Anda di halaman 1dari 119

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan era modernisasi yang semakin pesat membuat tingkat kebutuhan

energi listrik semakin besar. Untuk mendukung kebutuhan kebutuhan perangkat

teknologi yang semakin tinggi setiap gedung membutuhkan sistem kelistrikan

handal dan aman, terutama dalam hal sistem instalasi kelistrikan gedung tersebut.

Perhitungan beban dan pengaman yang digunakan harus jelas dan handal karena

hal ini berkaitan erat dengan keselamatan manusia dan lingkungan di sekitar

gedung. Agar pemakai/konsumen listrik dapat memanfaatkan energi listrik dengan

aman, nyaman, dan kontinyu, maka diperlukan diperlukan instalasi listrik yang

perencanaan maupun pelaksanaannya memenuhi standar berdasarkan peraturan

yang berlaku.

Untuk menyikapi standar peraturan dan keamanan tersebut maka setiap gedung

harus memiliki Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) yang perhitungan dan

pelaksanaannya disesuaikan dengan standar peraturan yang berlaku. Dalam panel

PHB ini terdapat berbagai komponen-komponen yang bertugas untuk

mengamankan dan membagi beban yang terdapat pada sebuah gedung seperti

Miniature Circuit Breaker (MCB), sekering, pemisah, dan lain sebagainya.

Spesifikasi komponen-komponen tersebut disesuaikan dengan keadaan beban

gedung.

1
Berhubungan Politeknik Negeri Padang sedang melakukan pembangunan gedung

baru dengan sistem instalasi kelistrikan yang belum selesai sampai saat ini, dari

latar belakang tersebutlah maka penulis mengangkat laporan Tugas Akhir dengan

judul “STUDI PERANCANGAN PANEL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI

(PHB) GEDUNG AB POLITEKNIK NEGERI PADANG” yang bertujuan untuk

memberikan manfaat bagi Politeknik Negeri Padang dan mahasiswa yang

bersangkutan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari “Studi Perancangan Panel Perlengkapan Hubung Bagi

(PHB) Gedung AB Politeknik Negeri Padang” ini adalah :

1. Untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di perkuliahan secara nyata.

2. Menambah pemahaman mahasiswa terhadap Perancangan Panel

Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) beserta sistem instalasi kelistrikan gedung

bertingkat.

3. Studi pada program diploma III di Politeknik Negeri Padang Untuk

memenuhi suatu persyaratan dalam menyelesaikan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan umum dari “Studi Perancangan Panel Perlengkapan Hubung Bagi

(PHB) Gedung AB Politeknik Negeri Padang” ini adalah :

1. Merancang Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) gedung AB Politeknik

Negeri Padang.

2
2. Menentukan spesifikasi komponen-komponen yang digunakan dalam Panel

PHB gedung AB Politeknik Negeri Padang.

3. Agar bisa dimanfaatkan sebagai pedoman untuk pembangunan instalasi

gedung sekolah Politeknik tersebut.

1.3 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang ditemukan praktikan didalam penyusunan Tugas

Akhir ini adalah :

1. Bagaimana cara merancang Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) instalasi

listrik gedung AB Politeknik Negeri Padang berdasarkan PUIL 2000?

2. Bagaimana cara menentukan spesifikasi komponen-komponen yang terdapat

dalam Panel Perlengkapan Hubung Bagi?

3. Bagaimana cara menentukan luas penampang busbar dan penghantar dalam

Panel PHB gedung AB Politeknik Negeri Padang?

4. Bagaimana cara menentukan sistem pentanahan Panel PHB dan instalasi

gedung AB Politeknik Negeri Padang?

1.4 Batasan Masalah

Pembatasan terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam laporan Tugas Akhir

ini adalah :

1. Merancang Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) instalasi listrik

gedung AB Politeknik Negeri Padang berdasarkan PUIL 2000.

2. Menentukan spesifikasi komponen-komponen yang terdapat dalam Panel

Perlengkapan Hubung Bagi.

3
3. Menentukan luas penampang busbar dan penghantar dalam Panel PHB

gedung AB Politeknik Negeri Padang.

4. Menentukan sistem pentanahan Panel PHB dan instalasi gedung AB

Politeknik Negeri Padang.

1.5 Metodologi Penulisan

Agar tercapai sasaran atau target yang diinginkan maka langkah-langkah atau

metodologi yang harus disajikan adalah :

1. Metode Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dalam penyusunan tugas akhir

ini.

2. Metode Interview yaitu metode pengumpulan data dengan mencari

keterangan dari orang-orang yang tahu dan menguasai mengenai masalah

yang dihadapi.

3. Metode studi perpustakaan yaitu pengumpulan data dengan membaca buku

atau sumber pustaka yang mendukung tersedianya informasi yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan dibahas.

4. Metode perancangan yaitu melakukan perhitungan spesifikasi komponen,

kegunaan, efektivitas panel berdasarkan sistem instalasi yang telah dirancang.

4
1.6 Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan tugas akhir ini, Penulis menggunakan sistematika penulisan

laporan yang dibagi dalam lima bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang Studi Perancangan Panel Perlengkapan Hubung

Bagi (PHB) gedung AB Politeknik Negeri Padang, tujuan penelitian,

perumusan masalah, batasan penelitian dan sistematika penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang teori dasar mengenai perancangan panel PHB ,

komponen yang digunakan dan sistem pentanahan terhadap gedung

bertingkat.

BAB III PERANCANGAN PANEL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI

(PHB)

Berisikan tentang perencanaan, gambaran umum instalasi listrik gedung,

rancangan panel perlengkapan hubung bagi.

BAB IV ANALISA

Berisikan tentang teknik dan tujuan pengambilan data serta hasil yang

diperoleh dari perancangan Panel PHB dan analisa dari data penelitian.

BAB V PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan, kritikan dan saran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)

Panel perlengkapan hubung bagi adalah peralatan yang berfungsi menerima energi

listrik dari PLN dan selanjutnya mendistribusikan dan sekaligus mengontrol

penyaluran energi listrik tersebut melalui sirkit panel utama dan cabang ke PHB

cabang atau langsung melalui sirkit akhir ke beban yang ada pada bangunan .

Pada sistem distribusi ,panel distribusi umumnya di kenal dengan Panel

Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) yaitu panel berbentuk lemari, yang dapat

dibedakan sebagai:

a. Panel Utama/MDP : Main Distribution Panel

b. Panel Cabang/SDP : Sub-Distribution Panel

c. Panel Beban/SSDP : Subsub-Distribution Panel

Sesuai dengan kegunaan dari panel listrik, maka dalam perancanaan harus di

sesuai dengan syarat dan ketentuan serta standar panel listrik yang ada. Untuk

penempatan panel listrik hendaknya disesuaikan dengan situasi bangunan dan

terletak ditempat yang mudah dijangkau dalam memudahkan pelayanan. Panel

harus mendapatkan ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, perbaikan,

pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman.

6
Dalam penempatan ini sangat mempengaruhi proses kelangsungan penyaluran

energi listrik, karena apabila penempatan dari panel tersebut tidak diperhatikan

maka kontinunitas pelayanan panel tersebut tidak akan bertahan lama dan dapat

mengurangi keandalan dalam penyaluran energi listrik. Penempatan panel pada

lokasinya dan persyaratan lainnya perlu memperhatikan aturan-aturan yang

terdapat di dalam PUIL 2000.

2.2 Panel Distribusi Utama (Main Distribution Panel/MDP)

Panel distrbusi utama merupakan jenis panel distribusi utama yang berfungsi

untuk menerima dan membagi energi listrik dari sumber PLN dan energi maupun

genset ,yang akan di hubungkan dengan sub distribusi panel dan subsub distribusi

panel dalam proses penyaluran energi listrik kepada beban dan daerah

penggunaan energi listrik.

Panel distribution utama bekerja untuk membagi daya pada suatu instalasi listrik

tertentu. pada industri umumnya ,memiliki perlengkapan hubung bagi yang

berbeda untuk setiap kebutuhanya yaitu panel untuk penerangan dan panel untuk

tenaga (motor-motor). Main distribution panel merupakan jenis panel yang

memiliki fungsi untuk dapat mengatur energi listrik yang di terima dari sumber

ke sub distribusi panel dan sub sub distribusi panel sebelum terhubung kepada

beban listrik nantinya.

2.3 Komponen Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)

Dalam merakit dan membuat sebuah panel maka di butuhkanlah beberapa

komponen penyusun dan komponen proteksi untuk berjalannya proses kerja dari

7
panel dengan baik. Adapun komponen yang di gunakan pada main distribution

panel ini adalah sebagai berikut :

2.3.1 Panel

Panel daya adalah tempat untuk mengatur dan mendistribusikan energi listrik dari

gardu listrik step down ke panel-panel distribusinya. Sedangkan yang dimaksud

panel distribusi daya adalah tempat menyalurkan dan mendistribusikan energi

listrik dari panel daya ke beban (konsumen) baik untuk instalasi tenaga maupun

untuk instalasi penerangan. Berikut contoh salah satu panel distribusi pada

gambar.1.

Gambar.1 Panel Distribusi


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

8
2.3.1.1 Jenis dan Tipe Panel

Menurut PUIL 2000 ; 6.3.2 – 6.4.3 jenis panel perlengkapan hubung bagi terdiri-

dari:

1. Panel Perlengkapan Hubung Bagi tertutup pasang dalam

Panel Perlengkapan Hubung Bagi tertutup pasang dalam adalah panel yang

sudah komponen-komponennya ditempatkan didalam kotak panel yang

tertutup dan terpasang didalam ruangan.

2. Panel Perlengkapan Hubung Bagi tertutup pasang luar

Panel Perlengkapan Hubung Bagi tertutup pasang luar adalah panel yang

seluruh komponen-komponen ditempatkan didalam kotak panel yang tertutup

dan dipasang diluar ruangan. Bahan yang digunakan harus tahan cuaca.

3. Panel Perlengkapan Hubung Bagi terbuka pasang dalam

Panel Perlengkapan Hubung Bagi terbuka pasang dalam tidak boleh

ditempatkan dekat saluran gas, saluran uap, saluran air atau saluran lainnya

yang tidak ada kaitannya dengan Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)

tersebut.

4. Panel Perlengkapan Hubung Bagi terbuka pasang luar

Tempat pemasangan Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) terbuka pasang

luar harus merupakan perlengkapang yang tahan cuaca. Perlengkapan atau

harus mempunyai saluran air sehingga dapat dicegah terjadinya genangan air.

9
2.3.1.2 Penempatan panel

Penempatan panel harus memenuhi syarat-syarat berikut ini sesuai dengan PUIL

2000 (6.3-6.4) yaitu :

1. Tinggi maksimal dari lantai 1,2 – 2m.

2. Di depan panel harus memiliki ruang bebas yang cukup luas.

3. Saat membuka panel ini tidak terganggu oleh benda apapun.

4. Pintu harus bisa terbuka penuh.

5. Panel dipasang pada tempat yang sesuai, kering dan berventilasi cukup.

2.3.1.3 Penempatan Panel di Dekat Tandon Air atau Dapur Listrik

Jika pemasangan panel ternyata di letakan pada posisi dapur atau daerah yang

lembab atau basah maka Hal-hal berlaku bagi PHB di dekat tandon air atau

dapur listrik menurut PUIL .(4.13.1.4) yaitu :

1) Daerah terlarang.

Suatu PHB tidak boleh dipasang di dalam ruang yang dibatasi oleh bidang

vertikal.

a. 0,15 m dari tepi peranti pemasak, tungku, pelat panas atau peranti masak

sejenis yang magun, memanjang dari lantai sampai ke langit-langit;

b. 0,15 m dari batas tandon air tempat cuci piring, tempat cuci tangan atau

wadah sejenis, memanjang dari lantai sampai ke langit-langit;

c. 0,15 m dari keliling tandon air suatu kloset untuk buang air, atau tempat

buang airkecil, tangki air, memanjang dari lantai sampai ke langit-langit,

atau

10
d. 0,5 m dari keliling tandon air dari tungku pemanas untuk mencuci, bak

cuci atau tempat mandi, memanjang dari lantai sampai ke langit-langit.

2) Lokasi terbatas.

Suatu PHB dapat dipasang di luar ruang yang ditentukan dalam butir 1) akan

tetapi didalam batas 2,5 m dari tandon air atau tepi suatu dapur pemasak hanya

jika PHB mempunyai, atau dipasang di dalam suatu selungkup yang

mempunyai suatu tingkat proteksi yang tinggi, tidak kurang dari IP23.

Persyaratan ini dianggap terpenuhi terhadap kebocoran air jika PHB dipasang

dalam lemari yang mempunyai pintu-pintu yang tertutup dengan rapat (kedap

air).

2.3.2 Saklar pada Panel Perlengkapan Hubung Bagi

Saklar merupakan salah satu komponen penting pada sebuah rangkaian listrik,

dimana saklar akan meghubungkan dan memutuskan aliran energi listrik yang

mengalir terhadap rangkaian.

2.3.2.1 Saklar Beban

Pada penggunaan saklar beban pada umumnya termasuk kedalam saklar tipe

rotari, dimana jumlah kutub dari kutup saklar di sesuaikan dengan jumlah phasa

dari setiap kabel penghantarnya. Saklar ini berfungsi untuk menghubungkan dan

atau memutuskan suplai energi listrik yang masuk ke rangkaian komponen panel.

Untuk panel yang besar pada umumnya menggunakan NFB sekaligus saklar

dan pengaman dengan kapasitas arus yang memadai.

11
Gambar.2 Saklar Beban
(Sumber : http://suriptoinstalasi.wordpress.com/)

2.3.2.2 Volt Selector

Volt selector adalah selector atau pengatur yang digunakan untuk memilih

tegangan listrik dimasing-masing jalur listrik / phasa yang ada pada rangkaian

tersebut. Adapun jalur-jalur yang bias digunakan pada volt selektro ada antara line

to line / phasa to phasa dan line to netral atau phasa to netral.

R dengan S

S dengan T

T dengan R

R dengan N

S dengan N

T dengan N

Saat volt selector di gunakan untuk mengatur tegangan pada jalur rangkaian maka

besarnya tegangan yang dihasilkan berdasarkan jalur tadi bisa dilihat di volt

meter.

12
Gambar.3 Volt Selector
(Sumber : http://cansenswitch.en.busytrade.com)

Dengan di lakukannya pemasangan volt selector pada rangkaian panel distribusi

maka volt selector akan mengatur jalan dari penggunaan pengukuran tegangan

pada volt meter. Dengan demikian maka tidak di perlukan lagi adanya

penggunaan voltmeter pada setiap jalur phasa dari panel ditrisbusi tersebut.

2.3.3 Perangkat Proteksi

Dalam merakit / mmebuat sebuah panel distribusi energi energi listrik salah satu

komponen penting yang harus sangat di perhatikan adalah bagian perlatan

proteksi atau alat – alat pengaman. Peralatan pengaman di gunakan untuk

melindungi operator dan semua peralatan yang terhubung dengan rangkaian

panel tersebut.

Untuk mencari nilai dari pemutus sirkit (perangkat proteksi) yang akan dipakai,

dapat ditentukan dengan mencari nilai arus nominal yang mengalir dan arus

hubung pendek. Untuk arus nominalnya dapat dicari dengan rumus sebagai

berikut :

13
a) Untuk arus satu phasa :

𝑃
𝐼= …………………………………………………...(1)
𝑉.𝐶𝑜𝑠∅

b) Untuk arus tiga phasa :

𝑃
𝐼= ………………………………………………...(2)
√3.𝑉.𝐶𝑜𝑠∅

Dimana :

I = Arus nominal (Ampere).

V = Pada arus satu phasa adalah tegangan line-netral (Volt).

V = Pada arus tiga phasa adalah tegangan line-line (Volt).

P = Daya (Watt).

Cos ∅ = Faktor Daya

Adapun alat – alat proteksi yang digunakan pada main distribution panel ini

adalah :

2.3.3.1 Moulded Case Cicuit Breaker (MCCB )

MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk

penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi

sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis

tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur

sesuai dengan yang diinginkan.

14
Gambar.4 MCCB
(Sumber : Buku Teknik Pemanfaatan Energi Listrik Jilid I)
Keterangan :
1. Bahan (Material for Base and Cover) BMC untuk bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan untuk pemasangan ST dan UVT (Under Voltage Trip)
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip

2.3.3.2 Miniature Circuit Breaker (MCB)

Circuit Breaker adalah suatu alat pengaman pemutus rangkaian kelistrikan yang

dapat bekerja secara otomatis. Circuit breaker berfungsi sebagai pengaman

terhadap arus beban lebih atau arus hubungan singkat atau pengaman kedua-

duanya dan sebagai sakelar yang berkemampuan untuk mengatasi kenaikan

beban sakelar. Miniatur Circuit Breaker (MCB) adalah salah satu macam Cirkuit

Breaker yang dilengkapi dengan pengaman bimetal sebagai pengaman beban

lebih.

15
Dimana ketika terjadinya beban lebih akibat hubung singkat maka bimetal pada

MCB tersebut akan panas dan secara lansung melengkung yang mengakibatkan

terjadi pemutusan penyaluran energi listrik . Miniatur Circuit Breaker (MCB) ini

banyak digunakan untuk mengamankan rangkaian listrik arus hubung singkat dan

beban lebih.

Gambar.5 Mini Circuit Breaker (MCB)


(Sumber : Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1)

Penentuan ukuran pengaman adalah besarnya arus atau nominal yang akan

digunakan. Adapun cara untuk menentukan ukuran pemakaian MCB adalah

sebagai berikut :

1. Dihitung atau dijumlahkan berapa daya (watt) seluruh muatan penghantar

tersebut. Berdasarkan nilai muatan itu, dihitung besar arus listrik ampere yang

mengalir pada penghantar, yaitu:

𝑃
In = ………………….. (3)
𝑉.𝐶𝑜𝑠∅

16
2. Ukuran sekering atau pengaman, yaitu arus nominal dari sekering

(pengaman) harus lebih besar sedikit atau sama dengan arus beban.

I mcb ≥ I beban ...................................... (4)

2.3.3.3 Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)

Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) adalah suatu alat listrik yang

dipergunakan sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang dapat memutuskan

sirkit termasuk penghantar netralnya secara otomatis dalam waktu tertentu, bila

arus sisa yang timbul karena terjadinyakegagalan isolasi melebihi nilai tertentu

sehingga bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi dapat dicegah.

Pengaman ini memiliki sebuah transformator arus dengan inti berbentuk gelang.

Inti ini melingkari semua hantaran suplai ke mesin atau sistem yang diamankan,

termasuk penghantar netral.

Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti transformator sama

dengan nol. Kalo ada arus bocor ke tanah, keadaan seimbang akan terganggu.

Karena itu dalam inti transformator akan timbul suatu medan magnetik yang

membangkitkan tegangan dalam kumparan sekunder. Apabila arus bocor tersebut

mencapai pada suatu harga tertentu maka relay pada ELCB akan bekerja

melepaskan kontak-kontaknya.

17
Gambar.6 ELCB
(Sumber :Teknik pemanfaatan tenaga listrik 1)

2.3.4 Penghantar

Untuk instalasi listrik, penyaluran arus listriknya dari panel ke beban maupun

sebagai pengaman (penyalur arus bocor ke tanah) digunakan penghantar listrik

yang sesuai dengan penggunaanya. Untuk mendapatkan luas penampang

penghantar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang mengalir pada busbar

tersebut dan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam PUIL 2000, yaitu

arus busbar harus 1,25 kali arus nominalnya.

a) Arus listrik nominal untuk satu phasa yang mengalir dapat dicari dengan

menggunakan rumus :
𝑃
𝐼𝑛 = 𝑉. …………………………………………. (5)
𝐶𝑜𝑠∅

b) Arus listrik nominal untuk tiga phasa yang mengalir dapat dicari dengan

menggunakan rumus :
𝑃
𝐼𝑛 = …………………………………………. (6)
√3 𝑉. 𝐶𝑜𝑠∅

18
c) Maka besarnya kemampuan hantar arus adalah:

KHA =1,25 × Inominal………………………………. (7)

Setelah itu untuk menentukan luas penampang penghantar dan jenis penghantar

dapat dilihat pada lampiran A.1.

Untuk menentukan besar ukuran kabel netral, dapat menggunakan rumus dibawah

ini :

N=½P (8)

Dimana :

N = Ukuran kabel netral (mm2)

P = Ukuran kabel phasa (mm2)

Setiap penghantar mempunyai warna instalasi berbeda. Dimana perbedaan warna

ini dimaksukan agar mempermudah dalam penginstalasian serta mencegah

terjadinya kesalahan dalam penyambungan penghantar yang berbeda.

Adapun warna isolasi pada setiap penghantar (PUIL 2000 :240) adalah :

a. Warna isolasi merah untuk phasa L1/R

b. Warna isolasi kuning untuk phasa L2/S

c. Warna isolasi hitam untuk phasa L3/T

d. Warna isolasi biru untuk netral.

e. Warna isolasi loreng hijau kuning untuk pembumian

19
Cara penggunaan kode pengenal untuk salah satu jenis kabel yaitu :

Arti huruf-huruf kode yang digunakan adalah :

N : Kabel jenis standar dengan penghantar tembaga

NA : Kabel jenis standar dengan penghantar aluminium

Y : Isolasi atau selubung PVC

F : Perisai kawat baja pipih

R : Perisai kawat baja bulat

Gb : Spriral pita baja

Re : Penghantar padat bulat

Rm : Penghantar bulat kawat banyak

se : Penghantar padat bentuk sektor

sm : Penghantar kawat banyak bentuk sektor

2.3.4.1 Kabel NYA (thermoplastic insulated single core cable)

Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini pada

umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya pada

instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau paralon / PVC

ataupun pipa fleksibel.

20
Gambar.7 Kabel NYA
(Sumber : Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1)

2.3.4.2 Kabel NYM (thermoplastic insulated and sheated cable)

Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan

memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruksi dari kabel NYM terlihat pada

gambar. Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak

menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel /

revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding / beton menggunakan

selongsong pipa.

Gambar.8 Kabel NYM


(Sumber : Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1)

21
2.3.4.3 Kabel NYY (low tension insulated and PVC sheatedpower cable)

Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk

kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan

syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis.

Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu. Pada

prinsipnya susunan NYY ini sama dengan susunan NYM. Hanya tebal isolasi dan

selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda. Warna selubung

luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya 0,6/1 kV

dimana maksudnya yaitu :

0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah.

1,0 kV : Tegangan nominal antar penghantar.

Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi

industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam

lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. NYY

dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya

terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis.

Gambar.9 Kabel NYY


(Sumber : Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1)

22
2.3.4.4 Kabel NYFGbY

Kabel NYFGbY merupakan salah satu tipe penghantar yang umum di gunakan

pada dunia industry dengan konsumsi energi listrik yang cukup menengah dan

tinggi. Dimana kabel ini merupakan kabel tanah thermoplastik berperisai seperti

NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel

secara mekanis, kabel NYFGbY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan

isolasi PVC, penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau

pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan

pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada pita

baja, maka kabel di selubungi pelindung PVC warna hitam.

Gambar.10 kabel NYFGbY


(Sumber : Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1)

Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam ruangan di

dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana perlindungan

dari semua gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk tekanan rentangan yang

tinggi selama dipasang dan dioperasikan.

23
2.3.4.5 BUSBAR

Busbar adalah salah satu komponen inti kedua setelah breaker. Busbar merupakan

komponen penghantar listrik yang dapat memadai arus dan tegangan listrik

kapasitas besar. Busbar yang sangat umum an memang sudah lazim dipakai untuk

perakitan panel terbuat dari tembaga. Karena tembaga memiliki tingkat korosi

yang sangat kecil atau bahkan 0% korosi akan tetapi ada yang lebih baik dari

tembaga yakni emas. Emas merupakan penghantar yang paling bagus karena

memiliki tingkat karat yang lebih rendah atau sama sekali tidak memiliki

tingkatan karat.

Gambar.11 Tampilan rel tembaga (busbar)


(Sumber : http://www.bbelectro.com/cb.html)

Sistem rel yang dipakai pada PHB induk disebut dengan “Sistem 4 rel”. Tiga rel

diperuntukkan untuk penghantar 3 phasa masing-masing LI/R, L2/S, dan L3/T

dan satu rel lagi diperuntukkan untuk hantaran PE atau PEN, yang diletakkan pada

bagian bawah di PHB. Sedangkan untuk rel phasanya dipasang pada bagian atas

secara mendatar.

24
Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan arus yang

mengalir pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standart yang ditetapkan

dalam PUIL 2000, yaitu arus busbar harus 1,5 kali arus nominalnya.

a) Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan

rumus :

𝑃
𝐼= …………………………………(9)
√3.𝑉.𝐶𝑜𝑠∅

b) Maka arus busbarnya :

Ibusbar =1,5× Inominal……………………… (10)

Untuk hantaran rel untuk pentanahan (PE atau PEN) secara listrik harus

dihubungkan ke kerangka panel dan ukurannya diperhitungkan agar mampu dialiri

oleh setiap arus hubung singkat yang mungkin timbul. Ukuran rel penghantar

untuk PE atau PEN berdasarkan pengalaman adalah 25% kali ukuran rel

penghantar phasanya.

Sebagai dasar untuk menentukan ukuran rel diantaranya adalah kondisi operasi

normal dan rating arusnya, kondisi hubung singkat (berupa panas yang

dibangkitkan diakibat oleh arus hubung singkat tersebut) dan besarnya ketegangan

dinamis. Dengan demikian data-data dari pabrik pembuat rel ini harus relevan

dengan standar desain panel yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan. Untuk

warna dan lambang pengenal penghantar dapat dilihat pada lampiran A.2.

25
2.3.4.6 Kawat BC

Kawat bc merupakan kawat yang terbuat dari bahan tembaga yang sering

digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari rangkaian panel yang terhubung

secara lansung kepada bagian grounding / pentanahan dari panel.

Kawat BC ini di pilin atau di stranded memiliki tujuan untuk memberikan

ketahanan dan penambahan kekuatan secara mekanis. Ukuran atau tegangan

untuk kawat BC maksimal adalah dari rentang 6 hingga 500 mm² dengan

tegangan maksimum hingga 500 V pada saat kedaan berbeban.

Gambar.12 Kawat BC
(Sumber : http://www.indonetwork.co.id)

2.3.5 Alat Ukur

Alat ukur merupakan komponen penyusun pada sebuah rangkaian

kelistrikan,dimana alat ukur akan bekerja untuk memberikan sinyal dan nilai dari

besaran tegangan,arus atau daya yang mengalir pada rangkaian kelistrikan.

Adapun alat ukur yang digunakan pada panel ini adalah sebagai berikut :

26
2.3.5.1 Amperemeter

Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus. Bagian terpenting dari

Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya

antara medan magnet dan kumparan berarus.

Gambar.13 Ampere meter


(Sumber : http://www.cndixsen.com)

Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet

timbul gaya lorentz yang menggerakan jarum penunjuk menyimpang. Apabila

arus yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar

sedemikian sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar.

2.3.5.2 Voltemeter

Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik. Alat ini sering digunakan

oleh teknisi elektronik yang biasanya menjadi satu dalam multi tester atau

Avometer.

27
Gambar.14 Voltmeter
(Sumber : http://opiobjektid.tptlive.ee)

Prinsip Kerja Voltemeter

Prinsip Kerja Voltmeter hampir sama dengan Amperemeter karena desainnya juga

terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer

menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antara medan magnet dan

kuat arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang

menggerakan jarum penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang

melewati kumparan.

Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi pada

galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga sebagian

tegangan akan berkumpul pada multiplier. Dengan demikian kemampuan

mengukurnya menjadi lebih besar.

2.3.5.3 Kw meter

Kw meter adalah alat ukur yang di gunakan untuk mengetahui energi listrik yang

di konsumsi oleh beban rangkaian beban kelistrik. Tegangan yang di ijinkan 380

Volt.

Sistem wiring Kilo watt meter terdiri atas 3 phasa 4 wire dengan standart

Frekuensi sebesar 50 Hz. Cara pemasangan kilo watt meter yaitu sama seperti

28
pemasangan kwh meter 3 phasa dimana,kilo watt meter di hubungkan secara seri

parallel.

Gambar.15 Kw meter
(Sumber : http://www.sew.com.tw)

Kw pada prinsipnya adalah seperti meter Kwh, yaitu mengukur daya,akan tetapi

kilo wattmeter hanya menampilkan jumlah pemakaian energi saja, sedangkan

Kwh meter selain menampilkan jumlah pemakaian energi ,kwh juga akan

mencatat konsumsi energi tersebut.

2.3.5.4 Power faktor / cos phi meter

Cos phi meter merupakan alat alat ukur yang digunakan untuk mengetahui,

besarnya factor kerja (power factor) yang merupakan beda phasa antara tegangan

dan arus.dimana cos phi meter dapat di pasang secara seri parallel sama dengan

watt meter.

Gambar.16 cos phi meter


(Sumber : http://kahael.com)

29
Cos phi meter umumnya digunakan pada :

1. Panel pengukuran mesin pembangkit tenaga listrik

2. Panel gardu hubung gardu induk

3. Alat pengujian,alat pengukuran dan lain – lain.

2.3.6 Lampu Indikator

Lampu tanda/indikator berfungsi untuk memberi tanda bagi operator bahwa panel

dalam keadaan kerja/bertegangan atau tidak. Warna merah sebagai tanda panel

dalam keadaan kerja, maka harus hati-hati. Sedangkan warna hijau bahwa panel

dalam keadaan ON arus mengalir kerangkaian beban listrik.

Gambar.17 Lampu indikator pada panel


(Sumber : http://indonetwork.co.id)

Lampu indikator ini juga berfungsi sebagai tanda tegangan kerja 3 phasa, dengan

warna lampu merah, kuning, hijau.

2.3.7 Transformator

Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk

menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau

sebaliknya. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator dapat dikatakan

sebagai jantung dari transmisi dan distribusi. Dalam kondisi ini suatu

30
transformator diharapkan dapat beroperasi secara maksimal (kalau bisa terus

menerus tanpa berhenti).

Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti itu maka cara pemeliharaan

juga dituntut sebaik mungkin. Oleh karena itu transformator harus dipelihara

dengan menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik dan tepat. Untuk itu

regu pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian transformator dan bagian-

bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian yang lainnya.

Transformator di bedakan atas 2 jenis yaitu :

2.3.7.1 Transformator Tegangan / Potential Transformator (PT)

Transformator tegangan adalah alat pengubah besaran listrik (tegangan) dari suatu

harga ke harga yang lain yang tertentu besarnya. Transformator tegangan

merupakan salah satu dari beberapa jenis transformator yang ada, yang berfungsi

sebagai alat pembantu dalam pengukuran tegangan

Gambar.18 Potensial Transformer


(Sumber : Memelihara Panel Listrik )

31
Alat ini biasa digunakan untuk memberi tegangan kepada meter – meter dan

peralatan pengaman yang memerlukannya, dan biasa dipasang pada sisi tegangan

tinggi dari suatu jaringan listrik.

2.3.7.2 Transformator arus / Current Transformator (CT)

Transformator arus adalah suatu alat listrik yang berfungsi untuk mengubah besar

arus tertentu (di lilitan primer) ke besaran arus tertentu lainnya (di lilitan

sekunder) melalui suatu kopling elektro megnetis.

Gambar.19 Current Transformer


(Sumber : Memelihara Panel Listrik )

Transformtor arus ini banyak dgunakan didalam bidang pengukuran – pengukuran

listrik untuk memperoleh besaran ukur bagi ampere meter, kWh meter, watt meter

dan sebagainya.

2.3.8 Aksesoris Pendukung Panel

Asesories PHB adalah merupakan bagian dari komponen PHB disamping

komponen utama. Asesories panel ini adalah merupakan bagian kelengkapan dari

32
panel, sedang kita sendiri tahu bahwa terdapat pula berbagai macam jenis panel,

maka asesories panel ini jenis dan bentuknya pun sangat bervariasi.

2.3.8.1 Penopang Rel

Penopang rel ini adalah merupakan bagian atau komponen Panel yang penting,

karena komponen ini berfungsi kecuali sebagai dudukan rel dan sekaligus

mengikat rel tersebut agar tidak bergerak, sehingga jarak antar rel dan jarak antara

rel dengan bagian konduktif yang terdapat pada panel dapat terjaga dengan baik.

Disamping itu juga berfungsi sebagai isolator antara rel dengan bagian-bagian

konduktif yang terdapat pada panel. Terdapat beberapa jenis desain konstruksi

penopang rel, diantaranya adalah rel penopang bentuk : silinder, persegi, tangga,

jepit, dan sebagainya.

Gambar.20 penopang busbar


(Sumber : Perencanaan dan Kontruksi Panel Listrik)

Dengan adanya penopang rel ini maka akan mencegah adanya hubungan energi

listrik mengalir pada busbar ke pada bodi dari panel atau komponen lain dari

panel.

33
2.3.8.2 Rel Omega dan Rel C

Rel omega dan rel C ini ada terbuat dari cadmium dan alumunium, rel ini dalam

perakitan Panel biasanya dipasang pada dasar (base) panel atau pada rangkanya.

Fungsi dari rel ini adalah sebagai dudukan untuk komponen-komponen utama dari

panel diantaranya MCB, sekering dan lain – lain.

Gambar.21 Rel Omega


(Sumber : Perencanaan dan Kontruksi Panel Listrik )

2.2.8.3 Rel Penyambung

Rel penyambung merupakan sebuah alat pendukung panel yang berfungsi untuk

menyambungkan energi listrik yang mengalir kepada beberapa MCB satu atau

tiga phasa antara satu dengan lainnya. Rel penyambung umumnya digunakan

sebagai pelengkap / aksesoris dari panel dimana panjang penggunaan rel ini dapat

dipotong dan di sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan .

34
Gambar.22 Rel Penyambung
(Sumber : Perencanaan dan Kontruksi Panel Listrik)

2.3.8.4 Terminal

Terminal merupakan alat atau komponen pendukung dalam pembuatan panel

dimana terminal digunakan sebagai tempat terjadinya pencabangan dari

penghantar pada panel tersebut.

Gambar.23 Terminal
(Sumber : Perencanaan dan Kontruksi Panel Listrik )

2.4 Pentanahan

2.4.1 Pengertian Pentanahan

Pentanahan (grounding) adalah merupakan suatu mekanisme dimana daya listrik

dihubungkan langsung dengan tanah (bumi). Seperti kita ketahui bersama bahwa

arus listrik terjadi jika ada perbedaan potensial diantara 2 (dua) buah titik (node).

Arus listrik selalu mengalir dari titik yang mempunyai energi potensial (Ep) yang

35
lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi potensial lebih rendah. Hal ini terjadi

sebaliknya dengan arah aliran elektron yang mengalir dari titik dengan Ep yang

lebih rendah ke titik yang mempunyai Ep yang lebih tinggi, mengapa dapat terjadi

demikian?, ilmu elektronika yang akan menjawabnya, yakni suatu cabang ilmu

fisika yang secara khusus mempelajari aliran elektron.

Energi listrik atau biasa disebut dengan daya listrik (P) yang notabene adalah

merupakan hasil perkalian antara tegangan listrik (V) dengan arus listrik (I) selalu

akan mengalir ke titik yang mempunyai tantangan atau rintangan atau hambatan

(R) yang paling besar, mengapa bisa begitu? Fenomena ini dapat dijawab dengan

percobaan dengan mempergunakan zat cair (air) dengan bejana berhubungan,

misalnya bentuk setiap bejana yang berhubungan itu mempunyai perbedaan

bentuk dan ukurannya, akan terlihat bahwa jika pada bejana berhubungan tersebut

kita alirkan air untuk memenuhi semua bejana tersebut, maka semua bejana

tersebut akan menjadi penuh secara bersamaan dalam waktu yang sama, hal ini

dapat kita analogikan dengan apa yang terjadi pada energi listrik.

Dengan demikian ternyata bahwa arus listrik akan mengalir jika ada hambatan

atau rintangan yang menghalang diantara 2 titik yang berbeda, mengapa?

jawabannya adalah dengan adanya rintangan atau hambatan yang ada akan

menyebabkan terjadinya perbedaan potensi pada masing-masing titik, sehingga

menyebabkan terjadinya arus listrik (I) diantara kedua titik tersebut.

Jadi usahakanlah tantangan atau hambatan diantara kedua titik yang berbeda

potensinya agar menjadi sekecil mungkin (mendekati nilai nol) untuk menghindari

terjadinya arus listrik diantara kedua titik tersebut, karena semua penghantar

36
mempunyai tahanan masing-masing atau disebut dengan tahanan jenis, maka

untuk membuat tahanan yang benar-benar bernilai nol diantara kedua titik

tersebut, yakni hanya dengan menghubungkannya ke bumi atau tanah yang akan

menyebabkan tahanan atau hambatan diantara kedua titik tersebut menjadi nol

sehingga tidak ada perpindahan daya listrik yang terjadi diantara keduanya.

2.4.2 Tujuan Pentanahan

Adapun tujuan dari sistem pentanahan tersebut adalah untuk membatasi tegangan

pada bagian-bagian peralatan yang tidak seharusnya dialiri arus misalnya

body/casing, hingga tercapai suatu nilai yang aman untuk semua kondisi operasi,

baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan, memberikan jaminan

keselamatan dari bahaya kejut listrik, baik perlindungan dari sentuh langsung

maupun tak langsung, serta perlindungan terhadap suhu berlebih yang dapat

mengakibatkan kebakaran.

Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-

impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik

dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic

discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient

voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.

Jika terjadi gangguan/kondisi yang tidak diinginkan, baik langsung atau tidak

langsung (induksi), diupayakan agar gangguan tersebut dialirkan ke tempat yang

aman, misal, ke tanah.

37
Grounding yang baik tergantung kondisi tanah (komposisi dan kelembaban),

semakin basah tanah maka resistansinya semakin kecil sehingga semakin mudah

mengalirkan arus/tegangan buangan. Jadi simpelnya, usahakan grounding

mencapai permukaan air dan menggunakan kabel khusus grounding (penghantar)

yang baik. cukup ideal jika disambungkan dengan pipa instalasi pompa/mesin air.

Tambahan, berikut dari salah satu sumber tentang jenis-jenis gangguan listrik

yang sering terjadi yaitu : Blackouts, Blackouts, Line Noise, Sags, Surges,

Spike/Lightning.

2.4.3 Karakteristik Pentanahan yang Efektif

Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah:

a. Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada data center

harus merupakan koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya dengan

kaidahkaidah tertentu.

b. Verifikasi secara visual dapat dilakukan.

c. Sesuai dengan ukuran, TIA-942 menyediakan guideline untuk setiap

komponen pada data center.

d. Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.

e. Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan

tujuan untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat

konduktif pada potensial yang sama.

38
2.4.4 Komponen Utama Pentanahan

Dalam sistem pentanahan komponen komponen utama yang diperlukan antara lain

elektroda pentanahan dan hantaran pentanahan berperan sangat besar. Elektroda

Pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah dan sebagai kontak

langsung dengan tanah yang diusahakan sampai mencapai titik air tanah. Bahan

elektroda pentanahan ialah tembaga atau baja profil digalvanisir atau pipa galvanis,

sedangkan ukuran dan jenis elektroda pentanahan bermacammacam tergantung dari

lokasi dan metode pentanahannya. Jenis elektroda pentanahan antara lain :

1. Elektroda Batang / pasak yaitu elektroda dari batang logam tembaga Cu

(Cupper Rod / Ground Rod ) berdiamater minimum 5/8”, atau batang logam

baja profil / pipa galvanis berdiameter 1,5” yang dipancangkan tegak dalam

tanah sedalam 2,75 meter. (Gambar.24)

Gambar.24 Elektroda Batang


(Sumber : Megger dan Pengukuran Pentanahan)

2. Elektroda pita ( strip plat ) yang dibentuk lingkaran ditanam minimum 0,5 –

1m dari permukaan tanah. ( Gambar.25 )

Gambar.25 Elektroda Pita

39
(Sumber : Megger dan Pengukuran Pentanahan )

3. Elektroda plat ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah.(Gambar.26 )

Gambar.26 Elektroda Plat


(Sumber : Megger dan Pengukuran Pentanahan)

4. Elektroda jembatan ( mesh / grounding bridge ) dibuat dari strip plat yang

dirangkai menyerupai jembatan biasanya dipasang dibawah tower transmisi

(Gambar.27 )

Gambar.27 Eletrode Jembatan


(Sumber : Megger dan Pengukuran Pentanahan )

Hantaran pentanahan yaitu hantaran sebagai penyalur arus, harus jenis penghantar

yang baik, kuat secara mekanis dan dilindungi untuk menjaga kemungkinan

gangguan mekanis yang dapat menyebabkan turunnya daya hantar ataupun terputus.

Satu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasangan sistem pentanahan adalah

cara penyambungan / kontak sambung. Penyambungan harus baik dan benar sehingga

memenuhi persyaratan mekanis maupun daya hantar listriknya, sambungan harus

dapat dibuka dalam rangka pengujian besarnya tahanan pentanahan dan

pemeliharaan.

40
2.4.5 Resistansi Pentanahan

Struktur dan karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak diketahui

karena mempunyai kaitan erat dengan perencanaan sistem pentanahan yang akan

digunakan. Nilai tahanan jenis tanah harganya bermacam-macam, tergantung pada

komposisi tanahnya. Batasan atau pengelompokan tahanan jenis dari berbagai macam

jenis tanah pada kedalaman tertentu tergantung pada beberapa hal antara lain

pengaruh temperatur, pengaruh kelembaban, dan pengaruh kandungan kimia.

a. Tahanan Jenis Tanah

Nilai resistans jenis tanah, rt sangat berbeda tergantung komposisi tanah

seperti dapat dilihat dalam pasal 320-1 dalam PUIL 1987 atau yang

ditunjukkan pada Tabel.1.

Tabel.1 Nilai Rata- Rata Tahanan Jenis tanah rt

Jenis Tanah Resistans jenis tanah rt dalam ohm-m

Tanah Rawa 10…..…..40


Tanah Liat dan Tanah Ladang 20…..…..100
Pasir Basah 50…..…..200
Kerikil Basah 200……..3000
Pasir/Kerikil Kering <10000
Tanah Berbatu 2000……3000
Air Laut dan Air Tawar 10………100

Nilai-nilai tersebut pada Tabel.1 seluruhnya berlaku untuk tanah lembab

sampai basah. Pasir kering mutlak atau batu adalah suatu bahan isolasi yang

bagus, sama seperti air destilasi. Maka elektroda bumi selalu harus ditanam

sedalam mungkin dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak

dalam lapisan tanah yang basah.

Tahanan jenis tanah dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

ρ = 2 π a Re …………………………………………….. (11)

= 2 π a V/I ……………………………………………....(12)

41
Dimana :

ρ = tahanan jenis tanah (Ωm)

π = phi (3,14)

a = jarak antara elektroda (m)

Re = Tahanan Pentanahan (Ω)

V = Tegangan antar elektroda (V)

I = Arus yang digunakan (A)

b. Resistansi Pembumian

Resistans pembumian elektroda bumi rt tergantung pada jenis dan keadaan

tanah serta pada ukuran dan susunan electrode. Untuk melihat nilai rata – rata

dari resistensi pembumian dapat dilihat pada tabel.1.

Tabel.2 Nilai rata-rata dari resistansi pembumian untuk elektroda bumi

Plat Vertikal
Jenis Panjang pita atau Panjang Batang
dengan sisi +1 m
Elektroda Penghantar Pilin atau Pipa
dalam tanah
Resistansi 10m 25m 50m 100m 1m 2m 3m 5m 0,5x1m 1x1m
Pembumian 20 10 5 3 70 40 30 20 35 25

Rumus untuk menentukan tahanan satu buah elektroda batang adalah :

Re = V/I ………………………………………………………(13)

Dimana : Re = Tahanan Pentanahan (Ω)

V = Teganan antar elektroda (V)

I = Arus yang digunakan (A)

42
BAB III

PERANCANGAN PANEL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI (PHB)

3.1 Data Beban Instalasi

Untuk melakukan sebuah perancangan panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)

terlebih dahulu harus diketahui dulu beban dan pembagian grup dari instalasi

gedung tersebut. Data beban-beban tersebut berdasarkan ruangannya dapat dilihat

pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel.3 Data Beban Lampu Lantai 1

Ruangan Jenis Lampu Jumlah Daya Total


Teras Kanan Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 6 108 Watt
Teras Kiri Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 6 108 Watt
Teras Depan Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 2 36 Watt
Teras Belakang Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 5 90 Watt
Teras 2 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 6 240 Watt
Teras 3 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 4 160 Watt
Gang Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 6 240 Watt
Tangga Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 1 18 Watt
Ruang Belajar 1 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 16 640 Watt
Ruang Belajar 2 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 8 320 Watt
Ruang Belajar 3 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 16 640 Watt
Ruang Kantor 1 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 12 480 Watt
Toilet Perempuan Lampu HME 23 Watt, cos ϕ 0,6 4 92 Watt
Toilet Laki-Laki Lampu HME 23 Watt, cos ϕ 0,6 6 138 Watt
Toilet R. Kantor 1 Lampu HME 23 Watt, cos ϕ 0,6 3 69 Watt
Total 3379 Wat

Tabel.4 Data beban kotak kontak lantai 1

Ruangan Nama Barang Jumla Daya


h Total
Teras 2 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 1 200 VA
Ruang Belajar 1 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 4 800 VA
Kotak Kontak untuk Proyektor 300 Watt 2 600 VA
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 4 4600 VA
Watt
Ruang Belajar 2 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 2 400 VA

43
Kotak Kontak untuk Proyektor 300 Watt 1 300 VA
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 2 2300 VA
Watt
Ruang Belajar 3 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 4 800 VA
Kotak Kontak untuk Proyektor 300 Watt 2 600 VA
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 4 4600 VA
Watt
Ruang Kantor 1 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 5 1000 VA
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 2 2300 VA
Watt
Total 18500 VA

Jadi total daya terpakai untuk lantai 1 adalah :

P(L1) = 3379 + 18500 = 21879 VA

Tabel.5 Data beban lampu lantai 2

Ruangan Jenis Lampu Jumlah Daya Total


Teras Kanan Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 6 108 Watt
Teras Kiri Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 6 108 Watt
Teras Depan Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 2 36 Watt
Teras Belakang Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 3 54 Watt
Teras 1 Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 8 144 Watt
Teras 2 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 6 240 Watt
Gang Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 6 240 Watt
Tangga Lampu HME 18 Watt, cos ϕ 0,6 1 18 Watt
Gudang Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 6 240 Watt
Ruang Belajar 1 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 16 640 Watt
Ruang Belajar 2 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 8 320 Watt
Ruang Belajar 3 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 16 640 Watt
Ruang Kantor 1 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 12 480 Watt
Ruang Kantor 2 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 4 160 Watt
Ruang Kantor 3 Lampu TL 40 Watt, cos ϕ 0,45 4 160 Watt
Toilet Perempuan Lampu HME 23 Watt, cos ϕ 0,6 4 92 Watt
Toilet Laki-Laki Lampu HME 26 Watt, cos ϕ 0,6 6 138 Watt
Toilet R. Kantor 1 Lampu HME 23 Watt, cos ϕ 0,6 3 69 Watt
Total 3887 Watt

44
Tabel.6 Data beban kotak kontak lantai 2

Ruangan Nama Barang Jumlah Daya


Total
Teras 2 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 1 200 VA
Gudang Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 2 400 VA
Ruang Belajar 1 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 4 800 VA
Kotak Kontak untuk Proyektor 300 2 600 VA
Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 4 4600 VA
Watt
Ruang Belajar 2 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 2 400 VA
Kotak Kontak untuk Proyektor 300 1 300 VA
Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 2 2300 VA
Watt
Ruang Belajar 3 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 4 800 VA
Kotak Kontak untuk Proyektor 300 2 600 VA
Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 4 4600 VA
Watt
Ruang Kantor 1 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 5 1000 VA
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1.150 2 2300 VA
Watt
Ruang Kantor 2 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 2 400 VA
Ruang Kantor 3 Kotak Kontak Biasa (KKB) 200 VA 2 400 VA
Total 19700 VA

Jadi total daya terpakai untuk lantai 2 adalah :

P(L2) = 3387 + 19700 = 23087 VA

3.2 Pembagian Beban dan Group Instalasi Gedung AB

3.2.1 Lantai 1

a. Group 1

Tabel.7 Beban Group 1 Lantai 1

Ruangan Daya Lampu Daya Kotak Kontak Biasa (KKB)


Teras Kanan 108 Watt
Teras Kiri 108 Watt
Teras Depan 36 Watt
Teras Belakang 90 Watt
Teras 2 240 Watt 200 VA

45
Teras 3 160 Watt
Gang 240 Watt
Tangga 18 Watt

Besar arus untuk lampu TL dengan cos ϕ 0,45 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝑇𝐿) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

240 + 140 + 240


𝐼(𝑇𝐿) =
220 𝑥 0,45

640
𝐼(𝑇𝐿) =
99

𝐼(𝑇𝐿) = 6,47 𝐴

Besar arus untuk lampu HME dengan cos ϕ 0,6 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

108 + 108 + 36 + 90 + 18
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
220 𝑥 0,6

360
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
132

𝐼(𝐻𝑀𝐸) = 2,73 𝐴

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

200
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 0,1

200
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 0,91 𝐴

46
Maka arus total group 1 adalah :

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1) = 𝐼(𝑇𝐿) + 𝐼(𝐻𝑀𝐸) + 𝐼(𝐾𝐾)

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1) = 6,47 𝐴 + 2,73 𝐴 + 0,91 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1) = 10,11 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 1 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 10,11 A x 1,25

= 12,64 A

b. Group 2

Tabel.8 Beban Group 2 Lantai 1

Ruangan Daya Lampu


Ruang Kantor 1 480 Watt
Toilet Ruang Kantor 1 69 Watt
Toilet Perempuan 92 Watt
Toilet Laki – Laki 138 Watt
Ruang Belajar 640 Watt

Besar arus untuk lampu TL dengan cos ϕ 0,45 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝑇𝐿) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

480 + 640
𝐼(𝑇𝐿) =
220 𝑥 0,45

1120
𝐼(𝑇𝐿) =
99

𝐼(𝑇𝐿) = 11,3 𝐴

47
Besar arus untuk lampu HME dengan cos ϕ 0,6 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

69 + 92 + 138
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
220 𝑥 0,6

299
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
132

𝐼(𝐻𝑀𝐸) = 2,27𝐴

Maka arus total group 2 adalah :

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2) = 𝐼(𝑇𝐿) + 𝐼(𝐻𝑀𝐸)

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2) = 11,3 𝐴 + 2,27 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2) = 13,57 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 2 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 13,57 A x 1,25

= 16,97 A

c. Group 3

Tabel.9 Beban Group 3 Lantai 1

Ruangan Daya Lampu


Ruang Belajar 1 640 Watt
Ruang Belajar 2 320 Watt

Besar arus untuk lampu TL dengan cos ϕ 0,45 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝑇𝐿) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

640 + 320
𝐼(𝑇𝐿) =
220 𝑥 0,45

48
960
𝐼(𝑇𝐿) =
99

𝐼(𝑇𝐿) = 9,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝3) = 9,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 3 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 9,7 A x 1,25

= 12,13 A

d. Group 4

Tabel.10 Beban Group 4 Lantai 1

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak Biasa 200 VA 4 buah
Ruang Belajar 1 Kotak Kontak Proyektor 300 2 buah
Watt
Kotak Kontak Biasa 200 VA 2 buah
Ruang Belajar 2 Kotak Kontak Proyektor 300 1 buah
Watt

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

800 + 600 + 400 + 300


𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

2100
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 9,6 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝4) = 9,6 𝐴

49
Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 4 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 9,6 A x 1,25

= 12 A

e. Group 5

Tabel.11 Beban Group 5 Lantai 1

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak Biasa 200 VA 4 buah
Ruang Belajar 3 Kotak Kontak Proyektor 300 2 buah
Watt
Ruang Kantor 1 Kotak Kontak Biasa 200 VA 5 buah

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

800 + 600 + 1000


𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

2400
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 10,9 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝5) = 10,9 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 5 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 10,9 A x 1,25

= 13,63 A

50
f. Group 6

Tabel.12 Beban Group 6 Lantai 1

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 3 buah
Ruang Belajar 1
1.150 Watt

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝6) = 15,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 6 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

g. Group 7

Tabel.13 Beban Group 7 Lantai 1

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1 buah
Ruang Belajar 1
1.150 Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 2 buah
Ruang Belajar 2
1.150 Watt

51
Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝7) = 15,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 7 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

h. Group 8

Tabel.14 Beban Group 8 Lantai 1

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 3 buah
Ruang Belajar 3
1.150 Watt

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝8) = 15,7 𝐴

52
Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 8 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

i. Group 9

Tabel.15 Beban Group 9 Lantai 1

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1 buah
Ruang Belajar 3
1.150 Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 2 buah
Ruang Kantor 1
1.150 Watt

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝9) = 15,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 9 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

53
3.2.2 Lantai 2

a. Group 1

Tabel.16 Beban Group 1 Lantai 2

Ruangan Daya Lampu Daya Kotak Kontak Biasa (KKB)


Teras Kanan 108 Watt
Teras Kiri 108 Watt
Teras Depan 36 Watt
Teras Belakang 54 Watt
Teras 1 144 Watt
Teras 2 240 Watt 200 VA
Gang 240 Watt
Tangga 18 Watt
Ruang Kantor 2 160 Watt
Ruang Kantor 3 160 Watt
Besar arus untuk lampu TL dengan cos ϕ 0,45 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝑇𝐿) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

240 + 140 + 160 + 160


𝐼(𝑇𝐿) =
220 𝑥 0,45

800
𝐼(𝑇𝐿) =
99

𝐼(𝑇𝐿) = 8,1 𝐴

Besar arus untuk lampu HME dengan cos ϕ 0,6 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

108 + 108 + 36 + 54 + 18 + 144


𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
220 𝑥 0,6

468
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
132

𝐼(𝐻𝑀𝐸) = 3,6 𝐴

54
Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

200
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 0,1

200
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 0,91 𝐴

Maka arus total group 1 adalah :

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1) = 𝐼(𝑇𝐿) + 𝐼(𝐻𝑀𝐸) + 𝐼(𝐾𝐾)

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1) = 8,1 𝐴 + 3,6 𝐴 + 0,91 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1) = 12,61 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 1 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 12,61 A x 1,25

= 15,76 A

b. Group 2

Tabel.17 Beban Group 2 Lantai 2

Ruangan Daya Lampu


Ruang Kantor 1 480 Watt
Toilet Ruang Kantor 1 69 Watt
Toilet Perempuan 92 Watt
Toilet Laki – Laki 138 Watt
Ruang Belajar 640 Watt

55
Besar arus untuk lampu TL dengan cos ϕ 0,45 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝑇𝐿) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

480 + 640
𝐼(𝑇𝐿) =
220 𝑥 0,45

1120
𝐼(𝑇𝐿) =
99

𝐼(𝑇𝐿) = 11,3 𝐴

Besar arus untuk lampu HME dengan cos ϕ 0,6 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

69 + 92 + 138
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
220 𝑥 0,6

299
𝐼(𝐻𝑀𝐸) =
132

𝐼(𝐻𝑀𝐸) = 2,27𝐴

Maka arus total group 2 adalah :

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2) = 𝐼(𝑇𝐿) + 𝐼(𝐻𝑀𝐸)

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2) = 11,3 𝐴 + 2,27 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2) = 13,57 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 2 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 13,57 A x 1,25

= 16,97 A

56
c. Group 3

Tabel.18 Beban Group 3 Lantai 2

Ruangan Daya Lampu


Ruang Belajar 1 640 Watt
Ruang Belajar 2 320 Watt
Gudang 240 Watt

Besar arus untuk lampu TL dengan cos ϕ 0,45 (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝑇𝐿) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

640 + 320 + 240


𝐼(𝑇𝐿) =
220 𝑥 0,45

1200
𝐼(𝑇𝐿) =
99

𝐼(𝑇𝐿) = 12,1 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝3) = 12,1 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 3 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 12,1 A x 1,25

= 15,13 A

d. Group 4

Tabel.19 Beban Group 4 Lantai 2

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak Biasa 200 VA 4 buah
Ruang Belajar 1 Kotak Kontak Proyektor 300 2 buah
Watt
Kotak Kontak Biasa 200 VA 2 buah
Ruang Belajar 2 Kotak Kontak Proyektor 300 1 buah
Watt
Ruang Kantor 2 Kotak Kontak Biasa 200 VA 2 buah

57
Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

800 + 600 + 400 + 300 + 400


𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

2900
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 13,2 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝4) = 13,2 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 4 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 13,2 A x 1,25

= 16,5 A

e. Group 5

Tabel.20 Beban Group 5 Lantai 2

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak Biasa 200 VA 4 buah
Ruang Belajar 3 Kotak Kontak Proyektor 300 2 buah
Watt
Ruang Kantor 1 Kotak Kontak Biasa 200 VA 5 buah
Ruang Kantor 2 Kotak Kontak Biasa 200 VA 2 buah
Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

800 + 600 + 1000 + 400


𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

2800
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 12,73 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝5) = 12,73 𝐴

58
Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 5 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 12,73 A x 1,25

= 15,9 A

f. Group 6

Tabel.21 Beban Group 6 Lantai 2

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 3 buah
Ruang Belajar 1
1.150 Watt

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝6) = 15,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 6 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

59
g. Group 7

Tabel.22 Beban Group 7 Lantai 2

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1 buah
Ruang Belajar 1
1.150 Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 2 buah
Ruang Belajar 2
1.150 Watt

Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝7) = 15,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 7 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

h. Group 8

Tabel.23 Beban Group 8 Lantai 2

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 3 buah
Ruang Belajar 3
1.150 Watt

60
Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝8) = 15,7 𝐴

Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 8 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

i. Group 9

Tabel.24 Beban Group 9 Lantai 2

Ruangan Nama Beban Jumlah


Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 1 buah
Ruang Belajar 3
1.150 Watt
Kotak Kontak untuk AC 1,5 PK 2 buah
Ruang Kantor 1
1.150 Watt
Besar arus untuk kotak kontak (1) adalah:

𝑃
𝐼(𝐾𝐾) =
𝑉. 𝐶𝑜𝑠 𝜙

3 (1150)
𝐼(𝐾𝐾) =
220 𝑥 1

3450
𝐼(𝐾𝐾) =
220

𝐼(𝐾𝐾) = 15,7 𝐴

𝐼(𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝9) = 15,7 𝐴

61
Maka kemampuan hantar arus (KHA) untuk group 9 (7) adalah

KHA = I nominal beban x 125%

= 15,7 A x 1,25

= 19,6 A

62
3.3 Rekapitulasi Daya

Beban
Daya
Group Lantai TL 40 HME HME KKB 200 KKP KK AC Arus (A)
(VA)
W 23 W 18 W VA 300 W 1,4 kW
1 16 - 20 1 - - 1200 10,11
2 28 13 - - - - 1419 13,57
3 24 - - - - - 960 9,7
4 - - - 6 3 - 2100 9,6
5 1 - - - 9 2 - 2400 10,9
6 - - - - - 3 3450 15,7
7 - - - - - 3 3450 15,7
8 - - - - - 3 3450 15,7
9 - - - - - 3 3450 15,7
1 32 - 26 - - - 1268 12,61
2 28 13 - - - - 1419 13,57
30 - - - - - 1200 12,12
4 - - - 10 3 - 2900 13,2
5 2 - - - 11 2 - 2800 12,73
6 - - - - - 3 3450 15,7
7 - - - - - 3 3450 15,7
8 - - - - - 3 3450 15,7
9 - - - - - 3 3450 15,7
SPARE 9500 25
Jumlah Total 54766 257,32

63
3.4 Perhitungan dan Pemilihan Komponen Panel

3.4.1 Komponen Panel SDP Lantai 1

Sebelum menentukan komponen yang digunakan pada panel ini maka terlebih

dahulu kita harus mengetahui besar arus yang melewati panel sdp lantai 1.

Arus total beban lantai 1 adalah:

𝐼(𝐿1) = 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1 + 𝐼 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝3 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝4 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝5 +

𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝6 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝7 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝8 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝9

𝐼(𝐿1) = 10,11 𝐴 + 13,57 𝐴 + 9,7 𝐴 + 9,6 𝐴 + 10,9 𝐴 + 15,7 𝐴 +

15,7 𝐴 + 15,7 𝐴 + 15,7 𝐴

𝐼(𝐿1) = 116,68 𝐴

Maka daya total (S) =VxI

= 220 x 116,8 A

= 25.669,6 VA

Ini untuk perhitungan satu phasa

Maka untuk daya sistem 3 phasa adalah:

𝑆 = 𝑉(𝑓−𝑓) . √3 . 𝐼

𝑆
𝐼=
𝑉(𝑓−𝑓) .√3

256669,6
𝐼=
380 𝑥 1,732

256669,6
𝐼=
658,16

𝐼 = 39,002 𝐴

64
3.4.1.1 Penghantar

a. Penghantar yang digunakan dari panel ke beban atau sirkit akhir

berdasarkan perhitungan KHA pada sub bab pembagian group dengan

KHA terbesar yaitu 19,6 A adalah kabel NYY 3 x 2,5 mm2 (Lampiran

A.1).

b. Sementara itu untuk penghantar dari panel SDP ke MDP (In = 39,002 A)

ditentukan dengan perhitungan KHA sebagai berikut :

KHA = I nominal beban x 125 %

= 39,002 A x 1,25

= 48,75 A

Maka penghantar yang digunakan adalah kabel NYY 4 x 10 mm2

(Lampiran A.1).

c. Untuk penghantar dari MCCB ke masing – masing group maka penghantar

yang digunakan adalah:

 Untuk Phasa R yang terdiri dari group 1, group 4, dan group 7

maka penghantar yang digunakan adalah:

KHA Utama = KHA group terbesar + In group lain

= 19,6 A + 12 A + 10,11 A

= 41,71 A

Sehingga dengan KHA 41,71 A maka penghantar yang digunakan

adalah NYAF 10 mm2 (Lampiran A.2).

 Untuk Phasa S yang terdiri dari group 2, group 5, dan group 8

maka penghantar yang digunakan adalah:

65
KHA Utama = KHA group terbesar + In group lain

= 19,6 A + 13,57 A + 10,9 A

= 44,07 A

Sehingga dengan KHA 44,07 A maka penghantar yang digunakan

adalah NYAF 10 mm2 (Lampiran A.2)

 Untuk Phasa T, penghantar yang digunakan adalah:

KHA Utama = KHA group terbesar + In group lain

= 19,6 A + 9,7 A + 15,7 A

= 45 A

Sehingga dengan KHA 45 A maka penghantar yang digunakan

adalah NYAF 10 mm2 (Lampiran A.2).

d. Untuk menentukan busbar pemisah maka terlebih dahulu harus diketahui

besar arus total nominal beban masing – masing phasa.

 Untuk phasa R perhitungan luas penampang busbar adalah

In = 10,11 A + 12 A + 15,7 A

= 37,81 A

I busbar = I nominal beban x 150%

= 37,81 A x 1,5

= 56,72 A

Maka dengan Ibusbar 56,72 A digunakan busbar dengan ukuran 3

mm x 15 mm (Lampiran A.5).

 Untuk phasa S perhitungan luas penampangnya adalah

In = 10,9 A + 13,57 A + 15,7 A

= 40,04 A

66
I busbar = I nominal beban x 150%

= 40,17 A x 1,5

= 60,06 A

Maka dengan Ibusbar 60,06 A digunakan busbar dengan ukuran 3

mm x 15 mm (Lampiran A.5).

 Untuk phasa T perhitungan luas penampangnya adalah

In = 9,7 A + 15,7 A + 15,7 A

= 41,1 A

I busbar = I nominal beban x 150%

= 41,1 A x 1,5

= 61,6 A

Maka dengan Ibusbar 61,7 A digunakan busbar dengan ukuran 3

mm x 15 mm (Lampiran A.5).

 Untuk menentukan ukuran busbar pentanahan maka diambil dari

25% kali ukuran rel penghantar phasanya.

e. Penghantar untuk lampu indikator dengan arus beban 2 A menggunakan

kabel NYAF 1 mm2 (Lampiran A.3).

f. Kabel pentanahan untuk Penghantar Kawat BC (grounding) panel sdp

lantai 2, ditentukan dengan cara sebagai berikut:

S < 16 mm² maka penghantar sama dengan S (PUIL 2000 hal:77)

Jadi kawat penghantar Kawat BC yang digunakan dengan penghantar

phasa 10 mm2 adalah 10 mm2.

67
3.4.1.2 Pengaman

a. Untuk beban group 1 dengan In = 10,11 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 10,11 A = 5,89 A

Maka

5,89
𝑥 100 % = 58,3 %
10,11

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 58,3 %.

b. Untuk beban group 2 dengan In = 13,57 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 13,57 A = 2,43 A

Maka
2,43
𝑥 100 % = 17,9 %
13,57

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 17,9 %.

c. Untuk beban group 3 dengan In = 9,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ 10

A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

10 A – 9,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 3,1 %
9,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 3,1 %.

68
d. Untuk beban group 4 dengan In = 9,6 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ 10

A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

10 A – 9,6 A = 0,4 A

Maka
0,4
𝑥 100 % = 4,2 %
9,6

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 4,2 %.

e. Untuk beban group 5 dengan In = 10,9 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 10,9 A = 5,1 A

Maka

5,1
𝑥 100 % = 46,8 %
10,9

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 46,8 %.

f. Untuk beban group 6 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

69
g. Untuk beban group 7 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 1,9 A

Maka
1,9
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

h. Untuk beban group 8 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A. (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

i. Untuk beban group 9 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

70
j. Untuk pemutus daya panel SDP lantai 1 dengan arus nominal beban (In =

39,002 A) maka menggunakan MCCB 40 A (Lampiran A.8 ).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

40 A – 39,002 A = 0,99 A

Maka
0,99
𝑥 100 % = 2,6 %
39,002

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 2,6 %.

k. Untuk beban 3 buah lampu indikator panel menggunakan fuse 2 A.

3.4.2 Komponen Panel SDP Lantai 2

Sebelum menentukan komponen yang digunakan pada panel ini maka terlebih

dahulu kita harus mengetahui besar arus yang melewati panel sdp lantai 1 ini dan

kemampuan hantar arusnya.

Arus total beban lantai 2 adalah:

𝐼(𝐿1) = 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝1 + 𝐼 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝2 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝3 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝4 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝5 +

𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝6 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝7 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝8 + 𝐼𝑔𝑟𝑜𝑢𝑝9

𝐼(𝐿1) = 12,61 𝐴 + 13,57 𝐴 + 12,1 𝐴 + 13,2 𝐴 + 12,73 𝐴 + 15,7 𝐴 +

15,7 𝐴 + 15,7 𝐴 + 15,7 𝐴

𝐼(𝐿1) = 127,01 𝐴

Maka daya total (S) =VxI

= 220 x 127,01 A

= 27.942,2 VA

Ini untuk perhitungan satu phasa

71
Maka untuk daya sistem 3 phasa adalah:

𝑆 = 𝑉(𝑓−𝑓) . √3 . 𝐼

𝑆
𝐼=
𝑉(𝑓−𝑓) .√3

27942,2
𝐼=
380 𝑥 1,732

27942,2
𝐼=
658,16

𝐼 = 42,46 𝐴

Maka KHA untuk panel SDP lantai 2 adalah:

KHA = I nominal beban x 125 %

= 42,46 A x 1,25

= 53,08 A

3.4.2.1 Penghantar

a. Penghantar yang digunakan dari panel ke beban atau sirkit akhir

berdasarkan perhitungan KHA pada sub bab pembagian group dengan

KHA terbesar yaitu 19,6 A adalah kabel NYY 3 x 2,5 mm2 (Lampiran

A.1).

b. Sementara itu untuk penghantar dari panel SDP ke MDP (In = 42,46 A)

ditentukan dengan perhitungan KHA sebagai berikut :

KHA = I nominal beban x 125%

= 42,46 A x 1,25

= 53,08 A

Maka penghantar yang digunakan adalah kabel NYY 4 x 10 mm2

(Lampiran A.1)

72
c. Untuk penghantar dari MCCB ke masing - masing group maka

penghantar yang digunakan adalah:

 Untuk Phasa R yang terdiri dari group 1, group 4 , dan group 7 maka

penghantar yang digunakan adalah:

KHA Utama = KHA group terbesar + In group lain

= 19,6 A + 12,61 A + 13,2 A

= 45,41 A

Sehingga dengan KHA 45,41 A maka penghantar yang digunakan

adalah NYAF 10 mm2 (Lampiran A.2).

 Untuk Phasa S yang terdiri dari group 2, group 5, dan group 8 maka

penghantar yang digunakan adalah:

KHA Utama = KHA group terbesar + In group lain

= 19,6 A + 13,57 A + 12,73 A

= 45,9 A

Sehingga dengan KHA 41,37 A maka penghantar yang digunakan

adalah NYAF 10 mm2 (Lampiran A.2).

 Untuk Phasa T yang terdiri dari group 3, group 6, dan group 9 maka

penghantar yang digunakan adalah:

KHA Utama = KHA group terbesar + In group lain

= 19,6 A + 12,12 A + 15,7 A

= 47,52 A

Sehingga dengan KHA 47,52 A maka penghantar yang digunakan

adalah NYAF 10 mm2(Lampiran A.2).

73
d. Untuk menentukan busbar pemisah maka terlebih dahulu harus

diketahui besar arus total nominal beban masing – masing phasa.

 Untuk phasa R perhitungan luas penampang busbar adalah

In = 13,2 A + 12,61 A + 15,7 A

= 41,51 A

I busbar = I nominal beban x 150%

= 41,51 A x 1,5

= 62,3 A

Maka dengan Ibusbar 62,3 A digunakan busbar dengan ukuran 3

mm x 15 mm (Lampiran A.5).

 Untuk phasa S perhitungan luas penampangnya adalah

In = 12,73 A + 13,57 A + 15,7 A

= 42 A

I busbar = I nominal beban x 150%

= 42 A x 1,5

= 63 A

Maka dengan Ibusbar 63 A digunakan busbar dengan ukuran 3 mm

x 15 mm (Lampiran A.5).

 Untuk phasa T perhitungan luas penampangnya adalah

In = 12,12 A + 15,7 A + 15,7 A

= 43,52 A

I busbar = I nominal beban x 150%

= 43,52 A x 1,5

= 65,3 A

74
Maka dengan Ibusbar 61,76 A digunakan busbar dengan ukuran 3

mm x 15 mm (Lampiran A.5).

 Untuk menentukan ukuran busbar pentanahan maka diambil dari

25% kali ukuran rel penghantar phasanya.

e. Penghantar untuk lampu indikator dengan arus beban 2 A menggunakan

kabel NYAF 1 mm2 (Lampiran A.3).

f. Kabel pentanahan untuk Penghantar Kawat BC (grounding) panel sdp

lantai 2, ditentukan dengan cara sebagai berikut:

S < 16 mm² maka penghantar sama dengan S (PUIL 2000 hal:77)

Jadi kawat penghantar Kawat BC yang digunakan dengan penghantar

phasa 10 mm2 adalah 10 mm2.

3.4.2.2 Pengaman

a. Untuk beban group 1 dengan In = 12,61 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 12,61 A = 3,39 A

Maka
3,39
𝑥 100 % = 26,9 %
12,61

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 26,9 %.

b. Untuk beban group 2 dengan In = 13,57 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 13,57 A = 2,43 A

75
Maka
2,43
𝑥 100 % = 17,9 %

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 17,9 %.

c. Untuk beban group 3 dengan In = 12,12 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 12,12 A = 3,9 A

Maka
3,9
𝑥 100 % = 32,2 %
12,12

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 32,2 %.

d. Untuk beban group 4 dengan In = 13,2 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 13,2 A = 2,8 A

Maka
2,8
𝑥 100 % = 21,2 %
13,2

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 21,2 %.

e. Untuk beban group 5 dengan In = 12,73 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 12,73 A = 3,27 A

76
Maka
3,27
𝑥 100 % = 25,7 %
12,73

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 25,7 %.

f. Untuk beban group 6 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

g. Untuk beban group 7 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

h. Untuk beban group 8 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

77
Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

i. Untuk beban group 9 dengan In = 15,7 A, maka menggunakan MCB 1 ϴ

16 A (Lampiran A.6).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

16 A – 15,7 A = 0,3 A

Maka
0,3
𝑥 100 % = 1,9 %
15,7

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 1,9 %.

j. Untuk pemutus daya panel SDP lantai 1 dengan arus nominal beban (In =

42,6 A) maka menggunakan MCCB 50 A (Lampiran A.8).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

50 A – 42,6 A = 7,4 A

Maka
7,4
𝑥 100 % = 17,4 %
42,6

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 17,4 %.

k. Untuk beban 3 buah lampu indikator panel menggunakan fuse 2 A.

78
3.4.3 Komponen Panel MDP

Besar arus nominal beban pada panel MDP adalah:

In = Isdp1 + Isdp2 + Ispare

= 39,002 A + 42,6 A + 25 A

= 106,6 A

Sementara itu untuk menentukan KHA panel MDP maka:

KHA = KHA terbesar + I nominal lainnya

= 53,08 A + 39,002 A + 25 A

= 117,08 A

3.4.3.1 Penghantar

a. Untuk penghantar dari penghantar dari panel MDP ke panel SDP dengan

KHA terbesar ke masing – masing panel SDP maka digunakan kabel NYY 4

x 10 mm2.

b. Luas penampang busbar yang ditentukan dengan cara di bawah ini:

I busbar = I nominal beban x 150%

= 106,6 A x 1,5

= 159,9 A

Maka dengan Ibusbar 159,9 A digunakan busbar dengan ukuran 3 mm x 15

mm (Lampiran A.5).

79
c. Penghantar untuk lampu indikator dengan arus beban 2 A digunakan kabel

NYAF 1 mm2 (Lampiran A.2).

d. Penghantar untuk alat ukur dengan arus beban 5 A digunakan kabel NYAF 1

mm2 (Lampiran A.2).

e. Penghantar antara panel MDP dengan sumber PLN dengan KHA 117,08

maka digunakan penghantar kabel NYFGbY 4 x 35 mm2 (Lampiran A.1).

f. Kabel pentanahan untuk Penghantar Kawat BC (grounding) panel sdp lantai

2, ditentukan dengan cara sebagai berikut:

16 < S < 35 maka penghantar BC = 16 mm2 (Lampiran A.4 atau PUIL 2000

hal:77)

Maka kawat penghantar Kawat BC yang digunakan dengan penghantar phasa

instalasi (S = 35 mm2) adalah 16 mm2.

3.4.3.2 Pengaman

a. MCCB yang digunakan sebagai pengaman untuk masing – masing panel

SDP disesuaikan dengan nilai MCCB yang terdapat pada panel SDP

tersebut.

b. Untuk MCCB utama, dengan nilai arus nominal beban (In) 106,6 A maka

digunakan MCCB 125 A (Lampiran A.8).

Toleransi yang diberikan untuk pengaman sekaligus pemutus daya adalah:

125 A – 106,6 A = 18,4 A

Maka
18,4
𝑥 100 % = 17,3 %
106,6

Jadi toleransi yang diberikan pada pemutus daya adalah sebesar 17,3 %.

80
c. ELCB yang digunakan sebagai pengaman untuk masing – masing panel

SDP adalah sebagai berikut:

 Untuk panel SDP 1 dengan arus nominal beban 39,002 A maka

menggunakan ELCB 40 A.

 Untuk panel SDP 2 dengan arus nominal beban 42,46 A maka

menggunakan ELCB 63 A.

3.4.3.3 Current Transformator (CT)

MCCB yang digunakan panel MDP ini memiliki kapasitas 125 A maka digunakan

Current Transformator (CT) 125 A/5 A. Pemilihan CT disesuaikan dengan skala

pengkuran amperemeter. Misalnya untuk amperemeter dengen skala pengukuran 0

– 100 A maka digunakan CT 100 A/5 A. Jadi bila beban berkisar sampai 200 A

maka digunakan CT 200 A/5 A.

3.5 Pentanahan

Ambang aman tegangan sentuh bagi manusia adalah maksimum sebesar 50 Volt.

50
Rumus yang digunakan 𝑅𝑝 ≤ 𝐼𝑎

𝐼𝑎 = 𝐾 𝑥 𝐼𝑛

Dimana : In = In MCB atau In fuse

K = 1,25 + 2,5

MCCB yang terpasang adalah 125 Ampere sehingga nilai tahanan maksimal

sebagai berikut:

50
𝑅𝑝 = 𝐼𝑎

81
50
𝑅𝑝 = 1,25 𝑥 125

50
𝑅𝑝 = 156,25

𝑅𝑝 = 0,32 Ω

Atau

50
𝑅𝑝 = 𝐼𝑎

50
𝑅𝑝 = 2,5 𝑥 125

50
𝑅𝑝 = 312,5

𝑅𝑝 = 0,16 Ω

Maka ditetapkan nilai tahanan pembumian (Rp) yang diizinkan maksimal sebesar

0,32 Ω.

Kabel
BC

Elektroda

Gambar.28 Pemasangan elektroda untuk pembumian


(Sumber : Dokumen Pribadi)

82
Untuk menentukan pentanahan yang digunakan penulis melakukan pengujian

pentahanan di dekat gedung AB Politeknik untuk melihat tahanan jenis tanah dan

melihat harga tahanan satu buah elektroda rod. Dengan hasil pengukuran seperti

pada tabel.25 berikut ini:

Tabel. 25 Data Pengukuran Pentanahan di Gedung AB Politeknik Negeri


Padang
No Kedalaman Diameter Panjang Arus Tegangan Tahanan
elektroda elektroda elektroda (mA) (V) jenis (Ω-
( cm ) ( cm) (m) m)
1 20 1.3 1.35 0.4 1.4 109.900
2 40 1.3 1.35 1.2 1.5 39.250
3 60 1.3 1.35 1 3 94.200
4 80 1.3 1.35 0.8 3.2 125.600
5 100 1.3 1.35 0.7 3.1 139.100

Pada kedalaman 20 cm maka diperoleh tahanan jenis tanah sebesar:

ρ = 2 π a V/I

= 2 x 3,14 x 5 x (1,4/0,4 x 10-3)

= 6,28 x 5 x 3500

= 109900 Ωm

Pada kedalaman 40 cm maka diperoleh tahanan jenis tanah sebesar:

ρ = 2 π a V/I

= 2 x 3,14 x 5 x (1,5/1,2 x 10-3)

= 31,4 x 1250

= 39250 Ωm

Pada kedalaman 60 cm maka diperoleh tahanan jenis tanah sebesar:

ρ = 2 π a V/I

= 2 x 3,14 x 5 x (3/1 x 10-3)

83
= 31,4 x 3000

= 94200 Ωm

Pada kedalaman 80 cm maka diperoleh tahanan jenis tanah sebesar:

ρ = 2 π a V/I

= 2 x 3,14 x 5 x (3,2/0,8 x 10-3)

= 31,4 x 4000

= 125600 Ωm

Pada kedalaman 100 cm maka diperoleh tahanan jenis tanah sebesar:

ρ = 2 π a V/I

= 2 x 3,14 x 5 x (3,1/0,7 x 10-3)

= 6,28 x 5 x 4428,5

= 138390,6 Ωm

Saat melakukan pengamatan langsung di lapangan tanah di area Gedung AB

Politeknik Negeri Padang termasuk jenis tanah liat. Namun karena pembanguan

yang dilakukan tanah ini telah bercampur dengan pasir atau kerikil kering. Jika

dilihat dari dari kisaran harga tahanan jenis tanah yang berada di lingkungan

gedung AB maka tanah tersebut tidak dapat untuk digolongkan pada salah satu

jenis tanah. Namun untuk bias memahami sistem pemasangan pentanahan maka

dilakukan perhitungan harga tahanan terhadap satu buah elektroda yang ditanam

grid.

Untuk kedalaman 20 cm harga tahanan pentanahan (Re) adalah:

Re = V/I

= 1,4/0,4 x 10-3

= 3.500 Ω

84
Untuk kedalaman 40 cm harga tahanan pentanahan (Re) adalah:

Re = V/I

= 1,5/1,2 x 10-3

= 1250 Ω

Untuk kedalaman 60 cm harga tahanan pentanahan (Re) adalah:

Re = V/I

= 3/1 x 10-3

= 3000 Ω

Untuk kedalaman 80 cm harga tahanan pentanahan (Re) adalah:

Re = V/I

= 3,2/0,8 x 10-3

= 4000 Ω

Untuk kedalaman 100 cm harga tahanan pentanahan (Re) adalah:

Re = V/I

= 3,1/0,7 x 10-3

= 4428,5 Ω

Secara metode perhitungan menggunakan elektroda batang dengan panjang 1,35

m dan diameter 1,3 cm (luas penampang 1,33 cm2) yang ditanam sedalam 40 cm

dengan sistem rod dapat ditentukan sistem pentanahan meskipun harga tahanan

pentanahan yang diperoleh masih jauh dari standar yang diharapkan. Sistem

pentanahan grid dipasang seperti layaknya rangkaian paralel dimana semakin

banyak electrode yang ditanam grid maka harga tahanan akan semakin kecil.

Untuk menentukan harga tahanan tersebut dapat digunakan rumus:

1 1 1
= +
𝑅(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑅1 𝑅2

85
Karena nilai tahanan elektroda yang ditambahkan semuanya memiliki nilai

tahanan yang sama (R1 = R2 = Rn = 1250 Ω) dengan nilai akhir tahanan

pentanahan (Re = R(total) < 0,32 Ω atau kita asumsikan nilai tahahan pentanahan

0,125 Ω) maka jumlah elektroda rods yang digunakan adalah:

1 1
= 𝑛 ( )
𝑅(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑅1

1 1
= 𝑛( )
0,125 1250

1 1
𝑛 = 𝑥
0,125 1250

1 1250
𝑛 = 𝑥
0,125 1

1 1,25
𝑛 = 𝑥
0,125 1

1.250
𝑛 =
0,125

𝑛 = 10.000 𝑏𝑢𝑎ℎ

Satu buah elekrode yang ditanam dengan sistem rod dapat diasumsikan seperti

gambar 3.2 memiliki tahanan pentanahan 1250 Ω.

1250 Ohm

1 rod

Gambar. 29 Tahanan Satu Buah Elektroda dengan Sistem Rod

86
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Sementara itu jika 10.000 elektroda ditanam dengan sistem rod dapat diasumsikan

seperti gambar yang menghasilkan tahanan pentanahan 0,125 Ω.

0,125 Ohm

10000 Rod

Gambar. 30 Tahanan 10 Buah Elektroda dengan Sistem Rod


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Kabel BC

Elektrode
1,35 m

Gambar. 31 Bentuk pemasangan elektroda paralel dengan sistem rod di bawah


bawah permukaan tanah
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Ke Panel MDP dan SDP


5m

5m

Gambar. 32 Bentuk pemasangan elektroda paralel dengan sistem rod tampak atas

87
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Begitu besarnya harga tahanan jenis yang diperoleh di lapangan membuat penulis

kesulitan untuk menetapkan sistem pentanahan yang harus dipasang. Hal ini

membuat untuk mengambil sistem pentanahan yang letaknya sedikit lebih jauh

dari area gedung AB. Tinginya harga tahanan jenis tanah disebabkan oleh

pembanguan gedung yang menggunakan kaki pondasi yang cukup dalam, sehinga

menyebabkan kontruksi tanah menjadi berubah.

Untuk sebagai acuan sistem pentanahan penulis juga melakukan pengambilan

terhadap sistem pentanahan yang telah terpasang di labor proteksi (di belakang

gedung G) dengan hasil data pengukuran pada tabel.26 di bawah ini:

Tabel. 26 Data Pengukuran Pentanahan Grid dan Rod

Jumlah Elektroda Tahanan


R 500 Ω
2R 380 Ω
4R 375 Ω
8R 370 Ω
9R 350 Ω
10R 340 Ω
12R 339 Ω

Data diatas diambil dengan menggunakan elektroda bantu dan sementara yang

ditanam dengan jarak 5 m antar elektroda. Dari data yang diperoleh maka penulis

memutuskan untuk mengunakan sistem pentanahan tersebut karena memiliki

tahanan yang jauh lebih baik. Sistem pentahanan yang berada di area gedung G

tersebut menggunakan sistem grid dan rod seperti yang terlihat pada gambar di

bawah ini:

88
Ke Panel MDP dan SDP

Gambar. 33 Pentanahan Grid & Rod Tampak Atas


(Sumber : Dokumen Pribadi)
Kabel BC

Gambar. 34 Pentanah Grid & Rod di bawah Permukaan Tanah


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Jika dilihat dari segi ekonomi maka lebih mengambil sistem pentanahan yang

berada di belakang gedung G tersebut walaupun menggunakan kabel yang lebih

panjang. Namun hal ini masih dikategorikan aman asalkan menggunakan luas

penampang kawat BC yang disesuaikan dengan perhitungan PUIL 2000.

89
3.8 Spesifikasi Komponen Panel

3.8.1 Spesifikasi Komponen Panel MDP

1. MCCB 200 A

 Merek : Schneider Electric

 Tegangan kerja : 380 / 600 V 3 phasa

 Dimensi : P : 165 mm L : 140 mm T : 87 mm

2. MCCB 40 A

 Merek : Schneider Electric

 Tegangan kerja : 380 / 600 V 3 phasa

 Dimensi : P : 165 mm L : 140 mm T : 87 mm

3. MCCB 50 A

 Merek : Schneider Electric

 Tegangan kerja : 380 / 600 V 3 phasa

 Dimensi : P : 165 mm L : 140 mm T : 87 mm

4. Alat Ukur Amperemeter dan Voltmeter

 Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase

 Ratting : Amperemeter : 125 A

: Voltmeter : 200 – 400 V

: Wattmeter : 50 KVA

 Dimensi : P : 96 mm L : 96 mm T : 50

5. Box Panel : 1000 mm x 600 mm x 400 mm

90
6. Current Transformator (CT)

 Rating : 125 A / 5 A

 Dimensi : P : 80 mm L : 80 mm T : 80 mm

7. Kabel NYAF 1 mm2.

8. Kabel NYFGbY 4 x 35 mm2.

9. Kabel NYY 4 x 10 mm2.

10. Lampu Indikator

 Warna : R : merah S : Kuning T : Hijau

 Daya : 2 watt

 Dimensi : P : 30 mm L : 30 mm T : 20 mm

11. Penghantar Busbar

 Tegangan Kerja : 200 – 400 V

 Rating : 180 A

 Dimensi : 3 mm x 15 mm

12. Kawat Penghantar BC

 Diameter : 60 mm2

13. Volt selector

 Tegangan Kerja : 200 - 400 Volt 3 fase

 Dimensi : P : 50 mm L : 50 mm T : 50 mm

13.8.2 Spesifikasi Komponen Panel SDP 1

1. MCCB 40 A

 Merek : Schneider Electric

 Tegangan kerja : 380 / 600 V 3 fasa

 Dimensi : P : 165 mm L : 140 mm T : 87 mm

91
2. MCB 1 10 A

 Merk : Schneider Electric

 Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase

 Dimensi : P : 25 mm L : 81 mm T : 120 mm

3. MCB 1 Ф16 A

 Merk : Schneider Electric

 Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase

 Dimensi : P : 25 mm L : 81 mm T : 120 mm

4. Lampu Indikator

 Warna : R : merah S : Kuning T : Hijau

 Daya : 2 watt

 Dimensi : P : 30 mm L : 30 mm T : 20 mm

5. Kabel NYY 4 x 10 mm2.

6. Kawat Penghantar BC

 Diameter : 10 mm2

7. Penghantar Busbar

 Tegangan Kerja : 200 – 400 V

 Rating : 180 A

 Dimensi : 3 mm x 15 mm

8. Box Panel : 300 mm x 200 mm x 400 mm

92
8.8.2 Spesifikasi Komponen Panel SDP 2

1. MCCB 50 A

 Merek : Schneider Electric

 Tegangan kerja : 380 / 600 V 3 fasa

 Dimensi : P : 165 mm L : 140 mm T : 87 mm

2. MCB 1 10 A

 Merk : Schneider Electric

 Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase

 Dimensi : P : 25 mm L : 81 mm T : 120 mm

3. MCB 1 Ф16 A

 Merk : Schneider Electric

 Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase

 Dimensi : P : 25 mm L : 81 mm T : 120 mm

4. Lampu Indikator

 Warna : R : merah S : Kuning T : Hijau

 Daya : 2 watt

 Dimensi : P : 30 mm L : 30 mm T : 20 mm

5. Lampu Indikator

 Warna : R : merah S : Kuning T : Hijau

 Daya : 2 watt

 Dimensi : P : 30 mm L : 30 mm T : 20 mm

6. Kabel NYY 4 x 10 mm2.

7. Kawat Penghantar BC

 Diameter : 10 mm2

93
8. Penghantar Busbar

 Tegangan Kerja : 200 – 400 V

 Rating : 180 A

 Dimensi : 3 mm x 15 mm

9. Box Panel : 300 mm x 200 mm x 400 mm

94
BAB IV
ANALISA

Untuk mengetahui penggunaan komponen – komponen yang pada sebuah panel

PHB maka terlebih dahulu kita harus mengetahui beban – beban yang terpasang

pada instalasi yang akan dipasang PHB dan berpedoman kepada PUIL 2000.

Adapun perencanaan panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) yang penulis buat

sesuai dengan perencanaan yang terdapat pada BAB III.

4.1 Menentukan Pembagian Beban Instalasi Gedung

Untuk data beban instalasi penulis memperoleh data dari konsultan perencanaan

CV dan Tugas Akhir Haris Anggriawan. Penggunaan lampu pada instalasi ini

penulis sesuaikan dengan data penggunanan lampu berdasarkan intensitas cahaya

dan fungsi ruangan. Lampu yang digunakan tersebut juga disesuaikan dengan

katalog yang penulis peroleh dari situs resmi produsen lampu tersebut (khususnya

harga cos ϕ). Kemudian untuk kotak kontak biasa penulis mengambil data

berdasarkan kotak kontak yang diposisikan oleh CV perencanaan, sementara

untuk kotak kontak proyektor dan kotak kontak AC penulis menggunakan

referensi katalog dari produsen produk tersebut.

Pemakaian lampu penulis sepenuhnya mengikuti Tugas Akhir Haris Anggriawan.

Namun untuk pemasangan kotak kontak penulis menyesuaikan dengan fungsi dan

kebutuhan ruangan gedung tersebut. Dimana untuk ruangan belajar penulis kotak

kontak khusus untuk proyektor dan kotak kontak AC yang digunakan berdasarkan

kebutuhan ruangan.

95
Pembagian group beban instalasi listrik harus dibuat berdasarkan PUIL 2000 yang

memeliki ketentuan mengenai jumlah titik yang diperbolehkan menurut banyak

sirkit akhir yang digunakan pada sistem instalasi. Kebutuhan maksimum untuk

sebuah instalasi setiap phasa harus disesuaikan dengan tabel pada PUIL (Tabel

4.3.2 Hal 121 PUIL 2000).

4.2 Pemilihan Komponen

Pemilihan komponen pada panel PHB ini dilakukan berdasarkan kapasitas dan

perancangan gedung tersebut. Kapasitas komponen yang digunakan dipilih dan

ditentukan menurut PUIL 2000. Begitu juga halnya dengan sistem pengaman

yang digunakan disesuaikan dengan standar PUIL 2000. Kapasitas pengaman

seperti MCB, MCCB, dan ELCB ditentukan menurut arus nominal (In) yang

terhitung berdasarkan pembagian beban yang telah dilakukan ( BAB III).

Untuk menentukan kapasitas MCCB utama yang digunakan penulit menghitung

arusnya dengan menjumlahkan KHA terbesar dengan arus nominal group lainnya.

Sementara itu untuk ELCB diatur dengan tegangan kerjanya sebesar 50 V. Hal ini

berdasarkan batas tegangan sentuh manusia yang diperbolehkan yaitu sebesar 50

V (sumber PUIL 2000). Pemilihan penghantar yang digunakan disesuaikan

dengan hasil perhitungan KHA dan merujuk pada tabel ( Lampiran A.1 dan

Lampiran A.2). Kemudian untuk busbar dipilih berdasarkan Ibusbar dan merujuk

pada tabel (Lampiran A.5).

4.3 Perancangan panel

Dalam merancang panel penulis menyesuaikan data dengan data lapangan dan

hasil perhitungan spesifikasi komponen – komponen pada bab 3 dengan diagram

96
satu garis seperti yang terlihat pada lampiran B. Penggunaan semua komponen

yang terdapat dalam panel tersebut ditentukan berdasarkan perhitungan dan

memenuhi ketentuan PUIL 2000.

4.3.1 Pemasangan Box Panel PHB

Bentuk dan letak panel PHB sepenuhnya diatur dalam PUIL 2000 bab 6. Untuk

PHB tertutup pasang luar harus dipasang cukup tinggi sehingga tidak akan

terendam banjir dan harus kuat.

Untuk pemasangan PHB pada tempat umum harus dipasang pada ketinggian

kurang dari 1,2 m di atas tanah, lantai atau platform dan harus memenuhi setidak-

tidaknya satu dari persyaratan di bawah ini:

a. Tertutup sepenuhnya dengan pintu, yang pembuka pintunya tidak kurang dari

1,2 m di atas tanah, lantai atau panggung.

b. Hanya terdiri dari perlengkapan yang bagian aktifnya berada dalam rumah

atau kotak pelindungnya dan tidak dapat dicapai tanpa alat atau kunci.

c. Terletak di daerah yang hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang

berwenang.

4.3.2 Pengaman

Pengaman yang digunakan pada panel PHB ini disesuaikan dengan perhitungan

nilai arus nominal beban yang diproteksi. Harga kapasitas MCB, MCCB, dan

ELCB disesuaikan dengan tabel pengaman tersebut yang tersedia dipasaran atau

berdasarkan produsen pengaman tersebut. Untuk menentukan perangkat

pengaman tersebut harus dipilih perangkat yang memiliki arus kerja lebih dari

97
arus nominal beban. Lampu indikator termasuk beban panel yang harus memiliki

perangkat pengaman langsung. Perangkat pengaman yang digunakan untuk beban

ini adalah fuse yang kerjanya melindungi dari hubung singkat.

Menurut PUIL setiap instalasi harus memiliki pemutus sirkit dan pengaman sirkit.

Dalam rancangan ini penulis menggunakan MCCB di jaringan utama sebagai

pemutus daya sirkit (fungsi sebagai saklar) dan sebagai pengaman sirkit (fungsi

sebagai proteksi hubung singkat dan beban lebih). Sementara itu jaringan cabang

penulis menggunakan MCB 1 phasa karena instalasi yang diproteksi berupa

sistem kelistrikan 1 phasa. Dari analisa yang penulis lakukan MCCB dan MCB

dapat melakukan dua fungsi yaitu sebagai perangkat pemutus daya sirkit dan

sebagai perangkat proteksi sirkit. Sementara itu peran dari ELCB dimanfaatkan

sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh.

4.3.3 Penghantar dan Busbar

Penghantar dalam isntalasi jenis dan luas penampangnya disesuaikan dengan

harga KHA maksimum untuk kabel tersebut. Untuk menghitung KHA pada

masing – masing beban dihitung 125 % dari arus nominal beban. Sementara itu

untuk busbar dihitung 150 % dari arus nominal beban. Untuk dalam instalasi

gedung digunakan kabel NYY dengan alasan karena kabel ini memliki selubung

PVC dan memiliki inti tunggal tembaga yang lebih dari satu. Jika dibandingkan

dengan penggunanan NYA yang hanya berupa kabel inti tunggal, penggunaan

kabel NYY lebih efisien dan dapat menghindari kerapuhan isolator dari

kelembaban. Karena selain telah dilindungi selubung PVC kabel itu sendiri kabel

98
ini juga berada di dalam pipa PVC. Untuk kabel jenis ini memiliki batam

maksimum jumlah titik beban yang dapat dilihat dalam PUIL.

Kabel NYAF lebih digunakan dalam rangkaian panel karena memiliki sifat yang

lebih fleksibel dari kabel lain dengan isinya berupa serabut namun dilindungi

dengan isolator yang handal. Mengenai ukuran penampang kabel tersebut

ditentukan dengan perhitungan KHA dan merujuk pada tabel (lampiran A.2).

Penghantar berupa busbar dimanfaatkan sebagai pemisah untuk panel SDP.

Dalam panel ini penulis melakukan pembagian group per phasa 3 group, sehingga

dengan demikian terdapat 9 group dengan menggunakan sistem 3 phasa.

Sebenarnya untuk busbar pentanahan digunakan busbar dengan luas penampang

25% dari luas penampang busbar dari luas penampang phasa. Namun penulis

masih menggunakan ukuran busbar yang sama karena dari katalog yang penulis

peroleh ukuran tersebut sudah merupakan ukuran terkecil busbar tembaga.

4.3.4 Alat Ukur

Media pengukuran yang digunakan pada PHB disesuaikan dengan rating kerja

beban instalasi listrik gedung. Fungsi alat ukur tentu untuk melihat data

pengukuran seperti tegangan, arus, factor daya, dan daya pada sistem instalasi

gedung. Dari pengukuran tersebut maka dapat diketahui langkah – langkah apa

yang harus diambil kalau ditemukan pengukuran yang melibihi standar parameter

pengukuran yang diizinkan pada sistem instalasi gedung. Pemasangan seperti kW

meter dan cos phi meter dipasang seperti layaknya kita memasang kWH meter

tiga phasa.

99
4.3.5 Pentanahan

Untuk menentukan sistem pentanahan yang digunakan disesuaikan dengan besar

tahanan maksimal yang diizinkan berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada

BAB III. Setelah melakukan pengukuran tahanan pentanahan di area gedung AB

ternyata diperoleh harga tahanan yang cukup besar. Sementara dalam PUIL harga

tahanan maksimum yang dizinkan tidak lebih besar dari 6 Ω. Bahkan setelah

dilakukan perhitungan matematis dengan menggunakan sistem pentanahan rod

yang diparalelkan masih begitu sulit untuk mencapai tahanan yang mendekati 1 Ω,

dan hanya dapat dicapai dengan menggunakan 10.000 buah rod paralel. Oleh

sebab itu penulis mencoba untuk mengambil langkah lain dengan melakukan

pengukuran pentanahan yang ada di labor praktek proteksi listrik (di gedung F).

Dari pengukuran tersebut harga pentanahan masih terlalu jauh dari 6 Ω namun

lebih dari menggunakan pentanahan di area gedung AB, meskipun membutuhkan

kawat BC yang lebih panjang untuk mencapai sistem pentanahan.

100
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan Perancangan Panel Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) Gedung

AB Politeknik Negeri Padang maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Perancangan panel PHB harus berdasarkan standar PUIL 2000.

2. Setiap instalasi harus memiliki perangkat pemutus daya, proteksi hubung

singkat, dan proteksi beban lebih.

3. Tugas Akhir ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pembangun instalasi

listrik gedung AB Politeknik Negeri Padang karena telah diuji dan sesuai

dengan standar yang berlaku.

4. Perencanaan rancangan panel distrbusi di lakukan dengan pembagian group

beban yang berdasarkan kondisi gedung dan kebutuhan energi listrik yang

akan di suplai pada gedung AB tersebut serta PUIL 2000.

5. Pentanahan yang memenuhi standar PUIL merupakan sistem pentanahan yang

memiliki tahanan pentanahan yang kecil dari 6 Ω.

101
5.2. Saran

Adapun saran penulis dalam proses pembuatan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

1. Dalam melakukan perancangan panel harus disesuiak dengan keadaan beban

dan berpedoman pada PUIL 2000.

2. Dalam perancangan instalasi harus sesuai dengan fungsi dari setiap ruangan.

Sehingga pengguna nyaman dalam menggunakan ruangan tersebut

3. Untuk perancangan instalasi gedung AB Politeknik Negeri Padang memiliki

alat proteksi yang sesuai dengan standar PUIL 2000 sehingga pengguna

gedung aman dari bahaya listrik.

102
DAFTAR PUSTAKA

Harten Van. P, Setiawan E Ir, 1986, “Instalasi Listrik Arus Kuat 2”, Binacipta
Bandung, 1986
Panitia Reverensi PUIL, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

SNI 04-0225-2000, Yayasan PUIL, Jakarta 2000

Harun, Nasrul,ST.,M.Kom dkk, 2010, “Buku Ajar Instalasi Listrik 1”

Sumardjati Prih, dkk, 2008, “Teknik Pemanfaatan Tehanaga Listrik Jilid 1”,2008

W.J.M Van Bommel (1980:97)


Product Philips Sense and Simplicity
Daftar Harga PT Schnaider Indonesia
http://indonetwork.co.id/groundrod
www.productphilips.com
www.cahaya elektrik.com

103
LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal,
berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada
sistem a.s. dengan tegangan kerja maksimum 1,8 kV; serta untuk kabel
tanah berinti dua, tiga dan empat berpenghantar tembaga, berisolasi dan
berselubung PVC yang dipasang pada sistem a.b. phasa tiga dengan
tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV), pada suhu keliling 30 °C.
KHA terus menerus
Luas
Berinti tiga dan
penampang Berinti tunggal Berinti dua
empat
Jenis Kabel di
di udara di tanah di udara di tanah di udara
anah
Mm2 A A A A A
A
1 2 3 4 5 6 7 8
1,5 40 26 31 20 26 18,5
2,5 54 35 41 27 34 25
4 70 46 54 37 44 34

6 90 58 68 48 56 43
NYY 10 122 79 92 66 75 60
NYBY 16 160 105 121 89 98 80
NYFGbY
NYCY 25 206 140 153 118 128 106
NYCWY 35 249 174 187 145 157 131
NYSY 50 296 212 222 176 185 159
NYCWY
NYSEY 70 365 269 272 224 228 202
NYHSY 95 438 331 328 271 275 244
NYKY 120 499 386 375 314 313 282
NYKBY
NYKFGBY 150 561 442 419 361 353 324
NYKRGbY 185 637 511 475 412 399 371
240 743 612 550 484 464 436

300 843 707 525 590 524 481


400 986 859 605 710 600 560
500 1125 1000 - - - -

(Sumber : PUIL 2000)

104
Lampiran A.2 KHA terus – menerus kabel instalasi berisolasi PVC tunggal
dan penghantar tembaga (NYA, NYAF dan sebagainya) dan pengamannya
pada suhu keliling 30o C dengan suhu penghantar maksimum 70o C.

1 2 3 4 5
Untuk Pemasangan dalam Pipa Untuk Pemasangan di Udara
Instalasi pada Isolator
Luas
Kemampuan Kemampuan
Penampang Kemampuan Kemampuan
Hantar Arus Hantar Arus
Nominal Hantar Arus Hantar Arus
Nominal Nominal
Kabel Maksimum Maksimum
Maksimum Maksimum
Kabel Kabel
Pengaman Pengaman
mm2 A A A A
1 11 10 19 20
1,5 15 16 24 25
2,5 20 20 32 35
4 25 25 42 50
6 33 35 54 63

10 45 50 73 80
16 61 63 98 100
25 83 80 129 125
35 103 100 158 160
50 132 125 197 200

70 165 160 245 250


95 197 200 290 300
120 235 250 345 355
150 - - 390 425
185 - - 445 425

240 - - 525 500


300 - - 605 600
400 - - 725 710
500 - - 825 850
(Sumber: Instalasi Arus Kuat I Hal.143 atau PUIL 143)

105
Lampiran A.3 Warna dan Lambang Pengenal Penghantar (PUIL 2000:300)
Inti atau Rel Pengenal
Dengan Dengan Dengan
Huruf Lambang Warna
1 2 3 4
A. Instalasi arus bolak-balik:
phasa satu Ll/R Merah
phasa dua L2/S Kuning
phasa tiga L3/T Hitam
netral Nasional Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik:
phasa satu U/X Merah
phasa dua V/Y Kuning
phasa tiga W/Z Hitam
C. Instalasi arus searah:
positif L+ +
negatif L– -
kawat tengah M Biru

D. Penghantar netral N Biru


Loreng hijau-
E. Penghantar pembumian PE
kuning
(Sumber: PUIL 2000)

Lampiran A.4 Tabel Ukuran Penampang Penghantar Pembumian


Luas penampang penghantar Luas penampang minimum
phasa instalasi penghantar proteksi yang
2
S(mm ) berkaitan Sp(mm2)
S≤16 S
16≤S≤35 16
S˃35 S/2
(Sumber : PUIL 2000)

Lampiran A.5 Tabel Ukuran Rel Tembaga Import dan Ampacity

Tebal (mm) Lebar (mm) Cap (A)


3 15 184
3 20 245
3 25 300
3 30 350
3 35 405
3 40 470
3 50 570
4 15 235
4 20 305
4 25 385

106
4 30 430
4 40 540
5 20 345
5 25 415
5 30 480
5 40 610
5 50 740
5 60 865
5 80 1110
5 100 1345
6 25 460
6 30 535
6 35 675
6 40 815
6 50 955
6 60 1148
6 80 1528
6 100 1910
8 40 795
8 50 950
8 60 1110
8 80 1480
8 100 1850
10 30 700
10 40 800
10 50 1060
10 60 1200
10 80 1525
10 100 1800
10 120 2100
10 150 2625
10 160 2800
10 200 3500
12 100 2100
12 120 2520
15 100 2625

107
Lampiran A.6 Kapasitas MCB beserta Harga

(Sumber : Daftar harga PT schneider Indonesia)

108
A.7 Tabel Kapasitas ELCB Beserta Harga

(Sumber : Daftar harga PT schneider Indonesia)

Lampiran A.8 Tabel Kapasitas MCCB Beserta Harga

(Sumber : Daftar harga PT schneider Indonesia)

109
LAMPIRAN B
Lampiran B.1 Diagram Satu Garis Panel MDP Gedung AB Politeknik Negeri Padang

3X2
Panel Trafo Watt
A NYY 4 x 10 mm2
KWH
V SDP 1
PF
MCCB 40 A ELCB 40 A
2A
2A 2A 2A
Dari PLN NYFGBY 4 x
35 mm2 NYY 4 x 10 mm2
SDP 2
ELCB 63 A
MCCB 4 MCCB 50 A
kutup 125 A
NYY 4 x 10 mm2
Spare
MCCB 25 A
Arester
Internal

BC 16 mm2

Judul Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh


Single Line Diagram Panel
MDP Gedung AB Politeknik PUTRA NOVARI
22-Okt-2012 Dosen Pembimbing
Negeri Padang 0901031005

110
Lampiran B.2 Diagram Satu Garis Panel SDP Lantai 1 Gedung AB Politeknik Negeri Padang

NYY 3 x 2.5 mm2


Group 1
NYAF 10 mm2 MCB 16 A
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 10 A Group 4
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 10 A Group 7
2A Fasa R NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 2

3
3
NYY 4 x 10 mm2 3 Fasa S NYAF 10 mm2 NYY 3 x 2.5 mm2
MCCB Group 5
Panel MDP Fasa T MCB 16 A
40 A NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 8
NYY 3 x 2.5 mm2
NYAF 10 mm2 MCB 10 A Group 3
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 6
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 9

BC 10 mm2

Judul Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh

Diagram Satu Panel SDP


20-DES-2012 Putra Novari / Dosen Pembimbing
Lantai 1 Gedung AB
Politeknik Negeri Padang 0901031005

111
Lampiran B.3 Diagram Satu Garis Panel SDP Lantai 2 Gedung AB Politeknik Negeri Padang

NYY 3 x 2.5 mm2


Group 1
NYAF 10 mm2 MCB 16 A
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 4
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 7
2A Fasa R NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 2

3
3
NYY 4 x 10 mm2 3 Fasa S NYAF 10 mm2 NYY 3 x 2.5 mm2
MCCB Group 5
Panel MDP Fasa T MCB 16 A
50 A NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 8
NYY 3 x 2.5 mm2
NYAF 10 mm2 MCB 16 A Group 3
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 6
NYY 3 x 2.5 mm2
MCB 16 A Group 9

BC 10 mm2

Judul Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh

Diagram Satu Panel SDP Dosen Pembimbing


20-DES-2012 Putra Novari /
Lantai 2 Gedung AB
0901031005
Politeknik Negeri Padang

112
Lampiran B.4 Diagram Pengawatan Panel MDP Gedung AB Politeknik Negeri Padang

V Cos
kW
A A A phi

Volt
FUSE MCCB Selector
BUSBAR
R
CT
S
CT
T
CT
N

PE

MCCB MCCB MCCB

ELCB ELCB

113
Lampiran B.5 Diagram Pengawatan Panel SDP Gedung AB Politeknik Negeri Padang

FUSE MCCB
BUSBAR
R

PE

Group 1 Group 2 Group 3

114
Lampiran B.6 MDP tampak dalam

1000 mm

600 mm

Judul Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh

PUTRA NOVARI/ Dosen Pembimbing


MDP tampak dalam 28-DES 2013
0901031005

115
Lampiran B.7 MDP tampak luar

A A A

kW V PF

1000 mm

600 mm

116
Lampiran B.8 SDP 1 tampak dalam

300 A

200 mm

Judul Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh

PUTRA NOVARI/ Dosen Pembimbing


SDP 1 tampak dalam 28-DES 2013
0901031005

117
Lampiran B.9 SDP 2 tampak dalam

300 A

200 mm

Judul Tanggal Dibuat oleh Diperiksa oleh

PUTRA NOVARI/ Dosen Pembimbing


SDP 2 tampak dalam 28-DES 2013
0901031005

118
Lampiran B.10 SDP tampak luar

300 mm

200 mm

119

Anda mungkin juga menyukai