Anda di halaman 1dari 11

1.

1 Pengertian
Meningoencephalitis merupakan infeksi yang melibatkan meningen dan parenkim otak
yang akan mengakibatkan reaksi inflamasi. Meningoenseflitis terdiri dari meningitis dan
ensefalitis. Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer,
2001).Sedangkan ensefalitis merupakan radang parenkim otak yang dapat menimbulkan
disfungsi neuropsikologis difus dan/atau fokal. Ensefalitis pada umumnya melibatkan parenkim
otak, tetapi meningen atau selaput otak juga sering terlibat sehingga dikenal istilah
meningoensefalitis. Meningoencephalitis adalah suatu kondisi pembengkakan (inflamasi) dari
selaput otak (meningen) yang meliputi bagian jaringan syaraf otak.

1.2 Etiologi
a. Infeksi virus:
- Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok enterovirus, kelompok
herpes, kelompok pox, influenza A dan B.
- Lewat arthropoda: Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado tick fever.
b. Infeksi non virus:
- Ricketsia
- Mycoplasma pneumonia
- Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai komponen
ensefalitis.
- Spirocheta: sifilis, leptospirosis.
- Cat-scratch fever.
- Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis, kandidosis,
koksidiodomikosis.
- Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.
- Metazoa: throchinosis, ekinokokosis, sistiserkosis, skistosomiasis.
c. Parainfeksi-postinfeksi, alergi:
- MMR, influenza, pertusis, ricketsia, influensa A, B, hepatitis.
- Pasca vaksinasi MMR, influensa, vaksinasi, pertusis, yellow fever, tifoid.
d. Human Slow Virus:
- PE
- Jackop-Creutzfeldt disease

1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang Nampak pada pasien dengan kasus Meningoencephalitis, yaitu:
a. Peningkatan tekanan intracranial seperti: sakit kepala, penurunan kesadaran, dan muntah
b. Demam akibat infeksi
c. Kaku kuduk
d. Kejang dan gerakan abnormal
1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan neurologis: gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus otot meningkat,
spastisitas, terdapat refleks patologis, refleks fisiologis meningkat, klonus, gangguan
nervus kranialis (buta, tuli), ataksia.
b. Uji serologi untuk mengetahui jenis virus dan menentukan etiologi infeksi
c. Pemeriksaan neuroimaging
d. Fungsi lumbal, untuk mengetahui adanya sel darah putih dan sensitivitas mikroorganisme
e. Pemeriksaan laboratorium
f. CT-Stan dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi derajat pembengkakan dan
tempat nekrosis
g. Terapi kortikostiroid untuk mengurangi inflamasi
h. Kultur urin/urinalis untuk mengidentifikasi organisme penyebab
i. Kultur nasofaring untuk mengetahui organisme penyebab

1.7 Diagnosa Banding


Beberapa diagnosa banding untuk meningoencephalitis adalah:
a. Kejang demam
b. Meningitis
c. Encephalitis
d. Intracranial abscess
e. Sekuele dari edema otak
f. Infark cerebral
g. Perdarahan cerebral
h. Vaskulitis
i. Measles
j. Mumps
1.8 Komplikasi
Meningoencephalitis terdiri dari komplikasi akut, intermediet dan kronis.
a. Komplikasi akut
- Edema otak
- Hipertensi intracranial
- SIADH (syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone Release)
- Kejang
- Ventrikulitis
- Meningkatnya tekanan intracranial
b. Komplikasi intermediet
- Efusi subdural
- Demam
- Abses otak
- Hidrosefalus
c. Komplikasi kronik
- Memburuknya fungsi kognitif
- Ketulian
- Kecacatan motoric

1.9 Penatalaksanaan
a. Medis
- Perbaiki hemostasis: Infus D5-1/2 S atau D5-1/4S (tergantung umur), dan pemberian
oksigen.
- Deksamethason 0,5-1,0 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 3 dosis.
- Manitol.
- Antibiotik
- Fisioterapi dan terapi bicara
b. Non farmakologi
- Menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan, terutama kebersihan mulut. Karena
dari mulut inilah kuman, bakteri ataupun jamur menjadi masuk kedalam otak. Didalam
otak inilah virus atau bakteri tersebut berkembang biak
- Konsumsi cairan sebanyak mungkin
- Istirahat secara total
- Diet makanan
- Mandi air hangat, yaitu bertujuan untuk meminimalisir sakit kepala yang disebabkan
oleh peradangan diselaput otak. Usahakan untuk mandi dengan air hangat diatas suhu
35 derajat celcius setiap harinya
c. Keperawatan
- Status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai perubahan
kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas.
- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, yang mendahului gagal jantung dan
pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan ekstremitas
dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen otak
- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak dilakukan untuk
melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.
- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan osmolalitas urine
dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon sekresi antidiuretik yng
tidak tepat (ADH).
- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian yang terus
menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV (Tanda-Tanda Vital),
Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta peningkatan dan perlindungan
selama kejang saat koma
1.10 Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
- Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi. Meningoensefalitis dapat
terjadi pada semua kelompok umur
- Keluhan utama:
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
- Riwayat penyakit sekarang:
Mula-mula pasien gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat, sakit kepala.
- Riwayat penyakit dahulu:
Pada klien Meningoencephalitis perlu dikaji mungkin pernah menderita penyakit yang
disebabkan oleh infeksi seperti batuk , pilek, atau pernah menderita penyakit Herpes,
penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan
- Riwayat kesehatan keluarga:
Perlu dikaji apakah Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus
contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus ,
E. Coli , dan lain-lain
- Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing) : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan
intra cranial menyebabakan kompresi pada batang
otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur.
Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas
fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan.
B2 (Blood) : Adanya kompresi pada pusat vasomotor
menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut,
hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan
pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya
transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
B3 (Brain) : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan
difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan
neural akibat prosses peradangan otak.
B4 (Bladder) : Biasanya pada pasien meningo ensefalitis
kebiasaan miksi dengan frekuensi normal.

B5 (Bowel) : Penderita akan merasa mual dan muntah karena


peningkatan tekanan intrakranial yang
menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus
vagus sehingga meningkatkan sekresi asam
lambung.
B6 (Bone) : Hemiplegi

 Pola aktifitas dan : Aktifitas tirah baring, pola istirahat terganggu


istirahat dengan adanya kejang / konvulsif

 Makan dan minum : Mual muntah, disertai dengan kesulitan menelan,


sehingga membutuhkan bantuan NGT dalam
pemenuhan nutrisi
 Neurosensori : Terjadi kerusakan pada nervus kranialis, yang
terkadang menyebabkan perubahan persepsi
sensori. Kaku kuduk (+), pemeriksaan kernig sign
(+), Burdinzki (+)
 Integritas ego : Perubahan status mental dari letargi sampai koma

 Kenyamanan : Terdapat nyeri kepala karena peningkatan TIK


akibat edema serebri
 Keamanan : Perubahan dalam fungsi mental, tonus otot yang tak
terkoordinasi sehingga diperlukan pengaman
disamping tempat tidur sampai restrain pada
ekstremitas

b. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral
- Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neurologis

c. Perencanaan
No Diagnosa NOC dan Indikator NIC
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Monitor tekanan intrakranial
Perfusi jaringan keperawatan selama 1x24 jam 1. Berikan informasi kepada
serebral diharapkan Ketidakefektifan Perfusi keluarga
berhubungan jaringan serebral dapat teratasi 2. Monitor tekanan perfusi
serebral
dengan edema dengan kriteria hasil :
3. Catat respon pasien terhadap
serebral - Tekanan systole stimuli
- Tekanan diastole 4. Monitor tekanan intrakranial
pasien dan respon neurology
- Peningkatan tekanan intracranial
terhadap aktivitas
- Tingkat kesadaran 5. Monitor jumlah drainage
cairan serebrospinal
6. Monitor intake dan output
cairan
7. Kolaborasi pemberian
antibiotic
8. Posisikan pasien pada posisi
semifowler
9. Minimalkan stimuli dari
lingkungan
Manajemen sensasi perifer

1. Monitor adanya daerah


tertentu yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
3. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
4. Monitor kemampuan BAB
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Monitor adanya
tromboplebitis
7. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi

2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Management Nyeri


berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan proses diharapkan nyeri dapat teratasi secara komprehensif termasuk
infeksi dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
- Nyeri yang dilaporkan
presipitasi
- Panjangnya episode nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal
- Ekspresi nyeri wajah dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
- Tidak bisa istirahat
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan: ambulasi


mobilitas fisik keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitoring vital sign
berhubungan diharapkan gangguan mobilitas fisik sebelm/sesudah latihan dan
dengan dapat teratasi dengan kriteria hasil: lihat respon pasien saat
latihan
kelemahan
- Keseimbangan tubuh 2. Konsultasikan dengan terapi
neurologis fisik tentang rencana
- Posisi tubuh
ambulasi sesuai dengan
- Gerakan otot kebutuhan
- Gerakan sendi 3. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat saat
- Kemampuan berpindah
berjalan dan cegah terhadap
- Ambulasi: berjalan cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

Anda mungkin juga menyukai