BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia lanjut ± 1000
orang perhari dan perkiraan pada tahun 1985 50% dari penduduk berusia lebih dari 50
tahun. Baby Boom pada masa lalu diganti dengan ledakan penduduk lanjut usia.
Di Indonesia menurut sensus pada tahun 1980, jumlah penduduk adalah 147,3 juta
orang. Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yan gberumur 50 tahun ke atas, dan
±6,3 juta orang (4,3%) orang yang berumur 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat
822.831 (12,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan
bantuan khusus sesuai Undang-undang, bahwa mereka harus dipelihara oleh Negara.
Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh penduduk
(22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. Secara individu proses
menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan
sosialnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan studi pustaka dan studi kasus di lapangan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
BAB V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentang kehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang
yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan
menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah
sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan
itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu:
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang
lain.
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Perkembangan manusia dibagi
sebagai berikut:
1. Teori-teori Biologis
a. Secara keturunan dan atau mutasi, setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.Contohnya, mutasi daripada sel-sel kelamin.
b. Pemakaian dan merusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah.
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori Akumlasi
dari produk sisa
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari Lanjut Usia.
b. Kepribadian berlanjut
a) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada Lanjut Usia.
Lanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda
dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataannya:
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit.
b. Depresi.
c. Kekhawatiran.
d. Paranoid.
e. Masalah psikotik
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
Kenyataannya:
3. Mitos Berpenyakitan
a. Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme
sehingga rawan terhadap penyakit.
4. Mitos Senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakkan tertentu
dari otak.
Kenyataannya:
Tidak semua Lansia dalam proses penuaannya diiringi dengan kerusakan bagian
otak (banyak yang masih sehat dan segar)
5. Mitos Seksualitas
6. Mitos Ketidakproduktifan
Kenyataannya:
1. Sistem Persyarafan
a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
2. Sistem Pendengaran
3. Sistem Penglihatan
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
5. Sistem Respirasi
6. Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi.
c. Oesophagus melebar.
a. Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi menurun
sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
c. Pembesaran prostat.
d. Atrofi vulva.
8. Sistem Endokrin
c. Pituitari: Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid: Menurunnya BMR (Basal Metabolik Rate),
menurunnya daya pertukaran zat.
9. Sistem Kulit
b. Kifosis.
f. Atrofi seranut otot, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot menjadi
kram dan menjadi tremor.
F. Hipertensi
1. Pengertian
2. Etiologi
b. Hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu: Penyakit ginjal,
kehamilan, obat-obatan (kontrasepsi).
a. Usia
b. Riwayat keluarga
3. Anatomi Fisiologi
a. Arteri
Adalah tuba tempat darah dialirkan ke jaringan dan organ.Arteri terdiri atas suatu
selaput terdalam (intima), lapisan tengah dari jaringan elastis atau otot.Aorta dan
percabangannya yang merupakan mengalirkan darah ke organ-organ arteri yang
lebih kecil mempunyai lapisan tengah otot (yang dapat mengatur suplai darah ke
organ) perubahan dari satu tipe jaringan ke tipe yang lainnya adalah bertahap,
lapisan luar yang merupakan jaringan penunjang.
b. Arteriole
Darah masuk dari atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri
darah diteruskan ke ventrikel kiri bermuara ke aorta yang bercabang-cabang
menjadi arteri yang akan memperdarahi seluruh bagian tubuh dan pada muara
tersebut terdapat katup aorta yang hanya bisa membuka ke arah terdapat zat-zat
nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh setiap sel tubuh. Darah akan dipompa ke
seluruh tubuh melalui sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
g. Frekuensi Jantung
Cardiac output yang merupakan faktor utama yang perlu dalam sirkulasi
karena cardiac output yang bertanggung jawab untuk sirkulasi karena cardiac
output yang bertanggung jawab untuk memberikan kandungan nutrisi. Sistem
kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah arteri:
a. Sistem baroreseptor
Baroreseptor pada sinus carotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan
impuls ke pusat syaraf simpatitis di medula. Impuls tersebut akan menghambat
stimulasi sistem syaraf simpatetis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-
ujung baroreseptor akan teregang. Sehingga bangkit dan menghambat pusat
simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat simpatis, akibatnya
frekuensi jantung akan menurun, arterial mengalami dilatasi dan tekanan arteri
kembali ke level awal. Hal yang sebaliknya terjadi bila ada penurunan tekanan
arteri.Baroreseptor mengontrol perubahan sementara dalam tekanan darah.
Renin yang diproduksi oleh ginjal akibat aliran darah ke ginjal, menurun
akibatnya terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin
II, angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan
kontraksi arterioral.
d. Autoregulasi vaskuler
4. Patofisiologi
Pada mulanya hipertensi esensial atau primer yang belum diketahui secara
pasti penyebabnya.Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak pada pusat vasomotor, pada medula otak.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf
simpatis ke ganglia simpatis. Neuron preganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut syaraf pasca ganglia ke pembuluh darah. Kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
konstriksi.Pada saat bersamaan dimana, sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan aktivitas vasokonstriksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal.Mensekresi kortisol dan steroid lainnya
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah vasokonstriktor, kuat
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.
5. Klasifikasi hipertensi
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
b. Tachikardia
d. Palpitasi
g. Sukar tidur
7. Pathway
(terlampir)
Jantung dan pembuluh darah memebrikan oksigen dan nutrien setiap sel hidup
diperlukan untuk bertahan hidup. Penurunan fungsi kardiovaskular telah memiliki
dampak pada sistem yang lainnya. Dengan meningkatnya usia jantung dan pembuluh
darah mengalami perubahan baik struktural dan fungsional.
1. Perubahan Struktur
Ukuran jantung seseorang tetap dengan berat badan, adanya suatu hipertrofi
atau atrofi yang terlihat jelas menandakan adanya ketidak normalan. Ukuran ruang-
ruang jantung tidakberubah dengan penuaan. Ketebalan dinding ventrikel kiri
cenderung meningkat karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya
fungsi serat-serat elastis.oleh karena itu, penuaan pada jantung menjadi kurang
mampu untuk distensi, dengan kekuatan kontraktil yang kurang efektif.
Terjadi kekakuan pada sbagian besar pangkal aorta sehingga menyebabkan obstruksi
parsial terhadap aliran darah selama denyut sistole, tidak sempurnanya pengosongan
ventrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut jantung ( misalnya demam,
stres dan olahraga). Dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik.
Pada usia lanjut sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus.
Perunagan ini terjadi karena peningkatan kolagen dan hilangnya serat elastis dalam
lapisan medial atrteri. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri lain
secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah.
Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. Katub
vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.
2. Perunbahan Fungsi
BAB III
Biodata Klien
1. Nama :Ny. H
2. Umur : 63 tahun
3. Agama : Katolik
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan :-
1. Nama : Tn. K
2. Pekerjaan : Swasta
Subjektif
Klien mengatakan merasa biasa saja dan baik-baik saja hanya saja tekanan darah
klien tinggi dan klien mengatakan kepala klien pusing serta sering merasa kaku pada
leher bagian belakang.
Tidak,karena Klien sering memeriksakan diri klien ke poli, dan klien tidak
mengetahui pantangan diit darah tinggi yang dideritanya.
Klien mengatakan dipanti klien mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh panti,
misalnya kegiatan kesenian, doa, tetapi klien agak malas berolah raga karena sering
merasa capek.
Ya, Klien rutin melakukan pemeriksaan ke Poli yaitu setiap hari rabu.
Klien mengatakan saat sakit klien akan memeriksakan diri klien ke Poli, dan rutin
minum obat hipertensi yang diberikan di poli.
ya, klien tidak mengetahui pantangan pada penyakit yang dideritanya (hipertensi).
Ya, karena di Panti terdapat poli dan dapat digunakan klien untuk memeriksakan diri.
Ya, klien berinisiatif pergi ke poli dan meminta obat atas penyakit yang dialaminya.
10. Apakah lansia pernah mengalami kecelakaan atau injuri pada masa lalu?
12. Apakah ada reaksi alergi terhadap obat/makanan/barang-barang tertentu dan lain-
lain?
Tidak ada, Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan
maupun barang-barang tertentu.
13. Apakah lansia mempunyai keinginan untuk menjaga atau memelihara kesehatannya?
14. Seberapa sering lansia berkunjung ke dokter umum, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan yang lain?
Klien mengatakan pergi ke poli setiap hari rabu.
15. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan
tentang pemeliharaan kesehatannya?
Ya, karena setiap klien merasa sakit klien pasti selalu memeriksakan diri ke poli.
Objektif
1. Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan gigi geligi, gigi palsu,
genetalia, anus)Rambut klien berwarna putih (beruban), pendek, rapi dan bersih klien
berwarna putih, kulit klien tampak elastis. Mulut klien bersih, gigi klien sudah ada
yang tanggal, klien tampak menggunakan gigi palsu.
B. Pola Nutrisi-Metabolik
Subjektif
1. Apa jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia dalam sehari?
2. Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang terkait dengan
nutrisi?
5. Apakah ada kesulitan makan (Nyeri menelan, mual, kembung, sulit menelan, dan
lain-lain)? Tidak, klien mengakan tidak ada kesulitan dalam menelan, klien tidak
merasa mual.
6. Apakah ada diet?
Klien mengatakan makan dan minum klien cukup, klien minum ± 1500ml, klien
mengatakan tidak ada masalah dalam mengeluarkan cairan.
Ya, klien mengatakan merasa berat badan klien naik dari bulan lalu.
Objektif
1. Bagaimana kondisi : rambut, kulit, konjungtiva, palpebra, sclera, gigi geligi, rongga
mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status hidrasi?
Kondisi rambut klien baik, sudah berwarna putih, konjungtiva klien normal berwarna
pink, palpebra klien normal tidak ada pembesaran/bengkak, sclera lansia
normalberwarna putuh, gigi geligi klien sudah tidak lengkap dan terlihat
menggunakan gigi palsu dan terdapat karang gigi, rongga mulut bersih dan terlihat
lembab, gusi dan lidah klien bersih, tidak ada pembesaran getah bening, klien tidak
mengalami dehidrasi.
Tidak ada acites, peristaltic usus 5 kali permenit, tidak ada nyeri tekan.
7. Adanya edema?
Ya, klien dapat bergerak bebas tanpa ada hambatan, Integritas kulit?Intgritas kulit
klien elastic.
C. Pola Eliminasi
Subjektif
Klien mengatakan BAB 2x/hari dengan konsistensi lembek dengan warna kuning,
klien juga mengatakan tidak ada nyeri pada saat BAB.
Klien mengatakan BAK 5-6x dengan warna kuning dan tidak ada nyeri, namun
belakangan klien sering bangun malam untuk BAK.
5. Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa?
Klien mengatakan tidak mengeluarkan urin saat tertawa, batuk, ataupun bersin.
Objektif
1. Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adanya nyeri ketuk ginjal?
Abdomen klien normal tidak terdapat acites, saat ketuk ginjal tidak ada nyeri, anus
dan mulut uretra tidak dikaji.
Tidak ada gangguan pada eliminasi klien, dan tidak ada hasil pemeriksaan
laboratorium.
4. Bising usus?
Tidak terkaji.
D. Pola aktivitas-Latihan
Subjektif
1. Bagaiman pola aktivitas/ latihan lansia : jenis aktivitas, frekuensi, lamanya?
4. Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa hambtaan
tersebut?
5. Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktivitas, apakah lansia merasa
nyaman dengan alat tersebut?
Tidak, Klien masih terlihat tegap dan seimbang pada saat berjalan.
7. Adakah keluhan sesak, lelah, lemah? Tidak ada keluhan sesak, kelelahan, dan
kelemahan saat beraktivitas.
8. Seberapa jauh dapat melalui aktivitas? Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas
klien sampai selesai, dalam melakukan aktivitas apapun, kecuali pada saat
berolahraga pagi, klien sering merasa lelah.
Klien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, dan tidak mengalami batuk.
Objektif
1. Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk beraktivitas?
Tidak ada, klien tampak mampu beraktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Indeks KATZ?
Lingkungan klien cukup aman bagi lansia untuk beraktivitas, karena disetiap
lingkunga sudah terdapat pegangan atau pengamannya, dan pasien tidak mengalami
disabilitas apapun.
Kekuatan otot pasien baik yaitu 55555(untuk ekstremitas atas bagian kiri dan kanan)
dan 55555(untuk ekstremitas bawah kiri dan kanan)
Ya, klien masih mampu berjalan dan mencuci pakaian klien sendiri, untuk
melakukan makan serta minum juga masih bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien.
Lingkungan lansia tampak aman, terdapat fasilitas untuk pegangan pada dinding
wisma, dan tidak terdapat hal-hal lain yang dapat membahayakan klien.
10. Bagaimana pemeriksaan thoraks dan jantung, serta lengan dan tungkai?
Dari pemeriksaan didapatkan hasil bahwa suara napas klien vesikuler, suara jantung
klien terdengar normal, s1 dan s2, serta tidak terdapat oedema pada ekstremitas klien.
11. Hasil observasi: P, N, TD, JVP, CR, edema perifer. Laboratorium, EKG, dan
pemeriksaan diagnostic lainnya.
Dari hasil observasi didapatkan hasil tekanan nadi klien regular, kuat, N: 80x/menit,
TD:150/90mmhg(hipertensi grad 1), CR 2 detik, tidak terlihat adanya edema perifer.
Tidak ada hasil pemeriksaan apapun.
Dari hasil tes keseimbangan, klien mampu berjalan lurus sejauh 5m pada porslin
yang telah ditunjuk.
15. ROM?
ROM klien aktif baik ekstremitas atas bagian kanan dan kiri, maupun ekstremitas
bawah kanan dan kiri.
Klien terlihat dapat berpindah tempat secara mandiri tanpa bantuan apapun.
E. Pola Istirahat dan Tidur
Subjektif
Klien mengatakan tidur ±7-9 jam perhari dengan jumlah tidur siang 1-2 jam dari
pukul 14.00-16.00 WIB. Dan tidur malam dari jam 22.00-05.00 Wib.
4. Apakah ada laporan dari lansia: pernapasan abnormal, mendengkur terlalu keras,
gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur?
5. Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk meningkatkan
kualitas tidurnya?
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur selain sering terbangun untuk
BAK.
Objektif
1. Apakah klien terlihat capai/lesu/tanda-tanda kurang tidur yang lain?
Klien tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala akibat kurang tidur.
F. Pola Kognitif-Perseptual
Subjektif
Ya, klien menggunakan kaca mata -2. Digunakan pada saat klien akan membaca.
Klien mengatakan tidak mengalami perubahan dalam memori, baik jangka panjang
maupun jangka pendek.Klien dapat menyebutkan kronologi hidupnya dari masa lalu
sampai saat ini.
Klien tidak mengalami disorientasi tempat, waktu, maupun orang. Klien mampu
menyebutkan bahwa klien tinggal dip anti, mampu mengingat nama teman sewisma,
dan mampu menyebutkan bahwa hari ini adalah hari selasa tanggal 16 juli 2013.
Tidak ada perubahan perilaku dari klien baik hiperaktif maupun hipoaktif.
Tidak ada perubahan pada konsentrasimklien, klien bisa fokus pada saat
berkomunikasi.
8. Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi, halusinasi, delusi?
Klien kooperatif, klien tidak menarik diri, klien tidak mengalami depresi, klien tidak
mengalami halusinasi, dan tidak mengalami delusi. Klien sering marah terhadap
anggota wisma lain yang malas dan tidak memperhatikan kebersihan.
Objektif
Tidak ada perubahan dosis ataupun jenis obat pada klien.Klien mengkonsumsi obat
hipertensi nifedipin, klien mengkinsumsi obat cetrizin, dan obat Piroxicam.
Dari hasil MMSE didapatkan nilai 30 yang artinya status mental pasien normal. Dari
hasil pemeriksaan medic diperoleh hasi TD: 150/90mmHg, dan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada klien.
3. Apakah lansia tampak bingung dan tidak konsentrasi?
Lansia tidak tampak bingung pdan tidak ada gangguan konsentrasi pada saat
berbicara. Klien fokus pada apa yang dibicarakan, dan dapat mengikuti semua alur
pembicaraan dengan baik.
Tidak ada gangguan pada pendengaran, klien masih bisa mendengar dengan
baik.Tidak ada gangguan pengecapan, klien dapat membedakan makanan yang asin
dan tidak.Tidak ada gangguan penghidu, klien masih bisa membedakan bau pesing
dengan bau yang harum. Klien tidak mengalami gangguan indra perasa. Klien sudah
menggunakan kaca mata -2, dari pengkajian klien masih bisa melihat dengan baik
pada jharak 6 meter, tanpa menggunakan kaca mata.
Tidak ada gangguan pada syaraf cranial klien, klien dapat berbicara dengan jelas
(tidak pelao), klien bisa membedakan
6. Hasil SPMSQ?
Dari hasil pemeriksaan SPMSQ diperoleh hasil 10 yang menunjukkan status mental
pasien utuh.
Subjektif
Ya, klien mengatakan menyerahkan semua kejadian dalam hidupnya kepada Tuhan.
3. Apakah lansia mengatakan tidak mampu menguasai hidupnya?kegagalan atau
keputusasaan?
Tidak, klien mengatakan semua kejadian dalam hidupnya sudah menjadi takdir yang
harus diterimanya.
Ya, lansia pernah bercerai dengan suaminya, dan 2 tahun yang lalu anaknya
menunggal sehingga dia harus tinggal dip anti.
Penampilan umum lansia baik, lansia tidak menolak kontak mata dengan perawat.
7. Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak?
Tidak, lansia menyadari bahwa dalam hidup pasti ada kematian, dan lansia menyadari
bahwa suatu saat dia pasti akan kembali ke Sang Pencipta.
Objektif
1. Adakah gejala stimulasi sistem saraf otonom?
Ya, TD:150/90 mmHg. Tetapi tidak ada peningkatan denyut nadi dan pernapasan.
Subjektif
Interaksi antara lansia dan lingkungan kurang baik, lansia sering marah terhadap
teman sewisma karena malas dan tidak menjaga kebersiha.
Ya, sebelum masuk panti, klien mempunyai salon dan usaha travel, sekarang klien
tidak mempunyai peran apapun.
Klien mengatakan pada saat kehilangan orang yang disayang pernah merasa frustasi,
namun seiring berjalannya waktu, klien merasa bahwa apapun yang terjadi merupakan
kehendak yang maha kuasa.
Tidak, klien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, klien bisa berbicara
menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat jelas.
6. Apakah ada ketegangan dengan orang disekitar lansia?
Ya, lansia mengatakan sering memarahi temannya yang malas dan mempunyai pola
hidup yang kotor.
Objektif
1. Dari observasi interaksi antar anggota dilingkungan panti didapatkan bahwa klien
terlihat sering memarahi temannya yang malas dan tidak mau bersih-bersih, namun
dengan anggota yang lainnya klien bersikap biasa saja.
I. Pola Seksual-Reproduksi
1. Adakah perubahan fisiologis yang berdampak pada seksualitas lansia? Tidak terkaji
3. Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah untuk mengatasi masalah akibat
menopause? Tidak ada kerena tidak ada keluhan.
4. Masih adakah minat untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan? Tidak
terkaji
Subjektif
Klien mengatakan status emosinya baik, tetapi klien akan marah apabila ada hal-hal
yang dia tidak suka msalnya ada anggota wisma yang malas, dan tidak menjaga
kebersihan maka klien akan marah.
Klien mengatakan stressor yang terjadi merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan
dalam hidupnya.
Klien mengatakan menerima apapun yang terjadi dalam hidupnya dan menyerahkan
semuanya kepada Tuhan.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami traumatic secara fisik, namun klien pernah
mengalami trauma secara psikis karena pernah cerai dengan suami, dan pernah
kehilangan anaknya sekitar 2 tahun yang lalu.
Objektif
1. Perilaku atau manifestasi psikologis dari mood, afek, kecemasan, dan stress:
Mood klien baik, afek klien sesuai, pada saat senang klien akan tertawa, pada saat
berbicara tentang hal-hal yang sedih klien terlihat murung, klien bersikap tenang tidak
menunjukkan adanya kecemasan terhadap suatu hal, klien tidak tampak stress.
K. Pola Nilai-Kepercayaan
Subjektif
1. Sistem nilai, tujuan, dan keyakinan apa yang dianut oleh lansia?
Klien beragama Katholik, dan mengikuti budaya manado. Klien mengatakan agama
yang dianut, dan kebudayaan tidak mempengaruhi kesehatannya.
Klien mengatakan ke gereja setiap hari minggu, dan selalu mengikuti ibadah di Panti
setiap hari kamis.
4. Apa latar belakng yang dimiliki oleh lansia (agama, filosofi, kultur)?
5. Apakah sistem tersebut mempengaruhi semua aspek, baik kesehatan, atau koping
terhadap stress?
Ya, klien mengatakan dengan banyak berdoa pikiran menjadi tenang dan merasa lebih
dekat dengan Tuhan.
6. Apakah lansia marah kepada Tuhan ketika mengalami sakit atau gangguan?
Tidak, namun klien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar diberi kekuatan dalam
menjalankan semua rintangan yang dihadapi.
Tidak, klien mengatakan tidak megalami halangan apapun dalam melakukan kegiatan
ibadah.
Objektif
1. Observasi adanya alat-alat untuk ibadah: klien tampak memiliki Kitabsuci untuk
berdoa dan membaca firman.
ANALISA DATA
PRIORITAS DIAGNOSA
2. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap
kebutuhan metabolism tubuh
3. menggam
Menggamb barkan
muncul menyebut
dengan untuk
tepat.
A: masalah
09.40 4.
teratasi
Menginfor
masikan P: intervensi
diit yang dihentikan
tepat untuk .
klien.
P : ditambah
12.30 memonito
r pola
makan
klien,
memotiva
si klien
untuk
berolahrag
a.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI II
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ditemukan pada pasien.
Asuhan keperawatan pada Ny.H (lansia dengan hipertensi)di wisma Wukiratawu PSTW unit
Abiyoso.Didalam melakukan pengkajian, masalah yang ditemukan pada pasien ada sedikit
perbedaan antara teori dan praktek. Adapun lingkup pembahasan kasus ini sesuai dengan
proses keperawatan yaitu : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Dari hasil pengkajian pasien penulis mendapatkan data bahwa pasien kurang
mengetahui diit yang tepat untuk hipertensi yang dideritanya.Selain itu, penulis juga
menemukan data mengenai BB klien, dimana dari data yang didapat, klien memiliki BB
yang lebih dari normal.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa apa yang dialami lansia hamper
sama dengan yang dialami orang lain pada umumnya yaitu memiliki pengetahuan yang
kurang dan memiliki BB yang berlebih. Pada Ny. H tidak ditemukan adanya tanda dan
gejala yang dialami oleh para lansia lainnya dimana menurut teori, lansia pada umumnya
memiliki penurunan berbagai fungsi organ seperti kognitif, gastrointestinal dan lain-lain,
namun tidak pada Ny. H.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN
Perencanaan yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan dan sasaran untuk
Ny.H dengan dua masalah penulis menyusun rencana sebagai berikut :
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
DP2: Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih
terhadap kebutuhan metabolism tubuh
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian lain mengatakan “menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita” (Constantinides, 1994). “Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai
sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal” (Ignativicus, Workman,
Mishler, 1999).
Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan fungsional)
atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-
intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya satu persen
setelah usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)
Tanda-tanda dari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biomekanik di
dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh.
Proses menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara
sistem tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi (kardiovaskuler). Berbagai
macam penyakit kardiovaskuler akan bermunculan seiring dengan penuaan sistem kardiovaskuler, salah
satunya adalah “hipertensi”.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).
Menuruti Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler.
Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam penyakit
kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri. Semakin dini diketahui dan
diatasi semakin rendah risiko untuk terserang berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.
1. 2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa
lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga
dampaknya.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Penyusun
Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.
Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan
Tanjung karang tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Hipertensi.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
2. 1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.
2. 2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report
of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC –
VI, 1997) sebagai berikut :
No 1. 2. 3. 4.
Grade 4
High Grade 1 Grade 2 Grade 3
Kategori Optimal Normal (sangat
Normal (ringan) (sedang) (berat)
berat)
Sistolik 120– 130– 180 –
<120 140– 159 160 – 179 >210
(mmHg) 129 139 209
Diastolik 100 –
<80 80 – 84 85 – 89 90 – 99 100 – 109 >120
(mmHg) 119
Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
2. 3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
2. 4. PatofisiologI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
2. 6. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan
factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
· Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
Kalsium serum
Pemeriksaan tiroid
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
Asam urat
Steroid urin
IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
Foto dada
CT scan
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
2. 7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif
pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
b. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
§ Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
§ Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
§ Penurunan berat badan
§ Penurunan asupan etanol
§ Menghentikan merokok
c. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
d. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
§ Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
§ Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
3. 1. Pengkajian
1. Data Umum :
a) Kepala keluarga
b) Komposisi keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Status sosial-ekonomi
g) Aktivitas rekreasi keluarga
3. Data Lingkungan :
a) Karakteristik rumah
b) Karateristik tetangga dan komunitas
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4. Struktur Keluarga :
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5. Fungsi Keluarga :
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosial
c) Fungsi ekonomi
d) Fungsi perawatan kesehatan keluarga :
i. Kemampuan mengenal masalah
ii. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
iii. Kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit
iv. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
v. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
7. Harapan Keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan
b) Terhadap petugas ksehatan
8. Pemeriksaan Fisik
A. Head to Toe
Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas, integumen, status
neurologi.
B. Kebutuhan Dasar Manusia
i. Nutrisi
ii. Eleminasi
iii. Tidur dan istirahat
iv. Gerak dan aktivitas
v. Rasa aman dan nyaman
vi. Personal hygiene
3. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
4. Integritas Ego
· Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (
hubungsn, keuangan, pekerjaan )
· Tanda :
Ø Letupan suasana hati
Ø Gelisah
Ø Penyempitan kontinue perhatian
Ø Tangisan yang meledak
Ø otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Ø Peningkatan pola bicara
5. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
6. Makanan / Cairan
· Gejala :
Ø Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Ø Mual
Ø Muntah
Ø Riwayat penggunaan diuretik
· Tanda :
Ø BB normal atau obesitas
Ø Edema
Ø Kongesti vena
Ø Peningkatan JVP
Ø Glikosuria
7. Neurosensori
· Gejala :
Ø Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Ø Episode kebas
Ø Kelemahan pada satu sisi tubuh
Ø Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Ø Episode epistaksis
· Tanda :
Ø Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Ø Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Ø Perubahan retinal optik
8. Nyeri/ketidaknyamanan
· Gejala :
Ø nyeri hilang timbul pada tungkai
Ø sakit kepala oksipital berat
Ø nyeri abdomen
9. Pernapasan
· Gejala :
Ø Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Ø Takipnea
Ø Ortopnea
Ø Dispnea nocturnal proksimal
Ø Batuk dengan atau tanpa sputum
Ø Riwayat merokok
· Tanda :
Ø Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Ø Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Ø Sianosis
10. Keamanan
· Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
· Tanda : Episode parestesia unilateral transien
11. Pembelajaran / Penyuluhan
· Gejala :
Ø Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Ø Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Ø Penggunaan obat / alkohol
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Ø Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Ø Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Ø Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5) Catat edema umum
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9) Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
10) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Ø Pasien tampak nyaman
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4) Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5) Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
6) Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk
7) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya tahanan
pembuluh darah
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas
yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Ø Haluaran urin 30 ml/ menit
Ø Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring
2) Tinggikan kepala tempat tidur
3) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
tersedia
4) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5) Amati adanya hipotensi mendadak
6) Ukur masukan dan pengeluaran
7) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
8) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
Kriteria hasil :
Ø Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Ø Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
1) Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan
2) Instruksikan pasien tentang penghematan energi
3) Kaji respon pasien terhadap aktifitas
4) Monitor adanya diaforesis, pusing
5) Observasi TTV tiap 4 jam
6) Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak
terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Ø Tampak dapat istirahat dengan cukup
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
2) Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
3) Evaluasi tingkat stress
4) Monitor keluhan nyeri kepala
5) Lengkapi jadwal tidur secara teratur
6) Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
7) Lakukan masase punggung
8) Putarkan musik yang lembut
9) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik .
Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Ø Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
2) Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
3) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ø Ekspresi wajah rilek
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan
perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan
toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana
pengobatan
5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
6) Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
7) Observasi TTV tiap 4 jam
8) Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
9) Berikan support mental pada klien
10) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan selama 1 x
24 jam
Kriteria hasil:
Ø Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Ø Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek
toksik
4) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing,
pingsan, mual dan muntah.
6) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
9) Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan,
pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
10) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
11) Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
2 komentar:
1.
Balas
2.
Hipertensi pada generai millenial di Indonesia terjadi pada mereka yang berusia 15-24
tahun mencapai 10% dan usia 18-39 mencapai 7,3%…
Balas
kumpulan askep
Lencana Facebook
Jerry Runtuwene
Lencana Facebook
Jerry Runtuwene
ku balik pulang
bagiku....Engkªu mengasihiku sếlαlų....┏┉┄┈┈┈┈┈┈┈┉┓┆ Terima Kasih ;)
└┈┈┈┈┈ ┈⌣̊┈̥-♈
̶̯͡ ̷̴♈ ƬUHΑƝ♡ Yesus.....
Mengenai Saya
jerryNs
suluun kec sultra kab minahasa selatan, sulawesi utara, Indonesia
alamat:suluun dua ling I kec sutra,kabupaten minahasa selatan sekarang bertugas di
IGD RSUD amurang pendidikan SD Gmim II,Smp neg suluun<spk Dep-kes manado
angk XXI/96-99,fakep UNPI manado.
Lihat profil lengkapku
welcome to my world
mau cari makalah untuk pembuatan tugas? disini tempatnya.....
Entri Populer
Tingkatan pencegahan Primer,tersier dan sekunder
Proses asuhan keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap : a. Pengkajian
Pengkajian adalah ...
PENGERTIAN BIO-PSIKOLOGI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut sumber dari situs internet
“penuaan adalah proses yang dinamis dan komplek...
Selamat membaca bagi adik-adik dan teman sejawat yang ingin tahu bagaimana
menghitung tetesan infus per menitnya ? Sebelum kita mas...
Range of motion
1. Latihan pasif anggota gerak atas A. Gerakkan menekuk dan meluruskan sendi bahu
: Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainn...
Pengertian DHF / Demam Berdarah DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah
adalah penyakit yang...
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa dan pembaca adalah:
2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan
pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan gerontik.
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan
pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi
dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
3. Dalam penulisan makalah ini penujlis menyadari banyak sekali kekurangan, oleh
karena itu, koreksi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.
Catatan Perawat
Home
Sitemap
Contoh Makalah
Contoh Paper
Tugas Akhir
More Label..
Error 404
Singkawang, 1 Oktober
2010
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif
sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan”.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih
lanjut hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada
lansia yang di bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup
secara produktif dan dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan
asuhan yang diperlukannya.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
C. METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan dan mencari beberapa sumber dari internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya
dekubitus, yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan
perorangan (personal hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang
mendapat perhatian.
2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhaadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus
dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar
dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan bahagia.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalh mahluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat
dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut
usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton
tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering
menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan
sekitarnya.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan :
Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
Pencegahan penyakit
Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup
klien lanjut usia (Life Support ).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami
gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
5. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertent.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).
Pemeriksaan fisik
Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh
b. Psikologis
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
c. Sosial ekonomi
Darimana sumber keuangan lanjut usia
Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
Dengan siapa dia tinggal.
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Siapa saja yang bisa mengunjungi.
Seberapa besar ketergantungannya.
Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
d. Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
Kecepata, irama, volume.
Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman.
Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.
Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan di tes depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
Apakajh menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.
Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis
Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
3. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
2. Lingkungan
Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan
alat-alat yang biasa digunakannya.
Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
Pasang pegangan dikamar mandi / WC
Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu
70-100 watt.
Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
Penurunan daya ingat
Kurangnya motivasi
Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
minyak atau berikan skin lotion
Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting
kuku
4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan
melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi)
Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun,
depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan
hubungan interpersonal yang tidak adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
3. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap
terhadap respond an verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lansia
6. Menghargai pendapat lansia
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
Penerangan alam lebih baik
Hindarkan cahaya yang menyilaukan
Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan
Tingkatkan rangsangan panca indra melalui :
Buku-buku yang dicetak besar
Perubahan lingkungan
Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
Kalender atau penanggalan
Jam
Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
Ubah posisi
Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama
perpindahan
Lakukan penggosokan pada waktu mandi
Berikan perawatan pernapasan
Bersihkan nostril atau kotoran hidung
Lindungi dari angin
Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
- Bernapas dalam (deep breathing)
- Latihan batuk
- Latihan menghembuskan napas
Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya
ditandai dengan :
- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Ransangan nafsu makan
- Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
- Berikan makanan yang menarik
- Bisa minum anggur bila dibolehkan
- Sediakan makanan yang hangat-hangat
- Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Berikan sikap fowler waktu makan
- Pertahankan keasamn lmbung
- Berikan makanan yang tidak membentuk gas
- Cukup cairan
Cegah konstipasi / sembelit
- Jamin kecukupan cairan dalam diet
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
- Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
- Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
- Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
Cegah ankontinensia
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam
- Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh
- Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
- Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur
Seksualitas
- Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
- Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap
keinginan seksual
- Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
Berikan perawatan kulit
Mandi
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x
seminggu untuk mencegah kekeringan kulit
- Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk
menambah kesehatan kulit
Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku
atau adanya gangguan medic atau bedah
Berikan perawatan muskuluskeletal
Bergerak dengan keterbatasan
Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan latihan
Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu
waktu tertentu
Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien
contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu
Berikan perawatan psikososial
Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar
tercipta suasana normal
Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
Fasilitas pembicaraan
Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam
menetapkan atau memelihara kepercayaan.
Berikan penghargaan dan rasa empathi
Pelihara Keselamatan
Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
Tempat tidur dalam posisi rendah
Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fokus asuhan keperawatan lanjut usia terdiri dari :
Peningkatan kesehatan (health promotion)
Oencegahan penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental.
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselaamatan.
Memelihara kebersihan diri.
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
Implementasi keperawatan, terdiri dari :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
Tingkatkan rangsangan panca indra
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata
Berikan perawatan sirkulasi
Berikan perawatan pernapasan
Berikan perawatan pada alat pencernaan
Berikan perawatan genitorinaria
Berikan perawatan kulit
Berikan perawatan muskuluskeletal
Berikan perawatan psikososial
Pelihara Keselamatan
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i Jurusan Keperawatan Singkawang, hendaknya memberikan asuhan
keperawatan lansia dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta
: EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Enter your