Tugas Dan Wewenang Pemerita
Tugas Dan Wewenang Pemerita
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian Pemerintah
Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang demokratis, dan berlandaskan pada
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial
dan dengan sistem politik didasarkan pada Tria Politika yakni kekuasaan legeslatif, eksekutif,
dan yudikatif. Untuk kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh pemerintah dan dikepalai oleh
seorang presiden yang dipilih melalui pemilihan umum secara langsung oleh masyarakat. Dalam
penyelenggaraan pemerintah, presiden dibantu beberapa menteri yang tergabung dalam suatu
kabinet.
kepada DPR, dan kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Dalam menjalankan
tugasnya, Presiden dibantu oleh badan pelaksana Pemerintahan yang berdasarkan tugas dan
fungsi dibagi menjadi :
Daya tarik terpenting dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah adalah ditetapkannya metode
pemilihan langsung untuk memilih kepala daerah. Pasal 24 ayat 5 Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 menegaskan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh
rakyat di daerah yang bersangkutan. Kepala daerah terpilih, akan memikul tanggung jawab
kekuasaaan dengan melandaskan diri pada asas-asas penyelenggaraan negara.
Pasal 20 ayat 1 menegaskan Sembilan asas penyelenggara negara yang terdiri dari;
Asas umum penyelenggara negara dalam ketentuan ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan
Nepoteisme ditambah asas efesiensi dan asas efektivitas. Dengan demikian penciptaan asas good
governance atau penghapusan virus KKN di daerah menjadi target strategis yang sangat krusial
dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Pasal 19 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menegaskan
bahwa penyelenggara pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Memilih kepala
daerah secara langsung merupakan satu dari delapan hak yang dipunyai daerah. Pasal 21 undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan adanya delapan hak
yang dipunyai daerah dalam menyelenggarakan otonomi yaitu;
Selain hak, daerah mempunyai kewajiban yang diatur dalam Pasal 2, terdapat lima belas
kewajiban yang dimilki oleh daerah yaitu:
Hak dan kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22
diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk
pendapatan, belanja, , dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah tersebut dilakukan secara efesien, efektif, transparan,
akunrabel, tertib, adil, patut dan taat pada peraturan perundang-undangan.
Menurut Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 kepala daerah mempunyai tugas
dan kewenangan sebagai berikut:
Di masa lalu tugas seorang wakil kepala daerah hanya digariskan secara umum, yaitu
membantu tugas kepala daerah, atau menggantikan tugas kepala daerah apabila kepala daerah
berhalangan. Oleh karena itu muncul ironi bahwa seorang wakil kepala daerah hanya bertugas
sebagai ban serep.
Jika kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan
kewajiban selama enam bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya, maka wakil kepala
daerah akan menggantikan kepala daearh sampai habis masa jabatannya. Ketentuan ini diatur
dalam ayat 3 Pasal 26 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan
Pasal 26, kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut:
Selain itu, kepala daerah mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintah daerah kepada masyarakat.
Selain itu, menurut PP ini, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas dan
wewenang di antaranya:
a. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas usulan dana alokasi khusus pada
daerah kabupaten/kota di wilayahnya
b. Melantik bupati/wali kota
c. melantik kepala instansi vertikal dari kementerian dan lembaga pemerintah
nonkementerian yang ditugaskan di wilayah provinsi yang bersangkutan kecuali untuk
kepala instansi vertikal yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan kepala
instansi vertikal yang dibentuk oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas
disebutkan dalam UUD 1945.
Sekretaris Gubernur
Dalam PP ini juga disebutkan, gubernur dalam menjalankan tugas dan wewenang sebagai wakil
Pemerintah Pusat dibantu oleh perangkat gubernur, yang dilaksanakan oleh perangkat daerah
provinsi, dan dipimpin oleh sekretaris gubernur.
“Sekretaris daerah karena jabatannya ditetapkan sebagai sekretaris gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat,” bunyi Pasal 2 ayat (4) PP ini.
Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, menurut
PP ini, dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara, dan merupakan bagian dari anggaran kementerian yang
menyelenggarakan urusan dalam negeri melalui mekanisme dekonsentrasi.
PP ini juga menegaskan, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melaporkan tugas dan
wewenang kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
Ketentuan ini berlaku juga bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta, Provinsi Aceh, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat sepanjang tidak
diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
keisitimewaan dan kekhususan daerah tersebut.
Indonesia adalah negara yang turut serta dalam membangun hubungan internasional
dengan negara-negara luar negeri. Hubungan yang terjalin tidak hanya pada aspek ekonomi
maupun keamanan, tetapi juga dalam aspek politik. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
menganut sistem politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dimana Indonesia turut serta
dalam menjaga perdamaian dunia namun tidak mencampuri urusan negara lain, sebagai berikut:
Melalui sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, pelaksanaan politik luar negeri
dilakukan oleh pemerintah pusat. Segala kebijakan mengenai proses politik luar negeri
diatur oleh pemerintah pusat.
Jika pemerintah daerah menginginkan suatu hubungan politik dengan negara lain, maka
pemerintah daerah tidak dapat memutuskan proses hubungan politik dengan sendirinya,
namun melalui perantara pemerintah pusat.
Hal ini diperlukan agar wewenang pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak
tumpang tindih dalam hal politik luar negeri. Walaupun politik luar negeri itu berkaitan dengan
pemerintah daerah, hanya pemerintah pusatlah yang berhak menentukan proses terjadinya
hubungan politik ini.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan pertahanan nasional adalah wewenang Pemerintah
Pusat. Pertahanan dengan skala nasional berkaitan dengan kedaulatan negara Indonesia itu
sendiri. Upaya pemerintah pusat untuk mengatur bidang pertahanan nasional merupakan salah
satu upaya menjaga keutuhan NKRI.
Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mewujudkan pertahanan
nasional yang stabil dan mantap. Namun, pemerintah daerah tidak memiliki hak untuk mengatur
kebijakan berkaitan dengan pertahanan nasional. Pemerintah daerah hanya mempunyai peran
sebagai pelaksana di lapangan karena hanya pemerintaj daerah yang mengerti bagaimana
menjaga pertahanan daerahnya melalui keberadaan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut,
sebagai berikut:
Keamanan negara merupakan sesuatu yang harus dijaga dan diatur oleh pemerintah, baik
itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam hal ini, pemerintah pusat lebih mengatur
keamanan yang berskala nasional yang meliputi keamanan nasional di area darat, laut, maupun
udara. Kebijakan pemerintah pusat yang berkaitan dengan keamanan nasional diperlukan untuk
menjaga keamanan nasional dari gangguan pihak dalam dan luar yang dapat menyebabkan suatu
konflik seperti konflik sosial dalam masyarakat, sebagai berikut:
Indonesia adalah negara yang berlandaskan pada hukum dan mempunyai sistem peradilan
di Indonesia. Jalannya proses hukum yang berkaitan dengan kehakiman, diatur oleh pemerintah
pusat. Pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah mengatur sistem hukum baik itu
lembaga penegak hukum maupun menentukan siapa yang duduk di lembaga hukum tersebut.
Dalam pelaksanaan pengaturan proses hukum, pemerintah pusat melibatkan pemerintah daerah,
sebagai berikut:
Pemerintah daerah digunakan oleh pemerintah pusat sebagai tempat dimana proses
kehakiman dan hukum berlangsung.
Pemeritah pusat menunjuk lembaga peradilan di setiap daerah untuk mewakili
pemerintah pusat dalam menjalankan wewenangnya untuk mengatur proses kehakiman.
Peranan lembaga peradilan yang berada di daerah-daerah menunjukkan bahwa
pemerintah pusat benar-benar melibatkan pemerintah daerah dalam menjalankan proses
hukum.
Ada kalanya proses hukum dapat diselesaikan melalui lembaga peradilan yang berada di
pemerintahan daerah dan tidak perlu sampai ke pemerintah pusat. Walaupun hal ini dapat terjadi,
pemerintah daerah tidak berhak untuk melakukan pengaturan apapun terhadap proses hukum
yang berkaitan dengan kehakiman.
Perlu kita ketahui, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal adalah dua hal yang berbeda.
Kebijakan moneter merupakan suatu proses pengaturan terhadap persedian uang yang dimiliki
oleh negara dalam rangka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh negara tersebut.
Kebijakan ini pada dasarnya merupakan kebijakan yang mempunyai tujuan untuk menjaga
keseimbangan internal seperti pertumbuhan ekonomi yang mencakup stabilitas harga pasar dan
keseimbangan eksternal yang mempunyai tujuan untuk mencapai keseimbangan dalam neraca
pembayaran.
Sedangkan kebijakan fiskal sendiri merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pusat untuk mengarahkan kondisi ekonomi negara melalui proses pengeluaran dan
pendapatan khususnya pajak. Kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang berbeda dengan
kebijakan moneter. Kebijakan fiskal lebih bertujuan untuk menstabilkan perekonomian di suatu
negara melalui pajak dan tingkat suku bunga, sebagai berikut:
Kedua kebijakan tersebut merupakan wewewnang yang hanya berhak dilakukan oleh
pemerintah pusat.
Kebijakan moneter dan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat diperlukan guna
mengantisipasi dampak globalisasi khususnya di bidang ekonomi.
Dalam melaksanakan kedua kebijakan tersebut, pemerintah pusat menggandeng
pemerintah daerah sebagai bentuk kerjasama.
Pemerintah daerah berperan sebagai pelaksana dari kebijakan moneter dan fiskal yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika pada pelaksanaan kebijakan di tingkat daerah
menemui kendala, pemerintah daerah hanya dapat mengusulkan cara penyelesaian masalah yang
ditemui kepada pemeritnah pusat, bukan menentukan cara penyelesaiannya sendiri.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan agama di atur oleh pemerintah pusat dan dilindungi
oleh undang-undang. Seperti yang kita ketahui, agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia
ada enam yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Semua warga negara
Indonesia mempunyai hak untuk memeluk agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-
masing, sebagai berikut:
Masing-masing pemeluk agama berhak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan keyakinan yang dianutnya.
Pemerintah pusat sebagai pengatur kebijakan yang berkaitan dengan agama tentunya
mempunyai strategi yang diterapkan sebagai cara merawat kemajemukan bangsa
Indonesia.
Peran pemerintah daerah dalam kebijakan yang berkaitan dengan agama berkaitan
dengan hal-hal teknis seperti perizinan untuk mendirikan rumah ibadah. Selebihnya,
hanya pemerintah pusatlah yang mempunyai wewenang untuk mengatur.
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran