DIARE AKUT
OLEH
Zulherman
Chaliq Akbar 1210312011
PRESEPTOR
Dr.
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB 1
PENDAHULLUAN
1.1 Latar Belakang
besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena
kehilangan basa.2
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di
sektor kesehatan karena ratarata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada
di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain itu juga
di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan
kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi
makanan, sehingga apabila episode berlangsung berkepanjangan akan berdampak
terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.2,3
1
1.2 Batasan Masalah
Case report session ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dari diare akut.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan case report session ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana,
komplikasi dari diare akut.
1.4 Metode Penulisan
kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur, termasuk buku teks dan
makalah ilmiah.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3
4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut
tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna.1
2.2 Epidemiologi
Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
negara berkembang dimana tertinggi pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Di
penyebab kematian bayi yang terbanyak, yaitu 42% dibanding pneumonia 24%,
untuk golongan 14 tahun penyebab kematian karena diare 25.2% dibanding
pneumonia 15.5%.1,3
2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko
Pada umumnya cara penularan diare melalui fekaloral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barangbarang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.1,4
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara
lain:1,4
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 6 bulan pertama kehidupan bayi.
2. Tidak memadainya penyediaan air bersih.
3. Pencemaran air oleh tinja.
4. Kurangnya sarana kebersihan (MCK).
5. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
3
6. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik.
2.4 Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,
bakteri, dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non
inflammatory dan inflammatory.1
Enteropatogen menimbulkan noninflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan fili oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya infllamtory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin.4
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada
manusia adalah sebagai berikut.1
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut1
Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada
anak, yaitu: Rotavirus, E. coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni,
dan Cryptosporidium.4,5
4
Selain itu penyebab diare non infeksi yang dpaat menimbulkan diare pada
anak antara lain:5
o Kesulitan makan
o Defek anatomis
Malrotasi
Hirschprung disease
Atrofi mikrofili
o Malabsorbsi
Malabsorbsi glukosagalaktosa
Cystic fibrosis
Celiac disease
o Neoplasma
Neuroblastoma
o Keracunan makanan
Logam berat
Mushrooms
o Lainlain
Infeksi nonGI
Alergi susu sapi
Crohn disease
Gangguan motilitas usus
2.5 Klasifikasi
Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal yaitu gangguan pada proses
absorbs atau sekresi. Terdapat beberapa pertimbangan diare:2,5
1. Pembagian diare menurut etiologi.
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorbsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lama diarenya
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi.
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi.
2.6 Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala
lainnya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.
5
Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.2
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan
air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular, dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat.4
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang non spesifik akan tetapi muntah
Giardia, dan Cryptosporidium.1
Tabel 2.2 Gejala Khas Diare oleh Berbagai Penyebab1
klinis
Panas + ++ ++ ++
Muntah
Nyeri + +
Kepala
6
Sakit hari
SIFAT TINJA
meneru
kadang
khas
na cucian
beras
Leukosit + +
smus sistemik
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis2
o
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja,
lendir dan/darah dalam tinja.
o
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
o
Jumlah cairan yang masuk selama diare.
7
o
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tidak biasa.
o
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.
2.7.2 Pemeriksaan Fisik2
o
Keadaan umum, kesadaran, tanda vital.
o
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun.
o
Tanda tambahan: ubunubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah.
o
Berat badan.
o
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti: napas
(hipo atau hipernatremia).
o
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai beberapa kriteria diantaranya
menurut WHO 1995 (tabel 2), sistem pengangkaan – Maurice King:1
Tabel 2.3 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO 19956
Penilaian A B C
Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai/tidak
Mata Normal Cekung
sadar
Air mata Ada Tidak ada
sangat cekung dan
Mulut dan lidah Basah Kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin kering
sangat kering
tidak haus minum banyak
*malas minum
minum
pemeriksaan dehidrasi
8
ringan/sedang Bila ada 1 tanda *
Bila ada 1 tanda
ditambah 1 atau
* ditambah
lebih tanda lain
1/lebih tanda
lain
terapi A B
Tabel 2.4. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut Sistem Pengangkaan Maurice King
1
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
yang diperiksa 0 1 2
ngantuk
kurang
cekung
cekung
sianosis
140)
9
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, atau 2 sesuai dengan tabel
kemudian dijumlahkan.1
Nilai:
o 0 – 2 : ringan
o 3 – 6 : sedang
o 7 – 12 : berat
2.7.3 Laboratorium1
o Darah
Darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotik.
o Urin
Urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
o Tinja
o Makroskopik: konsistensi, warna, lendir, darah, dan bau.
o Mikroskopik: leukosit, eritrosit, parasit, dan bakteri.
2.8 Tatalaksana
o
Lima (5) pilar penatalaksanaan diare menurut Departemen Kesehatan
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit,, yaitu:1,4
1. Cairan (rehidrasi dengan menggunakan oralit)
2. Zinc (diberikan selama 10 hari berturutturut)
3. Nutrisi (ASI dan makanan tetap diteruskan)
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi kepada orang tua
o
Tanpa Dehidrasi2
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan
5 – 10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu:
o Anak umur < 1 tahun : 50 100 ml tiap kali BAB
o Anak umur 1 5 tahun : 100 – 200 ml tiap kali BAB
o Anak umur 5 – 12 tahun : 200 – 300 ml tiap kali BAB
o Dewasa : 300 – 400 ml tiap kali BAB
Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak, ASI harus
tetap diberikan.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan
profus).
10
o
Dehidrasi RinganSedang2
Penderita harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan
terapi rehidrasi oral dengan oralit.
Terapi Rehidrasi Oral (TRO) hiperosmolar diberikan sebanyak 75
telah terjadi sebanyak 510 ml/kgBB setiap diare cair.
Apabila tidak dapat diberikan secara peroral, oralit dapat diberikan
ml/kgBB/jam.
Bila gagal dengan pemberian secara nasogastric maka dapat diberi
melalui parenteral (intravena) dengan cairan ringer laktat, KaEN 3B
atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.
BB 3 – 10 kg : 200 ml/kgBB/hari
BB 10 15 kg : 175 ml/kgBB/hari
BB > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari
Pasien terus dipantau selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi
tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua.
o
Dehidrasi Berat2
Penderita harus dirawat di sarana kesehatan.
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100 ml/lgBB dengan cara pemberian:
< 1 tahun
30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam
5 jam berikutnya.
> 1 tahun
30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam
2 ½ jam berikutnya.
Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.
11
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV
dapat dipercepat.
Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan
diare dengan dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehdrasi.
o
Koreksi Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit2,5
Hipernatremia (Na >155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian
cairan dekstrosa 5% ½ sakin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih
dari 10 mEq per hari karena bias menyebabkan edema otak.
Hiponatremia (Na <130 mEq/L)
Kadar natrium diepriksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih
dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x BB
(diberikan dalam 24 jam).
Hiperkalemia (K >5 mEq/L)
Koreksi dilakukan dengan pemberikan kalsium glukonas 10%
menit, sambil dimonitor irama jantung dengan EKG.
Hipokalemia (K<3.5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar kalium.
Kadar K 2.53.5 mEq/L, diberikan KCl 75 mEq/kgBB per oral
per hari dibagi 3 dosis.
Kadar K <2.5 mEq/L, berikan KCl melalui drip iv dengan dosis:
3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4
jam pertama
3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20
jam berikutnya.
o
Zinc 2,5
12
pada anak. Zinc elemental diberikan selama 1014 hari meskipun anak telah
berhenti mengalami diare dengan dosis:
Umur < 6 bulan : 10 mg/hari
Umur > 6 tahun : 20 mg/hari
o
Nutrisi 2,5
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mecegah kehilangan BB dan sebagai pengganti
diberikan terutama pisang.
o
Medikamentosa2,5
Tidak boleh diberikan obat anti diare.
Antibiotik
Diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora
antibiotik.
Anti parasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan
untuk amoeba vegetatif.
o
Edukasi2,5
a. Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan
atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari.
b. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
c. Langkah promotif/preventif
1. ASI tetap diberikan
2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
13
3. Kebersihan lingkungan, BAB di jamban
4. Imunisasi campak
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar
6. Penyediaan air minum yang bersih
7. Selalu masak makanan
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AM
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 Tahun 7 bln
Nomor Registrasi : 05001198
Agama : Islam
Pekerjaaan Orang tua : Swasta/ IRT
Tanggal Pemeriksaan : 21 April 2018
Alamat : Jl. Parak Laweh
1. Latar Belakang SosialEkonomiDemografiLingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan :
b. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp. 4.000.000,/ bulan
14
d. Kondisi rumah :
- Rumah semi permanen, lantai keramik.
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM dan air galon
- Kamar 3 buah, Jamban ada 2 buah di dalam rumah, septic tank ada
- Ventilasi udara mencukupi, halaman rumah ada
- Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah
e. Kondisi lingkungan keluarga :
- Pasien tinggal di rumah bersamasama dengan keluarga. Jumlah penghuni 4
orang, yang terdiri dari pasien, ayah, ibu, dan 1 orang adik.
2. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik.
Keluhan Utama
Mencret sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas
Riwayat Penyakit Sekarang
- Mencret 1 hari sebelum datang ke puskesmas, sebanyak lebih kurang 5x kali,
lebih kurang 1/4 gelas per kali, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna
kuning, tidak disertai darah maupun lendir dan tidak berbau.
- Muntah dua kali, berisi makanan yang dimakan dan air, sebanyak 1/2 gelas.
- 2 hari sebelumnya pasien pergi acara keluarga ke bukit tinggi, menurut ibu
pasien, pasien memakan kue yang diduga kurang bersih.
- Demam tidak ada.
- Anak masih bisa beraktivitas seperti biasa, masih mau minum, makan sulit
karena takut muntah, tidak tampak haus.
- Buang air kecil tidak ada keluhan, terakhir 2 jam sebelum ke puskesmas.
- Tidak ada sesak, kejang, dan kembung.
Riwayat Penyakit Dahulu
alergi obat dan makanan tidak ada.
15
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama seperti pasien yaitu adik
pasien yang menurut ibu pasien, Adik pasien juga memakan kue yang sama dan
diduga kurang bersih. Adik pasien mengalami mecret sejak tadi malam dan saat
ini juga dibawa berobat ke puskesmas.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhan ini sebelumnya.
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien tinggal bersama
kedua orang tua, dan 1 adik pasien. Penghasilan orang tua Rp. 4.000.000,/ bulan.
Rumah semipermanen, pekarangan rumah cukup luas, listrik ada, sumber air
minum PDAM dan sumber air minum dari air galon, sampah dibuang ke tempat
pembuangan sampah, jamban ada di dalam rumah. Kesan sanitasi dan higien baik.
Adik pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien memillki kebiasaan jajan di jualan depan sekolah.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama dari seorang ibu 28 tahun dengan paritas
hamil ibu rutin mengkonsumsi vitamin dan tablet besi. Riwayat sakit selama
kehamilan disangkal.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir pervaginam di rumah bidan. Bayi lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan. Berat bayi lahir 3400 gram, panjang badan 48 cm, langsung menangis
kuat, dan tidak biru.
Riwayat Imunisasi
Hb 0 : 0 bulan
BCG, Polio 1 : 1 bulan
DPT/Hb 1, Polio 2 : 2 bulan
16
DPT/Hb 2, Polio 3 : 3 bulan
DPT/Hb 3, Polio 4 : 4 bulan
Campak : 9 bulan
Booster DPT/polio/campak: 18 bulan
Kesimpulan: imunisasi lengkap sesuai usia
3000 gram dan panjang 48 cm. Menurut ibu pasien, saat pasien diperiksa di
posyandu berat badan dan tinggi badan pasien selalu meningkat. Saat ini
pasien berusia 24 bulan dengan berat badan 20 kg dan tinggi badan 112 cm.
b. Perkembangan
1 bulan : tersenyum
kata
Saat ini pasien berusia 24 bulan, pasien dapat berdiri sendiri, berjalan
17
coret, sudah bisa makan sendiri dan sudah dapat minum dengan
cangkir.
Riwayat Nutrisi
1. ASI diberikan sejak lahir, diberikan tiap kali menangis, lama menyusui
10-15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri.
2. Buah dan sayur: pisang sejak umur 6 bulan, sayur bayam, wortel, lauk
hati ayam, tahu, tempe, telur, daging, udang sejak usia 9 bulan.
3. Makanan padat dan bubur:
a. Bubur susu: sejak usia 6 bulan
b. Nasi tim: sejak usia 9 bulan
4. Saat ini pasien sudah makan sesuai menu masakan keluarga. Makanan
beraneka ragam nasi disertai lauk pauk, seperti: tahu, tempe, telur,
daging, dan disertai sayur. Pasien makan tiga kali sehari, 1 piring nasi
PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Nadi : 88 x/menit
Napas : 28 x/menit
Suhu : 36,8 0C (aksila)
Berat Badan: 13 kg
Tinggi Badan : 88 cm
Status Gizi : Sesuai dengan tinggi badan
Status Internus
Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, ubun
ubun normal tidak mencekung
KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kulit : Turgor kembali cepat
18
Mata : Konjungtiva anemis /, sklera ikterik /, air mata
(+) normal, mata tidak cekung
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Napas cuping hidung (), sekret (), epistaksis ()
Mulut : Mukosa bibir basah
Tenggorokan : Trakea di tengah
Leher : Tidak ada kelainan
Toraks :
Paru :
a. Inspeksi: dada simetris statis dan dinamis, retraksi ()
b. Palpasi: fremitus raba kanan sama dengan kiri
c. Perkusi: sonor pada kedua lapang paru
d. Auskulitasi: suara nafas vesikuler, rhonki /, wheezing /
Jantung :
a. Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi: iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
c. Perkusi : batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi: reguler, murmur (), gallop ()
Abdomen :
a. Inspeksi: distensi ()
b. Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (), turgor
kulit kembali cepat.
c. Perkusi: timpani pada seluruh kuadran abdomen
d. Auskultasi: bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema /
PERHITUNGAN STATUS GIZI
A. Secara Klinis
Gizi kesan baik
B. Secara Antropometri
Secara Antropometri
BB: 13 kg
Umur: 2 tahun 7 bulan
19
TB: 88 cm
BB/TB = 13/14 x 100% = 92,85% 2 SD sampai 2 SD
normoheight.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.
RESUME
Pasien perempuan usia 2 tahun 7 bulan datang ke poli khusus KIA anak
dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu sebanyak lebih kurang 5 kali, lebih
kurang 1/4 gelas per kali, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kuning,
tidak disertai darah maupun lendir dan tidak berbau. Muntah dua kali, berisi
makanan yang dimakan dan air, sebanyak 1/2 gelas. Demam tidak ada. Anak
masih bisa beraktifitas, masih mau minum, makan sulit karena takut muntah.
Buang air kecil tidak ada keluhan. Tidak ada sesak, kejang, kembung, dan
penurunan berat badan pada pasien. Pada pemeriksaan fisik anak tampak sakit
ringan, tidak ditemukan adanya tandatanda dehidrasi.
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut ec infeksi virus tanpa dehidrasi.
DIAGNOSIS BANDING
Diare akut ec infeksi bakteri tanpa dehidrasi.
TATALAKSANA
b. Preventif
Meningkatkan penggunaan air bersih seperti minum dari air yang sudah
dimasak, mencuci setiap bahan makanan yang akan dimasak atau dimakan
dengan air bersih, mencuci terutama alat makan dan masak dengan air
bersih.
20
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
Cuci tangan pakai sabun setelah dari WC, BAB, beraktivitas dengan
sebelum dan sesudah makan, memasak.
Menutup makanan dan minuman yang terbuka.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
Tidak memakan atau minum makanan dan minuman yang dijual
sembarangan atau terbuka dengan lingkungan.
Menjelaskan kepada orang tua bahwa penyakit yang dialami anak tidak
hanya disebabkan oleh makanan atau minuman jajanan luar rumah, akan
tetapi bisa juga dari hidangan rumah yang dihinggapi lalat akibat tidak
ditutup setelah disajikan. Sehingga perlu diingatkan kepada orang tua agar
makanan yang dihidangkan di rumahpun tetap harus dijaga kebersihannya.
Segera membawa ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya
umum seperti anak tidak bisa minum, anak selalu memuntahkan semua
makanan, anak kejang dan anak letargis/ tidak sadar.
Segera membawa ke pelayanan kesehatan jika terdapat dua atau lebih
Gelisah/rewel, Haus dan minum dengan lahap, Mata cekung, Cubitan kulit
perut kembalinya lambat.
Apabila mencret masih berulang, anak tidak bisa atau malas minum atau
menyusu, kondisi anak memburuk, anak terlihat gelisah, anak demam atau
beras, berminyakminyak segera dibawa kembali ke pelayanan kesehatan.
a. Promotif
- Menjelasnya penyakit anak ialah diare yang dapat disebabkan oleh virus
atau bakteri akibat kebersihan makan atau minuman yang dimakan.
21
seperti rutin memotong kuku, lebih memerhatikan makanan yang dimakan
di lingkungan sekolah dan bermain.
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa penyakit yang dialami anak tidak
hanya disebabkan oleh makanan atau minuman jajanan luar rumah, akan
tetapi bisa juga dari hidangan rumah yang dihinggapi lalat akibat tidak
ditutup setelah disajikan. Sehingga perlu diingatkan kepada orang tua agar
makanan yang dihidangkan di rumahpun tetap harus dijaga kebersihannya.
- Menjelaskan kepada orang tua cara memasak air yang benar, yaitu air yang
direbus dibiarkan hingga mendidih sepenuhnya untuk memastikan bakteri
bakteri yang umumnya ada pada air mentah sudah mati saat air direbus.
- Menjelaskan pemakaian obat dimana oralit dilarutkan dalam 1 air gelas
dan diminum jika mencret sebanyak kirakira kirakira 5 ml/kg/jam (anak
ini: 100cc tiap bab mencret) dan tablet zinc dilarutkan dalam air sebanyak
1 tablet dalam sendok makan dan diminum selama 10 hari.
- Perlunya imunisasi pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terdapat penyakit pada anak dan saudaranya yang lain.
b. Kuratif
Oralit 200mg/240 ml (tiap BAB encer), PO, edukasi ibu bahwa pemberian
sekitar 130mg tiap BAB
Zinc 20 mg tablet 1x1 selama 10 hari
a. Rehabilitatif :
sedikit makannya, banyak minum, dan makan buah pisang.
Istirahat yang cukup
PROGNOSIS
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : bonam
o Quo ad sanationam : bonam
22
23
BAB 4
DISKUSI
Pasien seorang perempuan usia 2 tahun 7 bulan dengan diagnosis diare akut
ec infeksi virus tanpa dehidrasi. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Saat ini belum terdapat indikasi untuk
dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.
Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan mencret sejak 1 hari yang
lalu sebanyak lebih kurang 5 kali, lebih kurang 1/4 gelas per kali, konsistensi cair
dan terdapat ampas berwarna kuning, tidak disertai darah maupun lendir dan tidak
gelas. Demam tidak ada. Anak masih bisa beraktifitas. Buang air kecil tidak ada
keluhan. Tidak ada sesak, kejang, kembung, dan penurunan berat badan pada
pasien. Pada pemeriksaan fisik anak tampak sakit ringan, tidak ditemukan adanya
tandatanda dehidrasi.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak dengan frekuensi
lebih dari 3 kali perhari, dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Tidak adanya
infeksi virus pada pasien ini, yang menurut teori merupakan penyebab diare akut
24
terbanyak pada anak. Muntah sebanyak dua kali berisi makanan yang dimakan
dan air, namun anak tak tampak haus, tak adanya keluhan pada buang air kecil,
serta keluhan penurunan berat badan, mengarahkan pasien pada kondisi tidak
adanya dehidrasi. Tidak ada sesak, kejang, dan kembung, menandakan tidak
adanya terjadi komplikasi lebih berat di organ lain pada pasien ini.
Pasien belum pernah mengalami dan mengobati keluhan ini sebelumnya.
Dari pihak keluarga ada yang menderita keluhan yang sama dengan pasien, yaitu
adik pasien yang menurut ibu pasien juga memakan kue yang sama dan diduga
kurang bersih 1 hari sebelumnya saat sedang berkunjung ke bukittinggi. Pasien
tinggal di rumah dengan sanitasi dan higien yang baik. Pada riwayat kehamilan,
melahirkan, nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan pasien pun baik dan masih
dalam batas normal sesuai dengan usianya, imunisasi lengkap sesuai umur.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada pasien ini adalah adanya infeksi virus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dan status generalis yang
baik, status gizi baik. Ditemukan pula anak tampak sakit ringan, turgor yang
kembali cepat, nafas cuping hidung tidak ada, tremor tidak ada, serta bising usus
dalam batas normal. Hal ini menandakan bahwa tidak adanya tandatanda
dehidrasi pada pasien.
Pemeriksaan penunjang saat ini belum diperlukan. Pemeriksaan penunjang
25
tandatanda klinis yang lebih berat, seperti: tanda dehidrasi sedang/berat, infeksi
bakteri, keluhan tidak mau makan, dan/atau minum, tampak lemas, dan lainnya.
Dasar tatalaksana diare akut ialah pemberian cairan untuk rehidrasi, zinc,
nutrisi, serta antibiotik dan anti diare (bila diperlukan). Pada pasien ini diberikan
cairan berupa oralit guna mengganti cairan yang keluar setiap kali buang air besar
dan muntah serta untuk pencegahan dehidrasi lebih berat. Zinc diberikan pada
pasien untuk menjaga dan memperbaiki mukosa usus yang rusak untuk
pencegahan terjadinya diare kembali di kemudian hari.
pasien. Membiasakan diri untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan serta setelah buang air dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Orang tua pasien diberikan penjelasan mengenai proses penyakit dan bahwa
penyakit ini dapat terjadi kembali sehingga tindakan promotif dan preventif serta
kuratif yang baik dan benar dapat mencegah keluhan ini terjadi lagi. Orang tua
juga dianjurkan untuk tetap memberi makan seperti biasa dan dapat lebih selektif
dalam memilih tempat dan jenis makanan yang akan diberikan kepada pasien
pembuatan, hingga proses pemberian kepada pasien. Orang tua juga diberitahukan
agar segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat atau bahkan langsung
26
ke IGD rumah sakit terdekat apabila keluhan tidak berhenti dan berlanjut kepada
keadaan yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Gastroenterologi – Hepatologi. Edisi ke 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2012. h. 87120
2. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuto S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati EV, penyunting. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Jilid I. Edisi ke1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. h. 5862.
3. Behrman, R. E et. al. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.
International Edition. Saunders 2004. p 12391241.
4. Budiarso, Aswita, dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.
Jakarta: Departement Kesehatan R. I. PPM dan PLP. 2009.
5. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis
27
dan Terapi. Edisi 3. Bandung: 2005.
6. Pusponegoro H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.
28