Anda di halaman 1dari 16

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : Lala Indriyanti


NIM : 2013 05 1 00010
FAKULTAS/PRODI : Ilmu Administrasi Publik (Pagi)
MATA KULIAH : Perencanaan Pembangunan
SIFAT : Take Home
1. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia
A. Orde Lama
Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967,
pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan sedikitnya
tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional:
 TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai
Garis-Garis Besar Haluan Negara
 TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana 1961-1969,
 Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan
Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.
Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam melakukan pembangunan
Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam mencipatakan iklim Indonesia yang
lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang
di amanatkan oleh MPRS ini diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian
untuk mendorong pembangunan nasional yang telah didera oleh kemiskinan dan
kerugian pasca penjajahan Belanda.
Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali dengan lahirnya
“Panitia Pemikir Siasat Ekonomi”. Perencanaan pembangunan 1947 ini masih
mengutamakan bidang ekonomi mengingat urgensi yang ada pada waktu itu (meskipun
di dalamnya tidak mengabaikan sama sekali masalah-masalah nonekonomi khususnya
masalah sosial-ekonomi, masalah perburuhan, aset Hindia Belanda, prasarana dan lain
lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa perencanaan semacam itu
maka cita-cita utama untuk “merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional”
tidak akan dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi jika tidak diperkuat oleh
Undang-Undang yang baku pada masa itu.

1
Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses sistem perencanaan pembangunan mulai
tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih sangat labil telah menyebabkan tidak
cukupnya perhatian diberikan pada upaya pembangunan untuk memperbaiki
kesejahtraan rakyat.
Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram. Persediaan
beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengimpor
beras serta memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Harga barang membubung tinggi,
yang tercermin dari laju inflasi yang samapai 650 persen ditahun 1966. keadaan plitik
tidak menentu dan terus menerus bergejolak sehingga proses pembangunan Indonesia
kembali terabaikan sampai akhirnya muncul gerakan pemberontak G-30-S/PKI, dan
berakir dengan tumbangnya kekuasaan presiden Soekarno.
B. Orde Baru
Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia
(G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1
Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang
memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu
untuk keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden. Surat yang
kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) itu
diartikan sebagai media pemberian wewenang kepada Soeharto secara penuh.
Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam
program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali
dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional.
Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa kerdaulatan dalam
politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial
budaya. Tekad ini tidak akan bisa terwujud tanpa melakukan upaya-upaya
restrukturisasi di bidang politik (menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus
feodalisme, menjaga keutuhan teritorial Indonesia serta melaksanakan politik bebas
aktif), restrukturisasi di bidang ekonomi (menghilangkan ketimpangan ekonomi
peninggalan sistem ekonomi kolonial, menghindarkan neokapitalisme dan
neokolonialisme dalam wujudnya yang canggih, menegakkan sistem ekonomi berdikari
tanpa mengingkari interdependensi global) dan restrukturisasi sosial budaya (nation
and character building, berdasar Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila serta
menghapuskan budaya inlander).

2
Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Pendapatan
perkapita juga meningkata dibandingkan dengan masa orde lama.
Kesemuanya ini dicapai dalam blueprint nasional atau rencana pembangunan nasional.
Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki rencana-rencana pembangunan lima
tahun (Depernas) dan kemudian memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Delapan-Tahun (Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita
V,dan Repelita VII (Bappenas).
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun
1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan
krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin
merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan
sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul
demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran
adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di
Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-
ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti. Keempat mahasiswa yang gugur
tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.
Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle
Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan
membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU
Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU
Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena
14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan
tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
C. Reformasi
Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan rakyat kepada
presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya
kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan
Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,
pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya
3
pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Selain itu pada masa ini juga memberi kebebasan dalam menyampaikan pendapat,
partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-
partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan
kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan
pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan
dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan
kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh dan untuk
rakyat, sehingga dengan dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa
orde baru,kehidupan perekonomian Indonesia dapat didorong oleh siap saja.
Selain pemabangunan nasional pada masa ini juga ditekankan kepada hak daerah dan
masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-masing, sehingga pembangunan
daerah sangat diutamakan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang no
32/2004,Undang-Undang 33/2004, Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan
Aceh, Undang-Undang 21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini
mencerminkan keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah
dan rakyat di daerah agar daerah dapat menentukan pembangunan yang sesuai
ratyatnya inginkan.
Dokumen Penting Perencanaan Pembangunan
Ada lima dokumen perencanaan yang dibuat oleh pemerintah daerah.
a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya disingkat RPJP adalah
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat RPJM adalah
dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
c) Rencana Kerja Pembangunan yang selanjutnya disingkat RKP adalah dokumen
perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun.
d) Rencana Strategis yang selanjutnya disingkat dengan Renstra adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
e) Rencana kerja atau disebut Renja adalah dokumen perencanaan untuk periode 1
(satu) tahun.

4
Lembaga Perencanaan Pembangunan
Lembaga-lembaga yang berperan dan terkait dalam penyusunan rencana pembangunan
nasional
a) Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan
Pembangunan Nasional.
b) Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Nasional, Presiden dibantu
oleh Menteri.
c) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyelenggarakan perencanaan pembangunan
sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
d) Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat mengkoordinasikan pelaksanaan
perencanaan tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Lembaga-lembaga yang berperan dan terkait dalam penyusunan rencana pembangunan
nasional
a) Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan Daerah didaerahnya.
b) Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah, Kepala Daerah
dibantu oleh Kepala Bappeda.
c) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan
pembangunan Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
d) Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
perencanaan pembangunan antarkabupaten/kota.
Fungsi-fungsi
a) Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditu-jukan kepada pencapaian
tujuan pembangunan.
b) Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-
prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa
yang akan datang.
c) Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.
d) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.
e) Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan evaluasi

5
Wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah
Pembagian urusan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan pusat dengan
pemerintah daerah diatur dalam BAB III Pasal 10 UU Nomor 32 Tahun 2004.
Kewenangan pemerintah pusat diatur dalam Ayat 3 Pasal 10, UU Nomor 32 Tahun
2004. Kewenangan tersebut meliputi :
Kewenangan pemerintah pusat
a. Politik Luar Negeri; Politik Luar Negeri adalah politik yang berhubungan dengan
luar negeri bukan dari dalam negara sendiri, oleh sebab itu pemerintah pusatlah yang
memiliki kewewenangan untuk menjalankannya. Apabila diserahkan kepada
pemerintah daerah dikhawatirkan adanya perbedaan perlakuan politik luar negeri
dari masing-masing daerah, maka dari itu diserahkanlah urusan politik Luar Negeri
kepada pemerintah pusat yang dianggap sebagai kristalisasi pemerintahan dari setiap
daerah di Indonesia. Pemerintah pusat diberi wewenang untuk menjalankannya
namun bukan berarti pemerintah daerah tidak bisa ikut berpartisipasi, pemerintahan
daerah dapat memberikan masukan-masukan kepada pemerintah pusat, hal ini
disebut dengan desentralisasi
b. Pertahanan; Misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan
bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan
persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap
warga negara dan sebagainya;
c. Keamanan; Misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menindak
kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara, dan
sebagainya; 4. Yustisi; Misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat
hakim dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan
kehakiman keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-
undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan
peraturan lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya;
d. Moneter dan Fiskal Nasional; Misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata
uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang, dan
sebagainya; 6. Agama. Misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku
secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama,
menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan
sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional,
6
tidak diserahkan kepada daerah.
Kewenangan pemerintah Daerah
Sedangkan kewenangan Pemerintah Daerah diatur dalam pasal 13 (untuk Pemerintahan
Provinsi) dan pasal 14 (untuk pemerintahan Kabupaten/Kota) yang intinya adalah:
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Pasal 13 UU Nomor 32 Tahun 2004, ayat 1:
(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan
urusan dalam skala provinsi yang meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota.
2. Tahapan penyusunan rencana pembangunan di indonesia tingkat pusat
Dalam UU No.25 Tahun 2004, BAB IV Pasal 8
Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional, meliputi:
a) Penyusunan rencana;
Penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:
7
- penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
- musyawarah perencanaan pembangunan; dan
- penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Penyusunan RPJM Nasional/Daerah dan RKP/RKPD dilakukan melalui urutan
kegiatan:
- penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
- penyiapan rancangan rencana kerja;
- musyawarah perencanaan pembangunan; dan
- penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
b) Penetapan rencana;
RPJP Nasional ditetapkan dengan UU
RPJM ditetapkan dengan Peraturan Presiden
RKP dengan Peraturan Presiden
c) Pengendalian pelaksanaan rencana;
adalah wewenang dan tanggung-jawab pimpinan kementerian/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah.
d) Evaluasi pelaksanaan rencana.
pelaksanaan rencana pembangunan perioda sebelumnya. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan informasi tentang kapasitas lembaga pelaksana, kualitas rencana
sebelumnya, serta untuk memperkirakan kapasitas pencapaian kinerja di masa
yang akan datang.
Lembaga-lembaga yang berperan dan terkait dalam penyusunan rencana pembangunan
nasional
a) Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan
Pembangunan Nasional.
b) Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Nasional, Presiden dibantu
oleh Menteri.
c) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyelenggarakan perencanaan pembangunan
sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
d) Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat mengkoordinasikan pelaksanaan
perencanaan tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
3. A. Konsep pembangunan yang berorientasi pertumbuhan, model kesejahteraan, dan
model pembangunan sumber daya manusia.
Konsep Pembangunan yang Berorientasi Pertumbuhan
8
Dalam teori ekonomi tradisional, pembangunan bertujuan untuk membangun kapasitas
ekonomi nasional. peningkatannya diawali dengan perubahan kondisi sosial ekonomi
yang kemudian akan mempengaruhi pendapatan nasional bruto atau gross national
product (tadaro, 1983 :18).
Didalam literatur, ekonomi pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang
berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapitan melalui peningkatan
jumlah dan produktivitas sumber daya. dari pandangan itu lahir konsep-konsep
mengenai pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi ( kartasasmita, 1997).
Dalam pandangan masyarakat awam, pembangunan diartikan sebagai usaha yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya.
seringkali kemajuan dimaksud terutama adalah kemajuan material, karena
pembangunan selalu diartikan sebagai kemajuan yang dicapai masyarakat dibidang
ekonomi.
Konsep pembangunan yang berorientasi pertumbuhan mempunyai sisi negatif, yaitu
tidak begitu diperhatikannya masalah keadilan. mengenai dominasi konsep
pembangunan yang menekankan pertumbuhan juga dijelaskan oleh korten (1993 : 65 :
66), mengatakan bahwa : “ pemikiran dan tindakan pembangunan di banyak negara
utara dan selatan selama beberapa dekade dikuasai oleh visi pembangunan berpusat
pertumbuhan”. lebih lanjut ia mengatakan dalam bentuknya yang murni, visi
konvensional mendefinisikan pembangunan hampir seluruhnya menurut pertumbuhan
nilai ekonomi semua yang bisa dihasilkan system produksi masyarakat, tanpa
menghiraukan dampaknya terhadap cadangan sumber daya atau lingkungan hidup, atau
bahkan sumbangan apa yang sesungguhnya bagi kesejahteraan umat manusia. Hipotesis
strategi ini adalah bahwa pembangunan dikendalikan oleh permintaan eksternal dan
tekanan inovasi, dan bahwa pembangunan yang dilakukan sebagian kecil sector atau
wilayah akan secara spontan mengucurkan hasilnya kebawah atau sistem-sistem
lainnya (trikle down effect), walaupun pada mulanya menurut kuznet (dalam todaro,
1983 : 208) pertumbuhan ekonomi, kemerataan cenderung rusak kemudian dalam
tingkat selanjutnya akan lebih baik. strategi ini dalam prakteknya cenderung berpusat
pada kota dan sektor industri padat modal, didominasi oleh teknologi tinggi dan
berfokus pada proyek-proyek rekayasa.
Konsep Pembangunan yang Berorientasi Pertumbuhan merupakan konsep
pembangunan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi. Semua bentuk usaha
pembangunan yang dilakukan ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi.
9
Model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan
dasar dalam perkembangannya telah mengalami kegagalan . pembangunan yang
berorientasi pada pertumbuhan menimbulkan ketidakadilan, gagal meningkatkan
kesejahteraan rakyat, hal ini menyebabkan jurang yang lebar antara kemajuan bidang
ekonomi dengan bidang-bidang lainnya terutama bidang sosial. memang terjadi
peningkatan ekonomi secara makro yang sangat berarti, ditandai dengan peningkatan
GNP namun ternyata peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan penghasilan
dikalangan masyarakat bawah (grassroots). akibatnya ditengah kemakmuran yang
dicapai terdapat begitu banyak kemiskinan dan pengangguran serta kesenjangan sosial
yang cukup tajam. sesuai pendapat midgley (1995 : 4) menyebut gejala ini sebagai
gejala pembangunan yang terdistrosi (distorted development) di mana pembangunan
ekonomi tidak diikuti oleh pembangunan sosial yang setaraf. jadi masalah nya bukan
tidak ada pembangunan ekonomi, melainkan lebih pada gejala-gejala menyelaraskan
tujuan-tujuan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial dan kegagalan kita
untuk memberikan jaminan bahwa hasil-hasil kemajuan pembangunan ekonomi dapat
disebar secara merata dimasyarakat.
Konsep Pembangunan Model Kesejahteraan
Pendekatan pembangunan sosial untuk kesejahteraan sosial dalam mengatasi
permasalahan sosial memiliki delapan karakteristik.
 Proses pembangunan sosial terkait dengan pembangunan ekonomi.
 Memiliki fokus yang interdisiplin, di mana ia menggambarkan sudut pandang dari
beragam ilmu sosial.
 Menunjukkan sebagai proses.
 Proses perubahannya bergerak maju secara alami.
 Proses pembangunan sosial bersifat intervensionis.
 Memiliki strategi yang beragam.
 Menekankan pada populasi sebagai suatu kesatuan (cakupannya bersifat universal
atau inklusif).
 Bertujuan mempromosikan atau mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial.
Menurut Midgley, pembangunan sosial memiliki tiga strategi besar yaitu:
a) Pembangunan sosial oleh individu, dikenal juga sebagai pendekatan individualis
atau perusahaan. Akar ideologinya adalah liberal atau individualis, di mana ideologi
tersebut menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam memilih.

10
Pendekatan individualis atau perusahaan memang saat ini tidak populer dalam
pembangunan sosial. Pendekatan ini dipromosikan melalui peningkatan fungsi sosial
individu dan hubungan antarpribadi. Dalam strategi ini, individu-individu dalam
masyarakat secara swadaya membentuk usaha pelayanan guna memberdayakan
masyarakat.
b) Pembangunan sosial oleh komunitas dikenal juga sebagai pendekatan komunitarian.
Pendekatan komunitarian sendiri dipengaruhi kuat oleh ideologi populis. Strategi ini
percaya bahwa antara masyarakat dan komunitas memiliki kemampuan yang saling
terkait untuk memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi, masalah sosial mereka
teratasi, dan kesempatan untuk maju tersedia. Untuk mencapai hal tersebut,
masyarakat dan komunitas perlu saling bekerja sama melalui pengembangan
komunitas lokalnya.
c) Pembangunan sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai pendekatan statis.
Pendekatan statis didasari oleh ideologi kolektivis atau sosialis di mana ia
menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi
masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang
untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial dilakukan
oleh lembaga-lembaga atau organisasi dalam pemerintahan. Di samping adanya
partisipasi individu dan masyarakat, pemerintah juga memiliki tanggung jawab
untuk memastikan apakah kebijakan pembangunan sosial diimplementasikan dan
apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.
Konsep Pembangunan Model Kesejahteraan merupakan konsep pembangunan yang
menggunakan model kesejahteraan, yang dimaksud adalah konsep pembangunan
tersebut ditujukan untuk mencapai tingkat kesejahteraan bagi masyarakat.
Konsep Pembangunan Model Pembangunan Sumber Daya Manusia
Strategi peembangunan pada negara berkembang mulai bergeser dari strategi
pemerataan pertumbuhan ekonomi menjadi strategi pemerataan pembangunan yang
menuju pembangunan manusia. Strategi ini merupakan adanya pemikiran yang lebih
diorentasikan pada investasi sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan sosial
dalam proses pembangunan.
Konsep Pembangunan Model Pembangunan Sumber Daya Manusia merupakan konsep
pembangunan yang dilakukan guna meningkatkan taraf Sumber Daya Manusia agar
dapat semakin baik dari sebelumnya.

11
B. Konsep EMPOWERING (PEMBERDAYAAN)
Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. dalam perspektif
pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan
nonmaterial. sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan
dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk
mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki
dengan mentransfer daya dari lingkungannya (payne, 1997: 266 dalam buku “modern
social work theory”).
Sementara itu ife (1995: 182 dalam buku “community development: creating
community alternatives-vision, analysis and practice”) memberikan batasan
pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan,
pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan
masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan
komunitas mereka.
Sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif
pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana
pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping
mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan
pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif adalah
keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan
pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.
Meskipun rumusan konsep pemberdayaan berbeda-beda antara ahli yang satu dengan
yang lainnya, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai
upaya berencana yang dirancang untuk merubah atau melakukan pembaruan pada suatu
komunitas atau masyarakat dari kondisi ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan
menitikberatkan pada pembinaan potensi dan kemandirian masyarakat. dengan
demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam
menentukan masa depan mereka, dimana provider dari pemerintah dan lembaga non
government organization/ngo hanya mengambil posisi partisipan, stimulan, dan
motivator.

12
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,
yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable.
Tiga langkah upaya pemberdayaan
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat untuk
berkembang.
Kedua, Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.
Ketiga, melindungi sehingga proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi
semakin lemah oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.
5 Strategi Pemberdayaan
- Pemungkinan
- Penguatan
- Perlindungan
- Penyokongan
- Pemeliharaan
Jadi, konsep pemberdayaan menurut pendapat saya secara ringkas adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang
tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan
menggunakan beberapa strategi pemberdayaan.
C. Keterkaitan erat antara empowerment dengan civil society.
Secara substansial, civil society bermuara pada perlunya penguatan masyarakat (warga)
dalam sebuah komunitas negara untuk mengimbangi dan mampu mengontrol kebijakan
negara (policy of state) yang cenderung memposisikan warga negara sebagai subyek
lemah. Lalu bagaimana mensinergikan antara pemerintah (administrasi publik) dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang pluralism.
Sedangkan konsep pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan
diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan menggunakan beberapa
strategi pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,
yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable.
Maka, saya setuju dengan pernyataan bahwa adanya keterkaitan yang erat antara
empowerment dengan civil society.
13
Letak keterkaitannya yaitu pada diperlukannya penguatan untuk masyarakat dalam
suatu komunitas negara. Sebab masing-masing melihat bahwa masyarakat dalam suatu
negara masih banyak yang berada pada posisi yang lemah.
4. A. Tahapan Penyusunan rencana pembangunan di Indonesia di tingkat daerah dengan
menguraikan keterkaitan visi, misi, RTRW, RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra SKPD,
dan Renja SKPD
Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana
pembangunan tahunan daerah yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
program prioritas pembangunan daerah dan rencana kerja, pendanaan dan perkiraan
maju.Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2015dilakukan
dengan beberapa pendekatan perencanaan pembangunan yang meliputi pendekatan
teknokratis, partisipatif, politis, top down dan bottom-up.
Pendekatan teknokratis dilaksanakan dengan metoda dan kerangka berpikir yanga
merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis terkait
perencanaan pembangunan berdasarkan bukti fisis, data dan informasi yang akurat,
serta dapat dipertanggung jawabkan yang dilaksanakan oleh SKPD. Pendekatan
partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan
(stakeholders) melalui musrenbang, Pendekatan politis adalah pendekatan perencanan
pembangunan yangberupa kebijakan-kebijakan kepala daerah.
Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas (bottom-up) dan atas-bawah
(top-down), hasilnya akan diselaraskan sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi
pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan
daerah.Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2015 yang
sedang disusun merupakan Periode akhir (Tahun Kelima Pelaksanaan RPJMD 2011-
2015) bertujuan untuk menyelesaikan target pembangunan 5 (lima) tahun
dalammewujudkan program pembangunan yang selaras dengan Visi dan Misi Kepala
Daerah.Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD disusun mengacu
kepada berbagai dokumen perencanaan terkait, baik yang dihasilkan oleh komponen
vertikal maupun horisontal. Dari komponen vertikal dapat digunakan sebagai acuan
adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/Provinsi,
RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Provinsi, Rencana Tata
RuangWilayah (RTRW) Nasional/Provinsi, dan dokumen perencanaan lainnya yang
disusun secara sektoral. Dari sisi horisontal, RPJMD Kabupaten mengacu kepada
14
RPJPD Kabupaten, RTRW Kabupaten, dan dokumen perencanaan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, RPJMD dijabarkan ke dalam Rencana Strategis
(Renstra)Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Renstra SKPD memuat kebijakan,
program dan kegiatan, baik yang dilaksanakan secara langsung oleh SKPD yang
bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam
kurun waktu lima tahun (2011 – 2015).
Dalam pelaksanaannya, RPJMD dijabarkan ke dalam Rencana Strategis
(Renstra)Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Renstra SKPD memuat kebijakan,
programdan kegiatan, baik yang dilaksanakan secara langsung oleh SKPD yang
bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam
kurun waktulima tahun (2011 – 2015).

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN PERENCANAAN (UU 25/2004)

15
B. Indikator Kinerja Pembangunan
Indikator perencanaan pembangunan dapat dibedakan menjadi indikator makro daerah
dan indikator mikro. Indikator makro berisi tentang variabel variabel sosial ekonomi
nasional maupun regional (propinsi) yang menjadi acuan dalam penyusunan dokumen
perencanaan. Indikator ini juga menjadi asumsi alokasi anggaran pemerintah dari setiap
kegiatan.
C. Hubungan indikator capaian RPJMD dengan Renstra SKPD
Indikator capaian kinerja RPJMD harus memiliki hubungan langsung dengan Renstra
SKPD. Renstra SKPD disusun berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam
RPJMD, sehingga terjadi sikronisasi antar program pmerintah daerah dengan masing
masing SKPD.
- Indikator target capaian kinerja program RPJMD menjadi tanggungjawab SKPD
untuk mencapainya setiap tahun, mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5
RPJMD;
- SKPD penangung gjawab menjabarkan pencapaian target kinerja program dalam
RPJMD ke dalam program dan kegiatan dalam dokumen Renstra SKPD masing-
masing;
- Setiap target capaian kinerja program dalam RPJMD dapat dicapai dengan satu atau
beberapa kegiatan dalam Renstra SKPD;
- Bappeda melakukan verifikasi Renstra SKPD untuk menjamin pencapaian target
RPJMD dijabarkan dalam Renstra SKPD.

16

Anda mungkin juga menyukai