Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

MATERI AKUNTANSI SALAM

DOSEN: IKA SARI WAHYUNI TD, Msacc., Ak., CA

OLEH

RASYID HAMDAN 1710531022

TAUFIK HIDAYAT 1710531026

QADER ABDUSSABIL 1710531028

RAMADHANI CHANDRA 1710531046

IRMA NOVIA 1710532004

KELAS AKUNTANSI SYARIAH A1


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
DAFTAR ISI
1. Pengertian Salam………………………………………………………… 3
2. Landasan Syariah Transaksi Salam……………………………………… 4
3. Rukun Salam…………………………………………………………….. 5
4. Syarat Salam……………………………………………………………... 6
5. Ketentuan-Ketentuan Pada Transaksi Salam…………………………….. 7
6. Rukun Transaksi Salam Paralel………………………………………….. 9
7. Pengawasan Syariah Transaksi Salam Dan Salam Paralel………………. 9
8. Berakhirnya Akad Salam………………………………………………… 9
9. Manfaat Dari Akad Salam……………………………………………….. 10
10. Alur Transaksi Salam dan Salam Paralel………………………………… 10
11. Standar Akuntansi Salam…………………………………………………. 12
A.Bank Syariah Sebagai Pembeli…………………………………….
B. Bank Syariah Sebagai Penjual………………………………….....
12. Daftar Pustaka………………………………………………………….. 16

2
1. Pengertian Salam

Salam, secara harfiah berasal dari kata “As-Salaf” yang berarti pendahuluan.
Pendahuluan disini diartikan sebagai pemberian uang terlebih dahulu (penyerahan uang dimuka)
karena adanya transaksi pemesanan barang.

Dikutip dari Pernyataan Fuqaha Hanabilah dan Syafi’iyah (dalam Haroen: 2007), Salam
didefenisikan dengan Akad yang telah disepakati, untuk membuat sesuatu dengan ciri ciri
tertentu dengan membayar harganya terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kemudian
barangnya diserahkan kepada pembeli dikemudian hari.

Menurut PSAK 103, Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan
pengiriman dikemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli pada saat akad disepakati dengan syarat-syarat terentu.

Jadi, dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya Salam adalah akad jual beli
barang, dimana pembeli (atau yang biasa disebut al muslam) memesan barang dengan kriteria
dan spesifikasi yang telah ditentukan, dengan menitikfokuskan pembayaran diawal (pembayaran
dilakukan sebelum barang tersebut selesai dibuat). Dan juga, pengiriman barang terjadi pada
suatu saat dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak (al muslam
dengan muslam illaihi).

Sehingga, dapat diketahui pula, bahwa transaksi jenis akad salam ini, pembeli barang (al
muslam) memiliki piutang (mencatat sebagai asset) barang tertentu terhadap penjual (muslam
illaihi), dan sebaliknya, penjual (muslam illaihi) mempunyai utang (mencatat sebagai hutang)
barang kepada pembeli. Hal ini didasarkan karena pembeli harus membayar uang muka terlebih
dahulu atas barang pesanan tersebut sebelum barang dikirim ke pemesan.

Selain itu, akad salam ini lebih menitikfokuskan terhadap komoditas pertanian.

Salam paralel merupakan akad jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam,
yaitu salam pertama dilakukan antara nasabah dengan bank, sedangkan transaksi salam kedua
dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.

3
2. Landasan syariah

Landasan syar’i dibolehkannya melakukan transaksi salam adalah sebagaimana


disebutkan dalam hadis Nabi SAW riwayat Ibnu Abbas berikut:
“Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
Allah menjelaskan aturan transaksi salam didalam al-Qur’an S. al- Baqarah ayat 282
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
Dari berbagai landasan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya akad salam
”diperbolehkan” untuk melakukan kegiatan transaksi ekonomi yang mengikat kedua belah pihak
yang melakukan transaksi akad salam. Di Indonesia, Ketentuan transaksi akad salam diatur
dalam fatwa DSN no 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur
tentang ketentuan pembayaran, barang, salam paralel, waktu penyerahan dan syarat pembatalan
kontrak.

4
3. RUKUN SALAM
Agar terlaksananya suatu kegiatan haruslah memenuhi rukun ,dalam transkasi Akad sulam juga
terdapat rukun diantaranya
1.Muslam/pihak yang membeli
Sudah menjadi keharusan didalam sebuah akad atau transaksi haruslah ada al-muslam yang
mana pembeli akan melakukan pembelian terhadap objek yang dijual oleh penjual
2.Muslam ilaih/pihak yang menjual
Jika ada muslam pasti ada muslam ilaih agar terjadinya sebuah akad,dan dalam transaksi
salam harus memilkinya juga ,dimana penjual sebagai subjek yang menjual objek/barang
yang akan dijual kepada pembeli
3.Muslam fiihi/barang atau hasil produksi
Barang juga merupakan rukun yang harus dipenuhi karena barang merupakan objek dari
sebuah transaksi.Dalam transaksi akad salam juga terdapat barang yang menjadi objek
dalam sebuah akad jual beli,dalam transaksi salam hasil produksinya berupa hasil pertanian
4.Modal atau Uang
Modal atau uang yang digunakan sebagai bukti dalam melakukan akad transaksi salam
dimana modal atau uang yang digunakan oleh penjual haruslah uang yang halal dalam
mendapatkan hasil usahanya yang wajib diketahui oleh pembeli karena merupakan keharusan
dalam akad salam
5.Shighat atau kata lain disebut Ijab Qabul
Shighat atau ijab qabul ini merupakan tanda bukti bahwa akad yang dilakukan dalam sebuah
transaksi sah atau tidak ,dimana ijab qabul dilakukan ketika kedua belah pihak sepakat atau
setuju untuk melakukan sebuah transaksi yang telah disepakati bersama

5
4. SYARAT SYARAT SALAM
Dalam sebuah transaksi juga memilki syarat yang wajib dipenuhi.Dalam transaksi salam juga
terdapat syarat diantaranya
1.Pihak yang berakad
Pihak yang berakad disini ialah pihak penjual dan pihak pembeli yang harus ada setiap
transaksi,dalam salam pembeli wajib mengetahui darima penjual dan bagaimana penjual
mendapatkan hasil usahanya.pihak pembeli membeli barang dari pihak mejual yang mana
menjualkan barang atau objek yang diperdagangkan
2.Ridha dua belah pihak dan tidak ingkar janji
Pihak pembeli atau pihak penjual harus ridho atau setuju dengan kesepakatan yang telah
ditetapkan dalam perjanjian yang disampaikan pada proses ijab qabul dan wajib
dilaksanakan dan dipatuhi apabila ada kecurangan atau ingkar janji maka aka nada
kosekuensi kedua belah pihak dan bahkan bisa membatalkan akad salam ,sehingga
merugikan kedua belah pihak
3.Cakap Hukum
Kedua belah pihak haruslah orang yang cakap hokum dan mengerti hokum,karena dalam
setiap transaksi harus memilki landasan hukum sebagai bukti bahwa transaksi yang
dilakukan diketahui dan disetujui Negara serta terdapat persetujuan dari lembga terkait
yang dinyatakan untuk melegalkan sebuah transaksi.

6
5. KETENTUAN-KETENTUAN PADA TRANSAKSI SALAM
Aturan aturan tentang transaksi salam ini juga dimuat didalam sebuat fatwa yang dibuat oleh
Dewan Syariah Nasional dimana didalamnya terdapat ketetapan ketetapan tentang akad jual beli
dalam salam yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 dimana :
1.Ketentuan Tentang Pembayaran
 Alat pembayaran haruslah alat pembayran yang sah dan diakui sebagai alat pembayaran
 Pembayaran yang dilakukan harus dilaksanakn tepat pada waktu transaksi sebagai bentuk
kesahan transaksi
 Pembayaran dalam transaksi salam tidak boleh dalam bentuk surat utang yang mana
digunakan untuk pembebasan sebuah utang

2.Ketentuan Tentang barang

 Barang yang diperjual belikan harus memilki ciri ciri yang jelas agar pembeli tidak
merasa rugi dalam bertransaksi dan merasa ditipu
 Barang dengan spesifikasi yang jelas dan tidak boleh meragukan guna terjadi transaksi
yang sah
 Penyerahan barang dilaksanakn apabila kedua belah pihak telah setuju dan akad
dilaksanakan berhasil dilakukan guna mencegah terjadinya penipuan
 Waktu terjadinya sebuah transaksi dan tempat terjadinya harus sesuai kesepaktan
bersama dan bukab salah satu pihak yang menentukan
 Dalam transaksi salam pembeli dilarang untuk menjual barang yang telah dibeli dalam
akad salam sebelum barang tersebut jelas jelas diterima oleh pembeli
 Dilarang untuk menukar barang dengan barang laiinya missal menukar buah buahan
dengan uang atau barang lain yang lebih berharga karena itu melanggar rukun salam

3.Dalam transaksi salam juga terdapat salam parallel dengan syarat

 Akad pada transaksi salam pertama dan bukan akad salam biasa harus dipisahkan dengan
akad kedua dalam bentuk salam parallel karena terdapat perbedaan dalam transaksinya
 Akad kedua dalam transaksi parallel dilakukan ketika akad salam pertama selesai
dilaksanakan dan telah disetujui kedua belah pihak

4.Penyerahan barang dalam transaksi salam dalam bentuk dan waktu yang telah disepakati
dengan ketentuan :
 Penjual wajib melakukan penyerahan barang dalam waktu yang telah disepakati dan
jenisa barang yang di berikan benar sesuai permintaan dan dengan kualitas yang telah
disebut dalam kesepakatan

7
 Jika dalam suatu kondisi penjual memberikan barang dengan kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya maka penjual dilarang untuk meminta kenikan harga atas kualitas barang
karena ini diluar kesepakatan
 Dan sebaliknya apabila penjual memberikan barang dengan kualitas kebih rendah dari
kesepakatan maka dilarang untuk meminta potongan harga akibat kerugian dan pembeli
dilarang menyetujuinya
 Apabila penjual ingin menyerahkan barang lebih cepar dari waktu dalam kepakatan serta
kualitas yang diberikan lebih baik maka penjual tidak boleh meminta apapun dari pihak
pembeli baik berupa tambahan harga atau apapun
 Apabila terjadi dalam penyerahan barang oleh pemebeli kepada penjual terdapat barang
dengan harga yang lebih rendah dan jangka waktu penyerahan diluar kesepakatan dan
pembeli tidak mau menerima barang tersebut maka terdapat dua alternative atau pilihan
yaitu
1.Dapat membatalkan atau meminta pengembalian uang atas kerugian yang diterima
2.Atau menunggu barang yang diinginkan tersedia oleh penjual
5.Terjadinya pembatalan kontrak
Terjadinya pembatalan kontrak pada saat rukun dan syarat yang dilakukan pada transaksi
tidak terjadi semestinya dan adanya kerugian yang diterima oleh kedua belah pihak.pembatalan
harus disepakati oleh kedua belah pihak dan bukan satu pihak saja

8
6. RUKUN TRANSAKSI SALAM PARALEL
Didalam fatwa DSN no 5 tahun 2000, dijelaskan bahwa ada dua transaksi didalam akad
salam paralel dimana kedua transaksi tersebut dilakukan secara terpisah. Transaksi pertama yang
dilakukan antara nasabah dengan bank, dan transaksi kedua antara bank dengan penjual dan
transaksi kedua ini dilakukan setelah adanya transaksi pertama. Untuk rukun akad salam yang
sudah dijelaskan sebelumnya sama berlakunya untuk akad salam paralel.

7. PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL


1. Untuk memastikan apakah Barang yang diperjual belikan dalam akad ini halal atau haram
2. Untuk mastikan apakah pemabayaran sudah dilakukan diawal kontrak sesuai kesepakatan
3. Untuk memastikan bahawa akad ini sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI dan
peraturan Bank Indonesia
4. Untuk memastikan kejelasan dalam berlangsungnya akad, baik itu akad salam maupun
akad salam paralel
5. Untuk memastikan bahawa bank syariah memperoleh keuntungan dari akad salam dari
selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada nasabah

8. BERAKHIRNYA AKAD SALAM


Akad salam yang dilakukan akan dapat berkahir jika terjadi hal-hal berikut ini, antara lain:
1. Akad salam dapat berakhir ( batal ) jika barang yang diminta oleh nasabah tidak datang
pada waktu yang telah ditentukan atau disepakati sebelumnya.
2. Akad salam dapat berakhir (batal) jika barang yamg diterima oleh nasabah tidak sesuai
dengan kriteria yang diinginkan oleh nasabah tersebut.
3. Akad salam dapat berakhir jika nasabah mau membatalkan akad salam ketika barang
yang diterima memiliki kualitas yang rendah dari yang diharapkan.
4. Akad salam akan berakhir jika barang sudah diterima oleh nasabah sesua kriteria dan
kesepakatan (selesainya akad salam )

9
9. MANFAAT DARI AKAD SALAM
Bagi pembeli : Adanya jaminan bagi pembeli untuk memperoleh barang sesuai jumlah dan
kriteria yang diinginkan dan dengan kesepakatan harga yang ditentukan pada awal
dilaksanakannya akad
Bagi penjual : Memperoleh keuntungan dari akad tersebut

10. ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL


1. Transaksi akad salam biasa
1
Pembeli Penjual
(Al muslam) (Al muslam ilaihi)
2

Keterangan :
(1) pembeli (al muslam) melakukan negosiasi akad salam dengan penjual (al muslam ilaihi).
Setelah itu pembeli membayar pembelian barang atas transaksi salam di awal.
(2) kemudian sipenjual (al muslam ilaihi) melakukan pengiriman barang yang diinginkan
pembeli pada waktu yang telah disepakati

2. Transaksi salam menggunakan agen penjual

2 Agent 3

Penjual
4 Ultimate
5
(Muslam ialihi) buyer

Bank
1 syariah

Keterangan :
(1) bank syariah melakukan pembayaran diawal kepada penjual (muslam ilaihi) untuk
pengiriman yang akan datang
(2) kemudian penjual melakukan preintruksi awal kepada agent
(3) kemudian agent menjual komoditas barang kepada ultimate buyer (pembeli sesungguhnya)
(4) kemudian ultimate buyer melakukan pembayaran kepada agent

10
(5) kemudian agent membayarkan kepada bank syariah Yang dikurangi dengan komisi Yang
diperolehnya

3. Transaksi akad salam paralel tanpa perantara

a. transaksi salam 1
(1) Nasabah sebagai pembeli (al muslam) melakukan negosiasi akad salam atas barang
pertanian yang diinginkan nasabah dengan bank syariah sebagai penjual (al muslam ilaihi)
pada transaksi salam 1
(2) kemudian nasabah (al muslam) melakukan pembayaran pada awal transaksi akad salam
b. Transaksi salam 2
(3) bank syariah melakukan negosiasi dengan pemasok dalam transaksi salam 2 atas barang
yang diminta oleh nasabah sebelumnya
(4) bank syariah melakukan pembayaran diawal atas transaksi salam 2 dengan pemasok
(5) kemudian pemasok melakukan pengiriman barang kepada nasabah atas transaksi salam
1

11
11. STANDAR AKUNTANSI SALAM
Pencatatan untuk akuntansi salam pada standar akuntansi keuangan syariah terdapat pada
PSAK 103, dimana sebelumnya mengenai akuntansi salam tercantum pada PSAK 59. Standar
tentang pencatatan ini diberlakukan untuk entitas atau perusahaan yang melakukan transaksi
Bai’ as Salam yaitu antara al-muslam illaihi (penjual) dan al-muslam (pembeli). Pemakai PSAK
103 biasanya adalah lembaga keuangan syariah seperti Bank syariah. Bank Syariah dalam
transaksi salam dapat menjadi perusahaan yang memproduksi barang yang menjadi objek salam
lalu melakukan akad salam dengan pembeli yang biasa disebut transaksi salam . Bank syariah
juga dapat menjadi pihak ketiga atau menjadi perantara antara produsen barang dengan pembeli
(al-muslam) atau yang disebut transaksi Salam Paralel . Bank Syariah dalam melakukan
transaksi salam parallel memiliki dua peran , yaitu sebagai pembeli dan sebagai penjual, maka
terdapat aturan mengenai pencatatan untuk penyajian sebagai akuntansi pembeli dan akuntansi
penjual.
A. Bank Syariah sebagai pembeli
1. Pembayaran salam dari bank syariah ke produsen barang salam
 Pada saat Bank syariah menyerahkan uang kepada pemasok atau produsen barang
maka mengakui pengeluaran kas dan piutang salam sebesar uang yang dibayarkan
kepada produsen oleh bank syariah.
Ayat jurnal :
Salam Financing xxx
Cash xxx
 Pada saat Bank syariah menyerahkan asset non kas kepada pemasok atau produsen
barang maka mengakui pengeluaran asset non kas dan piutang salam sebesar nilai
wajar aset. Dan mencatat selisih antara nilai wajar aset dengan nilai nilai buku aset
tersebut mengakui keuntungan atau kerugiannya
Ayat jurnal :
Nilai wajar asset lebih besar dari nilai bukunya
Salam Financing xxx
Loss xxx
Asset xxx
Nilai buku lebih besar dari nilai wajar asset
Salam Financing xxx
Gain xxx
Asset xxx
2. Pada saat menerima barang pesanan dari pemasok atau produsen
 Jika barang yang dikirim kualitasnya sesuai dengan akad yang disepakati
Ayat jurnal:
Inventory xxx
Salam Financing xxx
 Jika nilai wajar barang lebih rendah dari pada nilai akad , maka barang tersebut di catat
dengan nilai wajar pada saat barang diterima dan mengakui kerugian

12
Ayat jurnal:
Inventory xxx
Loss xxx
Salam Financing xxx
 Jika pembeli tidak menerima barang pesanan , maka terdapat beberapa alternative
seperti menolak seluruh barang atau sebagian barang saja sebagai berikut:
1. Pembatalan Kontrak Salam (pada saat pemasok tidak memenuhi barang yang diminta
) , sebagian atau seluruhnya
Ayat Jurnal :
Accounts Receivable (Pemasok) xxx
Salam Financing xxx
2. Memperpanjang tanggal pengiriman barang , mencatat jika sebagian barang telah
diterima sebesar nilai barang yang telah diterima
Ayat Jurnal:
Inventory xxx
Salam Financing xxx
3. Jika penjualan jaminan barang salam kecil dari nilai piutang salam
Ayat jurnal :
Cash xxx
Account Receivable (pemasok) xxx
Salam Financing xxx
4. Jika penjualan jaminan barang salam besar dari nilai piutang salam
Ayat Jurnal :
Cash xxx
Accounts Payable (pemasok) xxx
Salam Financing xxx
3. Pemberlakuan Denda kepada pemasok , jika pemasok dalam kondisi mampu untuk
membayar denda. Denda yang diterima oleb bank termasuk kategori dana kebajikan
Ayat Jurnal:
Dana Kebajikan-Cash xxx
Dana Kebajikan-Pendapatan Denda xxx

13
B. Bank Syariah sebagai penjual
Perlakuan akuntansi dalam akad salam berbeda sesuai di posisi mana melakukan transaksi.
Diatas tadi sudah menjelaskan tentang akuntansi untuk pembeli. Sekarang dalam akuntansi
akad salam dalam posisi penjual. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal
usaha salam sebesar modal usaha salam yang diterima. Kewajiban salam dihentikan
pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada pembeli. Penjual
menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.

Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:


 Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan Istimewa;
 Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
 Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Penerimaan modal salam (bank sebagai penjual) Atas penerimaan modal salam dalam PSAK 103
tentang akuntansi salam mengatur sebagai berikut.
 Kewajiban salam harus diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar
jumlah modal yang diterima.
 Modal salam yang diterima dapat berupa kas dan asset non kas. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal salam bentuk
non kas diukur sebagai nilai wajar (nilai yang disepakati antara bank dan nasabah).
Akun Pada Akuntansi Penjual
Akun Laporan Posisi Keuangan (neraca)
 Hutang Salam (kewajiban salam)
 Persediaan (Aset Salam)
 Hutang kepada LKS
Akun-akun Laporan Laba Rugi
 Keuntungan Penyerahan Aktiva
 Kerugian Penyerahan Aktiva
 Kerugian salam
 Keuntungan salam

Pengakuan Ayat jurnal Akad Salam Untuk Akuntansi Penjual Menurut AAOIFI
Dr. Cash xxx
Cr. Paralel Salam xxx
 Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

14
Dr. Inventory (Noncash) (diukur pada nilai wajar) xxx
Cr. Paralel Salam xxx
 Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli.

Dr. Paralel Salam xxx


Cr. Sales xxx
 Dalam transaksi salam paralel, selisih antara nilai yang dibayar oleh pembeli dan biaya
perolehan barang pesanan diakui keuntung / kerugian saat penyerahan barang pesanan
oleh penjual.

- Pencatatan ketika membeli persediaan:


Dr. Inventory Salam xxx
Cr. Cash xxx
- Pencatatan penyerahan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli lebih kecil dari
biaya perolehan barang.
Dr. Paralel Salam xxx
Dr. Pofit anda Loss salam xxx
Cr. Inventory Salam xxx
- Pencatatan penyerahan persediaan bila jumlah yang dibayar oleh pembeli lebih besar dari
biaya perolehan barang
Dr. Paralel Salam xxx
Cr. Inventory Salam xxx
Cr. Profit and Loss Salam xxx
 Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

15
DAFTAR PUSTAKA
Dosen Ekonomi Islam FIAI Universitas Islam Indragiri. Analisis Kritis Akad Salam di
Perbankan Syariah . Jurnal syariah Vol. V No.1.April 2016 hal 88-105
Harahap, syofyan safri dan dkk.2010. Akuntansi Perbankan Syariah.Jakarta:LPFE Usakti
Ibrahim,Shahul Hameed Hj Mohmmed.2007.Accounting and Auditing for Islamic Financial
Institutions.AAOIFI
Muhammad,Dwi Suwiknyo.2009.Akuntansi Perbankan Syariah.Yogyakarta:Trust Media
Publishing
Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syari’ah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nurhayati,sri dan Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia.Jakarta:Salemba Empat
Yaya,Rizal dan dkk.2014. Akuntansi perbankan syariah . Jakarta : Salemba Empat
Wiroso.2011.Produk Perbankan Syariah. Jakarta:LPFE Usakti
Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai