Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

DIARE AKUT

OLEH

Zulherman
Chaliq Akbar 1210312011

PRESEPTOR
Dr.

KEPANITERAAN KLINIK FOME 3


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS SEBERANG PADANG
2018
DAFTAR ISI i
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi 3
2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko 3
2.4 Etiologi 4
2.5 Klasifikasi 6
2.6 Manifestasi Klinis 6
2.7 Diagnosis 8
2.8 Tatalaksana 11
BAB 3 LAPORAN KASUS 17
BAB 4 DISKUSI 25
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB 1

PENDAHULLUAN

1.1 Latar Belakang

Diare   akut   masih   merupakan   penyebab   utama   morbiditas   dan

mortalitas   anak   di   negara   berkembang. 1  Terdapat  banyak   penyebab  diare

akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya   adalah   infeksi   akut

intestinum   yang   disebabkan   oleh   virus,   bakteri,   atau  parasit,   akan

tetapi   berbagai   penyakit   lain   juga   dapat   menyebabkan   diare   akut,

termasuk   sindroma   malabsorbsi.   Diare   karena   virus   umumnya

bersifat self   limiting,  sehingga   aspek   terpenting   yang   harus   diperhatikan

adalah   mencegah   terjadinya   dehidrasi  yang   menjadi   penyebab   utama

kematian   dan   menjamin   asupan   nutrisi   untuk   mencegah   gangguan

pertumbuhan   akibat   diare.   Diare   menyebabkan   hilangnya   sejumlah

besar   air dan   elektrolit   dan   sering   disertai   dengan   asidosis   metabolik   karena

kehilangan basa.2

Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di

sektor kesehatan karena rata­rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada

di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain itu juga

di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan

10   penyakit   terbanyak   di   populasi.1,2  Diare   juga   erat   hubungannya   dengan

kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi

oleh   karena   adanya   anoreksia   dan   berkurangnya   kemampuan   menyerap   sari

makanan, sehingga apabila episode berlangsung berkepanjangan akan berdampak

terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.2,3

1
1.2 Batasan Masalah
Case report session  ini membahas tentang definisi,  epidemiologi, etiologi,

patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dari diare akut.

1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan  case   report   session  ini   bertujuan   untuk   mengetahui   dan

memahami definisi,  epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana,

komplikasi dari diare akut.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan  case   report   session  ini   menggunakan   metode   tinjauan

kepustakaan   yang   merujuk   pada   berbagai   literatur,   termasuk   buku   teks   dan

makalah ilmiah.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih  dari 3 kali

perhari, disertai perubahan konsistensi tinja  menjadi cair atau tanpa lendir dan

darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3­

4   kali   per   hari,   keadaan   ini   tidak   dapat   disebut   diare,   tetapi   masih   bersifat

fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut

tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum

sempurnanya perkembangan saluran cerna.1
2.2 Epidemiologi
Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

negara berkembang dimana tertinggi pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Di

Indonesia,   hasil   Riskesdas   2007   diperoleh   bahwa   diare   masih   merupakan

penyebab kematian bayi yang terbanyak, yaitu 42% dibanding pneumonia 24%,

untuk   golongan   1­4   tahun   penyebab   kematian   karena   diare   25.2%   dibanding

pneumonia 15.5%.1,3
2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko
Pada   umumnya   cara   penularan   diare   melalui   fekal­oral   yaitu   melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

tangan dengan penderita atau barang­barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat.1,4
Faktor   risiko   yang   dapat   meningkatkan   penularan   enteropatogen   antara

lain:1,4
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 6 bulan pertama kehidupan bayi.
2. Tidak memadainya penyediaan air bersih.
3. Pencemaran air oleh tinja.
4. Kurangnya sarana kebersihan (MCK).
5. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.

3
6. Penyiapan   dan   penyimpanan   makanan   yang   tidak   higienis   dan   cara

penyapihan yang tidak baik.
2.4 Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,

bakteri, dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non

inflammatory dan inflammatory.1
Enteropatogen   menimbulkan  non­inflammatory  diare   melalui   produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan fili oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya  infllamtory diare

biasanya   disebabkan   oleh   bakteri   yang   menginvasi   usus   secara   langsung   atau

memproduksi sitotoksin.4
Beberapa   penyebab   diare   akut   yang   dapat   menyebabkan   diare   pada

manusia adalah sebagai berikut.1
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut1

Golongan Bakteri Golongan Virus Golongan Parasit

 Aeromonas  Rotavirus  Balantidium coli


 Bacillus cereus  Coronavirus  Blastocystis
 Campylobacter jejuni  Astrovirus
homonis
 Clostridium perfinges  Cytomegalovirus
 Entamoeba
 Clostridium defficile  Herpes   simplex
 E. coli histolytica
virus
 Salmonella  Giardia lamblia
 Enteric adenovirus
 Shigella  Strongiloides
 Staphylococcus
stercoralis
aureus  Trichuris trichiura
 V. cholera

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada

anak, yaitu:  Rotavirus, E. coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni,

dan Cryptosporidium.4,5

4
Selain itu penyebab diare non infeksi yang dpaat menimbulkan diare pada

anak antara lain:5
o Kesulitan makan
o Defek anatomis
 Malrotasi
 Hirschprung disease
 Atrofi mikrofili
o Malabsorbsi
 Malabsorbsi glukosa­galaktosa
 Cystic fibrosis
 Celiac disease
o Neoplasma 
 Neuroblastoma
o Keracunan makanan
 Logam berat
 Mushrooms 
o Lain­lain
 Infeksi non­GI
 Alergi susu sapi
 Crohn disease
 Gangguan motilitas usus
2.5 Klasifikasi
Secara   umum   diare   disebabkan   oleh   2   hal   yaitu   gangguan   pada   proses

absorbs atau sekresi. Terdapat beberapa pertimbangan diare:2,5
1. Pembagian diare menurut etiologi.
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a.  Absorbsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lama diarenya
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non­

infeksi.
c. Diare   persisten   yang   berlangsung   lebih   dari   14   hari   dengan   etiologi

infeksi.
2.6 Manifestasi Klinis
Infeksi   usus   menimbulkan   tanda   dan   gejala   gastrointestinal   serta   gejala

lainnya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik.

5
Gejala   gastrointestinal   bisa   berupa   diare,   kram   perut,   dan   muntah.   Sedangkan

manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.2
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan

air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya

karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular, dan kematian bila

tidak diobati dengan tepat.4
Bila   terdapat   panas   dimungkinkan   karena   proses   peradangan   atau   akibat

dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang non spesifik akan tetapi muntah

mungkin   disebabkan   oleh   karena   organisme   yang   menginfeksi   saluran   cerna

bagian   atas,   seperti:   enterik   virus,   bakteri   yang   memproduksi   enterotoksin,

Giardia, dan Cryptosporidium.1

Tabel 2.2 Gejala Khas Diare oleh Berbagai Penyebab1

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella Etec Eiec Kolera

klinis

Masa 17­72 jam 24­48 jam 6­72 jam 6­72 6­72 jam 48 – 72

Tunas jam jam

Panas + ++ ++ ­ ++ ­

Mual   dan sering jarang sering + ­ sering

Muntah

Nyeri tenesmus Tenesmus Tenesmus + Tenesmus Kramp

Perut kramp kolik kramp

Nyeri ­ + + ­ ­ ­

Kepala

Lamanya 5­7 hari > 7 hari 3­7 hari 2­3 variasi 3 hari

6
Sakit hari

SIFAT TINJA

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5­10 x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus

meneru

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Darah ­ Sering Kadang­ ­ + ­

kadang

Bau ­ Busuk + Tidak Amis

khas

Warna Kuning Merah Kehijaua Tak Merah Seperti

hijau hijau n berwar hijau air

na cucian

beras

Leukosit ­ + + ­ ­ ­

Lain­lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteori Infeksi ­

smus sistemik

2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis2
o
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja,

lendir dan/darah dalam tinja.
o
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil

terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
o
Jumlah cairan yang masuk selama diare.

7
o
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi

makanan yang tidak biasa.
o
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik2
o
Keadaan umum, kesadaran, tanda vital.
o
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa

haus, turgor kulit abdomen menurun.
o
Tanda tambahan: ubun­ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,

mulut, dan lidah.
o
Berat badan.
o
Tanda   gangguan   keseimbangan   asam   basa   dan   elektrolit,   seperti:   napas

cepat   dan   dalam   (asidosis   metabolik)l,   kembung   (hipokalsemia),   kejang

(hipo atau hipernatremia).
o
Penilaian derajat  dehidrasi dilakukan sesuai beberapa kriteria diantaranya

menurut WHO 1995 (tabel 2), sistem pengangkaan – Maurice King:1
Tabel 2.3 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO 19956

Penilaian A B C

Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai/tidak
Mata Normal Cekung
sadar
Air mata Ada Tidak ada
sangat   cekung   dan
Mulut dan lidah Basah Kering
Rasa haus Minum biasa *haus,   ingin kering
sangat kering
tidak haus minum banyak
*malas   minum

atau   tidak   bias

minum

Periksa Kembali *kembali *   kembali   sangat


turgor kulit
cepat lambat lambat

Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat

pemeriksaan dehidrasi

8
ringan/sedang  Bila ada 1 tanda *
Bila ada 1 tanda
ditambah   1   atau
*   ditambah
lebih tanda lain
1/lebih   tanda

lain

Terapi Rencana Rencana   terapi Rencana terapi C

terapi A B

Tabel 2.4. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut Sistem Pengangkaan Maurice King
1

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan

yang diperiksa 0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau,

cengeng,   apatis, koma/ syok

ngantuk

Kekenyalan kulit Normal Sedikit, kurang Sangat

kurang

Mata Normal Sedikit cekung Sangat

cekung

UUB Normal Sedikit, cekung Sangat

cekung

Mulut Normal Kering Kering   dan

sianosis

Denyut nadi/mnt Kuat <120 Sedang   (120­ lemah >140

140)

9
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, atau 2 sesuai dengan tabel

kemudian dijumlahkan.1
Nilai:
o 0 – 2 : ringan
o 3 – 6 : sedang
o 7 – 12 : berat
2.7.3 Laboratorium1
o Darah 
Darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

tes kepekaan terhadap antibiotik.
o Urin
Urin lengkap, kultur, dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
o Tinja
o Makroskopik: konsistensi, warna, lendir, darah, dan bau.
o Mikroskopik: leukosit, eritrosit, parasit, dan bakteri.
2.8 Tatalaksana
o
Lima   (5)   pilar   penatalaksanaan   diare  menurut   Departemen   Kesehatan

bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah

maupun sedang dirawat di rumah sakit,, yaitu:1,4
1. Cairan (rehidrasi dengan menggunakan oralit)
2. Zinc (diberikan selama 10 hari berturut­turut)
3. Nutrisi (ASI dan makanan tetap diteruskan)
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi kepada orang tua
o
Tanpa Dehidrasi2
 Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan

5 – 10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu:
o Anak umur < 1 tahun : 50 ­ 100 ml tiap kali BAB
o Anak umur 1 ­ 5 tahun : 100 – 200 ml tiap kali BAB
o Anak umur 5 – 12 tahun : 200 – 300 ml tiap kali BAB
o Dewasa : 300 – 400 ml tiap kali BAB
 Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak, ASI harus

tetap diberikan.
 Pasien dapat dirawat  di rumah, kecuali  apabila terdapat  komplikasi

lain   (tidak   mau   minum,   muntah   terus   menerus,   diare   frekuen   dan

profus).

10
o
Dehidrasi Ringan­Sedang2
 Penderita   harus   dirawat   di   sarana   kesehatan   dan   segera   diberikan

terapi rehidrasi oral dengan oralit. 
 Terapi   Rehidrasi   Oral   (TRO)   hiperosmolar   diberikan   sebanyak   75

ml/kgBB dalam 3 jam untuk menggantikan  kehilangan  cairan yang

telah terjadi sebanyak 5­10 ml/kgBB setiap diare cair.
 Apabila tidak dapat diberikan secara per­oral, oralit dapat diberikan

melalui  nasogastric  dengan volume yang sama dengan kecepatan 20

ml/kgBB/jam.
 Bila  gagal dengan pemberian  secara  nasogastric  maka dapat diberi

melalui parenteral (intravena) dengan cairan ringer laktat, KaEN 3B

atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. 
 BB 3 – 10 kg : 200 ml/kgBB/hari
 BB 10 ­ 15 kg : 175 ml/kgBB/hari
 BB > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari
 Pasien terus dipantau selama proses rehidrasi sambil memberi edukasi

tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua.

o
Dehidrasi Berat2
 Penderita harus dirawat di sarana kesehatan.
 Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer

asetat 100 ml/lgBB dengan cara pemberian:
 < 1 tahun
30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam

5 jam berikutnya.
 > 1 tahun
30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam

2 ½ jam berikutnya.
 Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat

minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.

11
 Lakukan  evaluasi  tiap  jam.  Bila   hidrasi   tidak  membaik,   tetesan  IV

dapat dipercepat.
 Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan

evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan

diare dengan dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehdrasi.
o
Koreksi Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit2,5
 Hipernatremia (Na >155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian

cairan dekstrosa 5% ½ sakin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih

dari 10 mEq per hari karena bias menyebabkan edema otak.
 Hiponatremia (Na <130 mEq/L)
Kadar natrium diepriksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih

dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar   Na   koreksi   (mEq/L)   =   125   –   kadar   Na   serum   x   0.6   x   BB

(diberikan dalam 24 jam).
 Hiperkalemia (K >5 mEq/L)
Koreksi   dilakukan   dengan   pemberikan   kalsium   glukonas   10%

sebanyak   0.5­1   ml/kgBB   IV   secara   perlahan­lahan   dalam   5   –   10

menit, sambil dimonitor irama jantung dengan EKG.

 Hipokalemia (K<3.5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar kalium.
 Kadar K 2.5­3.5 mEq/L, diberikan KCl 75 mEq/kgBB per oral

per hari dibagi 3 dosis.
 Kadar K <2.5 mEq/L, berikan KCl melalui drip iv dengan dosis:
 3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4

jam pertama
 3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0.4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20

jam berikutnya.
o
Zinc 2,5

Zinc  terbukti  secara  ilmiah  terpercaya  dapat  menurunkan frekuensi  BAB

dan   volume   tinja   sehingga   dapat   menurunkan   risiko   terjadinya   dehidrasi

12
pada anak. Zinc elemental diberikan selama 10­14 hari meskipun anak telah

berhenti mengalami diare dengan dosis:
 Umur < 6 bulan : 10 mg/hari
 Umur > 6 tahun : 20 mg/hari
o
Nutrisi 2,5

ASI  dan   makanan   dengan   menu   yang  sama   saat   anak   sehat   sesuai

umur tetap diberikan untuk mecegah kehilangan BB dan sebagai pengganti

nutrisi   yang   hilang.   Adanya   perbaikan   nafsu   makan   menandakan   fase

kesembuhan.   Anak   tidak   boleh   dipuasakan,   makanan   diberikan   sedikit­

sedikit   tapi   sering   (lebih   kurang   6   x   sehari),   rendah   serat,   buah­buahan

diberikan terutama pisang.
o
Medikamentosa2,5
 Tidak boleh diberikan obat anti diare.
 Antibiotik
Diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri atau kolera. Pemberian

antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora

usus   sehingga   dapat   memperpanjang   lama   diare   dan  Clostridium

difficile  akan   tumbuh   yang   menyebabkan   diare   sulit   disembuhkan.

Selain   itu   juga   dapat   mempercepat   resistensi   kuman   terhadap

antibiotik. 
 Anti parasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan

untuk amoeba vegetatif.
o
Edukasi2,5
a. Orang   tua   diminta   untuk   membawa   kembali   anaknya   ke   pusat   pelayan

kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan

atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik

dalam 3 hari. 
b. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
c. Langkah promotif/preventif
1. ASI tetap diberikan
2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan

13
3. Kebersihan lingkungan, BAB di jamban
4. Imunisasi campak
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar
6. Penyediaan air minum yang bersih 
7. Selalu masak makanan

BAB 3

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. AM
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 2 Tahun 7 bln 
 Nomor Registrasi : 05001198
 Agama : Islam
 Pekerjaaan Orang tua : Swasta/ IRT
 Tanggal Pemeriksaan : 21 April 2018
 Alamat : Jl. Parak Laweh 

1. Latar Belakang Sosial­Ekonomi­Demografi­Lingkungan Keluarga

a. Status Perkawinan : ­

b. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp. 4.000.000,­/ bulan

14
d. Kondisi rumah :

- Rumah semi permanen, lantai keramik.

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM dan air galon

- Kamar 3 buah, Jamban ada 2 buah di dalam rumah, septic tank ada

- Ventilasi udara mencukupi, halaman rumah ada

- Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah

e. Kondisi lingkungan keluarga :

- Pasien tinggal di rumah bersama­sama dengan keluarga. Jumlah penghuni 4 

orang, yang terdiri dari pasien, ayah, ibu, dan 1 orang adik. 

2. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik.

Keluhan Utama
Mencret sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas

Riwayat Penyakit Sekarang
- Mencret  1 hari  sebelum datang ke puskesmas, sebanyak lebih kurang  5x  kali,

lebih kurang 1/4 gelas per kali, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna

kuning, tidak disertai darah maupun lendir dan tidak berbau.
- Muntah dua kali, berisi makanan yang dimakan dan air, sebanyak 1/2 gelas.
- 2 hari sebelumnya pasien pergi  acara  keluarga  ke bukit  tinggi,  menurut ibu

pasien, pasien memakan kue yang diduga kurang bersih.
- Demam tidak ada.
- Anak  masih   bisa   beraktivitas   seperti   biasa,   masih   mau   minum,   makan   sulit

karena takut muntah, tidak tampak haus.
- Buang air kecil tidak ada keluhan, terakhir 2 jam sebelum ke puskesmas.
- Tidak ada sesak, kejang, dan kembung.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien   tidak   pernah   mengalami   keluhan   seperti   ini   sebelumnya.   Riwayat

alergi obat dan makanan tidak ada.

15
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama seperti pasien yaitu adik

pasien yang menurut ibu pasien, Adik pasien juga memakan kue yang sama dan

diduga kurang bersih. Adik pasien mengalami mecret sejak tadi malam dan saat

ini juga dibawa berobat ke puskesmas. 
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhan ini sebelumnya.
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan

Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien tinggal bersama

kedua orang tua, dan 1 adik pasien. Penghasilan orang tua Rp. 4.000.000,­/ bulan.

Rumah   semi­permanen,   pekarangan   rumah   cukup   luas,   listrik   ada,   sumber   air

minum PDAM dan sumber air minum dari air galon, sampah dibuang ke tempat

pembuangan sampah, jamban ada di dalam rumah. Kesan sanitasi dan higien baik.

Adik pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Pasien memillki kebiasaan jajan di jualan depan sekolah.

Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama  dari seorang ibu  28  tahun dengan paritas

P2A0H2.  Riwayat  pemeriksaan   kehamilan  teratur   di  bidan  puskesmas.  Selama

hamil   ibu  rutin  mengkonsumsi   vitamin   dan   tablet   besi.  Riwayat   sakit   selama

kehamilan disangkal.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir pervaginam di rumah bidan. Bayi lahir cukup bulan sesuai masa

kehamilan. Berat bayi lahir 3400 gram, panjang badan 48 cm, langsung menangis

kuat, dan tidak biru.

Riwayat Imunisasi

Hb 0 : 0 bulan

BCG, Polio 1 : 1 bulan

DPT/Hb 1, Polio 2 : 2 bulan

16
DPT/Hb 2, Polio 3 : 3 bulan

DPT/Hb 3, Polio 4 : 4 bulan

Campak : 9 bulan
Booster DPT/polio/campak: 18 bulan

Kesimpulan: imunisasi lengkap sesuai usia

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


a. Pertumbuhan
Pasien lahir sectio caesaria di rumah sakit lahir dengan berat badan lahir

3000 gram dan panjang 48 cm. Menurut ibu pasien, saat pasien diperiksa di

posyandu berat badan dan tinggi badan pasien selalu meningkat. Saat ini

pasien berusia 24 bulan dengan berat badan 20 kg dan tinggi badan 112 cm.

Kesan: pertumbuhan sesuai usia

b. Perkembangan

1 bulan : tersenyum

2 bulan : mengangkat kepala

3 bulan : tengkurap sendiri

4 bulan : meraih benda, berteriak

6 bulan : duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh

9 bulan : merangkak, bicara penggal kata

12 bulan :sudah bisa berdiri, sudah bisa mengucapkan “mama, papa”

18 bulan : sudah bisa berjalan sendiri, sudah bisa mengucapkan 8

kata

Saat ini pasien berusia 24 bulan, pasien dapat berdiri sendiri, berjalan

sendiri, merangkai kalimat, sudah bisa naik tangga sendiri, mencoret-

17
coret, sudah bisa makan sendiri dan sudah dapat minum dengan

cangkir.

Kesan: perkembangan sesuai usia

Riwayat Nutrisi

1. ASI diberikan sejak lahir, diberikan tiap kali menangis, lama menyusui
10-15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri.
2. Buah dan sayur: pisang sejak umur 6 bulan, sayur bayam, wortel, lauk
hati ayam, tahu, tempe, telur, daging, udang sejak usia 9 bulan.
3. Makanan padat dan bubur:
a. Bubur susu: sejak usia 6 bulan
b. Nasi tim: sejak usia 9 bulan
4. Saat ini pasien sudah makan sesuai menu masakan keluarga. Makanan

beraneka ragam nasi disertai lauk pauk, seperti: tahu, tempe, telur,

daging, dan disertai sayur. Pasien makan tiga kali sehari, 1 piring nasi

setiap makan, dan selalu menghabiskan makanannya.

PEMERIKSAAN FISIS
 Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Composmentis Cooperative
 Nadi : 88 x/menit
 Napas : 28 x/menit
 Suhu : 36,8 0C (aksila)
 Berat Badan: 13 kg
 Tinggi Badan : 88 cm
 Status Gizi : Sesuai dengan tinggi badan
 Status Internus
 Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut,  ubun­

ubun normal tidak mencekung
 KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
 Kulit : Turgor kembali cepat

18
 Mata : Konjungtiva anemis ­/­, sklera ikterik ­/­, air mata

(+) normal, mata tidak cekung
 Telinga : Tidak ada kelainan
 Hidung : Napas cuping hidung (­), sekret (­), epistaksis (­)
 Mulut : Mukosa bibir basah
 Tenggorokan : Trakea di tengah
 Leher : Tidak ada kelainan
 Toraks :
Paru :
a. Inspeksi: dada simetris statis dan dinamis, retraksi (­)
b. Palpasi: fremitus raba kanan sama dengan kiri
c. Perkusi: sonor pada kedua lapang paru
d. Auskulitasi: suara nafas vesikuler, rhonki ­/­, wheezing ­/­
Jantung :
a. Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi: iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
c. Perkusi : batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi: reguler, murmur (­), gallop (­)
 Abdomen :
a. Inspeksi: distensi (­)
b. Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (­), turgor

kulit kembali cepat.
c. Perkusi: timpani pada seluruh kuadran abdomen
d. Auskultasi: bising usus (+) normal
 Punggung : Tidak ada kelainan
 Genitalia : Tidak diperiksa
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema ­/­

PERHITUNGAN STATUS GIZI 

A. Secara Klinis

Gizi kesan baik

B. Secara Antropometri

Secara Antropometri

BB: 13 kg  

Umur: 2 tahun 7 bulan

19
TB: 88 cm

BB/U  = 13/14 x 100% = 92,85%  ­2 SD sampai 2 SD

TB/U  = 88/92 x 100% = 95,65 %   ­2 SD sampai 2 SD

BB/TB = 13/14 x 100% = 92,85%    ­2 SD sampai 2 SD

Kesan  status   gizi   secara   antropometri:   gizi   baik,  normoweight,

normoheight.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

RESUME
Pasien  perempuan  usia  2 tahun 7 bulan  datang ke  poli khusus KIA anak

dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu sebanyak lebih kurang 5 kali, lebih

kurang 1/4 gelas per kali, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kuning,

tidak   disertai   darah   maupun   lendir   dan   tidak   berbau.   Muntah  dua  kali,   berisi

makanan  yang   dimakan  dan  air,  sebanyak  1/2   gelas.  Demam   tidak   ada.  Anak

masih   bisa   beraktifitas,   masih   mau   minum,   makan   sulit   karena   takut   muntah.

Buang   air   kecil   tidak   ada   keluhan.   Tidak   ada   sesak,   kejang,   kembung,   dan

penurunan berat badan pada pasien. Pada pemeriksaan fisik anak tampak sakit

ringan, tidak ditemukan adanya tanda­tanda dehidrasi.
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut ec infeksi virus tanpa dehidrasi.
DIAGNOSIS BANDING
Diare akut ec infeksi bakteri tanpa dehidrasi.
TATALAKSANA

b. Preventif 

 Meningkatkan penggunaan air bersih  seperti minum dari air yang sudah

dimasak, mencuci setiap bahan makanan yang akan dimasak atau dimakan

dengan  air  bersih,  mencuci   terutama   alat  makan   dan  masak  dengan  air

bersih.

20
 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
 Cuci   tangan   pakai   sabun   setelah   dari   WC,   BAB,   beraktivitas   dengan

lingkungan   seperti   bermain,   berkebun   dll   ataupun   hewan   peliharaan,

sebelum dan sesudah makan, memasak.
 Menutup makanan dan minuman yang terbuka. 
 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
 Tidak   memakan   atau   minum   makanan   dan   minuman   yang   dijual

sembarangan atau terbuka dengan lingkungan.
 Menjelaskan kepada orang tua bahwa penyakit yang dialami anak tidak

hanya disebabkan oleh makanan atau minuman jajanan luar rumah, akan

tetapi bisa juga dari hidangan rumah yang dihinggapi lalat akibat tidak

ditutup setelah disajikan. Sehingga perlu diingatkan kepada orang tua agar

makanan yang dihidangkan di rumahpun tetap harus dijaga kebersihannya.
 Segera   membawa   ke   pelayanan   kesehatan   jika   terdapat   tanda   bahaya

umum seperti anak tidak bisa minum, anak selalu memuntahkan semua

makanan, anak kejang dan anak letargis/ tidak sadar.
 Segera   membawa   ke   pelayanan   kesehatan   jika   terdapat  dua   atau   lebih

tanda   dehidrasi  berikut,   anak   menderita   dehidrasi   ringan/sedang:

Gelisah/rewel, Haus dan minum dengan lahap, Mata cekung, Cubitan kulit

perut kembalinya lambat. 
 Apabila mencret masih berulang,  anak tidak bisa atau malas minum atau

menyusu, kondisi anak memburuk, anak terlihat gelisah, anak demam atau

perubahan  konsistensi  dan warna feses  seperti  bercampur  darah, cucian

beras, berminyak­minyak segera dibawa kembali ke pelayanan kesehatan.

a. Promotif

- Menjelasnya penyakit anak ialah diare yang dapat disebabkan oleh virus 

atau bakteri akibat kebersihan makan atau minuman yang dimakan. 

- Menjelaskan   kepada   orang   tua   pasien   bahwa   penyakit   yang   diderita

kemungkinan  dapat  berulang  untuk itu  harus  tetap  menjaga  kebersihan,

21
seperti rutin memotong kuku, lebih memerhatikan makanan yang dimakan

di lingkungan sekolah dan bermain.
- Menjelaskan kepada orang tua bahwa penyakit yang dialami anak tidak

hanya disebabkan oleh makanan atau minuman jajanan luar rumah, akan

tetapi bisa juga dari hidangan rumah yang dihinggapi lalat akibat tidak

ditutup setelah disajikan. Sehingga perlu diingatkan kepada orang tua agar

makanan yang dihidangkan di rumahpun tetap harus dijaga kebersihannya.
- Menjelaskan kepada orang tua cara memasak air yang benar, yaitu air yang

direbus dibiarkan hingga mendidih sepenuhnya untuk memastikan bakteri­

bakteri yang umumnya ada pada air mentah sudah mati saat air direbus.
- Menjelaskan pemakaian obat dimana oralit dilarutkan dalam 1 air gelas

dan diminum jika mencret sebanyak kira­kira kira­kira 5 ml/kg/jam (anak

ini: 100cc tiap bab mencret) dan tablet zinc dilarutkan dalam air sebanyak

1 tablet dalam sendok makan dan diminum selama 10 hari.
- Perlunya   imunisasi   pada   anak   untuk   meningkatkan   kekebalan   tubuh

terdapat penyakit pada anak dan saudaranya yang lain.

b. Kuratif

 Oralit 200mg/240 ml (tiap BAB encer), PO, edukasi ibu bahwa pemberian

sekitar 130mg tiap BAB
 Zinc 20 mg tablet 1x1 selama 10 hari

a. Rehabilitatif :

 Meningkatkan   frekuensi   makan   pada   pasien   walaupun   hanya   sedikit­

sedikit makannya, banyak minum, dan makan buah pisang.
 Istirahat yang cukup
PROGNOSIS
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : bonam
o Quo ad sanationam : bonam

22
23
BAB 4

DISKUSI

Pasien seorang perempuan usia 2 tahun 7 bulan dengan diagnosis diare akut

ec infeksi virus tanpa dehidrasi. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan

anamnesis   dan   pemeriksaan   fisik.   Saat   ini   belum   terdapat   indikasi   untuk

dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.

Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan mencret sejak 1 hari yang

lalu sebanyak lebih kurang 5 kali, lebih kurang 1/4 gelas per kali, konsistensi cair

dan terdapat ampas berwarna kuning, tidak disertai darah maupun lendir dan tidak

berbau. Muntah  dua  kali, berisi makanan yang dimakan  dan air, sebanyak 1/2

gelas. Demam tidak ada. Anak masih bisa beraktifitas. Buang air kecil tidak ada

keluhan.   Tidak   ada   sesak,   kejang,   kembung,   dan   penurunan   berat   badan   pada

pasien. Pada pemeriksaan fisik anak tampak sakit ringan, tidak ditemukan adanya

tanda­tanda dehidrasi.

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak dengan frekuensi

lebih dari 3 kali perhari, dengan perubahan konsistensi tinja menjadi  cair atau

tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Tidak adanya

demam,   batuk,   muntah,   dan   kejang   mengarahkan   pada   adanya   kemungkinan

infeksi virus pada pasien ini, yang menurut teori merupakan penyebab diare akut

24
terbanyak pada anak. Muntah sebanyak dua kali  berisi makanan yang dimakan

dan air, namun anak tak tampak haus, tak adanya keluhan pada buang air kecil,

serta   keluhan   penurunan   berat   badan,   mengarahkan   pasien   pada   kondisi   tidak

adanya   dehidrasi.   Tidak   ada   sesak,   kejang,   dan   kembung,   menandakan   tidak

adanya terjadi komplikasi lebih berat di organ lain pada pasien ini.

Pasien belum pernah mengalami dan mengobati  keluhan ini sebelumnya.

Dari pihak keluarga ada yang menderita keluhan yang sama dengan pasien, yaitu

adik pasien yang  menurut ibu pasien juga memakan kue yang sama dan diduga

kurang bersih 1 hari sebelumnya saat sedang berkunjung ke bukittinggi.  Pasien

tinggal di rumah dengan sanitasi dan higien yang baik. Pada riwayat kehamilan,

melahirkan, nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan pasien pun baik dan masih

dalam   batas   normal   sesuai   dengan   usianya,   imunisasi  lengkap  sesuai   umur.

Kemungkinan yang dapat terjadi pada pasien ini adalah adanya infeksi virus.

Pada   pemeriksaan   fisik   didapatkan   tanda   vital   dan   status   generalis   yang

baik,   status   gizi   baik.   Ditemukan   pula   anak   tampak   sakit   ringan,   turgor   yang

kembali cepat, nafas cuping hidung tidak ada, tremor tidak ada, serta bising usus

dalam   batas   normal.   Hal   ini   menandakan   bahwa   tidak   adanya   tanda­tanda

dehidrasi pada pasien.

Pemeriksaan penunjang saat ini belum diperlukan. Pemeriksaan penunjang

dapat   dilakukan   untuk   menunjang   penegakan   diagnosis   bila   sudah   ditemukan

25
tanda­tanda klinis yang lebih berat, seperti: tanda dehidrasi sedang/berat, infeksi

bakteri, keluhan tidak mau makan, dan/atau minum, tampak lemas, dan lainnya.

Dasar tatalaksana diare akut ialah pemberian cairan untuk rehidrasi, zinc,

nutrisi, serta antibiotik dan anti diare (bila diperlukan). Pada pasien ini diberikan

cairan berupa oralit guna mengganti cairan yang keluar setiap kali buang air besar

dan muntah serta untuk pencegahan  dehidrasi lebih berat. Zinc diberikan pada

pasien   untuk   menjaga   dan   memperbaiki   mukosa   usus   yang   rusak   untuk

pencegahan terjadinya diare kembali di kemudian hari.

Edukasi   diberikan   kepada   orang   tua   pasien   sebagai   tatalaksana   non

medikamentosa   yang   fokus   kepada   penjagaan   kebersihan   diri   dan   lingkungan

pasien.   Membiasakan   diri   untuk   selalu   mencuci   tangan   sebelum   dan   sesudah

makan   serta   setelah   buang   air   dengan   menggunakan   sabun   dan   air   mengalir.

Orang   tua   pasien   diberikan   penjelasan   mengenai   proses   penyakit   dan   bahwa

penyakit ini dapat terjadi kembali sehingga tindakan promotif dan preventif serta

kuratif yang baik dan benar dapat mencegah keluhan ini terjadi lagi. Orang tua

juga dianjurkan untuk tetap memberi makan seperti biasa dan dapat lebih selektif

dalam   memilih   tempat   dan   jenis   makanan   yang   akan   diberikan   kepada   pasien

yang   terjaga   kebersihannya,   sejak   dari   pemilihan   bahan   makanan,   proses

pembuatan, hingga proses pemberian kepada pasien. Orang tua juga diberitahukan

agar segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat atau bahkan langsung

26
ke IGD rumah sakit terdekat apabila keluhan tidak berhenti dan berlanjut kepada

keadaan yang lebih buruk. 

DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo   B,   Santoso   NB.  Diare   akut.  Dalam:   Juffrie   M,   Soenarto   SSY,

Oswari   H,   Arief   S,   Rosalina   I,   Mulyani   NS,   penyunting.   Buku   Ajar

Gastroenterologi – Hepatologi. Edisi ke­ 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;

2012. h. 87­120 
2. Pudjiadi   AH,   Hegar   B,   Handryastuto   S,   Idris   NS,   Gandaputra   EP,

Harmoniati EV, penyunting.  Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis IDAI

Jilid I. Edisi ke­1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. h. 58­62.
3. Behrman,   R.   E   et.   al.  Nelson   Textbook   of   Pediatrics.   17th  edition.

International Edition. Saunders 2004. p 1239­1241.
4. Budiarso,   Aswita,   dkk.  Buku   Pedoman   Pengendalian   Penyakit   Diare.

Jakarta: Departement Kesehatan R. I. PPM dan PLP. 2009.
5. Ganna, Herry. Melinda, Heda.  Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis

27
dan Terapi. Edisi 3. Bandung: 2005.
6. Pusponegoro H, dkk.  Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.

28

Anda mungkin juga menyukai