Anda di halaman 1dari 99

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan,


terutama karena ilmu kedokteran, mampu meningkatkan umur harapan hidup (life
expentany). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada
kecenderungan akan meningkat lebih cepat.

Di antara Negara maju seperti di Amerika Serikat pertambahan usia lanjut ± 1000
orang perhari dan perkiraan pada tahun 1985 50% dari penduduk berusia lebih dari 50
tahun. Baby Boom pada masa lalu diganti dengan ledakan penduduk lanjut usia.

Di Indonesia menurut sensus pada tahun 1980, jumlah penduduk adalah 147,3 juta
orang. Pada angka tersebut terdapat 16,3 orang (11%) yan gberumur 50 tahun ke atas, dan
±6,3 juta orang (4,3%) orang yang berumur 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat
822.831 (12,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan
bantuan khusus sesuai Undang-undang, bahwa mereka harus dipelihara oleh Negara.

Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari seluruh penduduk
(22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun. Secara individu proses
menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan
sosialnya.

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita


golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi
lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang
tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik,
sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang
menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa
Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing (=gerontic nursing) dan geriatric
nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada
semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60
tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi,
hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai
masalah psikologik maupun sosial.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan penulis terutama tentang lanjut usia dengan


hipertensi, sebagai pembelajaran tentang asuhan keperawatan gerontik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengenal anatomi fisiologi dan proses penuaan

b. Mampu menjelaskan tentang pengertian hipertensi

c. Mampu menjabarkan tentang etiologi dari hipertensi

d. Mampu menjabarkan tentang patofisiologi hipertensi

e. Mampu menyebutkan manifestasi klinik dari hipertensi

f. Mampu menjelaskan tentang perawatan, pengobatan, dan pencegahan hipertensi

g. Mampu menjabarkan komplikasi hipertensi


h. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada hipertensi

i. Memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan hpertensi

C. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan studi pustaka dan studi kasus di lapangan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

BAB II Tinjauan Teori

BAB III Asuhan Keperawatan

BAB IV Pembahasan Kasus

BAB V Penutup

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor


yang menyangkur Lanjut Usia(Nugroho Wahyudi, 1992).

Gerontik adalah ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti segala bidang


masalah Lanjut Usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga menyangkut sosial
kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-
undangan(Josaputra, 1987).

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut
menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah
fase akhir dari rentang kehidupan.

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo,
2004).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang
yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan
menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah
sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan
itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu:

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia
lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang
lain.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran


dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk

B. Batasan atau Pembagian Lanjut Usia

Adapun beberapa pendapat mengenai pembagian atau batasan-batasan Lanjut


Usia, yakni:

1. Menurut WHOLanjut Usia meliputi:

a. Middle Age : 45-59 tahun

b. Elderly : 60-70 tahun

c. Old : 75-90 tahun

d. Very Old : Di atas 90 tahun

2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Perkembangan manusia dibagi
sebagai berikut:

a. Masa Bayi : 0-1 tahun

b. Masa Pra sekolah : 1-6 tahun

c. Masa Sekolah : 6-10 tahun

d. Masa Pubertas : 10-20 tahun

e. Masa Dewasa : 20-40 tahun

f. Masa Setengah Umur : 40-65 tahun

g. Masa Lanjut Usia : 65 tahun ke atas

3. Menurut Dra. Ny. Josmasdani:

a. Fase Inventus : 25-40 tahun

b. Fase Verilitas : 40-50 tahun


c. Fase Prasenium : 55-65 tahun

d. Fase Senium : 65 tahun ke atas

4. Menurut Prof. DR. Koesoemato Setyonegoro

a. Elderly Adulhood : 18/20-25 tahun

b. Middle Years : 25-60/65 tahun

c. Geriatric Age : Di atas 65/70 tahun

d. Young Old : 70-75 tahun

e. Old : 75-80 tahun

f. Very Old : Di atas 80 tahun

5. Menurut UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1

Menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan Lanjut Usia setelah mencapai


umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.

C. Teori-teori Proses Menua

Adapun teori-teori menua, yaitu:

1. Teori-teori Biologis

a. Secara keturunan dan atau mutasi, setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.Contohnya, mutasi daripada sel-sel kelamin.

b. Pemakaian dan merusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah.

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, yang disebut teori Akumlasi
dari produk sisa
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan terhadap: Radiasi, Penyakit dan Kekurangan Gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri. Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

2. Teori-teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas dan kegiatan:

a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara


langsung.

b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari Lanjut Usia.

b. Kepribadian berlanjut

a) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada Lanjut Usia.

c. Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu


dengan individu lainnya.

D. Mitos-mitos Lansia dan Kenyataannya

Menurut Sheiera Saul (1974) :

1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan

Lanjut Usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda
dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati.

Kenyataannya:

a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit.
b. Depresi.

c. Kekhawatiran.

d. Paranoid.

e. Masalah psikotik

2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran

Pandangan bahwa Lanjut Usia pada umumnya:

a. Konservatif

b. Tidak kreatif

c. Menolak inovasi

d. Berorientasi ke masa silam

e. Merindukan masa lalu

f. Kembali ke masa anak-anak

g. Susah berubah

h. Keras kepala

i. Cerewet

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia bersikap dan berpikir demikian.

3. Mitos Berpenyakitan

Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan


berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (Lansia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
Kenyataannya:

a. Memang proses penuaan disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme
sehingga rawan terhadap penyakit.

b. Tetapi banyak penyakit masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.

4. Mitos Senilitas

Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakkan tertentu
dari otak.

Kenyataannya:

Tidak semua Lansia dalam proses penuaannya diiringi dengan kerusakan bagian
otak (banyak yang masih sehat dan segar)

5. Mitos Seksualitas

Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lansia normal saja. Memang


frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap
tinggi.

6. Mitos Ketidakproduktifan

Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif.

Kenyataannya:

Tidak demikian, banyak Lansia yang mencapai kematangan, kemantapan dan


produktifitas mental dan material pada Lanjut Usia.

E. Penurunan-penurunan dari Sistem-sistem yang Terjadi pada Lansia

Penurunan-penurunan itu meliputi:

1. Sistem Persyarafan
a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan.

b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

c. Mengecilnya syaraf panca indra: Berkurangnya penglihatan, hilangnya


pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

2. Sistem Pendengaran

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan atau daya


pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.

b. Membran tympani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

3. Sistem Penglihatan

a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

d. Meningkatnya ambang penangkap sinar: Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih


lambat susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang: Berkurangnya luas pandangan.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala.

4. Sistem Kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

b. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya


kontraksi dan volumenya.

c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

d. Tekanan darah meninggi, diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh


darah perifer.

5. Sistem Respirasi

a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Alveoli ukurannya menebal dari biasa dan jumlahnya berkurang.

d. O2 pada arteri menurun menjadi 755 mmHg.

e. CO2 pada arteri tidak berganti.

f. Kemampuan untuk batuk berkurang.

g. Paru-paru kehilangan elastisitas: Kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih


berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun.

6. Sistem Gastrointestinal

a. Kehilangan gigi.

b. Indera pengecap menurun.

c. Oesophagus melebar.

d. Lambung; rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan


menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.


f. Fungsi absorpsi melemah.

g. Liver (hati): Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya


aliran darah.

7. Sistem Genito Urinaria

a. Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi menurun
sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

b. Vesika Urinaria: Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml


atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria Lanjut Usia, sehingga menyababkan retensi urine.

c. Pembesaran prostat.

d. Atrofi vulva.

e. Vagina: Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, permukaannya


menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi
perubahan-perubahan warna.

f. Daya Seksual: Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap


tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.

8. Sistem Endokrin

a. Produksi hamper dari semua hormone menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Pituitari: Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid: Menurunnya BMR (Basal Metabolik Rate),
menurunnya daya pertukaran zat.

e. Menurunnya produksi aldosteron.

f. Menurunnya sekresi hormone kelamin: Progesteron, Estrogen, Testosteron.

9. Sistem Kulit

a. Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b. Kulit kapala dan rambut menipis, berwarna kelabu.

c. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

d. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.

e. Kuku manjadi keras dan rapuh.

f. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

g. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

10. Sistem Muskuluskletal

a. Tulang kehilangan density dan makin rapuh.

b. Kifosis.

c. Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

d. Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek.

e. Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.

f. Atrofi seranut otot, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot menjadi
kram dan menjadi tremor.

F. Hipertensi
1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.Pada manula
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg.(Brunner and Suddarth, 2002).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa, dan


dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistoliknya lebih dari atau sama dengan 140
mmHg atau tekanan darah diastoliknya lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.
(Sharon Mantik Lewis, 2000).

2. Etiologi

Berdasarkan etiologi dibagi menjadi dua:

a. Hipertensi primer (idiopatik)

90% tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada faktor pendukung:Stress psikososial


Obesitas, Kurang olah raga dan Merokok

b. Hipertensi primer

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu: Penyakit ginjal,
kehamilan, obat-obatan (kontrasepsi).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi;

a. Usia

b. Riwayat keluarga

c. Gaya hidup, konsumsi garam-garaman.

3. Anatomi Fisiologi

a. Arteri

Adalah tuba tempat darah dialirkan ke jaringan dan organ.Arteri terdiri atas suatu
selaput terdalam (intima), lapisan tengah dari jaringan elastis atau otot.Aorta dan
percabangannya yang merupakan mengalirkan darah ke organ-organ arteri yang
lebih kecil mempunyai lapisan tengah otot (yang dapat mengatur suplai darah ke
organ) perubahan dari satu tipe jaringan ke tipe yang lainnya adalah bertahap,
lapisan luar yang merupakan jaringan penunjang.

b. Arteriole

Merupakan pembuluh darah dengan dindingnya yang relatif tebal


terbentuk dari otot polos.Otot dari pembuluh arteriole dapat berkontraksi atau
relaksasi.Normalnya dinding tersebut dalam keadaan kontraksi parsial kontraksi
menyebabkan konstriksi dari diameter pembuluh darah. Bila terjadi konstriksi
secara umum, maka tekanan darah akan meningkat. Tingkat atau kekuatan,
kontraksi dari arteriole, dikendalikan oleh impuls saraf, substansi kimia yang
terkandung dalam darah.

c. Jalur-jalur pembuluh dan kapiler

Jalur-jalur pembuluh merupakan pembuluh yang berdinding tipis yang


menjalar langsung dari arteriole ke venula.Kapiler merupakan jaringan dari
pembuluh-pembuluh yang lebih kecil pembukaan dari jalur-jalur ini.Pintu masuk
ke kapiler dilingkari oleh spingter yang terbentuk dari otot polos.Bilamana
spincter ini terbuka darah memasuki kapiler.Bilamana spincter tersebut tertutup
darah langsung dari arteriole ke venula dan tidak ke kapiler. Tekanan kapiler akan
meningkat bila arteriole berdilatasi dan spincter per kapiler relaksasi dan lebih
banyak darah masuk ke dalam kapiler.

d. Vena-vena dan venula

Venula adalah vena kecil yang dibentuk oleh sekumpulan kapiler.Vena-


vena dibentuk oleh sekumpulan venula.

e. Aliran darah jantung

Atrium menerima darah dari saluran tubuh melalui vena cava


superior/inferior. Dari atrium darah diteruskan ke ventrikel kanan dan bermuara
arteri pulmonal dan pada muara ini akan melalui katup trikuspidalis dan dari
ventrikel kanan, darah dialirkan ke paru-paru untuk dioksigenisasi.

f. Aliran darah sistemik

Darah masuk dari atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri
darah diteruskan ke ventrikel kiri bermuara ke aorta yang bercabang-cabang
menjadi arteri yang akan memperdarahi seluruh bagian tubuh dan pada muara
tersebut terdapat katup aorta yang hanya bisa membuka ke arah terdapat zat-zat
nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh setiap sel tubuh. Darah akan dipompa ke
seluruh tubuh melalui sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.

Dalam sirkulasi darah terdapat dua fase:


1. Fase kontraksi (sistolik)

Fase pemompaan darah jantung, otot jantung berkontraksi, sehingga jantung


mengempis, darah dipompa dari ventrikel kiri aorta kemudian ke seluruh
tubuh melalui sistem arteri.

2. Fase relaksasi (diastolik)

Rangkaian fase diastolik jantung mengembang lagi dan terjadi pengikisan


jantung rangkaian satu fase sistolik dan diastolik disebut cardiac output
cycle.Fungsi dari jantung dipengaruhi oleh darah.Faktor ini berhubungan erat
sekali dalam menentukan isi sekuncup dan curah jantung, cardiac output
ditentukan oleh isi sekuncup dan frekuensi jantung.

g. Frekuensi Jantung

Cardiac output yang merupakan faktor utama yang perlu dalam sirkulasi
karena cardiac output yang bertanggung jawab untuk sirkulasi karena cardiac
output yang bertanggung jawab untuk memberikan kandungan nutrisi. Sistem
kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah arteri:

a. Sistem baroreseptor

Baroreseptor pada sinus carotis dan arkus aorta yang akan menyampaikan
impuls ke pusat syaraf simpatitis di medula. Impuls tersebut akan menghambat
stimulasi sistem syaraf simpatetis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-
ujung baroreseptor akan teregang. Sehingga bangkit dan menghambat pusat
simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat simpatis, akibatnya
frekuensi jantung akan menurun, arterial mengalami dilatasi dan tekanan arteri
kembali ke level awal. Hal yang sebaliknya terjadi bila ada penurunan tekanan
arteri.Baroreseptor mengontrol perubahan sementara dalam tekanan darah.

b. Sistem renin angiotensin

Renin yang diproduksi oleh ginjal akibat aliran darah ke ginjal, menurun
akibatnya terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin
II, angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan
kontraksi arterioral.

Secara tidak langsung merangsang pelepasan aldosteron yang menyebabkan


retensi natrium dan air meningkat dalam ginjal.respon tersebut meningkatkan
volume cairan ekstra seluler, yang pada gilirannya meningkatkan aliran darah
yang kembali ke jantung, sehingga meningkatkan isi sekuncup dan curah
jantung.

c. Pengaturan volume cairan tubuh

Perubahan dalam volume cairan mempengaruhi tekanan arteriol sistemik.Bila


tubuh mengandung kelebihan cairan dan air tekanan darah naik oleh
mekanisme fisiologis yang rumit dan merubah pengembalian pembuluh balik
ke jantung dengan menghasilkan kenaikan dalam tekanan arterial sistemik
menghasilkan diuresis dan penurunan tekanan.Keadaan patologis yang
merubah garis pembatasan tekanan yang mana ginjal mengeluarkan garam dan
air yang merubah tekanan arteriol sistemik.

d. Autoregulasi vaskuler

Mekanisme lain yang mungkin pada hipertensi autoregulasi vaskuler adalah


proses yang memelihara perfusi jaringan tubuh konstan. Bila aliran berubah,
proses regulasi mengurangi tekanan perifer vaskuler sebagai peningkatan
aliran. Autoregulasi merupakan mekanisme penting yang menyebabkan
hipertensi akibat kelebihan air dan garam

4. Patofisiologi

Pada mulanya hipertensi esensial atau primer yang belum diketahui secara
pasti penyebabnya.Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak pada pusat vasomotor, pada medula otak.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf
simpatis ke ganglia simpatis. Neuron preganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut syaraf pasca ganglia ke pembuluh darah. Kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
konstriksi.Pada saat bersamaan dimana, sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan aktivitas vasokonstriksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal.Mensekresi kortisol dan steroid lainnya
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah vasokonstriktor, kuat
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.

Faktor tersebut mencetuskan terjadinya hipertensi.Hipertensi ini lama


kelamaan menyebabkan penyempitan pembuluh darah besar, kecil pada jantung, otak,
ginjal dan pembuluh darah perifer-perifer.Sehingga aliran darah ke organ-organ
tersebut dapat terhambat sampai terjadi perdarahan akibat penyumbatan.Bila arteriola
menyempit maka tahanan perifer meningkat, jantung harus bekerja dan memompa
lebih keras lagi untuk mempertahankan cardiac output tetap normal.Bila hal ini terus
berlanjut dapat terjadi hipertrofi pada otot jantung, khususnya pada ventrikel kiri.
Pada bagian atas yang melewati kompensasi jantung, akan terjadi gagal jantung.
Gangguan endokrin/hormonal, gangguan ginjal, gangguan pembuluh darah,
neurologis dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.Kadar kolesterol yang tinggi
pada obesitas dapat menimbulkan penyempitan pembuluh darah karena pelemakan
pada dinding jantung (intima) pembuluh darah. Dalam waktu yang sama jantung tidak
dapat melakukan kompensasi lagi sehingga terjadi gagal ginjal.

5. Klasifikasi hipertensi

Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg

Pre hipertensi 130-139 mmHg atau 80-89 mmHg

Hipertensi stage I 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg

Hipertensi stage II 160-179 mmHg atau 100-109 mmHg

Hipertensi stage III 180-209 mmHg atau 110-119 mmHg


Hipertensi stage IV > 210 > 120

6. Tanda Dan Gejala

Individu yang mengalami hipertensi kandang tidak menampakkan gejala


sampai bertahun-tahun, gejala timbul bila ada biasanya menunjukan kerusakan
vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah yang bersangkutan.

Gejala yang sering terjadi antara lain:

a. TD > 140 / > 90 mmHg

b. Tachikardia

c. Pusing, sakit kepala

d. Palpitasi

e. Mata berkunang-kunang, pandangan kabur

f. Rasa berat di tengkuk

g. Sukar tidur

7. Pathway

(terlampir)

G . Perubahan Sistem Kardio Vaskular Pada Lansia

Jantung dan pembuluh darah memebrikan oksigen dan nutrien setiap sel hidup
diperlukan untuk bertahan hidup. Penurunan fungsi kardiovaskular telah memiliki
dampak pada sistem yang lainnya. Dengan meningkatnya usia jantung dan pembuluh
darah mengalami perubahan baik struktural dan fungsional.

1. Perubahan Struktur
Ukuran jantung seseorang tetap dengan berat badan, adanya suatu hipertrofi
atau atrofi yang terlihat jelas menandakan adanya ketidak normalan. Ukuran ruang-
ruang jantung tidakberubah dengan penuaan. Ketebalan dinding ventrikel kiri
cenderung meningkat karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya
fungsi serat-serat elastis.oleh karena itu, penuaan pada jantung menjadi kurang
mampu untuk distensi, dengan kekuatan kontraktil yang kurang efektif.

Terjadi kekakuan pada sbagian besar pangkal aorta sehingga menyebabkan obstruksi
parsial terhadap aliran darah selama denyut sistole, tidak sempurnanya pengosongan
ventrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut jantung ( misalnya demam,
stres dan olahraga). Dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik.

Perubahan struktural mempengaruhi konduksi sistem jantung melalui


peningkatan jumlah jaringan fibrosa, dan jaringan ikat .jumlah total sel-sel pacemaker
mengalami penurunan, seiring bertambahna usia,. Berkas his kehilangan serat
konduksi yang membawa implus ke ventrikel . selain itu penebalan jaring elastis dan
retikuler dengan infiltrasi lemak terjadi pada daerah nodus sinoatrial ( SA).

Pada usia lanjut sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus.
Perunagan ini terjadi karena peningkatan kolagen dan hilangnya serat elastis dalam
lapisan medial atrteri. Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri lain
secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak volume darah.
Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. Katub
vena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.

2. Perunbahan Fungsi

Perubahan utam pada sistem kardiovaskular adalah penurunan kemampuan


untuk meningkatkan keluaran sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
tubuh.curah jantung tetap stabil atau sedikit menurun seriring bertambahnya usia.dan
denyut jantung istirahat juga menurun. Karena miocardium mengalami penebalan dan
kurang dapat diragngkan dengan katub-katub yang lebih kaku peningkatan waktu
pengisian diastolic dan peningkatan tekanan pengisian diastolic diperluakn juga untuk
mempertaha kan preload yang adekuat jantung mengalami penuaan juga lebih
bergantung pada kontstraksi atrium, atau volume darah yang diberikan pada ventrikel
sebagai hasil dari kontrraksi dua kondisi yang menempatkan lansia pada resiko untuk
megalami tidak adekuatnya, curah jantung yang menempatkan lain yang bearisiko
curan jantungdan takikardia,dan fibrilasi atrial serta hilangnya kontraksi dalama
beragama

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA NY. H DENGAN DENGAN HIPERTENSI DI


PANTI SOSIAL TRESNA WERDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pengkajian Lansia Sebagai Individu


Nama Perawat :Gabriel Fesonta Febri

Tanggal pengkajian :16 Juli 2013

Jam pengkajian : 11.00 WIB

Biodata Klien

1. Nama :Ny. H

2. Umur : 63 tahun

3. Agama : Katolik

4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan :-

6. Status pernikahan : Janda

7. Alamat :Rogoyudan, Sleman, DIY

8. Tahun Masuk : 2011

Biodata Penanggung Jawab (bila) ada

1. Nama : Tn. K

2. Pekerjaan : Swasta

3. Status pernikahan : Menikah

4. Hubungan dengan klien : Tetangga klien


Keluhan Utama : Klien mengatakan kepalanya pusing

Pengkajian 11 Pola Gordon

A. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan

Subjektif

1. Bagaimana pendapat lansia tentang kesehatan dirinya saat ini?

Klien mengatakan merasa biasa saja dan baik-baik saja hanya saja tekanan darah
klien tinggi dan klien mengatakan kepala klien pusing serta sering merasa kaku pada
leher bagian belakang.

2. Apakah lansia merasa dapat mengatasi hal-hal yang mempengaruhi kesehatannya?

Tidak,karena Klien sering memeriksakan diri klien ke poli, dan klien tidak
mengetahui pantangan diit darah tinggi yang dideritanya.

3. Apakah yang dilakukan secara rutin?

Klien mengatakan dipanti klien mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh panti,
misalnya kegiatan kesenian, doa, tetapi klien agak malas berolah raga karena sering
merasa capek.

4. Apakah lansia secara rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan?

Ya, Klien rutin melakukan pemeriksaan ke Poli yaitu setiap hari rabu.

5. Bagaimana cara lansia mengatasi penyakitanya?

Klien mengatakan saat sakit klien akan memeriksakan diri klien ke Poli, dan rutin
minum obat hipertensi yang diberikan di poli.

6. Perihal apakah didalam agama/kepercayaan lansia terkait dengan pemeliharaan


kesehatan?
Klien mengatakan menyerahkan semua kepada Tuhan atas segala yang terjadi pada
dirinya.

7. Apakah lansia mengkonsumsi makanan-makanan yang berisiko terhadap


kesehatananya?

ya, klien tidak mengetahui pantangan pada penyakit yang dideritanya (hipertensi).

8. Apakah lansia mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara kesehatannya?

Ya, karena di Panti terdapat poli dan dapat digunakan klien untuk memeriksakan diri.

9. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan


tentang pemeliharaan kesehatan?

Ya, klien berinisiatif pergi ke poli dan meminta obat atas penyakit yang dialaminya.

10. Apakah lansia pernah mengalami kecelakaan atau injuri pada masa lalu?

Tidak, Klien mengatakan tidak pernah mengalami injuri/kecelakaan apapun.

11. Apakah Lansia pernah menjalani atau memiliki riwayat operasi?

Tidak pernah, klien tidak pernah melakukan operasi.

12. Apakah ada reaksi alergi terhadap obat/makanan/barang-barang tertentu dan lain-
lain?

Tidak ada, Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan
maupun barang-barang tertentu.

13. Apakah lansia mempunyai keinginan untuk menjaga atau memelihara kesehatannya?

Klien mengatakan ingin selalu menjaga kesehatannya, klien selalu menjaga


kebersihan diri dan lingkungan, tetapi klien malas berolahraga dan tidak mengatahui
diit untuk penderita hipertensi.

14. Seberapa sering lansia berkunjung ke dokter umum, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan yang lain?
Klien mengatakan pergi ke poli setiap hari rabu.

15. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan
tentang pemeliharaan kesehatannya?

Ya, karena setiap klien merasa sakit klien pasti selalu memeriksakan diri ke poli.

Objektif

1. Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan gigi geligi, gigi palsu,
genetalia, anus)Rambut klien berwarna putih (beruban), pendek, rapi dan bersih klien
berwarna putih, kulit klien tampak elastis. Mulut klien bersih, gigi klien sudah ada
yang tanggal, klien tampak menggunakan gigi palsu.

B. Pola Nutrisi-Metabolik

Subjektif

1. Apa jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi lansia dalam sehari?

Klien mengatakan mengkonsumsi nasi 3x sehari, dengan variasi makanan.

2. Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang terkait dengan
nutrisi?

Tidak ada, klien mengatakan tidak mengkonsumsi vitamin.

3. Jenis makan yang disukai?

Klien mengatakan menyukai brekedel.

4. Bagaimana nasu makan klien ?

Klien mengatakan nafsu makan klien baik tidak ada gangguan.

5. Apakah ada kesulitan makan (Nyeri menelan, mual, kembung, sulit menelan, dan
lain-lain)? Tidak, klien mengakan tidak ada kesulitan dalam menelan, klien tidak
merasa mual.
6. Apakah ada diet?

Klien mengatakan tidak ada diit khusus yang dianjurkan.

7. Bagaiman kecukupan intake/output cairan?

Klien mengatakan makan dan minum klien cukup, klien minum ± 1500ml, klien
mengatakan tidak ada masalah dalam mengeluarkan cairan.

8. Apakah berat badan: normal/over /underweight?

Klien overweigh dengan IMT 25.16

9. Apakah ada perubahan berat badan dalam waktu dekat?

Ya, klien mengatakan merasa berat badan klien naik dari bulan lalu.

Objektif

1. Bagaimana kondisi : rambut, kulit, konjungtiva, palpebra, sclera, gigi geligi, rongga
mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status hidrasi?

Kondisi rambut klien baik, sudah berwarna putih, konjungtiva klien normal berwarna
pink, palpebra klien normal tidak ada pembesaran/bengkak, sclera lansia
normalberwarna putuh, gigi geligi klien sudah tidak lengkap dan terlihat
menggunakan gigi palsu dan terdapat karang gigi, rongga mulut bersih dan terlihat
lembab, gusi dan lidah klien bersih, tidak ada pembesaran getah bening, klien tidak
mengalami dehidrasi.

2. Bagaimana hasil pemeriksaan abdomen?

Tidak ada acites, peristaltic usus 5 kali permenit, tidak ada nyeri tekan.

3. Kemampuan mengunyah keras?

Klien mampu mengunyah makanan yang keras


4. Apakah menggunakan gigi palsu?

Ya, klien menggunakan gigi palsu.

5. Hasil pemeriksaan Laboraturium dan diagnostic yang terkait dengan kecukupan


nutrisi lansia?

Tidak ada pemeriksaan laboratorium tentang kecukupa gizi lansia.

6. Berat badan, Tinggi badan, dan IMT?

BB: 55 kg, TB:145, IMT: 25.16

7. Adanya edema?

Tidak ada edema pada ektremitas klien.

8. Apakah lansia dapat melakukan perubahan posisi atau ambulasi?

Ya, klien dapat bergerak bebas tanpa ada hambatan, Integritas kulit?Intgritas kulit
klien elastic.

C. Pola Eliminasi

Subjektif

1. Bagaiman pola BAB: Frekuensi, kontinen/inkontinen, konsistensi, warna, apakah


ada nyeri?

Klien mengatakan BAB 2x/hari dengan konsistensi lembek dengan warna kuning,
klien juga mengatakan tidak ada nyeri pada saat BAB.

2. Apakah ada kesulitan BAB?

Klien mengatakan tidak ada kesulitan pada saat BAB.

3. Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait dengan BAB (laksantia, supositoria


dll) ?
Klien mengatakan tidak menggunakan obat apapun untuk mempelancar BAB klien.

4. Bagaimana pola BAK: frekuensi, kontinen/inkontinen. Warna, oliguri, anoria,


jumlah dan apakah ada nyeri?

Klien mengatakan BAK 5-6x dengan warna kuning dan tidak ada nyeri, namun
belakangan klien sering bangun malam untuk BAK.

5. Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa?

Klien mengatakan tidak mengeluarkan urin saat tertawa, batuk, ataupun bersin.

Objektif

1. Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adanya nyeri ketuk ginjal?

Abdomen klien normal tidak terdapat acites, saat ketuk ginjal tidak ada nyeri, anus
dan mulut uretra tidak dikaji.

2. Apakah lansia terlihat memegang perutnya?

Tidak,klien tidak terlihat memegang perutnya saat bercerita.

3. Hasil pemeriksaan/medic/laboraturium yang dilakukan terkait eliminasi?

Tidak ada gangguan pada eliminasi klien, dan tidak ada hasil pemeriksaan
laboratorium.

4. Bising usus?

Bising usus klien 5x/mnt.

5. Jumlah urin yang dikleuarkan?

Tidak terkaji.

D. Pola aktivitas-Latihan

Subjektif
1. Bagaiman pola aktivitas/ latihan lansia : jenis aktivitas, frekuensi, lamanya?

Klien mengatakan aktiviatas yang sering dilakukan kadang-kadang berolaraga.Dan


klien sering tidak mengikuti olahraga karena mudah merasa capek. Kegiatan klien
yang lain adalah membersihkan wisma dan barang-barang milik pribadi.

2. Apakah teratur dalam melakukan latiha pergerakan sendri?

Tidak, karena klien sering merasa capek saat berolahraga.

3. Adakah keluhan ketika beraktivitas ?

Klien mengatakan saat beraktivitas mudah lelah dan merasa pusing.

4. Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa hambtaan
tersebut?

Klien mengatakan dalam melakukan aktivitas tidak ada hambatan

5. Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktivitas, apakah lansia merasa
nyaman dengan alat tersebut?

Lansia mengatakan tidak membutuhkan alat untuk melakukan aktivitasnya.

6. Apakah lansia mengalami gangguan keseimbangan?

Tidak, Klien masih terlihat tegap dan seimbang pada saat berjalan.

7. Adakah keluhan sesak, lelah, lemah? Tidak ada keluhan sesak, kelelahan, dan
kelemahan saat beraktivitas.

8. Seberapa jauh dapat melalui aktivitas? Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas
klien sampai selesai, dalam melakukan aktivitas apapun, kecuali pada saat
berolahraga pagi, klien sering merasa lelah.

9. Adakah keluhan nyeri dada, batuk ?

Klien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, dan tidak mengalami batuk.
Objektif

1. Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk beraktivitas?

Tidak ada, klien tampak mampu beraktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain.

2. Indeks KATZ?

Klien dapatat melakukan semua aktivitas seperti bathing, dressing, toileting,


transferring, continence, dan feeding secara mandiri.

3. Apakah lingkungan cukup aman bagi lansia untuk melakukan aktivitas?

Lingkungan klien cukup aman bagi lansia untuk beraktivitas, karena disetiap
lingkunga sudah terdapat pegangan atau pengamannya, dan pasien tidak mengalami
disabilitas apapun.

4. Bagaimana dengan ukur kekuatan otot?

Kekuatan otot pasien baik yaitu 55555(untuk ekstremitas atas bagian kiri dan kanan)
dan 55555(untuk ekstremitas bawah kiri dan kanan)

5. Adakah tanda-tanda hipotensi orthostatic?

Belum terlihat adanya tanda-tanda hipotonik ortostatik pada klien.

6. Bagaimana dengan postur dan gaya jalan lansia?

Klien tampak masih dapat berjalan tegap.

7. Apakah klien mampu memenuhi kebutuhan hariannya?

Ya, klien masih mampu berjalan dan mencuci pakaian klien sendiri, untuk
melakukan makan serta minum juga masih bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien.

8. Adakah tanda-tanda sianosis, takikardi, diaphoresis?

Tidak tampak adanyatanda-tanda sianosis, takikardidan diaphoresis pada klien.


9. Apakah lingkungan aman bagi lansia?

Lingkungan lansia tampak aman, terdapat fasilitas untuk pegangan pada dinding
wisma, dan tidak terdapat hal-hal lain yang dapat membahayakan klien.

10. Bagaimana pemeriksaan thoraks dan jantung, serta lengan dan tungkai?

Dari pemeriksaan didapatkan hasil bahwa suara napas klien vesikuler, suara jantung
klien terdengar normal, s1 dan s2, serta tidak terdapat oedema pada ekstremitas klien.

11. Hasil observasi: P, N, TD, JVP, CR, edema perifer. Laboratorium, EKG, dan
pemeriksaan diagnostic lainnya.

Dari hasil observasi didapatkan hasil tekanan nadi klien regular, kuat, N: 80x/menit,
TD:150/90mmhg(hipertensi grad 1), CR 2 detik, tidak terlihat adanya edema perifer.
Tidak ada hasil pemeriksaan apapun.

12. Dispnea setelah beraktivitas?

Klien tidak tampak mengalami dispnea setelah beraktivitas.

13. Tes keseimbangan?

Dari hasil tes keseimbangan, klien mampu berjalan lurus sejauh 5m pada porslin
yang telah ditunjuk.

14. Apakah ekstremitas dingin?

Ektremitas klien teraba hangat.

15. ROM?

ROM klien aktif baik ekstremitas atas bagian kanan dan kiri, maupun ekstremitas
bawah kanan dan kiri.

16. Apakah lansia dapat berpindah tempat secara mandiri?

Klien terlihat dapat berpindah tempat secara mandiri tanpa bantuan apapun.
E. Pola Istirahat dan Tidur

Subjektif

1. Apakah lansia merasa segar setelah tidur pada malam hari?

Klien mengatakan segar setelah tidur pada malam hari.

2. Kebiasaan tidur berapa jam per hari, pukul berapa, siang/malam?

Klien mengatakan tidur ±7-9 jam perhari dengan jumlah tidur siang 1-2 jam dari
pukul 14.00-16.00 WIB. Dan tidur malam dari jam 22.00-05.00 Wib.

3. Apakah tidur sering berlansung lama atau sering terbangun?

Klien mengatakan sering terbangun pada saat tidur.

4. Apakah ada laporan dari lansia: pernapasan abnormal, mendengkur terlalu keras,
gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur?

Tidak ada laporan mengenai pernapasan abnormal, mendengkur terlalu keras,


gerakan-gerakan abnormal pada waktu tidur.

5. Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk meningkatkan
kualitas tidurnya?

Klien mengatakan berdoa sebelum tidur.

6. Apa yang menyebabkan lansia sering terbangun pada waktu tidur?

Klien mengatakan sering terbangun untuk BAK.

7. Apakah lansia mengalami gangguan tidur?

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur selain sering terbangun untuk
BAK.

Objektif
1. Apakah klien terlihat capai/lesu/tanda-tanda kurang tidur yang lain?

Klien tidak terlihat menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur.

2. Jenis obat tidur yang digunakan dan kapan digunakan?

Klien tidak mengkonsumsi obat tidur.

3. Tanda dan gejala akibat kurang tidur?

Klien tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala akibat kurang tidur.

F. Pola Kognitif-Perseptual

Subjektif

1. Apakah lansia menggunakan alat bantu dengar atau penglihatan?

Ya, klien menggunakan kaca mata -2. Digunakan pada saat klien akan membaca.

2. Apakah ada gangguan persepsi sensori?

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan persepsi sensori.

3. Apakah lansia mengatakan adanya perubahan-perubahan dalam memori?

Klien mengatakan tidak mengalami perubahan dalam memori, baik jangka panjang
maupun jangka pendek.Klien dapat menyebutkan kronologi hidupnya dari masa lalu
sampai saat ini.

4. Apakah mengalami disorientasi tempat/waktu/orang?

Klien tidak mengalami disorientasi tempat, waktu, maupun orang. Klien mampu
menyebutkan bahwa klien tinggal dip anti, mampu mengingat nama teman sewisma,
dan mampu menyebutkan bahwa hari ini adalah hari selasa tanggal 16 juli 2013.

5. Bagaimana kemampuan dalam mengambil suatu keputusan?


Dalam mengambil keputusan, klien dapat melakukan secara mandiri.Misalnya
mengambil keputusan kapan waktunya mengambil makan siang, kapan waktunya
mandi dll.

6. Apakah ada perubahan perilaku (hiperaktif/hipiaktif)?

Tidak ada perubahan perilaku dari klien baik hiperaktif maupun hipoaktif.

7. Apakah ada perubahan dalam konsentrasi?

Tidak ada perubahan pada konsentrasimklien, klien bisa fokus pada saat
berkomunikasi.

8. Apakah gelisah, tidak kooperatif, marah, menarik diri, depresi, halusinasi, delusi?

Klien kooperatif, klien tidak menarik diri, klien tidak mengalami depresi, klien tidak
mengalami halusinasi, dan tidak mengalami delusi. Klien sering marah terhadap
anggota wisma lain yang malas dan tidak memperhatikan kebersihan.

9. Adakah riwayat stroke/tanda-tanda infeksi?

Tidak ada riwayat stroke dan tanda-tanda infeksi pada klien.

10. Adakah ketidaknyamanan atau nyeri yang dirasakan oleh klien?

Klien mengatakan tidak ada ketidaknyamanan maupun nyeri yang dirasakan.

Objektif

1. Adakah perubahan dosis atau jenis obat akhir-akhir ini?

Tidak ada perubahan dosis ataupun jenis obat pada klien.Klien mengkonsumsi obat
hipertensi nifedipin, klien mengkinsumsi obat cetrizin, dan obat Piroxicam.

2. Hasil MMSE, pemeriksaan medic, laboratorium?

Dari hasil MMSE didapatkan nilai 30 yang artinya status mental pasien normal. Dari
hasil pemeriksaan medic diperoleh hasi TD: 150/90mmHg, dan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada klien.
3. Apakah lansia tampak bingung dan tidak konsentrasi?

Lansia tidak tampak bingung pdan tidak ada gangguan konsentrasi pada saat
berbicara. Klien fokus pada apa yang dibicarakan, dan dapat mengikuti semua alur
pembicaraan dengan baik.

4. Bagaimana fungsi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penghidu dan perasa?

Tidak ada gangguan pada pendengaran, klien masih bisa mendengar dengan
baik.Tidak ada gangguan pengecapan, klien dapat membedakan makanan yang asin
dan tidak.Tidak ada gangguan penghidu, klien masih bisa membedakan bau pesing
dengan bau yang harum. Klien tidak mengalami gangguan indra perasa. Klien sudah
menggunakan kaca mata -2, dari pengkajian klien masih bisa melihat dengan baik
pada jharak 6 meter, tanpa menggunakan kaca mata.

5. Bagaimana hasil uji syaraf cranial?

Tidak ada gangguan pada syaraf cranial klien, klien dapat berbicara dengan jelas
(tidak pelao), klien bisa membedakan

6. Hasil SPMSQ?

Dari hasil pemeriksaan SPMSQ diperoleh hasil 10 yang menunjukkan status mental
pasien utuh.

G. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri

Subjektif

1. Apakah lansia mengalami ketakutan dan kekahwatiran?

Tidak, lansia tidak mengalami ketakutan dan kekhawatiran tentang apapun.

2. Apakah lansia mampu mengidentifikasi sumber kekuatan?

Ya, klien mengatakan menyerahkan semua kejadian dalam hidupnya kepada Tuhan.
3. Apakah lansia mengatakan tidak mampu menguasai hidupnya?kegagalan atau
keputusasaan?

Tidak, klien mengatakan semua kejadian dalam hidupnya sudah menjadi takdir yang
harus diterimanya.

4. Apakah lansia kehilangan sesuatu yang berarti/berpindah tempat/berpisah dengan


orang yang dicintai?

Ya, lansia pernah bercerai dengan suaminya, dan 2 tahun yang lalu anaknya
menunggal sehingga dia harus tinggal dip anti.

5. Bagaimana penampilan umum, postur tubuh, mau/menolak kontak mata?

Penampilan umum lansia baik, lansia tidak menolak kontak mata dengan perawat.

6. Apakah berkomentar negative tentang dirinya?

Tidak, lansia menerima dirinya apa adanya.

7. Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak?

Tidak ada anggota tubuh lansia yang rusak.

8. Apakah menunjukkan sikap agresif, marah, atau menuntut?

Tidak, lansia bersikap wajar dan biasa saja.

9. Apakah lansia menceritakan tentang ketakutan kematian?

Tidak, lansia menyadari bahwa dalam hidup pasti ada kematian, dan lansia menyadari
bahwa suatu saat dia pasti akan kembali ke Sang Pencipta.

10. Apakah lansia sering menyendiri?

Tidak, lansia senang berbincang-bincang dengan mahasiswa.

Objektif
1. Adakah gejala stimulasi sistem saraf otonom?

Ya, TD:150/90 mmHg. Tetapi tidak ada peningkatan denyut nadi dan pernapasan.

2. Apakah lansia kelihatan pasif?

Tidak, lansia kelihatan biasa, senang berbincang-bincang.

H. Pola Peran Hubungan

Subjektif

1. Apakah lansia mengikuti organisasi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya?

Ya, lansia mengikuti kegiatan yang dijadwalkan oleh Panti.

2. Bagaimana interaksi lansia dalam keluarga dan lingkungan?

Interaksi antara lansia dan lingkungan kurang baik, lansia sering marah terhadap
teman sewisma karena malas dan tidak menjaga kebersiha.

3. Apakah ada perubahan peran akibat proses penuaan?

Ya, sebelum masuk panti, klien mempunyai salon dan usaha travel, sekarang klien
tidak mempunyai peran apapun.

4. Bagaimana sikap lansia dengan kehilangan orang yang disayang?

Klien mengatakan pada saat kehilangan orang yang disayang pernah merasa frustasi,
namun seiring berjalannya waktu, klien merasa bahwa apapun yang terjadi merupakan
kehendak yang maha kuasa.

5. Apakah klien mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi?

Tidak, klien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, klien bisa berbicara
menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat jelas.
6. Apakah ada ketegangan dengan orang disekitar lansia?

Ya, lansia mengatakan sering memarahi temannya yang malas dan mempunyai pola
hidup yang kotor.

Objektif

1. Dari observasi interaksi antar anggota dilingkungan panti didapatkan bahwa klien
terlihat sering memarahi temannya yang malas dan tidak mau bersih-bersih, namun
dengan anggota yang lainnya klien bersikap biasa saja.

I. Pola Seksual-Reproduksi

1. Adakah perubahan fisiologis yang berdampak pada seksualitas lansia? Tidak terkaji

2. Kapan lansia mengalami menopause?keluhan apa yang dirasakan setelah mengalami


menopause? Klien mengatakan berhenti mens sekitar usia> 50 tahun. Klien
mengatakan tidak ada keluhan.

3. Apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah untuk mengatasi masalah akibat
menopause? Tidak ada kerena tidak ada keluhan.

4. Masih adakah minat untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan? Tidak
terkaji

J. Pola Koping-Toleransi Stress

Subjektif

1. Bagaimana status emosi lansia?

Klien mengatakan status emosinya baik, tetapi klien akan marah apabila ada hal-hal
yang dia tidak suka msalnya ada anggota wisma yang malas, dan tidak menjaga
kebersihan maka klien akan marah.

2. Adakah masalah atau stress/psikologis akhir-akhir ini seperti:depresi, kehilangan


pasangan, hidup, minder, dll?
Klien mengatakan tidak ada hal-hal yang membuatnya stress akhir-akhir ini.

3. Bagaimana pengelolaan stress? Apakah cara tersebut membantu lansia mengatasi


masalahnya?

Klien mengatakan menyerahkan semua kejadian dalam hidupnya ketangan Tuhan.

4. Bagaimana lansia memproyeksikan stressor yang terjadi?

Klien mengatakan stressor yang terjadi merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan
dalam hidupnya.

5. Apakah lansia dapat menerima status kesehatannya?

Klien mengatakan menerima apapun yang terjadi dalam hidupnya dan menyerahkan
semuanya kepada Tuhan.

6. Apakah pengalaman yang traumatic bagi lansia?

Klien mengatakan tidak pernah mengalami traumatic secara fisik, namun klien pernah
mengalami trauma secara psikis karena pernah cerai dengan suami, dan pernah
kehilangan anaknya sekitar 2 tahun yang lalu.

Objektif

1. Perilaku atau manifestasi psikologis dari mood, afek, kecemasan, dan stress:

Mood klien baik, afek klien sesuai, pada saat senang klien akan tertawa, pada saat
berbicara tentang hal-hal yang sedih klien terlihat murung, klien bersikap tenang tidak
menunjukkan adanya kecemasan terhadap suatu hal, klien tidak tampak stress.

2. Hasil GDS: tidak dikaji.

K. Pola Nilai-Kepercayaan

Subjektif

1. Sistem nilai, tujuan, dan keyakinan apa yang dianut oleh lansia?
Klien beragama Katholik, dan mengikuti budaya manado. Klien mengatakan agama
yang dianut, dan kebudayaan tidak mempengaruhi kesehatannya.

2. Apakah lansia teratur menjalani ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?

Klien mengatakan ke gereja setiap hari minggu, dan selalu mengikuti ibadah di Panti
setiap hari kamis.

3. Apakah lansia terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan?

Ya, klien terlihat aktif dan serius dalam menjalankan ibadah.

4. Apa latar belakng yang dimiliki oleh lansia (agama, filosofi, kultur)?

Agama klien katholik, budaya yang dianut budaya Manado.

5. Apakah sistem tersebut mempengaruhi semua aspek, baik kesehatan, atau koping
terhadap stress?

Ya, klien mengatakan dengan banyak berdoa pikiran menjadi tenang dan merasa lebih
dekat dengan Tuhan.

6. Apakah lansia marah kepada Tuhan ketika mengalami sakit atau gangguan?

Tidak, namun klien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar diberi kekuatan dalam
menjalankan semua rintangan yang dihadapi.

7. Apakah lansia mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah?

Tidak, klien mengatakan tidak megalami halangan apapun dalam melakukan kegiatan
ibadah.

Objektif

1. Observasi adanya alat-alat untuk ibadah: klien tampak memiliki Kitabsuci untuk
berdoa dan membaca firman.
ANALISA DATA

DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


DS: Kurangnya Kurang
1. Klien mengatakan tidak mengetahui pantangan keinginan untuk pengetahuan
diit darah tinggi yang dideritanya. mencari
2. Klien mengatakan darah klien tinggi dan klien informasi ,
mengatakan kepala klien pusing serta sering kurang informasi
merasa kaku pada leher bagian belakang.
DO:

3. Klien tampak bingung dan kurang tepat dalam


menjelaskan tentang diit hipertensi
4. TD: 150/90mmHg.
5. N: 80x/menit.
6. CR 2 detik.

DS: Intake yang Ketidak


berlebih terhadap seimbangan
7. klien mengatakan merasa berat badannya
kebutuhan utrisi lebih
naikdalam beberapa bulan terakhir.
metabolism dari
DO:
tubuh kebutuhan
tubuh
8. A:TB 145 cm, BB 55, IMT= BB:
TB(m)2=25.16% (gemuk ringan)
9. B:-
10. C:tampak sedikit gemuk.
11. D : makan 3x sehari 1 porsi habis
PLANNING

DP TUJUAN DAN KH RENCANA TINDAKAN DAN PARAF/


RASIONAL NAMA
Kurang Setelah dilakukan NIC: Gabriel
pengetahuan pertemuan sebanyak 1x
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
b.d terhadap Ny.H
Kurangnya pengetahuan klien dapat
R/ mengetahui sejauh mana
keinginan bertambah dengan KH:
pengetahuaqn klien tentang
untuk 1. Pasien menyatakan
penyakit.
mencari pemahaman tentang
informasi , penyakit, kondisi, 2) Jelaskan patofisiologi dari
kurang prognosis dan program penyakit dan bagaimana hal ini
informasi pengobatan berhubungan dengan anatomi
2. Pasien mampu dan fisiologi, dengan cara yang
melaksanakan tepat.
prosedur yang
R/memberikan pemahaman
dijelaskan secara
kepada klien bagaimana suatu
benar.
penyakit bisa terjadi dan organ
apa yang terkait.

3) Gambarkan tanda dan gejala


yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat.

R/meningkatkan pemahaman dan


pengetahuan klien tentang
penyakit.

4) Informasikan diit yang tepat


untuk klien.

R/ untuk membantu proses


penyembuhan dan menjaga status
kesehatan agar tetap optimal.

Ketidak Setelah dilakukan NIC : Gabriel


tindakan keperawatan
seimbangan
selama 3x terhadap Ny. H Weight Management
nutrisi lebih Ketidak seimbangan
nutrisi lebih teratasi 1. Diskusikan bersama pasien
dari
dengan kriteria hasil: mengenai hubungan antara intake
kebutuhan makanan, latihan, dan penurunan
1. Mengerti factor yang BB
tubuh b.d
meningkatkan berat R/ meningkatkan motivasi dan
Intake yang badan pengetahuan klien.
2. Diskusikan bersama pasien
berlebih
2. Mengidentfifikasi mengenai kebiasaan, gaya hidup
terhadap tingkah laku dibawah dan factor herediter yang dapat
kontrol klien mempengaruhi BB.
kebutuhan
R/mengetahui faktor penyebab
metabolism 3. Memodifikasi diet obesitas yang dialami klien
dalam waktu yang 3. Diskusikan bersama pasien
tubuh
lama untuk mengontrol mengenai risiko yang
berat badan berhubungan dengan BB berlebih
dan penurunan BB
4. Penurunan berat badan R/meyakinkan pasien tentang
pentingnya BB ideal
1-2 pounds/mgg 4. Perkirakan BB badan ideal pasien
R/ mengetahui target penurunan
5. Menggunakan energy BB klien
untuk aktivitas sehari 5. Beri pujian/reward saat pasien
hari beraktivitas/olahraga untuk
menurunkan BB
R/ meningkatkan motivasi klien
6. Anjurkan klien untuk melakukan
olahraga rutin
R/ membantu menurunkan BB
klien

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang


informasi

2. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih terhadap
kebutuhan metabolism tubuh

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI I

DP TGL/JA IMPLEMENT EVALUASI PARAF/NAMA


M ASI
Kurang 17.07.1 S: klien Gabriel
pengetah mengataka
3 1.Mengkaji
uan b.d tingkat n mengerti
Kurangny pengetahuan dengan
09.00
a pasien. apa yang
keinginan 2.Menjelaskan sudah di
untuk patofisiologi diskusikan
mencari dari penyakit
09.10 O: klien
informasi dan
dapat
, kurang bagaimana
menyebut
informasi hal ini
kan
berhubungan
kembali
dengan
apa itu
anatomi dan
hipertensi/
fisiologi,
darah
dengan cara
tinggi,
yang tepat.
klien bisa

3. menggam

Menggamb barkan

arkan tanda dan

tanda dan gejala


09.25 gejala hipertensi,

yang biasa klien bisa

muncul menyebut

pada kan diit

penyakit, yang baik

dengan untuk

cara yang hipertensi.

tepat.
A: masalah
09.40 4.
teratasi
Menginfor
masikan P: intervensi
diit yang dihentikan
tepat untuk .
klien.

Ketidak 12.00 1. S: klien Gabriel


Mendiskus
seimbang mengataka
ikan
an nutrisi bersama n sanggup
pasien
lebih dari melakuka
mengenai
kebutuha hubungan n olahraga
antara
n tubuh secara
intake
b.d Intake makanan, teratur dan
latihan,
yang mengatur
dan
berlebih penurunan diit, dan
BB
terhadap klien
2.
kebutuha Mendiskus mengataka
ikan
n n
bersama
metabolis 12.15 pasien mengetah
mengenai
m tubuh ui
kebiasaan,
gaya hidup hubungan
dan factor
antara
herediter
yang dapat intake
mempenga
makanan,
ruhi BB.
3. latihan,
Mendiskus
dan
ikan
bersama penurunan
pasien
BB,
mengenai
risiko yang
berhubung klien
an dengan
mengataka
BB
berlebih n tidak
dan
ada
penurunan
12.20 BB anggota
4.
keluargan
Memperkir
akan BB ya yang
badan
mengalam
ideal
pasien i obesitas.
5.
Menganjur
O: klien
kan klien
untuk tampak
melakukan
mengerti
olahraga
rutin dan fokus
dalam
berdiskusi
12.25
A: Masalah
belum
teratasi

P : ditambah
12.30 memonito
r pola
makan
klien,
memotiva
si klien
untuk
berolahrag
a.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI II

DP TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


Ketidak 07.30 1. Memotivasi klien untuk S: Klien mengatakan capek
berolahraga
seimbangan setelah berolahraga.
2. Memberikan pujian/reward
nutrisi lebih saat pasien
beraktivitas/olahraga untuk O: klien tampak tidak
dari
10.00 menurunkan BB
semangat dalam mengikuti
kebutuhan 3. Menganjurkan klien untuk
mengurangi sedikit porsi olahraga, klien hanya
tubuh b.d
makan dari biasanya
melakukan gerakan yang
Intake yang (khususnya nasi dan
makanan berlemak) sangat minimal.
berlebih
terhadap
A: Masalah belum teratasi
kebutuhan
metabolism 12.00 P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3.
tubuh
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI III

DP TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


Ketidak 07.30 1. Memotivasi klien untuk S: Klien mengatakan malas
berolahraga.
seimbangan berolahraga karena merasa
2. Memberikan pujian/reward
nutrisi lebih saat pasien beraktivitas/ mudah capek.
olahraga untuk menurunkan
dari
09.00 BB.
O: klien masih tampak tidak
kebutuhan 3. Menganjurkan klien untuk
mengurangi sedikit porsi semangat dalam mengikuti
tubuh b.d
makan dari biasanya
olahraga (senam).
Intake yang (khususnya nasi dan
makanan berlemak)
berlebih
A: Masalah belum teratasi
terhadap
kebutuhan P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3.
metabolism 12.00
tubuh

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ditemukan pada pasien.
Asuhan keperawatan pada Ny.H (lansia dengan hipertensi)di wisma Wukiratawu PSTW unit
Abiyoso.Didalam melakukan pengkajian, masalah yang ditemukan pada pasien ada sedikit
perbedaan antara teori dan praktek. Adapun lingkup pembahasan kasus ini sesuai dengan
proses keperawatan yaitu : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Dalam melaksanakan pengkajian dalam memperoleh data, penulis melakukan


dengan cara wawancara atau tanya jawab, observasi dan pemeriksaan fisik langsung
terhadap pasien. Disamping itu penulis juga mendapatkan data dari catatan medic klien
yang didapatkan di Poliklinik PSTW unit Abiyoso.

Dari hasil pengkajian pasien penulis mendapatkan data bahwa pasien kurang
mengetahui diit yang tepat untuk hipertensi yang dideritanya.Selain itu, penulis juga
menemukan data mengenai BB klien, dimana dari data yang didapat, klien memiliki BB
yang lebih dari normal.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa apa yang dialami lansia hamper
sama dengan yang dialami orang lain pada umumnya yaitu memiliki pengetahuan yang
kurang dan memiliki BB yang berlebih. Pada Ny. H tidak ditemukan adanya tanda dan
gejala yang dialami oleh para lansia lainnya dimana menurut teori, lansia pada umumnya
memiliki penurunan berbagai fungsi organ seperti kognitif, gastrointestinal dan lain-lain,
namun tidak pada Ny. H.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pengumpulan analisis data, penulis mendapatkan dua diagnose pada


Ny. H yaitu kurang pengetahuan, dan BB lebih dari kebutuhan tubuh. Dari diagnose yang
muncul tidak ada hubungan dengan proses degenerative, hal ini menunjukkan bahwa pada
Ny. H belum terjadi proses degenerative walaupun sudah tergolong dalam lansia. Hal ini
sudah sangat jelas tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada lansia terdapat
degenerative pada fungsi organ.

C. PERENCANAAN

Perencanaan yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan dan sasaran untuk
Ny.H dengan dua masalah penulis menyusun rencana sebagai berikut :

DP 1: Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang


informasi

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan


dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.

4. Informasikan diit yang tepat untuk klien.

DP2: Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih
terhadap kebutuhan metabolism tubuh

1. Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan,


latihan, dan penurunan BB

2. Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor


herediter yang dapat mempengaruhi BB.
3. Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB
berlebih dan penurunan BB.Perkirakan BB badan ideal pasienBeri
pujian/reward saat pasien beraktivitas/olahraga untuk menurunkan BB

4. Anjurkan klien untuk melakukan olahraga rutin.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah mengaplikasikan rencana keperawatan yang


telah dibuat, dan melihat respon dari pelaksanaan keperawatan selain merealisasikan
rencana tindakan juga tetap mengobservasi keadaan pasien dan memberikan penyuluhan.
Dalam melakukan implementasi, klien sangat kooperatif sehingga untuk diagnose
pertama penulis hanya melakukan 1x pertemuan dan dapat meningkatkan pengetahuan
klien. Untuk diagnose kedua sedikit susah untuk mendapatkan hasil yang maksimal
mengingat waktu yamgb singkat untuk meingimplementasikan rencana yang telah dibuat
ditambah dengan motivasi klien yang rendah dalam melakukan olahraga.

E. EVALUASI

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1 hari kepada Ny. H


untuk mengatasi masalah tingkat pengetahuan klien, penulis menyimpulkan tingkat
pengetahuan klien bertambah, sedangkan untuk mengatasi masalah nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh belum tampak kemajuan yang berarti.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut sumber dari situs internet “penuaan adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan
oleh perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis” (Ahmad Fauzi dkk, 2002).

Pengertian lain mengatakan “menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita” (Constantinides, 1994). “Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai
sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal” (Ignativicus, Workman,
Mishler, 1999).

Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan fungsional)
atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-
intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya satu persen
setelah usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)

Tanda-tanda dari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biomekanik di
dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh.

Proses menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara
sistem tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi (kardiovaskuler). Berbagai
macam penyakit kardiovaskuler akan bermunculan seiring dengan penuaan sistem kardiovaskuler, salah
satunya adalah “hipertensi”.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).

Menuruti Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler.

Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam penyakit
kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri. Semakin dini diketahui dan
diatasi semakin rendah risiko untuk terserang berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.

1. 2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa
lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga
dampaknya.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Penyusun
Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.

1.3.2. Bagi Pembaca


Diharapkan dapat menjadi salah contoh pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan gerontik.
1.3.3. Bagi Prodi Keperawatan Tanjungkarang

Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan
Tanjung karang tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Hipertensi.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

2. 1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.

2. 2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report
of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC –
VI, 1997) sebagai berikut :

No 1. 2. 3. 4.
Grade 4
High Grade 1 Grade 2 Grade 3
Kategori Optimal Normal (sangat
Normal (ringan) (sedang) (berat)
berat)
Sistolik 120– 130– 180 –
<120 140– 159 160 – 179 >210
(mmHg) 129 139 209
Diastolik 100 –
<80 80 – 84 85 – 89 90 – 99 100 – 109 >120
(mmHg) 119

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

2. 3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun


2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun
4. 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
7. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )


 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
3. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )


 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alkohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Penyebab hipertensi sekunder adalah :


§ Ginjal
§ Glomerulonefritis
§ Pielonefritis
§ Nekrosis tubular akut
§ Tumor
§ Vascular
§ Aterosklerosis
§ Hiperplasia
§ Trombosis
§ Aneurisma
§ Emboli kolestrol
§ Vaskulitis
§ Kelainan endokrin
§ DM
§ Hipertiroidisme
§ Hipotiroidisme
§ Saraf
§ Stroke
§ Ensepalitis
§ SGB
§ Obat – obatan
§ Kontrasepsi oral
§ Kortikosteroid

2. 4. PatofisiologI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

2. 5. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

 Mengeluh sakit kepala, pusing


 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
 Epistaksis
 Kesadaran menurun

2. 6. Pemeriksaan Penunjang

 Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan
factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

 BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal

 Glukosa

Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
· Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.

 Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

 Kolesterol dan trigliserid serum


Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (
efek kardiovaskuler )

 Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

 Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

 Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.

 Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

 Steroid urin

Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

 IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter

 Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

 CT scan

Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

 EKG

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

2. 7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif
pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

b. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
§ Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
§ Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
§ Penurunan berat badan
§ Penurunan asupan etanol
§ Menghentikan merokok

c. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

d. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
§ Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

§ Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks

e. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi
dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.

f. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
§ Dosis obat pertama dinaikkan
§ Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
§ Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
§ Obat ke-2 diganti
§ Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
· Ditambah obat ke-3 dan ke-4
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

3. 1. Pengkajian
1. Data Umum :
a) Kepala keluarga
b) Komposisi keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Status sosial-ekonomi
g) Aktivitas rekreasi keluarga

2. Riwayat Perkembangan Keluarga :


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tugas perkembangan keluarga
c) Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
d) Riwayat keluarga inti
e) Riwayat keluarga sebelumnya

3. Data Lingkungan :
a) Karakteristik rumah
b) Karateristik tetangga dan komunitas
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga

4. Struktur Keluarga :
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga

5. Fungsi Keluarga :
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosial
c) Fungsi ekonomi
d) Fungsi perawatan kesehatan keluarga :
i. Kemampuan mengenal masalah
ii. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
iii. Kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit
iv. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
v. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

6. Stress dan Koping Keluarga :


a) Stress jangka pendek
b) Stress jangka panjang
c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
d) Strategi koping yang digunakan
e) Strategi adaptasi fungsional

7. Harapan Keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan
b) Terhadap petugas ksehatan

8. Pemeriksaan Fisik
A. Head to Toe
Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas, integumen, status
neurologi.
B. Kebutuhan Dasar Manusia
i. Nutrisi
ii. Eleminasi
iii. Tidur dan istirahat
iv. Gerak dan aktivitas
v. Rasa aman dan nyaman
vi. Personal hygiene

C. Data – Data yang Dapat Ditemukan


1. Aktivitas / istirahat
§ Gejala :
Ø Kelemahan
Ø Letih
Ø Napas pendek
Ø Gaya hidup monoton
· Tanda :
Ø Frekuensi jantung meningkat
Ø Perubahan irama jantung
Ø Takipnea
2. Sirkulasi
· Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
· Tanda :
Ø Kenaikan TD
Ø Nadi : denyutan jelas
Ø Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Ø Bunyi jantung : murmur
Ø Distensi vena jugularis

3. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

4. Integritas Ego
· Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (
hubungsn, keuangan, pekerjaan )
· Tanda :
Ø Letupan suasana hati
Ø Gelisah
Ø Penyempitan kontinue perhatian
Ø Tangisan yang meledak
Ø otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Ø Peningkatan pola bicara

5. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )

6. Makanan / Cairan
· Gejala :
Ø Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Ø Mual
Ø Muntah
Ø Riwayat penggunaan diuretik
· Tanda :
Ø BB normal atau obesitas
Ø Edema
Ø Kongesti vena
Ø Peningkatan JVP
Ø Glikosuria

7. Neurosensori
· Gejala :
Ø Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Ø Episode kebas
Ø Kelemahan pada satu sisi tubuh
Ø Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Ø Episode epistaksis
· Tanda :
Ø Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Ø Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Ø Perubahan retinal optik

8. Nyeri/ketidaknyamanan
· Gejala :
Ø nyeri hilang timbul pada tungkai
Ø sakit kepala oksipital berat
Ø nyeri abdomen

9. Pernapasan
· Gejala :
Ø Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Ø Takipnea
Ø Ortopnea
Ø Dispnea nocturnal proksimal
Ø Batuk dengan atau tanpa sputum
Ø Riwayat merokok
· Tanda :
Ø Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Ø Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Ø Sianosis

10. Keamanan
· Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
· Tanda : Episode parestesia unilateral transien
11. Pembelajaran / Penyuluhan
· Gejala :
Ø Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Ø Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Ø Penggunaan obat / alkohol

3. 2. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular

Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :
Ø Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Ø Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Ø Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5) Catat edema umum
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9) Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
10) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Ø Pasien tampak nyaman
Ø TTV dalam batas normal

Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4) Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5) Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
6) Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk
7) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya tahanan
pembuluh darah

Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas
yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Ø Haluaran urin 30 ml/ menit
Ø Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring
2) Tinggikan kepala tempat tidur
3) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
tersedia
4) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5) Amati adanya hipotensi mendadak
6) Ukur masukan dan pengeluaran
7) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
8) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output


Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Ø Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :
1) Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai
kebutuhan
2) Instruksikan pasien tentang penghematan energi
3) Kaji respon pasien terhadap aktifitas
4) Monitor adanya diaforesis, pusing
5) Observasi TTV tiap 4 jam
6) Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak
terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala

Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Ø Tampak dapat istirahat dengan cukup
Ø TTV dalam batas normal

Intervensi :
1) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
2) Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
3) Evaluasi tingkat stress
4) Monitor keluhan nyeri kepala
5) Lengkapi jadwal tidur secara teratur
6) Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
7) Lakukan masase punggung
8) Putarkan musik yang lembut
9) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik .

Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Ø Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
2) Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
3) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya

7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien

Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ø Ekspresi wajah rilek
Ø TTV dalam batas normal

Intervensi :
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan
perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan
toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana
pengobatan
5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
6) Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
7) Observasi TTV tiap 4 jam
8) Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
9) Berikan support mental pada klien
10) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan selama 1 x
24 jam

Kriteria hasil:
Ø Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Ø Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek
toksik
4) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing,
pingsan, mual dan muntah.
6) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
9) Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan,
pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
10) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
11) Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

Diposting oleh jerryNs di 03.59


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

2 komentar:

1.

Fathuroziq Official28 Januari 2019 04.18

Terima kasih infonya


Makalah Manajemen Keperawatan Controling
Makalah Gastritis enteritis dan Kolitis
Laporan Pendahuluan Keperawatan ADHF

Balas

2.

Admin19 Maret 2019 01.11

Hipertensi pada generai millenial di Indonesia terjadi pada mereka yang berusia 15-24
tahun mencapai 10% dan usia 18-39 mencapai 7,3%…

Balas

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

kumpulan askep

Lencana Facebook
Jerry Runtuwene

Buat Lencana Anda

Lencana Facebook
Jerry Runtuwene

Buat Lencana Anda

ku balik pulang
bagiku....Engkªu mengasihiku sếlαlų....┏┉┄┈┈┈┈┈┈┈┉┓┆ Terima Kasih ;)
└┈┈┈┈┈ ┈⌣̊┈̥-♈
̶̯͡ ̷̴♈ ƬUHΑƝ♡ Yesus.....

Mengenai Saya
jerryNs
suluun kec sultra kab minahasa selatan, sulawesi utara, Indonesia
alamat:suluun dua ling I kec sutra,kabupaten minahasa selatan sekarang bertugas di
IGD RSUD amurang pendidikan SD Gmim II,Smp neg suluun<spk Dep-kes manado
angk XXI/96-99,fakep UNPI manado.
Lihat profil lengkapku

welcome to my world
mau cari makalah untuk pembuatan tugas? disini tempatnya.....

Entri Populer
 Tingkatan pencegahan Primer,tersier dan sekunder

Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari


pencegahan primer, sekunder dan tersier. a. Pencegahan pri...

 5 tahap pembuatan askep

Proses asuhan keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap : a. Pengkajian
Pengkajian adalah ...

 PENGERTIAN BIO-PSIKOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN A..LATAR BELAKANG


Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi...

 ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut sumber dari situs internet
“penuaan adalah proses yang dinamis dan komplek...

 Menghitung tetesan infus dan dosis obat

Selamat membaca bagi adik-adik dan teman sejawat yang ingin tahu bagaimana
menghitung tetesan infus per menitnya ? Sebelum kita mas...

 ASKEP KISTA OVARIUM

ASKEP KISTA OVARIUM KISTA OVARIUM A. Defenisi Kista adalah : 1. suatu


jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, d...

 Pengertian dan istilah Dalam Gizi


BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu diet dikenal
sebagai cabang penerapan il...

 Range of motion

1. Latihan pasif anggota gerak atas A. Gerakkan menekuk dan meluruskan sendi bahu
: Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainn...

 ASUHAN KEPERAWATAN GIGANTISME

PENDAHULUAN Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh


karena sekresi hormone pertu...

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF

Pengertian DHF / Demam Berdarah DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah
adalah penyakit yang...
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling


berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan
kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai penyakit
yang mungkin timbul pada lansia dengan pencegahan dan
penatalaksanaannya.Bagaimana menjaga kebugaran pada lansia dengan olahraga dan
pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua adalah proses alamiah, tetapi tentu saja setiap
orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan Tahun
Usia Lanjut WHO: do not put years to life but life into years, yang artinya usia panjang
tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri sejauh mungkin dengan
mempunyai kualitas hidup yang baik.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada lansia harus memperhatikan


berbagai aspek baik itu bio, psiko, sosio, cultural, karena tidak semua lansia sudah benar-
benar mengalami kemunduran fungsi organ.

B. SARAN

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa dan pembaca adalah:

1. Dalam membuat makalah, kelompok/pun individu diharapkan dapat menjelaskan


asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan
pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan gerontik.

3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan
pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi
dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.

3. Dalam penulisan makalah ini penujlis menyadari banyak sekali kekurangan, oleh
karena itu, koreksi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.
Catatan Perawat

Kumpulan Makalah, Paper, Tugas Kuliah dan Materi Keperawatan

 Home
 Sitemap
 Contoh Makalah
 Contoh Paper
 Tugas Akhir
 More Label..
 Error 404

Home » Keperawatan Gerontik » Makalah » Tugas Kuliah » Makalah Gerontik : Asuhan


Keperawatan Pada Lanjut Usia.

Makalah Gerontik : Asuhan Keperawatan


Pada Lanjut Usia.
Diposting oleh MF Abdullah di 03.31
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kelompok dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Gerontik dalam bentuk makalah. Adapun judul makalah ini yaitu
AsuhanKeperawatan Pada Lanjut Usia.
Dalam penyelesaian makalah ini, kelompok banyak menemui kesulitan. Oleh karena
itu, kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, diantaranya :
1. Ns.Nurbani,M.Kep, selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku yang dapat dijadikan refrensi dalam
penyelesaian makalah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu pembuatan hingga penyelesaian
makalah.
Kelompok sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini dan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa/i Jurusan Keperawatan Singkawang.

Singkawang, 1 Oktober
2010
Kelompok 5

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif
sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan”.

Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :


1. Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatkan jumlah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu :
 Gerontologi
 Geriatri
7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9. Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10. Mahal obat-obatan
11. Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih
lanjut hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada
lansia yang di bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup
secara produktif dan dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan
asuhan yang diperlukannya.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.


2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.
3. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.

C. METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kepustakaan dan mencari beberapa sumber dari internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA

A. KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANJUT USIA


Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti Werda maupun
Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat
dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan,
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut
usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan
kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia
pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh
oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah
agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya
dekubitus, yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi

Faktor ekstrinsik, yakni :


1. Kurang kebersihan tempat tidur
2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan

B. PENDEKATAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan
perorangan (personal hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang
mendapat perhatian.

2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhaadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus
dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar
dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan bahagia.

3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalh mahluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat
dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut
usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton
tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.

4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering
menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan
sekitarnya.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan :
 Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
 Pencegahan penyakit
 Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup
klien lanjut usia (Life Support ).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami
gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
5. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertent.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).

D. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Oencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
 Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
 Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
 Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik
 Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
 Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh

b. Psikologis
 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
 Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
 Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
 Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
 Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
 Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
 Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

c. Sosial ekonomi
 Darimana sumber keuangan lanjut usia
 Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
 Dengan siapa dia tinggal.
 Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
 Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
 Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
 Siapa saja yang bisa mengunjungi.
 Seberapa besar ketergantungannya.
 Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

d. Spiritual
 Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
 Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
 Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
 Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
 Kecepata, irama, volume.
 Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
 Kecepatan, irama, dan kedalaman.
 Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
 Saat baring, duduk, berdiri.
 Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
 Tidak semua orang mnjadi snile
 Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
 Jangan di tes depan jendela
 Pergunakan tangan atau gambar
 Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
 Apakajh menggunakan alat bantu dengar
 Tinutis
 Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.

Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema

Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi

Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
 Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
 Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit / Integumen


1. Kulit
 Temperatur, tingkat kelembaban
 Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
 Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
 Atrofi otot
 Mengecilkan tendo
 Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
 Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
 Keterbatasan gerak
 Kekuatan otot
 Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis

Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.

b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.

3. RENCANA KEPERAWATAN

Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.

Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia :
Penurunan alat penciuman dan pengecapan.
Pengunyahan kurang sempurna.
Gigi yang tidak lengkap.
Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
Melemah otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1. Kalori pada lansia : laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan : 1.700
kalori. Dapat dimodivikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya gemuk /
kurus atau disertai penyakit demam.
2. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3. Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan
terjadi penyakit. 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori yang
dibutuhkan.
5. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6. Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lansia :
1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3. Berikan makanan yang mengandung serat.
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5. Batasi minum kopi dan teh.
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia :
Penyebab kecelakaan pada lansia :
1. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3. Pencahayaan yang berkurang.
4. Lantai licin dan tidak rata.
5. Tangga tidak ada pengaman.
6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

Tindakan mencegah kecelakaan :


1. Klien (lansia)
 Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
 Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
 Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
 Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
 Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang mrnggunakan
obat penenang / deuretik.
 Meggunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
 Usahakan ada yang menemani jika berpergian.

2. Lingkungan
 Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
 Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
 Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
 Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan
alat-alat yang biasa digunakannya.
 Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
 Pasang pegangan dikamar mandi / WC
 Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu
70-100 watt.
 Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
 Penurunan daya ingat
 Kurangnya motivasi
 Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
 Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
 Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
minyak atau berikan skin lotion
 Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting
kuku
4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan
melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi)
Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun,
depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan
hubungan interpersonal yang tidak adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
3. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap
terhadap respond an verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lansia
6. Menghargai pendapat lansia

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
 Penerangan alam lebih baik
 Hindarkan cahaya yang menyilaukan
 Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan
Tingkatkan rangsangan panca indra melalui :
 Buku-buku yang dicetak besar
 Perubahan lingkungan
 Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
 Kalender atau penanggalan
 Jam
 Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
 Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
 Ubah posisi
 Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
 Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
 Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama
perpindahan
 Lakukan penggosokan pada waktu mandi
Berikan perawatan pernapasan
 Bersihkan nostril atau kotoran hidung
 Lindungi dari angin
 Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
- Bernapas dalam (deep breathing)
- Latihan batuk
- Latihan menghembuskan napas
 Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya
ditandai dengan :
- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
 Ransangan nafsu makan
- Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
- Berikan makanan yang menarik
- Bisa minum anggur bila dibolehkan
- Sediakan makanan yang hangat-hangat
- Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
 Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Berikan sikap fowler waktu makan
- Pertahankan keasamn lmbung
- Berikan makanan yang tidak membentuk gas
- Cukup cairan
 Cegah konstipasi / sembelit
- Jamin kecukupan cairan dalam diet
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
- Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
- Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
- Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
 Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
 Cegah ankontinensia
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam
- Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh
- Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
- Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur
 Seksualitas
- Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
- Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap
keinginan seksual
- Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
Berikan perawatan kulit
 Mandi
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x
seminggu untuk mencegah kekeringan kulit
- Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk
menambah kesehatan kulit
 Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku
atau adanya gangguan medic atau bedah
Berikan perawatan muskuluskeletal
 Bergerak dengan keterbatasan
 Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
 Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan latihan
 Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu
waktu tertentu
 Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
 Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien
contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu
Berikan perawatan psikososial
 Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar
tercipta suasana normal
 Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
 Fasilitas pembicaraan
 Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam
menetapkan atau memelihara kepercayaan.
 Berikan penghargaan dan rasa empathi
Pelihara Keselamatan
 Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
 Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
 Tempat tidur dalam posisi rendah
 Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
 Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fokus asuhan keperawatan lanjut usia terdiri dari :
 Peningkatan kesehatan (health promotion)
 Oencegahan penyakit (preventif)
 Mengoptimalkan fungsi mental.
 Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

2. Konsep asuhan keperawatan, yaitu :


 Pengkajian
Tujuan :
 Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
 Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
 Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
 Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

 Diagnosa keperawatan, terdiri dari :


 Diagnosa Fisik / Biologi
 Diagnosa Psikososial
 Diagnosa Spiritual

 Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar, antara lain :
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Peningkatan keamanan dan keselaamatan.
 Memelihara kebersihan diri.
 Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
 Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
 Implementasi keperawatan, terdiri dari :
 Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
 Sediakan cukup penerangan
 Tingkatkan rangsangan panca indra
 Pertahankan dan latih daya orientasi nyata
 Berikan perawatan sirkulasi
 Berikan perawatan pernapasan
 Berikan perawatan pada alat pencernaan
 Berikan perawatan genitorinaria
 Berikan perawatan kulit
 Berikan perawatan muskuluskeletal
 Berikan perawatan psikososial
 Pelihara Keselamatan

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i Jurusan Keperawatan Singkawang, hendaknya memberikan asuhan
keperawatan lansia dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta
: EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Enter your

Anda mungkin juga menyukai