Anda di halaman 1dari 3

FEB

11

Modalisme dalam Sejarah Gereja

Pengantar

Salah satu antinomi yang mencirikan Gereja di abad-abad awal adalah adanya ortodoksi dan
heterodoksi dalam hal ajaran iman. Ortodoksi dalam arti Gereja merasa yakin akan kebenaran iman
yang Yesus Kristus wariskan melalui para Rasul dalam Kitab Suci, tradisi dan dipertahankan hingga saat
ini dalam praksis hidup bersama. Heterodoksi dalam konteks ini berarti Gereja dalam abad awal
dihadapkan dengan beragamnya interpretasi atas kebenaran iman tersebut[1].

Kemajukan opini atau keberagaman interpretasi tersebut dapat dipahami secara positif sebagai usaha
pribadi setiap orang untuk mencari kebenaran iman yang diwariskan oleh Yesus Kristus. Namun,
berhadapan dengan gereja yang selalu berpegang pada Kitab Suci, Para Rasul dan tradisi, penafsiran
yang beragam tersebut dilihat menyesatkan.

Ajaran mengenai Trinitas juga tidak luput dari penafsiran yang beragam. Bahkan dalam
sejarahnya, kelompok yang mempersoalkan dan mengugat kepercayaan Kristen akan Allah Trinitas dan
Yesus Kristus secara kuantitatif paling banyak dibandingkan dengan kelompok atau aliran yang lain[2].
Hal ini memperlihatkan adanya usaha orang untuk memahami Allah Trinitas dan Yesus Kristus, bahkan
dengan mempertaruhkan segala-galanya. Meskipun di satu sisi Gereja telah merumuskan ajaran yang
baku tentang Allah Trinitas dan Yesus Kristus, namun isi ajaran yang dinilai sesat oleh Gereja masih dapat
diperdebatkan.

Kontroversi tentang Trinitas sangatlah rumit. Tidak cukup mudah untuk menjelaskan dan sekaligus
membuat orang paham tentang relasi (hakekat) antara Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus.
Ada aliran yang lebih menekankan pribadi Bapa dan merendahkan Putera dan Roh Kudus
(Subordinasionisme)[3], namun ada juga yang menyatukan ketiga pribadi tersebut dan mengingkari
pemisahan pribadi ketiganya (Monarkhianisme). Aliran ini mengalirkan dua pandangan, yang salah
satunya adalah Modalisme. Lantas bagaimana seluk beluk munculnya modalisme dalam sejarah gereja
dan juga bagaiamana gereja mencoba menanggapi aliran tersebut demi mempertahankan kebenaran
iman dan sekaligus juga untuk mengungkapkan doktrin yang kurang lebih menjelaskan relasi pribadi
Allah Tritunggal ?

Modalisme

Modalisme merupakan suatu paham tentang Allah Tritunggal yang mana lebih menekankan
keesaan Allah dan kurang memperhatikan hakekat pribadi ketiganya. Aliran sesat ini memandang Allah
sebagai satu pribadi dengan tiga cara berada yang berbeda, sebagai Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ketiga
pribadi tersebut (Bapa, Putera dan Roh Kudus) hanyalah pengungkapan dari satu Allah yang sama. Lebih
lagi dijelaskan bahwa, modalisme melihat bahwa Bapalah yang menderita di kayu salib.

Modalisme pertama kali diperkenalkan oleh Noetus[4] th 230. Dia menekankan bahwa Allah
Bapalah yang menderita di kayu salib. Ajarannya, oleh Tertullianus disebut sebagai Patripassionisme.
Dalam konteks ini, menjadi suatu yang semakin aneh bila kemudian paham ini dikenakan pada peristiwa
kebangkitan Kristus, yang adalah inti iman Kristiani. Dapat dikatakan bahwa, bukan Allah yang
membangkitkan Kristus tetapi Allahlah yang bangkit dan membangkitkan diri-Nya[5]. Noetus
diekskomunikasikan dari Gereja, namun dengan segera mendapatkan pendukung bagi ajarannya itu.

Praxeas abad 2 akhir yang mengikuti ajaran Noetus, mencoba mencari referensi dalam Kitab Suci
(Kel. 3:6,Yes 44:6,45:14-15,Yoh 10:30,14:8, Rom 9:5)[6]. Bacaan-bacaan tersebut dengan segera
diterjemahkan sebagai pengungkapan akan Pribadi Allah yang satu. Praxeas kemudian ditentang oleh
Tertullianus karena pemahamannya tentang Allah, yang mana dia mengingkari Putera dan menekankan
bahwa Bapalah yang menderita di kayu salib.

Tokoh lain dalam arus ajaran sesat ini adalah Sabellius th 215[7]. Boleh dikatakan bahwa dialah
yang memberikan gambaran yang lebih sistematis tentang doktrin modalisme. Dia mengajarkan bahwa
Allah yang satu memanifestasikan diri-Nya dalam tiga bentuk. Allah yang satu mengungkapkan diri-Nya
sebagai Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dengan lebih jelas dikatakan, Allah yang satu dan sama
mengungkapkan cara dan peran yang berbeda. Dalam Bapa, Allah berperan sebagai yang mencipta.
Sebagai Putera, Ia menjalankan tugas penyelamatan. Sebagai Roh Kudus, Allah bertugas mengutus,
menghibur dan meneguhkan.

Tanggapan Gereja

Di tengah arus aliran Modalisme, gereja tidak tinggal diam. Dari gereja muncul tokoh-tokoh
seperti Tertulianus, yang lebih dikenal dalam usahanya menentang aliran modalisme yang dikembangkan
oleh Praxeas. Muncul juga tokoh seperti Hippolytus yang dengan tegas menentang Uskup Roma
Zephyrinus (199-217) dan Callistus (217-222)[8]. Usaha mereka dalam menentang Modalisme
menghasilakan buah. Setidaknya hal itu dapat ditemukan dalam perkembangan mengenai teologi
Trinitas pada pertengahan abad ketiga.

Di samping itu, Roma menampilkan doktrin yang jelas tentang Trinitas. Hal tersebut nampak
dalam surat Paus Dionisius (260-268) kepada Dionisius (Uskup Alexanderia), yang selain mengecam
modalisme juga mau menunjukkan dengan jelas dasar teologis misteri Trinitas[9].

Penutup

Kehadiran modalisme dalam sejarah Geraja Kristen, di satu sisi semakin menambah daftar aliran-
aliran yang oleh Gereja sendiri dinilai menyesatkan. Namun di sisi lain hal tersebut bisa dipahami sebagai
tanda pencarian pribadi akan kebenaran iman pada Yesus Kristus. Di samping itu juga, kehadiran aliran
sesat (modalisme) justru semakin mendorong Gereja untuk memberikan pandangan yang jelas tentang
misteri Allah tritunggal

Anda mungkin juga menyukai