Penyebab-penyebab munculnya masalah diatas dapat dengan mudah kita
temukan dalam perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah pada
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.Motivasi mulai menjadi
perbincangan yang penting, baik dalam konteks manajemen maupun
dalam konteks pembelajaran.

b. Manajemen Kelas Versus Disiplin Kelas


Manajemen merujuk pada strategi-strategi guru dalam menciptakan
dan memelihara lingkungan pembelajaran yang tertib, sedangkan disiplin
melibatkan respons guru terhadap perilaku-perilaku siswa yang tidak baik,
seperti berbicara yang tidak senonoh, meninggalkan kelas tanpa izin,
sarkastis, dan berkelahi/tawuran.

c. Hasil-Hasil Manajemen Efektif

1
Para guru yang mengatur kelas mereka secara efektif pada akhirnya
dapat mencapai dua hasil penting : prestasi siswa yang meningkat,
motivasi siswa yang bertambah.

Prestasi yang meningkat dapat diperoleh dari manajemen kelas yang


efektif, mengurangi perilaku-perilaku yang mengganggu, dan
meningkatkan penggunaan waktu pengajaran.

Motivasi yang bertambah. Keteraturan dan keamanan sangatlah


penting untuk mendorong motivasi siswa (Radd, 1998). Broppy (1987a)
telah mengidentifikasi manajemen kelas sebagai “prasyarat penting untuk
memotivasi siswa”. Manajemen kelas merupakan landasan yang dibangun
guru dalam menciptakan kelas yang bersemangat (motivated).

2.2 Prasyarat-Prasyarat Untuk Manajemen Efektif


Kelas yang tertib tidak terjadi begitu saja. Kelas tersebut harus
direncanakan secara hati-hati, dan guru yang peduli, tabah, dan
berkomitmen pada siswa dan pembelajaran mereka bisa jadi memiliki
masalah-masalah manajemen yang lebih sedikit daripada rekan-rekannya
yang kurang professional. Tiga prasyarat manajemen yang aktif adalah :
iklim kelas, karakteristik-karakteristik guru, hubungan antara manajemen
dan pengajaran.
a. Iklim Kelas
Di beberapa kelas, perasaan emosional adalah sesuatu yang sehat,
positif, dan suportif yang merupakan bagian dari pembelajaran.
Lingkungan yang mendukung perasaan ini merepresentasikan iklim kelas.
Dalam kelas yang beriklim positif, siswa di dalamnya senantiasa merasa
cakap, diikutsertakan, dan aman. Keseimbangan antara arahan guru
dengan pilihan siswa terus dijaga, siswa mendapat kebebasan dengan
batasan-batasan yang jelas, dan tanggung jawabsiswa ditekankan di atas
kepatuhan mereka yang kaku pada aturan-aturan. Perkembangan regulasi
diri siswa kemudian menjadi tujuan yang penting (Alexander & Murphy,
1998). Namun iklim-iklim yang positif tidak terjadi secara otomatis,
melainkan bergantung pada guru dan jenis pengalaman pembelajaran yang
dimiliki siswa.

b. Karakteristik-karakteristik Guru
Manajer yang efektif memiliki spectrum kepribadian-kepribadian
(yang beragam). Ada yang bersikap tenang dan tidak arogan, ada pula
yang memiliki suara seperti seorang sersan. Meskipun begitu, manajer
yang efektif biasanya memiliki karakteristik-karakteristik yang penting,
yang mencakup hal-hal berikut :

2
 Peduli
 Tegas
 Modeling dan antusias
 Harapan yang tinggi.
Peduli :landasan untuk iklim kelas yang positif. Hampir tidak mungkin
mengatur kelas atau menyukseskan semua bagian pengajaran tanpa
sungguh-sungguh peduli pada siswa dan pola belajar mereka. Dalam suatu
kajian, para peneliti bertanya pada siswa kelas empat, bagaimana mereka
mengetahui bahwa guru mereka peduli pada belajar mereka (Rogers,
1991). Dan diperoleh deskripsi guru yang peduli itu yang melakukan hal-
hal berikut ini :

 Mendengarkan dan mencoba melihat sesuatu dari prespektif siswa.


 Menciptakan ligkungan pembelajaran yang aman.
 Membantu tugas sekolah dengan membuat agar tugas-tugas
pembelajaran dapat dimengerti.
Kepedulian guru terhadap siswa itu sangatlah penting, karena tanpa
kepedulian dari seorang guru, siswa merasa dirinya bukan apa-apa dan
akan membuat siswa ingin keluar dari sekolah.

Peneliti lain seperti Wentzel (1997) juga melakukan penelitian yang


sama seperti diatas, tetapi pada tingkatan yang lain, yaitu SMP. Dan
penemuan ini menyiratkan bahwa kepedulian lebih dari sekedar
kehangatan, suatu interaksi yang berkesan “kabur”. Selain memahami
bagaimana perasaan siswa, para guru yang peduli juga berkomitmen pada
pertumbuhan dan kompetensi siswa (Noddings, 1995, 1999: Wentzel,
1997).

Savage (1991) mendeskripsikan kepedulian dengan sedikit berbeda


dari dua peneliti sebelumnya. Dia berpendapat bahwa para guru yang
peduli akan menghormati siswa-siswanya dan berusaha meningkatkan
kehormatan siswa-siswanya. Dia menyarankan agar guru menerapkan
saran-saran yang dia tawarkan berikut :

 Rencanakan secara hati-hati sehingga anda sepenuhnya memahami


topic yang sedang anda ajarkan.
 Beritahukan ujian-ujian, jelaskan mengenai tes apa yang akan diujikan,
dan hindari siswa-siswa yang suka menipu.
 Berikan dorongan dan pujian sejati dan hindari sarkasme.
 Pelajari nama-nama siswa dengan cepat dan gunakan nama-nama itu
secara teratur.
 Berikan penghargaan-penghargaan yang kayak pada hasil kerja yang
dinilai baik.

3
Stipek (2002) menawarkan komentar tambahan terkait dengan isu
mengenai penghormatan ini :

Salah satu cara terbaik untuk menunjukkan rasa hormat pada siswa
adalah dengan menerapkan standart-standart tinggi pada mereka-
misalnya, dengan cara tidak menerima kecerobohan, kelalaian, atau
kerja yang kurang lengkap; dengan menekan mereka untuk
mengklarifikasi komentar-komentar yang tidak jelas; dengan
mendorong mereka agar tidak pasrah begitu saja; dan dengan tidak
memuji hasil kerja yang tidak merefleksikan usaha yang nyata.
Ironisnya, masih banyak tindakan yang seringkali dimaksudkan untuk
melindungi harga diri siswa-seperti menerima hasil kerja yang kurang
berkualitas-sehingga, tindakan ini pada akhirnya menimbulkan
minimnya niat, kesabaran, atau kepedulian. (hml. 157)

Ketegasan : Membantu Siswa Meningkatkan Tanggung Jawab.Ketegasan


berarti kemampuan melatihtanggungjawab siswa dan menerapkan
tanggung jawab tersebut atas tindakan-tindakan yang mereka lakukan.

Modelling dan antusiasme. Kepercayaan – kepercayaan guru terhadap


pengajaran dan pembelajaran dikomunikasikan melalui modelling. Iklim
kelas yang positif nyaris tidak mungkin terwujud jika guru menunjukkan
ketidaksukaan atau kejenuhan pada topic-topik yang dia ajarkan.
Sebaliknya, topic-topik yang tampak biasa dan tidak menarik justru akan
lebih memotivasi siswa jika guru mereka menunjukkan minat akan topic-
topik tersebut.

Dengan menunjukkan antusiasme, guru mrngomunikasikan minat


mereka yang benar-benar nyata terhadap topic tersebut. Antusiasme ini
tentu saja tidak sekedar berwujud retorika-retorika yang energik, teatrikal-
teatrikal, atau usaha-usaha untuk menghibur siswa, tetapi lebih dari itu,
sebagaimana yang akan ditunjukkan dalam kutipan berikut ini, sikap
antusiasme dimaksudkan untuk menginduksikan perasaan pada siswa
bahwa informasi tersebut merupakan pembelajaran yang bernilai dan
berharga (Good & Brophy, 2008).

c. Harapan-harapan Tinggi
Bagaimana Harapan-harapan Memengaruhi Perilaku Guru. Penelitian
menunjukkan bahwa guru memperlakukan dengan sedikit lebih baik pada
siswa-siswanya yang memiliki harapan-harapan tinggi daripada mereka
yang memiliki harapan-harapan yang lebih rendah. Seperti, sering
mengunjungi, memberi penjelasan yang lebih jelas, mewajibkan jawaban-

4
jawaban yang lebih lengkap dan akurat, lebih antusias dalam
pembelajaran, memuji, dan memberikan umpan balik pada mereka yang
memilik harapan-harapan tinggi. Dalam suatu penelitian para peneliti
menyimpulkan bahwa :

Sepuluh detik saja melihat dan/atau mendengar penjelasan dari guru,


siswa-siswa yang masih muda dapat mengetahui apa yang gurunya
bicarakan, seperti apa perlakuan gurunya pada siswa yang pandai dan
siswa yang bodoh. Mereka juga dapat menetukan seberapa besar seorang
siswa dicintai oleh gurunya itu (Babad, Bernieri & Rosenthal, 1991: 230).

1. Harapan-harapan Guru
Dari penelitian ini timbul beberapa saran untuk guru, yaitu :
 Ketika harapan-harapan guru begitu realistis, seperti harapan-harapan
yang berdasarkan pada performa siswa, harapan-harapan tersebut akan
menimbulkan sedikit masalah. Namun, ketika harapan-harapan
tersebut didasarkan pada sesuatu yang lain dari pada performa siswa,
atau lebih rendah daripada jaminan performa-performa sebelumnya,
harapan-harapan tersebut dapat mengurangi prestasi dan mengurangi
iklim kelas.
 Harapan-harapan guru cenderung menjadi pemenuh diri saja (self-
fulfilling): harapan-harapan yang rendah dapat menjadi ramalan-
ramalan pemenuhan diri, ekspresi atas harapan-harapan yang rendah
tersebut – Karena perlakuan-perlakuan yang berbeda- dapat
membimbing siswa secara tak sengaja untuk membenarkan prediksi-
prediksi tentang kemampuan mereka dengan usaha yang kurang tekun
dan pada akhirnya dengan performa yang lebih buruk (Weinstein,
1998: 83).

2. Manajemen Dan Pengajaran


Penelitian menunjukkan bahwa hampir tidak mungkin menciptakan
atau bahkan memelihara kelas yang tertib tanpa didukung dengan
pengajaran yang efektif. Begitujuga sebaliknya (Doyle, 1986).
Factor-faktor intruksional yang memenuhi tatanan ruang kelas yaitu:
organisasi, pemanfaatan waktu, focus, umpan balik, reviu dan penutup.
Organisasi
Ada empat karakteristik penting organisasi efektif, yaitu :
Karakteristik Contoh
 Memiliki materi-materi dan Masalah –masalah guru yang telah
peragaan-peragaan yang telah dipersiapkan dan dia tinggal
disiapkan sebelumnya. menunggu ketika siswa masuk ke
ruangan.
 Memulai tepat waktu
Guru sudah menyelesaikan
pengabsenan sebelum bel berhenti

5
berbunyi
 Memiliki rutinitas-ritinitas
yang di atur dengan baik Guru memiliki aktivitas
penghangatan setiap hari
 Membuat peralihan (dari satu
aktivitas lain) dengan cepat Guru berpindah dengan cepat dari
dan lancar. aktivitas penghangatan menuju
pelajaran formalnya.

Organisasi yang cermat memaksimalkan kesempatan-kesempatan


dalam menciptakan keterlibatan dan pembelajaran siswa, serta
meminimalkan waktu kosong yang dapat menimbulkan masalah-
masalah manajemen.
Waktu-waktu tertentu selama hari-hari atau tahun-tahun sekolah
sering kali problematis, sebagai manajer yang efektif mereka lebih
berhati-hati mengorganisasi kelas selama waktu itu. Beberapa waktu
problematis lain adalah :
 Waktu terakhir hari sekolah
 Beberapa menit sebelum makan siang
 Hari-hari sebelum peristiwa besar atau hari libur
 Periode-periode sebelum acara pertemuan, siding sekolah, atau
latihan hafalan
 Masa-masa sebelum, selama, dan sesudah rapor kelas dibagikan.
Pemanfaatan waktu

Cara guru dalam menggunakan waktu sangat penting untuk


manajemen kelas. Bagaimanapun, waktu adalah sumber daya yang
bernilai; usaha-usaha reformasi menyarankan adanya perpanjangan
tahun sekolah, hari sekolah, dan bahkan jumlah waktu yang
dihabiskan untuk materi-materi tertentu (Karweit, 1989). Penelitian
menunjukkan bahwa banyak waktu pelajaran dihabiskan untuk
aktivitas-aktivitas yang non-instruksional, bahkan tak jarang lebih
banyak daripada sepertiga waktu yang dijadwalkan (Karweit,
1989).Beberapa guru tampak tidak menyadari nilai waktu sebagai
suatu sumber daya. Mereka lebih menganggap waktu sebagai sesuatu
yang harus diisi atau bahkan “dibunuh” daripada sebagai kesempatan
untuk meningkatkan pembelajaran (Eggen, 1998; Wiley &
Harnischfeger, 1974).

Keterlibatan siswa

Dengan perencanaan yang seksama, anda sudah harus memastikan


bahwa materi yang di ajarkan saat itu sudah bisa mengomunikasikan
logika dan struktur internal pada siswa dengan jelas. Skill tanya jawab

6
dan strategi-strategi pengajaran dapat dimanfaatkan untuk mendorong
keterlibatan siswa. Pada waktu yang bersamaan, selain menigkatkan
pembelajaran, keterlibatan juga membantu menghindari masalah-
masalah manajemen.

Umpan balik

Pentingnya umpan balik, yang dapat memberikan informasi pada


siswa mengenai akurasi atau kecocokan sebuah respons dalam
mendorong pembelajaran, sudah banyak ditulis (Brosvic & Epstei,
2007; Hattei & Timperley, 2007). Umpan balik dapat memberikan
informasi pada siswa mengenai akurasi pemahaman mereka, dan
umpan balik juga penting bagi motivasi siswa karena ia membantu
mencukupi kebutuhan mereka untuk mengetahui bagaimana dan
mengapa mereka berkembang (Clifford, 1990).

Umpan balik memiliki empat karakteristik penting :

1. Langsung
2. Spesifik
3. Menyediakan informasi yang korektif
4. Memiliki nada emosional yang positif (Brophy & Good, 1986;
Murphy, Weil, & McGreal, 1986).
Salah satu contoh umpan balik yan biasa guru berikan pada siswa
adalah berupa pujian. Menggunakan pujian secara efektif
mengharuskan pertimbangan yang sehat dari guru. Pujian yang efusif
pada setiap jawaban yang diberikan siswa dapat berpotensi
menghilangkan kredibilitas guru, meskipun guru tersebut cukup
tulus menyampaikan pujian itu. Beberapa saran bagi guru agar dapat
menggunakan pujian secara efektif mencakup hal-hal berikut ini :

 Memuji dengan tulus


 Memuji secara langsung
 Memuji secara khusus
 Memuji jawaban-jawaban yang bersifat incidental
 Memuji usaha
Review dan penutup

Pelajaran-pelajaran akan menjadi lebih koheren ketika review dan


penutup digunakan untuk meringkas dan memadukan gagasan-gagasan
yang baru saja dipelajari secara bersama-sama. Review-review yang
efektif menekankan poin-poin penting dan membantu siswa menjelaskan
pemahaman mereka. Review-review yang efektif lebih banyak melibatkan
siswa untuk mengingat kembali fakta-fakta mengenai pelajaran, review-

7
review mengalihkan perhatian siswa dari rincian-rincian harfiah menuju
koneksi-koneksi konseptual yang lebih dalam mengenai materi yang telah
dipelajari (Dempster, 1991). Penutup merupakan betuk review yang
dilakukan pada akhir pelajaran; di dalamnya, topic-topik diringkas dan
dipadukan. Gagasan penutup haruslah bersifat umum dan masuk akal
secara intuitif; gagasan tersebut memadukan materi secara bersama-sama
dan mengisyaratkan akhir pelajaran. Dengan penutup, siswa bisa pulang
dari sekolah dengan berbekal topic yang sudah benar-benar mereka
pahami dan hayati.

2.3 Perecanaan Untuk Managemen Yang Efektif


Dalam pengajaran, perencanaan “sering kali” lebih penting daripada
manajemen kelas. Kelas yang tertib tidak muncul secara magis; kelas tersebut
merupakan hasil dari perencanaan yang seksama dan sistematis.
Langkah pertama dalam proses perencanaan adalah menciptakan sistem
aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang dirancang dengan baik. Setelah
aturan-aturan dan prosedur-prosedur tersebut dibuat, guru seharusnya mulai
merencanakan untuk mengajarkannya dan mengamati pelaksaannya.
a. Aturan-Aturan Kelas
Aturan-Aturan Kelas dapat menjadi standart-standart bagi perilaku
siswa. Aturan-aturan ini penting dalam manajemen efektif. Beberapa
pedoman dalam mempersiapkan aturan-aturan diringkas dalam sesi
berikut ini:
 Melaksanakan Aturan-Aturan Kelas Dan Sekolah Secara Konsisten
Guru tidak dapat mengembangkan aturan-aturan pada kelas-kelas
yang memang tidak konsisten mematuhi kebijakan-kebijakan sekolah
atau distrik. Sebelum menyiapkan dan menyajikan aturan-aturan pada
siswa, guru seharusnya mereview aturan-aturan distrik atau sekolah, lalu
mengembangkannya sendiri secara bersamaan. Contoh: jika sekolah
memiliki dress code, para guru para guru diharuskan untuk menguatkan
(reinforce) secara profesional. Guru yang merasa bahwa aturan tersebut
ternyata tidak sesuai harus merusaha untuk mengubah atau bahkan
merongronginya.
 Menyatakan Aturan-Aturan Dengan Jelas

8
Aturan-aturan harus dapat dimengerti, jika tidak, aturan-aturan
tersebut tidak akan memiliki pengaruh apapun pada perilaku siswa.
Contoh : aturan yang menyatakan “datanglah selalu ke kelas dengan
kesiapan” memiliki makna yang ambigu, sementara aturan “bawalah
materi-materi yang dibutuhkan ke dalam kelas setiap hari” justru lebih
jelas daripada sebelumnya. Meskipun demikian, aturan yang kedua perlu
di diskusikan dengan hati-hati, direview, dan –kalau perlu- diperkuat
untuk menjadi aturan yang efektif.
 Menyediakan Alasan-Alasan Untuk Aturaan-Aturan
Menjelaskan mengapa aturan harus ada sangatlah penting.
Khususnya bagi iklim kelas dan pengaruh emosional yang dimilikinya
terhadap siswa. Ketika alasan disediakan, siswa akan belajar bahwadunia
sangatlah logis dan masuk akal, dan alasan-alasan tersebut akan
membantu siswa untuk dapat mematuhi aturan-aturan yang ada. Aturan-
aturan yang disajikan tanpa alasan-alasan, hanya akan memberika kesan
mengenai dunia yang sewenang-wenang.
 Menyatakan Aturan-Aturan Secara Positif
Aturan “untuk memberikan jawaban, tunggulah sampai ditunjuk
guru” lebih disukai dasripada “jangan ceplas ceplos memberi
jawaban”.aturan-aturan yang dinyatakan dengan positif dapat
menciptakan harapan-harapan yang juga positif sekaligus menciptakan
tanggungjawab siswa.
 Memendekkan Rincian Aturan
Siswa pada umumnya melanggar aturan-aturan karena mereka
sering lupa. Jika aturan-aturan dibuat efektif, siswa harus terus-menerus
menyadari keberadaan aturan tersebut,dan hal ini hanya mungkin terjadi
jika aturan-aturan dibuat lebih pendek.
 Meminta Masukan Dari Siswa
Penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan melakukan kontrl
bersifat intrinsik dalamdiri manusia (Ryan & Deci, 2000). Salah satu cara
untuk memberikan siswa kontrol terhadap lingkungan kelas mereka

9
adalah dengan meminta masukan mereka saat aturan-aturan sedang
dikembangkan.
b. Prosedur-Prosedur Kelas
Prosedur-Prosedur membangun rutinitas yang harus diikuti oleh semua
siswa dalam aktivitas sehari-hari. Rutinitas tersebut meliputi:
 Memulai hari sekolah
 Berurusan dengan absensi dan keterlambatan
 Masuk dan meninggalkan kelas
 Membuat perubahan dari satu aktivitas ke aktivitas lain
 Menyerahkan tugas
 Menajamkan pensil
 Meminta bantuan
Prosedur-Prosedur yang berhubungan dengan aktivita-aktivitas ini perlu
dibuat dengan baikyang dapat diikuti oleh siswa tanpa disuruh. Kalau itu
terjadi,maka guru akan menghabiskan banyak waktu dan energi untuk
mengingatkan siswa.

c. Aturan-Aturan Dan Prosedur-Prosedur: Pertimbangan-Pertimbangan


Perkembangan
Pola-pola perilaku anak TK tidak sama dengan anak SMP. kebutuhan
dan perkembangannya juga sangat berbeda. Berbedaan ini seharusnya
dipertimbangkan saat guru merencanakan aturan-aturan dan prosedur-
prosedur.
1) Tingkatan 1: TK hingga kelas 2. Siswa cenderung mematuhi aturan dan
selalu ingin menyenangkan gurunya. Namun, sering kali kurang
memperhatikan aturan dan tak jarang melanggarnya karena lupa. Jadi,
aturan-aturan dan prosedur-prosedur harus diajarkan, dipraktikkan,
diawasi, dan diperkuat dengan saksama dan jekas.
2) Tingkatan 2: kelas 3 hingga kelas 6. Siswa SD pertengan sudah lebih
mandiri,tetapi masih menyukai perhatian dari gurunya. Mereka
memahami dan menerima aturan-aturan dengan berpartisipasi dalam

10
pembuatan aturan. Untuk itu, aturan-aturan perlu diawasi dan diperkuat
secara konsisten dan objektif.
3) Tingkatan 3: kelas 7 hingga kelas 9. Siswa mengalami pencampuran
perasaan sosial, fisik, emosional, dan seksual. Akibatnya mereka bisa
merubah-ubah. Mereka membutuhkan landasan stabilitas yang kukuh di
dalam kelas. Untuk itu, aturan-aturan harus dinyatakan dengan jelas,
dikelola, dan diperkuat.
4) Tingkatan 4: kelas 10 hingga 12. Perilaku mereka lebih stabil dari
sebelumnya, dan mereka merespon dengan baik alasan-alasan yang
jelas atas aturan-aturan yang dibuat.siswa menghormati guru kepakaran
mereka dalam menyampaikan pelajaran. Jadi, pengajaran yang efektif
setidaknya merupakan suatu hal yang penting, sepenting managemen
yang efektif.
d. Merencanakan Lingkungan Fisik
Merencanakan lingkungan fisik merupakan suatu dimensi yang sering
diabaikan daripada managemen dan prestasi siswa. Kelas yang atraktif,
cerah, nyaman dapat menciptakan perilaku yang positif yang menuntun
pada prestasi yang meningkat. Kelas yang suram dan kusam dapat memiliki
pengaruh yang sebaliknya.
Faktor lain seperti materi-materi dan persiapan-persiapan juga
penting. Reaksi yang positif terhadap materi-materi pembelajaran dapat
mengurangi munculnya masalah managemen.
Dalam merancang desain fisik kelas, setidaknya ada tiga faktor yang
harus dipertimbangkan(everston,1987):
 Visibilitas. Dapatkah siswa melihat papan tulis atau tampilan visual
lainnya? Apakah guru memiliki pandangan yang jelas mengenai
wilayah pengajaran yang mereka amati?
 Aksesibilitas. Apakah wilayah-wilayah ber-traffict tinggi (seperti
mengasah pensil atau pintu masuk) sudah benar-benar diperhitungkan
secara efisien dalam kelas?

11
 Pengalihan (perhatian). Apakah mungkin wilayah-wilayah yang gaduh
dipisahkan dari wilayah-wilayah lainnya? Apakah pintu atau cendela
kelas mengundang siswa untuk turut hanyut didalammya?
Dengan pertimbangan-pertimbangan umum ini, beberapa cara yang
berbeda dalam menyusun meja.
Setting tradisional dengan deretan meja dan bangku guru di depan
kelas. Memusatkan perhatianpadan guru dan mengurangi intensitas
komunikasi antara siswa. Susunan tersebut sangat efektif jika guru sedang
menyajikan pelajaran pada semua siswa. Tapi susunan tersebut dapat
mempersulit kerja kelompok. Siswa yang berada dibelakang cenderung
“berpisah secara fisik” dengan guru dan mereka sering kali tampak sebagai
siswa yang menyebabkan masalah-masalah managemen kelas.
Meski demikian, ada beberapa kelas yang menggunakan meja untuk
tempat duduk, dengan meja guru ditempatkan di pinggir. Sedangkan ada
juga yang menggunakan susunan dimana siswa memiliki “jarak kerja”
mereka masing-masing dengan niat mengurangi sedikit mungkin pengalihan
pandangan.susunan seperti ini sering kali digunakan untuk intruksi
individual.
Dalam mempertimbangkan susunan tempat duduk, faktor-faktor
seperti perrasaan siswa bahwa mereka sudah sesuai dengan susunan kelas
adalah hal yang penting. Rasa kesesuaian adalah kebutuhan dasar; susunan
yang mendorong rasa kesesuaian dapat meningkatkan perasaanperasaan
menjadi lebih baik dan membantu mencegah masalah-masalah managemen.

2.4 Mengajarkan Aturan-Aturan Dan Prosedur-Prosedur


Aturan-aturan dan prosedur-prosedur tidak secar otomatis bekerja
hanya karena aturan-aturan tersebut sudah ada dan telah disajikan pada
siswa. Aturan dan prosedur ini seharusnya diperlakukan sebagai konsep-
konsepdan diajarkan secara eksplisit dengan contoh-contoh
sebagaimanaanda akan mengajar konsep-konsep lainnya(Downhower,
1991)

12
a. Awal Tahun Sekolah agar aturan-aturan dan prosedur-prosedur menjadi
efektif, guru harus segera mengajarkan dan memperkuat aturan-aturan dan
prosedur-prosedur tersebut. Selama hari-hari pertamamasuksekolah, pola
dari prosedur dan aturan-baik yang diinginkan ataupun yang tidak
diinginkan- harus dibuat untuksatu tahun penuh(Emmer et al., 2006;
Everston et al.,2006). Beberapa pedoman untukawal tahun meliputi hal-hal
berikur(Kauchak & Eggen, 2007):
 Berusaha menciptakan iklim kelas yang positif dengan membuat
statemen-statemen yang juga positif dan eksplisit sesuai harapan-
harapan anda.seperti, “saya dengar bahwa kalian adalah anak-anak
yang baik, dan saya tahu kalian akan bertingkah laku sangat baik di
kelas ini.”
 Mulai mengajarkan aturan-aturan dan prosedur-prosedur pada hari
pertama. Pada siswa yang muda, praktikkan secara aktif prosedur-
prosedur tersebut. Pada siswa yang lebih tua, ilustrasikan dengan hati-
hati dan diskusikan aturan dan prosedur itu.
 Mengawasi dan memperkuat aturan-aturan dengan konsistensi yang
sempurna selama periode ini. Berusaha ikut campur secaralangsung
ketika aturan-aturan tersebut dilanggar atau prosedur-prosedur tidak
diikuti.
 Merencanakan pengajaran anda selama hari-hari pertama untuk
kontrol maksimal. Menggunakan kelompok besar daripada aktivitas-
aktivitas kelompok kecil. Diamlah dalam kelas setiap saat.
b. Mengawasi Aturan-Aturan Dan Prosedur-Prosedur
Menyajikan aturan sajaakan mencegah kenakalan dari beberapa siswa,
apalagi mengajarkan aturan-aturan dan prosedur-prosedur secara cermat
tentu saja akan menghilangkan masalah lebih banyak, bahkan sebelum
masalah itu muncul. Namun kejadian-kejadian akan terus datang secara
berkala,dan guru yang efektif secara terus-menerus mengawasi aturan-
aturan dan prosedur-prosedur mereka untuk mencegah insiden-insiden ini
berkembang menjadi masalah-masalah(Emmer et al., 2006; Everston et
al.,2006).

13
1. Berkomunikasi Dengan Orang Tua
Tidak ada satupun manajemen kelas yang akan efektif jika tidak
melibatkan orang tua dalampendidikan anak-anak mereka. Pembelajaran
merupakan percobaan kooperatif (cooperative venture), dan guru,
orangtua, siswa berada di dalamnya secara bersama-sama. Dalam sebuah
review mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran siswa,
para peneliti menyimpulkan bahwa:
Karena pentingnya lingkungan keluarga/rumah bagi pembelajaran
sekolah, guru juga harus mengembangkan strategi-strategi untuk
meningkatkan keterlibatan orang tua dalam kehidupan akademik anak-
anak mereka. Hal ini berarti guru seharusnya mentransendesikan
pertemuan orang tua-guru yang biasa dilakukan setahun sekali dan
bekerjasama dengan orang tua untuk mengawasi bahwa pembelajaran
sudah benar-benar dihargai keberadaannya di dalam rumah/keluarga.
Guru seharusnya mendorong orang tua untuk dilibatkan dalam cita-cita
akademik anak-anak mereka dalam hari per hari, mengawasi kegiatan
menonton TV,membantu mengerjakan PR, membacakan sesuatu/buku
pada anak mereka yang masih kecil, dan mengungkapkan harapan bahwa
anak-anak mereka akan mencapai kesuksesan akademik(Wang et al.,
1993:278-279).
Komunikasi dengan orang tua atau wali kelas bukanlah aktivitas
ekstra dalam proses pengajaran; lebih dari itu, komunikasi ini merupakan
bagian integral dari tugas guru.
2. Keuntungan-Keuntungan Komunikasi
Peneliti menunjukkan bahwa siswa dapat mengambil keuntungan
dari keterlibatan orang tua mereka, setidaknya dalamempat hal:
 Prestasi yang lebih tinggi
 Sikap-sikap yang lebih positif
 Rating/nilai kehadiran yang lebih baik
 Usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan PR (Cameron & Lee,
1997; Opez & Scribner, 1999)

14
Keempat hal tersebut merupakan output-output yang dihasilkan
oleh partisipasi orang tua yang meningkat dalam aktivitas-aktivitas
sekolah, sikap-sikap mereka yang lebih positif mengenai pendidikan di
sekolah, dan pemahaman guru yang meningkat mengenai lingkungan
keluarga atau rumah siswa(Weinstein & Mignano,1993).
3. Strategi-Strategi Dalam Melibatkan Orangtua
Hampir semua sekolah memiliki mekanisme-mekanisme komunikasi
formal, seperti open house, yang biasanya munculdalam dua minggu
perrtama dalam setahun; laporan-laporan kemajuan sementara yang
melaporkan kepada orang tua mengenaiprestasi anak-anak mereka pada
ujian middle kelas; pertemuan-pertemuan guru-orang tua; dan tentunya
rapor-rapor. Meskipun proses-proses ini penting, sebagai guru, anda dapat
meningkatkan proses-proses komunikasi yang sudah ada. Mari lihat
beberapa cara untuk melakukan hal ini:
 Komunikasi segera. Saran-saran ini harus benar-benar ditekankan dan
tentunya diaplikasikan; keterlibatan orang tua seharusnya dimulai
secara langsung dan berlangsung sepanjang tahun. Contoh: seorang
guru bekerjasama dengan siswa untuk membuatsurat yang berisi
komitmen pada embelajaran, mendeskripsikan aturan-aturan dan
prosedur-prosedur guru, dan menyertakan nomor telepon sekolah dan
alamat email guru. Lalu surat tersebut ditandatangani olehorang tua
dan siswa. Meskipun tanda tangan tidak dapat memastikan bahwa
orang tua dan siswa menghormati sepenuhnya niat dari kontrak
tersebut, setidaknya tanda tangan tersebut menyimbolkan sebuah
komitmen untuk bekerjasama dengan guru.
 Menjaga komunikasi. Komunikasi yang positif juga dapat membuat
awal tahun sekolah menjadi awal yang baik. Contoh: banyak guru
yang mengirimkan paket PR mingguan siswa, dengan mengharuskan
orang tua menandatanganidan mengembalikannya.hal ini dilakukan
untuk menjaga hubungannyata anatara keluarga/rumah dengan pihak
sekolah. Dan tentu hal ini harus dipertahankan oleh guru.

15
 Memanggil orang tua. Hal ini penting untuk dua alasan. Pertama,
tindakan ini dapat mengomunikasikan kepedulian dengan sangat kuat.
Kedua, bicara kepada orang tua memungkinkan guru untuk lebih
spesifik mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan siswa, dan hal ini bisa
dapat memberikan kesempatan pada guru untuk meminta dukungan
orang tua. Contoh: jika siswa lalai mengerjakan beberapa tugas, guru
dapat bertanya mengapa mereka lalai mengerjakan beberapa tugas
tersebut, dan dengan anjuran yang sama,orang tua juga perlu
mengawasi kebiasaan belajar anak lebih dekat.

4. Teknologi Dalam Kelas


a. Memfasilitasi Komunikasi-Komunikasi
Teknologi yang terus berkembang menyediakan saluran lain
dalam meningkatkan komunikasi. Dua bentuk komunikasi yang
handal saat ini sudah ada sejak bertahun-tahun lalu,yaitu voice mail
dan email.
Voice mail. Voice mail dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas komunikasi guru-orang tua(Cameron & Lee, 1997).
Perangkat inni dapat menciptakan hubungan komunikasi mengelilingi
arah jarum jam, dan dengan perangkat ini pula,orang tua merasa lebih
nyaman dan dilibatkan dalam pendidikan anak-anak mereka dengan
menyadari bahwa mereka dapat mengontak guru kapanpun. Banyak
guru melaporkan bahwa orang tua jarang menyalahgunakan sistem ini
dengan lebih sering men-calling kecuali benar-benar diperlukan.
E-mail. E-mail memberi kesempatan pada guru-orang tua untuk
melakukan hubungan komunikasi dengan cara yang berbeda, dan
perangkat tersebut menyediakan kesempatan pada guru untuk
meningkatkan komunikasi dengan orang tua dengan cara
mengirimkan sejenis surat kabar dan materi-materi tertulis lain dalam
bentuk attachment sederhana pada orang tua siswa.
5. Keragaman Di Dalam Kelas
a. Komunikasi-Komunikasi dengan Orang Tua

16
Ruang kelas yang terdiri dari siswa-siswa dari kalangan
minoritas kultural merepresentasikan tantangan-tantangan komunikasi
yang unik. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua dari kalangan
minoritas kulturalcenderung kurang berpartisipasi dalam aktivitas-
aktivitas sekolah daripada yang dilakukan oleh orang tua-orang
tualain.(Griffith,2002). Secara umum, keragaman cenderung membuat
usaha pendorongan keterlibatan orang tua menjadi lebih menantang.
Kendala-kendala ekonomi, kebudayaan,dan bahasa. Penelitian
menunjukkan bawa kendala-kendala-kendala ekonomi, kebudayaan,
dan bahasa dapat membatasi keterlibaatan orang tua, darikalangan
minoritas atau kalangan miskon di sekolah.
Keterlibatan sering kali mememakan waktu, dan kesanggupan
ekonomi tak jarang muncul pertama kali sebagai penyebab
utama.contoh, separuh orang tua dalam satu penelitian menunjukan
bahwa pekerjaan mereka menghalangi mereka membantu anak-
anaknya mengerjaman PR(ellis, dowdy, graham, & jones,1992) sering
kali orang tua kekuraangn sumberdaya ekonomi (Seperti ,pengasuh
anak , transportasi, dan telepon) yang memeungkinkan mereka untuk
bepartisipasi dalam aktifitas sekolah anak-anak mereka, sedangkan
sekolah harus fleksibel dan menyediakan bantuan dan dorongan.
Perbedaan-perbedaan antara kebudayaan rumah/keluarga dan
kebudayaan sekolah juga dapat menimbulkan kendala-
kendala(Delgado-Gaitan, 1992; Harry 1992). bahasa juga daapat
menjadi kendala yang lain. Orang tua dari anak-anak yang dwibahasa
mungkin tidak bisa berbicara bahasa inggris, sehingga menimbulkan
masalah khusus bagi orangtua.
Melibatkan orang tua dari Kalangan mioritas. Banyak oranag tua
dari kalangan minoritas kultural kesulitan membantu anak-anaknya
dlam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Namun, ketika guru mulai
menawarkan strategi-strategi tertentu pada orang tua dalam
bekerjasama dengan anak mereka, secara tidak langsung perbedaan
antara rumah dan sekolah sudah mulai di persempit.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen pada khususnya merupakan tugas yang cukup rumit bagi para
guru preservice dan pemula yang seringkali merasa sakit hati untuk
mempersiapkan diri mereka berhadapan dengan isu-isu yang berhubungan dengan
manajemen kelas, belum lagi masalah yang seringkali mereka temukan bahwa
persiapan universitas mereka ternyata belum tuntas . Penyebab-penyebab
munculnya masalah diatas dapat dengan mudah kita temukan dalam perubahan-
perubahan yang terjadi di sekolah pada khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.

dalam memebentuk manajemen kelas yang efektif para guru pemula


banyak mengalami masalah didalamnya. sehingga terdapat beberapa komponen
yang harus di persiapkan dalam pembentukan managemen kelas yang meliputi
iklim kelas, karakteristik guru, dan hubungan antara manajemen dan pengajaran.

Dalam perencanaan manajemen kelas hal yang harus di persiapkan adalah


pembentukan peratuan dan prosedur di dalam kelas (dan pastikan bahwa aturan
dan prosedur tersebut sesuai dengan tingkat perkembangaan siswa) serta
mempersiapkan lingkungan fisis yang mendukung tujuan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan aturan dan prosedur tersebut yang pertama adalah


melakukan sosialisasi tentang peraturan dan prosedur tersebut, berusaha untuk
menciptakan iklim kelas yang positif, melakukan pengawasan terhadapa aturan
dan prosedur tersebut, dan juga melakaukan sosialisasi kepada orang tua tentang
aturan dan prosedur tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA
David A.Jacobsen. Paul Eggen. Donald Kauchak. Methods for Teaching: Metode-
Metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK – SMA (EDISI ke 8). Yogyakarta;
Pusaka Pelajar. 2009

18

Anda mungkin juga menyukai