SURVEILANS GIZI
OLEH:
EVA WAHYUNI
EFRIZAH HANNUM
EFRIDA YANTI SIREGAR
RAHMI ALDA
MEWA MELATI
Di dalam modul ini mahasiswa akan mempelajari Surveilans Gizi sebagai salah satu
bagian dari epidemiologi. Surveilans Epidemiologi atau Surveilans Kesehatan Masyarakat
merupakan salah satu fungsi utama epidemiologi.
Sebelum mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan sudah memiliki pengetahuan
dasar tentang surveilans gizi.
Materi yang terdapat dalam modul ini adalah merupakan aplikasi dari materi yang
dipelajari dari modul-modul sebelumnya.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan surveilans gizi dengan baik dan
benar sebagai bagian dari ilmu epidemiologi yang dibutuhkan oleh masyarakat..
Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian surveilans gizi
2. Memahami tujuan surveilans gizi
3. Memahami sasaran surveilans gizi
4. Memahami sistem pelaporan surveilans gizi
1
KEGIATAN BELAJAR
1
PENGERTIAN SURVEILANS GIZI
Ada banyak definisi surveilans yang dijabarkan oleh para ahli. Namun pada
dasarnya mereka setuju bahwa kata “surveilans” mengandung empat unsur yaitu :
koleksi, analisis, interpretasi dan diseminasi data. WHO mendefiniskan surveilans sebagai
suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan
yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan
kesehatan masyarakat. Dengan demikian, di dalam suatu sistem surveilans, hal yang perlu
digaris bawahi adalah :
a. Surveilans merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berkesinambungan, bukan suatu kegiatan yang hanya dilakukan pada suatu waktu.
b. Kegiatan surveilans bukan hanya berhenti pada proses pengumpulan data, namun
yang jauh lebih penting dari itu perlu adanya suatu analisis, interpretasi data serta
pengambilan kebijakan berdasarkan data tersebut, sampai kepada evaluasinya.
c. Data yang dihasilkan dalam sistem surveilans haruslah memiliki kualitas yang
baik karena data ini merupakan dasar yang esensial dalam menghasilkan kebijakan/
tindakan yang efektif dan efisien.
Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini Anda diharapkan akan dapat:
menjelaskan pengertian surveilans gizi;
2
Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin dalam
pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah-masalah kesehatan masyarakat.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah bentuk aplikasi dari epidemiologi deskriptik
maupun analitik yang merupakan proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak
saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi,
penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan.
Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus
menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan, analisis
dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan
tindakan sebagai respons segera dan terencana.
Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi guna menetapkan kebijakan
program, merencanakan intervensi, pelaksanaan kegiatan, dan mengevaluasi program
kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan gizi dan
kesehatan.
3
KEGIATAN BELAJAR
2
TUJUAN SURVEILANS GIZI
4
KEGIATAN BELAJAR
3
STRATEGI SURVEILANS GIZI
5
e. Rencana Pembangunan di bidang kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
Republik
Indonesia pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat.
Rencana Strategis Program Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Tahun 2015-2019.
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019 ini disusun untuk menjadi
acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya Kementerian Kesehatan dalam
kurun waktu lima tahun ke depan.
6
(MDGs), antara lain untuk menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi
setinggi-tingginya
15,5% pada tahun 2015.
2) Untuk mewujudkan tercapainya target RPJMN tersebut, kebijakan
pembangunan kesehatan antara lain diarahkan melalui peningkatan upaya
perbaikan gizi masyarakat dengan pendekatan continuum of care yang
dilakukan pada setiap siklus kehidupan terutama sejak 1000 hari pertama
kehidupan, balita, anak usia sekolah dan remaja, ibu hamil, ibu nifas, usia
kerja, dan lansia..
3) Kebijakan perbaikan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
komitmen para pemangku kepentingan untuk memperkuat implementasi
program gizi yang bersifat langsung dan tidak langsung berdasarkan konsep
atau pola pikir penyebab masalah gizi Untuk menjalankan kebijakan yang
telah disusun, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, telah menetapkan
Gerakan Nasional Sadar Gizi dengan strategi sebagai berikut:
1) Penggalangan dukungan kepada lintas sektor, lintas program, dan
legislatif.
2) Kampanye nasional melalui media efektif terpilih, baik cetak maupun
elektronik.
3) Pemanfaatan kelompok masyarakat, kelompok agama, ormas,
NGO/LSM.
4) Penggerakan gizi seimbang melalui sekolah.
5) Meningkatkan peran Yankes, Posyandu, dan Nakes.
b. Kebijakan teknis
1) Memperkuat peran masyarakat dalam pembinaan gizi melalui posyandu.
2) Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia.
3) Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di
Puskesmas
4) Perawatan, Rumah Sakit dan TFC maupun rawat jalan di Puskesmas dan
CFC.
5) Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, dan ibu nifas
serta fortifikasi makanan
7
6) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan diberikan pada
balita gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK,
7) Memperkuat surveilans gizi nasional.
8) Menyediakan buffer stock MP-ASI.
8
mencakup beberapa aspek yang dipantau yaitu aspek input, proses, output dan
outcome program gizi. Strategi operasional sureilans gizi adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan surveilans gizi rutin.
2) Melaksanakan surveilans gizi khusus.
3) Melaksanakan surveilans gizi darurat/bencana
4) Mengintegrasikan surveilen gizi dengan surveilans penyakit.
9
laporan/informasi tersebut untuk melakukan konfirmasi status gizinya. Klarifikasi laporan
kasus gizi buruk dapat dilakukan melalui telepon dan sms. Bila hasil konfirmasi ternyata
balita tersebut benar gizi buruk (BB/PB atau BB/TB <-3 SD dengan atau tanpa gejala klinis)
maka perlu dilakukan pelacakan atau penyelidikan kasus.
Pelacakan kasus meliputi waktu kejadiannya, tempat/ lokasi kejadian dan
identitas orangnya termasuk umur, jenis kelamin dan penyebab terjadinya kasus gizi buruk.
Pelacakan kasus gizi buruk dilakukan apabila:
a. Kasus gizi buruk belum mendapatkan penanganan. b. Kasus gizi buruk terkonsentrasi
pada satu wilayah. c. Dicurigai kemungkinan adanya rawan pangan.
Keluaran yang diharapkan dari langkah pengumpulan data adalah adanya rekapitulasi
laporan terkait dengan jumlah puskesmas yang melapor, ketepatan waktu, kelengkapan dan
kebenaran data yang dilaporkan.
10
Analisis deskriptif untuk membandingkan kecenderungan antar waktu di
suatu wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu
tertentu dengan target yang harus dicapai.
1.2 Analisis Analitik
Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran hubungan antar 2
(dua) atau lebih indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun indikator gizi
dengan indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis ini antara lain untuk menentukan
upaya yang harus dilakukan bila terdapat kesenjangan cakupan antara dua indikator.
2. Penyajian Data
Hasil pengolahan dan analisis data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dapat disajikan
dalam bentuk narasi, tabulasi, grafik dan peta.
C. Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi hasil pengolahan
dan analisis data untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor dan lintas program di
setiap jenjang pemerintahan tentang hasil kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Kegiatan
diseminasi informasi dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik dan sosialisasi
advokasi pada pertemuan lintas program dan lintas sektor.
1. Umpan Balik
Pengelola kegiatan gizi memberikan umpan balik bulanan berbentuk absensi laporan
dan hasil cakupan indikator pembinaan gizi ke puskesmas dan rumah sakit. Umpan balik
disertai dengan ulasan terhadap hasil yang telah dicapai, kelengkapan data disertai dengan
saran-saran yang harus dilakukan oleh puskesmas. Selain hal tersebut, umpan balik
hendaknya memuat pula ucapan terima kasih bagi puskesmas yang telah mengirim data
secara lengkap dan tepat waktu.
12
KEGIATAN BELAJAR
4
SISTEM PELAPORAN
A. Jenis-Jenis Laporan
Ada beberapa jenis laporan yang harus dibuat oleh petugas surveilans gizi dengan
frekuensi laporan yang berbeda-beda. Laporan kejadian kasus gizi buruk disampaikan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat dalam waktu 1 x 24
jam dengan menggunakan formulir laporan KLB Gizi (lampiran 2). Sedangkan pelaporan
hasil pelacakan kasus gizi buruk dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.
Laporan rekapitulasi hasil pemantauan pertumbuhan balita (D/S), kasus gizi buruk
dan cakupan pemberian TTD (Fe) pada ibu hamil disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi
dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap bulan.
Laporan rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian
kapsul vitamin A pada balita dan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga
13
disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap 6
bulan (Maret dan September).
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selain mengirimkan rekapitulasi laporan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, juga melakukan pengolahan dan analisis data di
kabupaten/kota.
16
DAFTAR PUSTAKA
17