Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan

seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi

maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak

bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian

bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan

tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan

bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka.

Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu

terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan

bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara

pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa

Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar

dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris

sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung

memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam

persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi

dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi


alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan

membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui,

bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai

Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya

sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari

berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di

Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah

ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

prakemerdekaan?

2. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?

3. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

pascakemerdekaan?

4. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan

bahasa Indonesia?

5. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang

Disempurnakan)?

6. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi?


7. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

prakemerdekaan

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

pascakemerdekaan

3. Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi

perkermbangan bahasa Indonesia

4. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang

Disempurnakan)

5. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa

reformasi

6. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa

Prakemerdekaan

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada

zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung

antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam

perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar

Nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih

jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada

tahun 1380

2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

6. Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

7. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan

hidup dan sastra.

8. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia


9. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun

pedagang yang berasal dari luar indonesia.

a. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan

dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta

makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena

bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara

sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar

pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa

Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong

tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia,

oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam

perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu

menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh

bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap

sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh

Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu

Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di

sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda

melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk

membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada


periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara

perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua

franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak

yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih

menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360

bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace

menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni

Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari

cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga

bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di

seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang

digunakan di seluruh Hindia Belanda.”

Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua.

Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van

Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris

mengadopsi ejaan Wilkinson.

B. Mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia

Awalnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa

bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan

pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi

dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi,


sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa.

Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung

dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini

terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai

terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat

menjadi bahasa Indonesia yaitu :

1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa

perhubungan dan bahasa perdangangan.

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa

melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa

halus).

3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela

menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa

kebudayaan dalam arti yang luas.


C. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa

Pascakemerdekaan

Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara

bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta

makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa

Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa

perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan

antar kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi

dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa

Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam

perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa

Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat

itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat,

para pemuda berikrar:

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,

Tanah Air Indonesia.

2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa

Indonesia.

3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa

persatuan, bahasa Indonesia.


Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.

Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan

tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa

indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan

kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan

kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945,

karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD

1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa

Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan

fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.

Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat

indonesia.
D. Peresmian nama bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan

bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan

penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia tepatnya sehari

sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor

Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang

Linguistik, bahasa indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa

Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.

Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat

penggunaannya sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial

dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan

“Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28

Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila

nama bahasa Melayu tetap di gunakan.

Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari

varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung

Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup,

yang terus menghasilkan kata-kata baru baik melalui penciptaan maupun

penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan

di tuturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia

bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga

indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia

sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan


versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek

Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian, bahasa Indonesia di gunakan sangat luas di

perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-

menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah

dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga

indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta

makin berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa

Melayu yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam

pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu

menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta,

bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam

berbagai variasi dan dialek.Perkembangan bahasa Melayu diwilayah

nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan

dan persatuan bangsa Indonesia.Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan

bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa

itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi

bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda

28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa

Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh

dengan tantangan.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek

temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian

besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu

seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Penggunaan

bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari

Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam

pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan

bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di

Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa

diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi

dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi

bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia

resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Onktober 1928.Hal ini juga

sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan

putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.”Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal

18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.


E. Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Indonesia

1. Budi Otomo.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang

bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya

kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-

syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan

permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan

keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda

merupakan syarat utama untuk melanjutkan pelajaran menambang

ilmu pengetahuan barat.

2. Sarikat Islam.

Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya

bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan

politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif

dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna

mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan

ialah bahasa Indonesia.

Balai Pustaka.

3. mpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan.

Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada


tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain

menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.

Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap

perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat

disebutkan sebagai berikut :

a. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa

Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.

b. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca

hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.

c. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab

melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami

oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.

d. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu

sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan

yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa

melayu yang bersusun baik dan terpelihara.

4. Sumpah Pemuda.

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang

diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya,

yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat

penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak

semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga

bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.


Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan

bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih

kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo,

sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama

diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai

organisasi kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan

bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada

tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres

pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah

yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan

bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan

bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.

Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang

sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol

kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak

yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa

cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya

menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa

sastra indonesia baru.


F. Perkembangan EYD

Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf

menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para

pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai

aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang

mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari

hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan

bahsa Indonesia terdiri dari:

1. Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.

Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer

dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada

tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama

ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun

1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

a. Huruf untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan

karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï

dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam

Soerabaïa.

1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk

menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.


2. Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia

yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut

dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala

itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen

yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

a. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,

pak, rakjat, dsb.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-

jalan2, ke-barat2-an.

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan

kata yang mendampinginya.

3. Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia

yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya,

Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah

pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia

pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung

persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli

dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.

Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57,


Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa

Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia

ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan

buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan”.

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku

“Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan

penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975

memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.


G. Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi

1. Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):

2. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);

3. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat

kabar.

Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata

dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni,

konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan

sebagainya.

Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua

setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi

pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru

yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa

Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia.
H. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:

1. Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan antardaerah dan

antarbudaya

2. Bahasa nasional;

3. Bahasa resmi

4. Bahasa budaya dan Bahasa ilmu

5. Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga

6. Pendidikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia

berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa

pemersatu (bahasa Indonesia)


MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

NAMA:NADYA MUSTIKA SAMOSIR

Nim 163145105 020

Kelas A. S 1 Keperawatan

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

2016 / 2017

Anda mungkin juga menyukai