Anda di halaman 1dari 8

Al-‘Ulum; Vol.

2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …


proses dan pengelolaan pendidikan saat ini guna mencapai PENGELOLAAN MADRASAH
tujuan pendidikan nasional.
(Studi Kualitatif Tentang Manajemen Strategi Madrasah
DAFTAR PUSTAKA Aliyah Negeri Di Kota Jambi)

Al-Qur’annul Karim
Oleh : Minnah El Widdah
Chapman Garry. 2007. 5 Bahasa Cinta Menghadapi Remaja. Yogyakarta: Quills
Book Publisher Indonesia.
Darajat, Zakiah. 1984. Memahami Persoalan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara, pendidikan yang
http://romansaremaja.blogspot.com/2010/11/kita-remaja-anti-narkoba.html
mengedepankan rasa adil, merata dan bermutu bagi seluruh warga Indonesia
Hunt, Daniel V. 1993. Managing for Quality. Illionis : Business one Irwin tanpa terkecuali. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam pendidikan
Homewood memberikan pengertian tanpa pengecualian apakah miskin atau kaya, tanpa
mengecualikan strata sosial tertentu, agama, atau budaya. Pengecualian dalam
Indrawan. 2001. Kiat Ampuh Menangkal Narkoba. Bandung: Pionir Jaya.
pendidikan berarti telah mengesampingkan rasa adil dan hal ini bertentangan
Kalidjernih, Freddy K. 2010. Penulisan Akademik. Bandung: Widya Aksara dengan amanat Undang-Undang Dasar dan UUSPN.
Press. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan peran pendidikan diarahkan untuk mencapai pembangunan nasional yang
Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosyda Karya dapat didekati melalui aspek agama, psikologis, ekonomis, budaya, dan tentu
saja aspek ilmiah. UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 mengamanatkan bahwa
Sudarwan Danim. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Santrok, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
Jakarta: Erlangga. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Utomo, Budi. 2011. Makalah Pendidikan Guru Berbasis Nilai-Nilai Islami Dalam negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peran tersebut harus
Rangka Mewujudkan Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat melekat pada setiap jalur, jenis, jenjang pendidikan yang ada dalam aturan
Pembudayaan dan Membentuk Karakter Bangsa. Bandung. penyelenggaraan pendidikan.
Pascasarjana UPI. Banyak kritik terhadap peran yang dijalankan tersebut, bahwa
Yusuf Syamsu, LN. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: pendidikan gagal dalam membentuk generasi penerus, utamanya karena
PT Remaja Rosdakarya. diindikasikan oleh perilaku, profil, serta produk pendidikan yang jauh dari
sasaran pendidikan nasional selama ini. Pendidikan telah melahirkan generasi
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan, justru yang menyebabkan
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
produk pendidikan berupa ‘lulusan’ gagal dalam melakukan peran positif
dalam kehidupan nasional adalah faktor eksternal pendidikan seperti budaya,
sistem informasi dan media, akses ekonomi, serta nilai budaya yang dianut
oleh masyarakat. Jadi tidak rasional kalau pendidikan yang diklaim sebagai
pemicunya.
Akan tetapi perlu disikapi dengan arip bahwa kegagalan tersebut bukan
semata-mata karena pendidikannya, akan tetapi perlu ditelusuri hal-hal teknis
yang menyangkut proses pendidikan baik dari aspek kebijakan maupun

69 70
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
operasional dilapangan. Krisis pendidikan di Indonesia, oleh H.A. Tilaar (1991) ini dapat dikatakan bahwa mutu Madrasah Aliyah melekat pada kemampuan
secara umum, diidentifikasi dalam empat krisis pokok, yaitu menyangkut lembaga Madrasah Aliyah itu sendiri dalam mendayagunakan berbagai sumber
masalah kualitas, relevansi, elitisme dan manajemen. Berbagai indikator pendidikan yang ada.
kuantitatif dikemukakan berkenaan dengan keempat masalah di atas, antara Pada umumnya lembaga-lembaga Madrasah Aliyah masih dihadapkan
lain analisis komparatif yang membandingkan situasi pendidikan antara negara pada beberapa kendala yang juga mempengaruhi mutu proses dan hasil
di kawasan Asia. Memang disadari bahwa keempat masalah tersebut pendidikan, baik yang berkenaan dengan latar belakang siswa dan
merupakan masalah besar, mendasar, dan multidimensional, sehingga sulit keluarganya, dukungan berbagai sumber pendidikan, kualifikasi dan rendahnya
dicari ujung pangkal pemecahannya (Sukamto, 1992). partisipasi dari masyarakat.
Menurut A.Syafii Ma’arif, bahwa situasi pendidikan Islam di Indonesia Dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil survey awal mengenai
sampai awal abad ini tidak banyak berbeda dengan perhitungan kasar di atas. penyelenggaraan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di kota Jambi, diperoleh
Sistem pesantren yang berkembang di nusantara dengan segala kelebihannya, indikasi adanya beberapa kendala yang berpengaruh, baik dari aspek
juga tidak disiapkan untuk membangun peradaban (A. Syafii Ma’arif, 1996; 5). manajemen termasuk kepemimpinan, proses, maupun hasil pendidikan. Hal ini
Melihat kondisi yang dihadapi, maka penataan model pendidikan Islam di dapat dilihat dari potensi akademik siswa yang masuk ke Madrasah Aliyah
Indonesia adalah suatu yang tidak terelakkan. Strategi pengembangan Negeri pada umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan calon-calon
pendidikan Islam hendaknya dipilih dari kegiatan pendidikan yang paling siswa yang hendak masuk ke Sekolah Menengah Atas favorit, baik itu negeri
mendesak, berposisi sentral yang akan menjadi modal dasar untuk usaha ataupun swasta. Secara langsung hal ini dapat diketahui dengan melihat
pengembangan selanjutnya. Seperti kita ketahui, bahwa lembaga-lembaga perolehan nilai Ujian Nasional (UN) dimana para calon siswa Madrasah Aliyah
pendidikan seperti sekolah, dan madrasah, masjid, pondok pesantren, dan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan mereka yang masuk ke sekolah-
pendidikan luar sekolah lainnya tetap dipertahankan keberadaannya. sekolah favorit yang ada. Latar belakang ekonomi keluarga dari sebagian besar
Sebetulnya model penyelenggaraan berbasis agama telah diatur dengan siswa yang masuk ke Madrasah Aliyah Negeri berasal dari keluarga ekonomi
baik dalam sistem pendidikan kita, dimana madrasah merupakan bagian di keluarga kelas menengah dan ekonomi keluarga kelas bawah, dan selanjutnya
dalamnya yang secara terperinci posisi madrasah dalam setiap jenjang terbatasnya tenaga kependidikan (guru) yang memiliki kualifikasi yang kurang
pendidikan memperoleh proporsi yang baik dari sisi normatif. Akan tetapi memadai serta kurangnya dukungan dana dari pemerintah dan masyarakat
masih ada hal-hal yang harus diperbaiki dalam operasionalnya, bahwa mutu kuhusnya untuk peningkatan mutu Madrasah Aliyah. Sebenarnya jika segenap
pendidikan tidaklah hanya sebatas dan berkisar pada mutu hasil belajar siswa potensi yang ada di Madrasah Aliyah diberdayakan secara optimal maka
akan tetapi mutu hasil belajar tersebut merupakan gambaran mutu pendidikan sesungguhnya peningkatan mutu baik dari aspek proses dan kelulusan
yang dilatarbelakangi banyak aspek yang mendorong tercapainya mutu Madrasah Aliyah dapat tercapai, meskipun terdapat berbagai kendala yang
pendidikan, baik yang berperan sebagai masukan-masukan mentah (raw dihadapi.
inputs), masukan-masukan peralatan (instrumental inputs), masukan-masukan Pembahasan mengenai mutu pada dasarnya perlu dikaji dan diterapkan
lingkungan (environmental inputs) ataupun mutu proses penerapannya. beberapa teori yang mendasarinya sebagaimana yang tertuang dalam Ditjen,
Selanjutnya salah satu alasan mengapa penelitian ini adalah mengenai Dikti (2001; 22) yaitu visi dan misi organisasi, prinsip-prinsip, tujuan, analisis
peningkatan mutu madrasah, khususnya Madrasah Aliyah, adalah karena pasari, analisis keadaan diri, rencana lembaga, kebijakan mutu, biaya mutu,
pendidikan yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah masih merupakan bagian dan evaluasi serta tindak lanjut. Hal ini memberikan pemahaman bahwa
dari program pendidikan menengah. Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga-lembaga Madrasah Aliyah dituntut
keberhasilan program pendidikan tidak hanya cukup dengan melihat dan untuk dapat mengembangkan dan menerapkan manajemen termasuk
menyoroti keberhasilan pendidikan sekolah menengah atas saja, akan tetapi perencanaan yang strategis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikannya.
juga melihat secara total keberhasilan program pendidikan yang
diselenggarakan Madrarasah Aliyah. B. Rumusan Masalah
Pencapaian mutu Madrasah Aliyah yang baik, tentunya diperlukan Permasalahan yang ingin disampaikan melalui tulisan ini adalah sebagai
berbagai rangkaian kegiatan madrasah yang bermutu. Madrasah yang bermutu berikut :
di sini adalah dimaknai sebagai madrasah yang secara keseluruhan dapat 1. Bagaimana desain formulasi kebijakan untuk menjawab problematika yang
memberikan kepuasan kepada warga madrasah. Oleh karena itu dalam kaitan melekat pada komponen manajemen Madrasah Aliyah

71 72
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
2. Bagaimana implementasi kebijakan untuk menjawab permasalahan yang some of their interrelationships are then considered.” Di sini terdapat 5 P untuk
melekat pada aspek kebijakan pemerintah daerah mendefinisikan strategi, yaitu sebagai berikut:
3. bagaimana evaluasi stratejik untuk menjawab permasalahan yang melekat (1) Plan (rencana). Strategy is a plan, a “how”, a means of getting from
pada aspek layanan Madrasah Aliyah here to there. Strategi adalah suatu rencana, bagaimana untuk
4. Bagaimana model pengembangan manajemen strategi Madrasah Aliyah mencapai dari sini ke sana.
(2) Ploy (cara). A strategy can be a ploy, too, really just a spesific
C. Pembahasan “manoeuvre” intended to outwit an opponent or competitor. Sebagai
Barry (Tripomo dan Udan, 2005; 17) berpendapat bahwa strategi suatu rencana strategi dapat bersifat umum atau spesifik. Oleh
merupakan suatu rencana tentang apa yang hendak dicapai atau hendak karena itu strategi dapat juga merupakan suatu cara yang spesifik
menjadi apa suatu organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana mencapai yang dimaksudkan untuk mengecoh lawan atau kompetitor dengan
keadaan yang dikehendaki tersebut. Hax dan Majluf (1996; 14) juga cerdas.
memberikan definisi mengenai strategi dari beberapa dimensi, yakni sebagai (3) Pattern (pola). A strategy is a pattern specially, a pattern in a stream of
berikut : actions. Strategi merupakan suatu pola dalam bertindak.
(4) Position (posisi). Strategy is a position, specially, a means of locating an
(1) “Strategy determines and reveals the organizational purpose in terms
organization in what organization theorists like to call an
of long-terms objectives, action programs, and resources allocation
“environment”. Strategi merupakan suatu posisi, khususnya menjadi
priorities
mediasi kekuatan antara organisasi dengan lingkungannya.
(2) Strategy selescts the business the organization is in, or is to be in (5) Perspective (perspektif). Strategy is perspective, its consisting not just
(3) Strategy attemps to achieve a long-term, sustainable advantage in of a chosen position, but of an ingrained way of perceiving the world.
each of its business by responding appropriately to the opportunities Strategi merupakan suatu perspektif yang terdiri dari bukan saja
and threats in the firm’s environment, and the strenghts and posisi yang dipilih tetapi juga persepsi melihat dunia dari unsur-unsur
weakness of the organization lain.

(4) Strategy identifies the distinct managerial tasks at the corporate, Implementasi strategi dasar tersebut sebenarnya didasarkan pada
business and functional levels beberapa konsiderasi, antara lain kondisi dan kemampuan daerah, potensi
(5) Strategy is a coherent, unifying, and integrative pattern of decisions internal dan eksternal Madrasah Aliyah Negeri dan pengaruh kebijakan politik
penyelenggaraan pendidikan. Strategi dasar ini sebenarnya dapat dijadikan
(6) Strategy defines the nature of the economic and noneconomic sebagai kerangka acuan program yang berimplikasi pada perbaikan pendidikan
contributions is intends to make to its stakeholders di daerah pada umumnya dan untuk peningkatan mutu madrasah secara
(7) Strategy is an expression of the strategic intent of the organization berkesinambungan pada khususnya di kota Jambi.
Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dilakukan secara
(8) Strategy is aimed at developing and nurturing the core competencies of
berkesinambungan karena kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dalam
the firm
suatu siklus. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu madrasah dapat
(9) Strategy is a means for investing selectively in tangible and intangible
dipertahankan.
resources to develop the capabilities that assure a sustainable
Okes dan Westcott (2001; 71) mendefinisikan strategi suatu organisasi
competitive advantage.”
adalah apa yang hendak dicapai dengan bekerja keras dan peralatan yang
Melihat dari definisi di atas difahami betapa pentingnya strategi sebagai
dibutuhkan untuk mencapainya. Sedangkan Tregoe dan Zimmerman (Okes dan
kerangka kerja yang sangat mendasar untuk membawa organisasi dengan
Westcott,2001; 17) mendefinisikan strategi sebagai “frame work which guides
simultan, keberlanjutan dan menfasilitasi pengadopsi terhadap lingkungan
those choise that determine the nature and direction of an organization.”
yang selalu berubah.
Jika dielaborasi atau diadaptasi dalam manajemen sekolah, menurut
Mintzberg, Quinn dan Choshal (1999; 13) menyatakan bahwa “five
Syaiful Sagala (2007; 129) menjadi (1) sekolah menyusun perencanaan
definitions of strategy are as a plan, ploy, pattern, position and perspective and
memposisikan diri sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki yaitu

73 74
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
mengoptimalisasikan seluruh sumber daya sekolah yang tersedia untuk diimplementasikan oleh Pemerintah (Diknas dan Depag Kota Jambi) dalam
mencapai tujuan sekolah, (2) mampu merespon isu-isu strategis seperti rangka mempertahankan mutu Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi secara
manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, pengajaran berkesinambungan. Skala prioritas yang menjadi strategi dasar untuk tiga
kontekstual dan sebagainya dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan faktor yang memiliki daya dukung paling tinggi adalah guru yang profesional,
mutu dan (3) menekankan obyektifitas, ilmiah dan sistematis selama manajemen madrasah dan sumber belajar.
implementasi strategis, strategi sekolah disusun berdasarkan prinsip-prinsip Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dilakukan secara
obyektifitas, ilmiah dan sistematis, bukan atas dasar kehendak pribadi kepala berkesinambungan karena kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung dalam
sekolah, tetapi merupakan kehendak bersama mengakomodasi kebutuhan suatu siklus. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu madrasah dapat
publik. Tujuannya terciptanya suatu sistem dan strategi manajemen sekolah dipertahankan melalui apa yang hendak dicapai dengan bekerja keras dan
yang niscaya pasti mampu meningkatkan mutu yang kompetitif dan peralatan yang dibutuhkan.
menguntungkan. Manajemen sekolah, secara stratejik membetulkan kegiatan-kegiatan
yang terpola seperti : (1) sekolah menyusun perencanaan memposisikan diri
1. Analisis Formulasi Stratejik Dalam Pengelolaan Madrasah Aliyah Negeri Di sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki yaitu mengoptimalisasikan
Kota Jambi seluruh sumber daya sekolah yang tersedia untuk mencapai tujuan sekolah, (2)
Program peningkatan mutu madrasah dilaksanakan secara konsekwen mampu merespon isu-isu strategis seperti manajemen berbasis sekolah,
dan konsisten, maka dapat diharapkan program tersebut dapat dilaksanakan kurikulum berbasis kompetensi, pengajaran kontekstual dan sebagainya dalam
secara berkelanjutan, tidak hanya dalam satu periode tahun pelajaran, tetapi pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu dan (3) menekankan
juga dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan pada periode-periode tahun obyektifitas, ilmiah dan sistematis selama implementasi strategis, strategi
pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, daya tahan program peningkatan mutu sekolah disusun berdasarkan prinsip-prinsip obyektifitas, ilmiah dan sistematis,
madrasah tersebut dapat dijamin apabila pelaksanaannya sesuai dengan bukan atas dasar kehendak pribadi kepala sekolah, tetapi merupakan
rancangannya dan didukung dengan manajemen madrasah yang tentu saja kehendak bersama mengakomodasi kebutuhan publik. Tujuannya terciptanya
transparan. suatu sistem dan strategi manajemen sekolah yang niscaya pasti mampu
Pelaksanaan program peningkatan mutu madrasah menuntut agar meningkatkan mutu yang kompetitif dan menguntungkan.
dalam manajemennya dilibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam
organisasi madrasah, yaitu Kepala Madrasah, guru, staf TU, siswa, orangtua 2. Analisis Implementasi Stratejik Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi
siswa, bahkan dari unsur masyarakat termasuk anggota Komite Madrasah. Perumusan kebijakan Pendidikan Islam saat ini masih dilakukan dengan
Selain itu, keberhasilan program tersebut juga harus disertai dengan dukungan kurang mempertimbangkan hasil penelitian dan pengembangan. Berbagai
dana, sarana dan prasarana dan profesionalitas setiap personel yang terlibat kegiatan seperti pencitraan Pendidikan Islam dan peningkatan mutu lulusan
dalam pelaksanaan program yang dilakukan. lembaga Pendidikan Islam masih dilaksanakan dengan tanpa menggunakan
Penilaian terhadap prospek program peningkatan mutu madrasah basis hasil penelitian dan studi yang baik.
didasarkan pada hasil analisis terhadap aspek-aspek keterbukaan manajemen Sistem manajemen tata kelola penyelenggaraan Pendidikan Islam dalam
madrasah (baik yang terkait dengan program maupun dengan keuangan), iklim lingkup Departemen Agama dilaksanakan dalam beberapa level atau jenjang
kerjasama di lingkungan madrasah (baik antara sesama warga madrasah birokrasi. Struktur organisasi Departemen Agama masih bersifat sentralistik,
maupun dengan lingkungan luar madrasah), kemandirian madrasah dalam sehingga ada rentang kendali yang cukup panjang dalam penyelenggaraan
membuat program, daya tahan atau sustainabilitas program, akuntabilitas Pendidikan Islam yang menjadi salah satu basis tugasnya. Secara teknis,
program (apakah sasaran yang dicanangkan dapat dipercaya atau tidak) dan pengelolaan Pendidikan Islam terpusat di bawah wewenang Direktorat
dampak dari program peningkatan mutu madrasah yang dilakukan. Jenderal Pendidikan Islam. Setelah itu penyelenggara pada level selanjutnya
Mencermati uraian-uraian di atas, ternyata belum ada rumusan yang adalah penyelenggara Pendidikan Islam pada tingkat provinsi, tingkat
jelas untuk peningkatan mutu madrasah khususnya strategi-strategi yang kabupaten/kota dan pada akhirnya pada level satuan pendidikan.
menghasilkan pengaruh langsung pada peningkatan mutu madrasah tersebut. Kedudukan sistem Pendidikan Islam sebagai bagian integral dari sistem
Berdasarkan pertimbangan ini, maka penulis mencoba untuk menentukan pendidikan nasional, menemukan dasar yuridisnya pada Undang Undang
prioritas sebagai pilihan strategi yang dipandang paling kondusif dan strategis Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas 1989)

75 76
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
yang menghapus dikotomi antara pendidikan umum dan Pendidikan Islam, dan dipertimbangkan bagi keberhasilan adalah konteks, masukan (input), proses,
diperkuat dengan pemberlakuan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 hasil (output) dan dampak (outcome) seperti yang diuraikan di bawah ini: 1)
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas 2003). Regulasi yang terkait Konteks. Pertimbangan terhadap konteks peningkatan mutu pendidikan
dengan Pendidikan Islam adalah lahirnya PP No. 55 tahun 2007 tentang madrasah meliputi aspek-aspek : permintaan pendidikan, dukungan
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Selain itu beberapa regulasi masyarakat terhadap pendidikan, kebijakan pemerintah, aspirasi masyarakat
terkini yaitu PP No. 47 tahun 2008 tentang Wajar Dikdas dan PP No. 74 tahun terhadap pendidikan, status sosial ekonomi masyarakat, keadaan geografi dan
2008 tentang Guru serta UU No. 9 tahun 2009 tentang ВНР. Implementasi dari lain sebagainya. 2) Input. Dalam konteks ini, aspek-aspek yang
regulasi tersebut memerlukan turunan yang antara lain beberapa PerMenag dipertimbangkan dalam penyusunan indikator adalah yang berkenaan dengan
sebagai turunan PP No. 55 tau 2007. Disamping itu regulasi yang sudah ada visi, misi, tujuan, sasaran madrasah, sumber daya madrasah, siswa, kurikulum,
memerlukan penyesuaian dan penyempurnaan, agar selaras dengan regulasi dan lain sebagainya. 3) Proses. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dari
yang sudah ada dan memenuhi keadilan masyarakat dalam memperoleh komponen ini adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan
layanan pendidikan agama. kelembagaan, proses pengelolaan program, proses pembelajaran, proses
Kondisi SDM pada kelembagaan pendidikan Isiam masih belum penilaian dan lain sebagainya. 4) Output. Hasil nyata dari pelaksanaan program
memadai, tenaga pendidik yang belum memenuhi standar kualifikasi, dan peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah adalah berupa prestasi
kompetensi yang masih rendah. Demikian juga SDM yang mengelola akademik (nilai UAN/NEM, raport, hasil EBTA, prestasi dalam lomba karya tulis
manajemen pendidikan di tingkat Pusat dan daerah masih memerlukan dan sebagainya) dan prestasi non akademik. 5) Outcome. Aspek yang
peningkatan kapasitas dan kualitas secara berkelanjutan. dipertimbangkan dalam penyusunan indikator ini adalah manfaat jangka
Pada dasarnya profesionalitas guru semata-mata tidak hanya ditentukan panjang dari kegiatan peningkatan mutu pendidikan berbasis madrasah,
oleh jenjang pendidikannya, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain antara lain pendidikan lanjut, pengembangan karir, kesempatan untuk
seperti kompetensi profesional. Kualifikasi guru yang mencapai jenjang S1 berkembang dan lain sebagainya. 6) Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi pada
ternyata paling banyak di Madrasah Aliyah Negeri Model dan ternyata dasarnya tidak bisa dilepaskan dari kegiatan monitoring. Kegiatan Monitoring
madrasah ini mencapai akreditasi paling tinggi jika dibandingkan dengan dan evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah program peningkatan
Madrasah Aliyah Negeri Olak Kemang dan Madrasah Aliyah Negeri 3. mutu madrasah terlaksana atau tidak, apa saja kendala yang dihadapi, dan
Kompetensi profesionalitas guru pada umumnya di Madrasah Aliyah bagaimana cara mengatasi kendala tersebut. Kegiatan Monitoring
Negeri di kota Jambi masih perlu ditingkatkan sesuai dengan tuntutan menekankan pada pemantauan proses pelaksanaan manajemen peningkatan
perkembangan zaman. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan mutu madrasah. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah manajemen
kemampuan mereka mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan serta peningkatan mutu madrasah mencapai sasaran yang diharapkan atau tidak.
kinerja aktualnya dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai guru yang Hasil monitoring dan evaluasi adalah berupa informasi untuk pengambilan
profesional. Pentingnya profesionalitas guru dalam inovasi pendidikan dalam keputusan. karenanya, informasi/data hasil monitoring dan evaluasi tersebut
program peningkatan mutu madrasah, apabila tidak menyentuh aspek guru harus dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan (valid dan reliable).
maka selama itu pula inovasi tersebut tidak akan memberikan hasil yang Informasi dan kesimpulan dari hasil monitoring dan evaluasi diharapkan dapat
optimal. Dengan kata lain, guru yang profesional memiliki peranan kunci digunakan untuk mengambil keputusan tentang apa yang perlu dilakukan
dalam mencapai keberhasilan upaya peningkatan mutu madrasah. untuk membantu agar pelaksanaan program peningkatan mutu madrasah
berhasil seperti yang diharapkan. Informasi dan kesimpulan yang didasarkan
3. Analisis Monitoring dan Evaluasi dalam Pengelolaan Madrasah Negeri di pada hasil monitoring dan evaluasi diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
Kota Jambi dalam pengambilan keputusan tentang program peningkatan mutu madrasah
Pelaksanaan penilaian terhadap kegiatan peningkatan mutu madrasah secara komprehensif, mulai dari kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat
hendaknya didasarkan pada rancangannya yang dipersiapkan secara matang. dan tuntutan masa depan (konteks), input, proses, output yang ditargetkan,
Oleh karena itu rancangan penelitian ini pada dasarnya merupakan acuan bagi maupun outcome yang diharapkan, dan juga termasuk kemungkinan
seluruh pelaksanaan penilaian terhadap manajemen peningkatan mutu mempertahankan (prospektif) program peningkatan mutu madrasah pada
Madrasah Aliyah. Salah satu komponennya adalah penyusunan indikator- tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaannya monitoring dan evaluasi
indikator keberhasilan pada setiap komponennya. Indikator-indikator yang dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program

77 78
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
peningkatan mutu madrasah. Adapun komponen-komponen monitoring dan
evaluasi yang sekaligus menggambarkan indikator-indikator program
peningkatan mutu madrasah meliputi komponen konteks, input, proses,
output dan outcome.
Pelaksanaan evaluasi pada semua lingkup masih bersifat parsial, spesifik
pada suatu program/kegiatan pada suatu unit kerja tertentu, sehingga capaian
secara keseluruhan dilihat dari substansi tugas dan fungsi yang diemban oleh
organisasi tidak dapat digambarkan. Monitoring dan evaluasi belum berjalan
dengan baik. Aspek evaluasi lebih banyak terabaikan dan hanya berhenti pada
tahap penilaian dan rekomendasi terkait hasil penilaian tersebut, yang jarang
ditindaklanjuti dengan langkah nyata.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan masih berkutat pada output yang
semata-mata dijadikan dokumen administrasi, sedangkan outcome dan impact
yang sejatinya diinginkan belum terukur dengan baik, sehingga evaluasi belum
secara efektif mampu mengukur substansi target yang ingin dicapai.
Pelaksanaan evaluasi tampaknya baru memenuhi asas taat hukum dan asas
tertib penyelenggaraan negara. Namun asas umum penyelenggaraan lainnya
seperti asas kepentingan umum, asas keterbukaan, dan asas profesionalitas
masih belum terpenuhi sepenuhnya.

4. Kerangka Model Stratejik madrasah Aliyah Negeri Di Kota Jambi


Pemikiran dalam bentuk kerangka model temuan ini tentunya tidak
terlepas dari kajian teori-teori yang sudah mapan yang dilakukan melalui
proses desk study. Desk study dilakukan guna memperkuat kerangka pikir
dalam pengembangan arah dan pola penelitian serta hasil-hasil yang
diharapkan guna memecahkan masalah yang diangkat.
Selanjutnya untuk memantapkan model sebagai upaya untuk Model Umum Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah
memecahkan masalah yang dirasakan dan benar-benar dibutuhkan untuk
memperkaya alternatif pelaksanaan program dan memperbaiki kinerja D. Kesimpulan
manajemen khususnya dalam pengelolaan madrasah aliyah, dilakukan dengan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan,
melihat kecenderungan-kecenderungan tentang hal-hal yang masih dirasakan sebagai berikut:
kurang dalam pengelolaan madrasah aliyah. Tatanan empiris menjadi sangat 1. Bidang garapan yang perlu diperhatikan secara umum meliputi; 1)
penting guna dipadupadankan dengan pemikiran dari hasil kajian teori pengelolaan kurikulum madrasah, kurikulum madrasah memiliki
sehingga memiliki nilai lebih dalam implemetasinya yaitu dapat menjawab kekhasan dengan pendidikan keislamannya akan tetapi perlu di pikirkan
permasalahan. Adapun Pengembangan model sebagai hasil kajian dari bagaimana mengamankan kurikulum dasar yang menjadi pedoman bagi
temuan-temuan di lapangan yang dilakukan melalui kegiatan penelitian ini seluruh sekolah dalam kelompok sekolah umum. Madrasah aliyah
tersusun kedalam langkah-langkah yang secara skematis digambarkan kedalam masuk kedalam kelompok sekolah menengah umum sehingga muatan
beberapa gambar model sebagai berikut: ilmu pengetahuan umum menjadi satu kekuatan yang harus sama
dimiliki lulusannya. 2) pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan,
tenaga pendidik di tingkat madrasah adalah guru sesuai dengan
peraturan perundangan yang ada maka guru yang bersangkutan harus
memiliki latar belakang yang sesuai dengan bidang studi yang

79 80
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
diampunya, kompetensi yang dipersyaratkan, dan minimal S1 dan Agustinus S. Wahyudi, (1996), Manajemen Strategik : Pengantar Proses Berfikir
untuk tenaga kependidikan, maka sama halnya dengan sekolah Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara.
menengah atas lainnya keberadaan tenaga laboratorium (laboran),
Bogdan, R.C dan Biklen S.K, (1990), Riset Kualitatif Untuk Pendidikan :
pustakawan, tata usaha dan lain-lainnya harus memenuhi standar
Pengantar ke Teori dan Metode, Alih bahasa oleh Munandir,
kecukupan dan kualitas, 3) pengelolaan fasilitas (sarana dan prasarana
Jakarta : Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan
sekolah), sarana dan prasarana madrasah aliyah harus memenuhi
Pengembangan Aktivitas Instruksional, Depdikbud.
standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan. Selain dilihat dari
pemenuhan sisi kuantitas juga memperhatikan sisi kualitas sarana dan -------------, (1975), Introduction to Qualitative Research Methods : A
prasarana pendidikan, 4) pengelolaan pembiayaan, aktivitas-aktivitas Phenomenological Approach to the Social Sciences, New York :
pemicu biaya pendidikan pada tingkat madrasah harus dapat John Willy and Sons, Inc.
teridentifikasi dengan baik, ketika kekhasan dalam penyelenggaraan -------------, (1992), Qualitative Research For Education : An Intruduction to
pendidikan tingkat madrasah memungkinkan adanya perbedaan Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Inc.
dengan pembiayaan pada tingkat yang sama. 5) pengelolaan peserta
didik, peserta didik pada tingkat madrasah aliyah memiliki kekhususan Bafadal, I, (1994), Proses Perubahan di Sekolah : Studi Multisitus pada Tiga
dimana mereka datang dari kelompok menengah kebawah pada tingkat Sekolah Dasar yang Baik di Sumekar. Disertasi tidak
sosial ekonomi dan isu tingkat kemampuan yang di bawah sekolah dipublikasikan. Malang : PPS IKIP Malang (UM).
umum. Akan tetapi tidak kemudian proses layanan kesiswaan menjadi Boast W.M dan Martin B, (2002). Masters of Change. Jakarta: Gramedia.
berbeda, pada intinya harus sama dengan sekolah lainnya, dan 6)
pengelolaan hubungan madrasah dengan masyarakat, komite Deming W Edwards, (1986), Out of Ceisis, Massachusetts Institute of
madrasah menjadi andalan dalam menangkap anutusias masyarakat Technology, Center for Advenced Engineering Study. Boston:
terhadap madrasah. Massachusetts.
2. Lingkungan strategis madrasah meliputi lingkungan internal Djam’an Satori, (1989), Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar.
kelembagaan dan eksternal, lingkungan eksternal meliputi komponen Bandung: IKIP Bandung.
kelembagaan dan masyarakat. Kelembagaan eksternal yang berada
-------------, (1999), Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah, Makalah Pada
dilingkungan madrasah aliyah terdiri dari lembaga pengelola yaitu dinas
Diklat Calon Pengawas Sekolah. Bandung: Kanwil Depdiknas
pendidikan dan departemen agama, lembaga-lembaga keagamaan dan
Propinsi Jawa Barat.
sosial kemasyarakatan. Sedangkan lingkungan internal adalah
lingkungan madrasah dengan nilai-nilai yang dikembangkannya. ------------, (1999), Perencanaan Pendidikan Makro dan Mikro, Jakarta: Biro
3. Untuk mengamankan hasil yang diharapkan dari proses pendidikan Perencanaan Sekjen Depdikbud.
dibutuhkan satu model pengawasan (monitoring dan evaluasi) yang
-----------, (1996), Sasaran Pengembangan Pendidikan. Jakarta : Biro
terintegrasi menyangkut input, proses, output dan outcome.
Perencanaan Depdikbud.
-----------, (1999), Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan. Pidato
DAFTAR PUSTAKA Pengukuhan Guru Besar Bidang Administrasi Pendidikan.
Bandung: IKIP.
Buku David, R.F, (1999), Strategic Management: Concept and Cases, (7th edition).
Abu Dhou, (2003) School Based Management (Manajemen Berbasis Sekolah). New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Buku Serial Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan UNESCO. Depdiknas, (2000), Perencanaan Pembangunan Pendidikan, Jakarta : Biro
Terjemahan oleh Aini, Sapto dan Jauhari. Pengantar oleh Perencanaan Depdiknas.
Prof.Dr.H.A. Malik Fadjar, M.Sc. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

81 82
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013 Minnah El Widdah, Pengelolaan …
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), (2003), Pedoman Penjaminan PROFESIONALISME GURU DAN
Mutu Pendidikan Tinggi. Jakarta: Dikti.
HASIL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN
-------------, (2003), Higher Education Long Term Strategy 2003-2010. Jakarta:
Dikti. OLEH : NISFI SYAHBANI, M.PD.I
-------------, (1999), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Sebuah
Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan A. PENDAHULUAN
Mutu. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen Direktorat PMU. Pada Peringatan Hari Guru Nasional XI tahun 2004 Presiden
mencanangkan Jabatan Guru sebagai Profesi. Pencanangan itu diharapkan
-------------, (2000), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku I menjadi tonggak kebangkitan guru untuk senantiasa terus meningkatkan
Konsep Pelaksanaan. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen profesionalismenya, dan sebagai upaya agar jabatan sebagai guru menjadi satu
Direktorat PMU. profesi yang mempunayi daya tarik tersendiri bagi putra-putri terbaik negeri
-------------, (2001), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 2 ini. Dan sejak pencanangan itu pula, gairah untuk segera menetapkan undang-
Panduan Penyusunan Proposal dan Pelaporan. Jakarta: Depdiknas, undang profesi guru dan dosen berikut dengan berbagai perangkat
Ditjen Dikdasmen Direktorat. pendukungnya, menjadi semakin kuat.
Setelah sejumlah perangkat perundang-undangan dan anggaran yang
------------, (2002), Pedoman Penyusunan Standar Pendidikan Dasar dan awalnya terasa agak berat sudah “terpenuhi”, diantaranya dengan lahirnya UU
Menengah. Jakarta: Mini Jaya Abadi. No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta dihasilkannya amandemen
------------, (2003), UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan ke 4 atas UUD RI 1945 (diantaranya pasal 31 ayat 4), yang akhirnya berbunyi,
Nasional. Jakarta: Tamita Utama. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
------------, (2003), UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
Nasional. Jakarta: Restindo Mediatama.
pendidikan nasional, kini wacana bergeser dari sekitar persoalana undang-
------------, (1989), UU RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. undang profesi guru dan dosen berikut berbagai perangkat pendukungnya ke
Jakarta: Restindo Mediatama. sekitar masalah kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru. Pergeseran ini
memang sangat logis, karena tiga persoalan terakhir ini memang menjadi
Depag RI, (2001), Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ditjen
syarat yang harus dipenuhi bagi satu Jabatan Profesi dimana jabatan itu harus
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
dilakoni secara profesional.
Depdikbud, (1993), Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional. Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi (memiliki
Jakarta: Depdikbud. bukti formal berupa sertifikat pendidik) dan akan tersertifikasi; dan sejumlah
guru telah memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan
profesi. Secara formal, sertifikat pendidik yang digenggam oleh seorang guru
adalah merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru tersebut telah
memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang dipersyaratkan
sesuai dengan spesialisasi yang disebutkan di dalam sertifikat pendidik yang
dimilikinya, yang mencakup empat jenis kompetensi, yaitu (1) kompetensi
pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4)
kompetensi kepribadian.
Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah
memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka
telah tersertifikasi, tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat
dipertanggung jawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru

83 84

Anda mungkin juga menyukai