BAB IV
HASIL PENELITIAN
Analisa batuan inti dilakukan pada sumur PUTRI-120 sebagai sumur kunci karena
pada lapangan Badak ini hanya sumur PUTRI-120 yang memiliki data batuan inti
Hasil interpretasi dari data core ini dipadukan dengan data log untuk menentukan
marker, batas kesamaan waktu dan ketidakselarasan yang berguna dalam korelasi dan
penentuan perubahan secara lateral dari pengendapan, Perpaduan antara hasil log dan
hasil analisa pada sumur PUTRI-120 akan dijadikan acuan untuk dasar analisa sumur
lainnya.
Data batuan inti (core) merupakan data utama yamg sangat penting dalam analisa
fasies. Dibandingkan dengan data lainnya seperti log dan seismik, pada daerah
penelitian tidak terdapat data seismik. Data batuan inti ini lebih memberikan informasi
yang nyata, lengkap dan lebih detail. Secara harfiah arti fasies adalah kenempakan atau
karekteristik yang terdapat dalam suatu tubuh batuan yang dapat dibedakan dengan
tubuh batuan lainnya, yaitu berdasarkan perbedaan karakteristik fisik, kimia dan biologi
(Boggs,1987).
klasifikasi dari beberapa peneliti sebelumnya yaitu klasifikasi menurut Mc. Gardner
Hasil Penelitian
1
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
(1998), Colin P. North dan Katy S. Tylor (1996), A. Hallam (1980), dan Andrew D.
Miall(1978).
Dari hasil deskripsi batuan inti pada sumur PUTRI-120 secara garis besar variasi
fasies utama berdasarkan besar butir (tekstur) dan kandungan karbon (komposisi) yaitu
fasies batubara dan lanau karbonan, fasies siltstone, dan fasies batupasir. Fasies-fasies
analisanya.
Fasies ini dicirikan oleh warna hitam gelap, berstuktur clatty atau blocky, fragile,
terdapat struktur sedimen berupa parallel laminasi (<0,1 Inch) memiliki kilap (vitrous),
merupakan mineral penciri dari daratan, sedangkan nodul lempung itu sendiri erat
kaitannya dengan lingkungan laut, dalam hal ini kemungkian nodul lempung itu
terbentuk pada saat terjadi transgressive flooding surface. Sedangkan struktur sediment
yang ada bahwa arus yang berkembang pada fasies ini adalah arus traksi regime aliran
bawah, diman arur tesebut cendrung tenang. Barubara ini sendiri terendapkan
dilingkungan sub-aerial dan terbentuk pada lingkungan yang lembab, dimana terdapat
Hasil Penelitian
2
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Carbonaceous siltstone
Fasies ini dicirikan dengan hadirnya siltystone dengan kandungan karbon yang
sangat tinggi (hampir seperti batubara) dengan warna abu-abu gelap – kehitaman. Tidak
endapan klastik halus yang diendapkan pada arus suspensi secara bertahap (Haszeldine,
Proses pengendapan dan kompaksi sediment halus sangat dipengaruhi oleh beberapa
ataupun terendam, dan juga proses yang berkerja diatasnya seperti vegetasi dan aktivitas
organisma. Fasies ini didominasi arus traksi ataupun suspensi dimana secara proses
pengendapan terjadi secara bertahapatau berkala dan pada fasies ini biasanya
didominasi oleh energi yang lemah. Fasies ini sendiri dibagi menjadi tujuh subfasies
Litologi pada fasies ini didominasi oleh perselingan antara batupasir dan lanau.
pasang surut (tidal). Bentuk endapan lenticular dicirikan oleh perlapisan lanau dimana
laminasi.(Hallam, 1980).
Hasil Penelitian
3
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Litologi pada 6599 - 6600 kaki tepatnya pada posisi paling bawah dari batuan inti,
didominasi oleh lanau, dengan sorting yang sedang-buruk. Terbentuk karena perbedaan
ukuran dan pemilahan berat jenis dari endapan mineral berat (Gersib dan McLibe,
1981). Fasies ini diendapkan pada kondisi upper-transitional flow regim, ketika endapan
terdegradasi secara vertical ,biasanya terjadi pada endapan channel fluvial atau pada
endapan bar tops (Colin P. North dan Katy S. Tylor, 1996), atau bias juga
diinterpertasikan sebagai endapan overbank atau endapan hasil wanning flood yang
Litologi pada fasies ini didominasi oleh lanau dielingi oleh laminasi karbon, lamina
menunjukan asimetric ripple yang merupakan hasil dari migrasi current ripple pada
regime aliran bawah dan dekat dengan water table sehingga terpengaruh oleh riak arus
Struktur ripple biasanya terbentuk pada channel fill deposit dan kadang berasosiasi
dengan lensa-lensa planar crossbed. Kadang struktur climbing ripple juga ditemukan
yang merupakan hasil suspension fallout pada saat waning flow (Andrew D.Miall,
Lapisan pada unit ini didominasi oleh lanau sisipan batupasir halus dangan
pemilahan sedang sampai buruk. Terdapat pula laminasi asimetric ripple karbon ripple
yang merupakan hasil dari migrasi current ripple pada regime aliran bawah dan dekat
Hasil Penelitian
4
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
dengan water table sehingga terpengaruh oleh riak arus (Colin P.North dan Katy
S.Tylor, 1996).
Struktur wavy biasanya terbentuk pada disributary channel, Indistributary Bay, tidal
flat levee, dan interdistributy bay to mud flat, biasanya struktur sedimen ini berasosiasi
dengan struktur sedimen current ripple dan paralel laminasi. Mekanisme arus yang
berperan pada struktur sedimen ini adalah arus traksi regime alir bawah dimana energi
Litologi pada fasies ini, masih didominasi oleh lanau sisipan batupasir halus,
berwarna putih sampai kehitaman. Fasies ini didirikan dengan kelimpahan jejak
aktivitas organima (burrow), dan diendapkan di daerah yang humid antara subaerial
sampai dengan aqueous sehingga seringkali berasosiasi dengan fasies rootlet maupun
carbonaceous (Gardner, 1998). Batas aqueous (swampy area) lebih ditandai dengan
perubahan yang berangsur dari jenis burrow lingkungan dangkal menjadi burrow
lingkungan dalam, sedangkan batas dari subterestrial lebih jelas dengan ditandai dengan
Lapisan pada unit ini didominasi oleh batupasir sedang sampai halus dangan
pemilahan baik sampai sedang. Struktur wavy biasanya terbentuk pada fasies
lingkungan disributary channel dan biasanya struktur sedimen ini berasosiasi dengan
Hasil Penelitian
5
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
struktur sedimen cross laminasi dan paralel laminasi. Mekanisme arus yang berperan
pada struktur sedimen ini adalah arus yang berenergi kuat, dimana struktur sediment ini
Litologi pada fasies ini, didominasi oleh batupasir sedang sampai halus, berwarna
putih sampai kehitaman. Fasies ini didirikan dengan kelimpahan jejak aktivitas
carbonaceous (Gardner, 1998). Batas aqueous (swampy area) lebih ditandai dengan
perubahan yang berangsur dari jenis burrow lingkungan dangkal menjadi burrow
lingkungan dalam, sedangkan batas dari subterestrial lebih jelas dengan ditandai dengan
Litologi pada fasies ini didominasi oleh batupasir sedang. Lenticular merupakan
struktur khas yang mencirikan lingkungan yang dipengaruhi pasang surut (tidal).
Bentuk endapan lenticular dicirikan oleh perlapisan lanau dimana didalamnya terdapat
1980).
Litologi pada fasies ini didominasi oleh batupasir sedang, lamina menunjukan
asimetric ripple yang merupakan hasil dari migrasi current ripple pada regime aliran
bawah dan dekat dengan water table sehingga terpengaruh oleh riak arus (Colin P.North
Hasil Penelitian
6
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Struktur ripple biasanya terbentuk pada channel fill deposit dan kadang berasosiasi
dengan lensa-lensa planar crossbed. Kadang struktur climbing ripple juga ditemukan
yang merupakan hasil suspension fallout pada saat waning flow (Andrew D.Miall,
Fasies ini dijadikan satu kesatuan, karena pada terjadi satu kesamaan proses ke
terjadiannya dan kesamaan ukuran butir. Dimana pada proses keterjadiannya sama-sama
pada arus traksi bagian atas dengan regim aliran bawah yang lebih berkembang.
(Miall(1978, 1996)
Litologi batuan inti, didominasi oleh batupasir sedang-halus sisipan lanau, dengan
sorting yang baik-buruk. Terbentuk karena perbedaan ukuran dan pemilahan berat jenis
dari endapan mineral berat (Gersib dan McLibe, 1981). Fasies ini diendapkan pada
,biasanya terjadi pada endapan channel fluvial atau pada endapan bar tops (Colin P.
North dan Katy S. Tylor, 1996), atau bisa juga diinterpertasikan sebagai endapan
overbank atau endapan hasil wanning flood yang diikuti fall out suspension (Andrew D.
Miall, 1978). Sedangkan fasies batupasir flat bedding, didominasi oleh batupasir sisipan
lanau, dengan sorting baiksampai buruk, dimana terdapat paralel laminasi pada bagian
bawah batu inti. Fasies flat bedding ini terbentuk oleh adanya pengendapan secara
bertahap dimana proses kenaian muka air sungai relatif kecil bahkan sangat kecil
sehingga membentuk struktur perlapisan yang tipis memiliki ketebalan antara lamina
(0.1-0.6 Inch)-medium bed (0.6-1.6 Inch). Fsasies ini basanya terbentuk pada daerah
Hasil Penelitian
7
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Fasies batupasir berstuktur sedimen trough cross bedding dan rip-up clast (Sc)
dijadikan menjadi satu kesatuan fasies, karena pada saat terbentuknya kedua struktur
sedimen ini terjadi pada saatarus traksi berenergi tinggi, tetapi berada posisi regime
Litologi pada fasies ini didominasi oleh batupasir sedang berwarna abu-abu
kecoklatan, dengan sorting sedang, dimana fasies ini berasosiasi dengan struktur
sedimen wavy laminasi, paralel laminasi dan rip-up clast, dimana biasanya pada paralel
laminasi terdapat bidang kontak erosional antara parallel laminasi dengan cross
bedding. Fasies ini menandakan bahwa energi yang berkerja pada saat pembentukan
struktur sedimen ini, termasuk dalam arus traksi regime aliran atas, tetapi berada dalam
bagian arus bagian bawahnya, pada umumnya terbentuk pada lingkungan air dangkal,
tepatnya pada bagian dasarnya. Biasanya fasies ini terbentuk pada fluvial sand bodies,
Litologi pada fasies rip-up clast ini masih didominasi oleh batupasir sedang,
berwarna abu-abu kecoklatan, dengan sorting sedang. Struktur sedimen ini berasosiasi
dengan struktur sedimen berupa wavy laminasi dan cross bedding. Mekanisme
terbentuknya struktur sedimen ini diakibatkan karena belum terlitifikasinya lanau secara
sempurna, kemudian diendapkan lagi sedimen yang memilki ukuran butir yang lebih
besar dari lanau sehingga meterial yang mempunyai ukuran butir yang lebih kasar atau
pun lebih besar, menggerus bagian bawah dari material lanau dan berasosiasi secara
sempurna dan tersedimentasikan kembali secara sempurna dalam atu tubuh batuan yang
sama, biasanya ini terjadi antara batupasir dengan lempung ataupun lanau, sehingga
Hasil Penelitian
8
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
terkesan seperti nodul. Baisanya fasies ini diendapkan di distributary channel, atau pun
disebut satu paket perlapisan (bedset), berupa perulangan batupasir sedang, dengan
karakter fining upward. Batupasir ini sendiri berwarna abu-abu, dengan ukuran butir
sangat halus sampai sedang, pemilahan sedang, porositas sedang sampai buruk. Struktur
sedimen yang berkembang pada core interval ini adalah wavy bedding (Sf), ripple
laminasi (Sr), dan burrow (M2). Tetapi struktur sedimen yang paling mendominasi pada
interval ini adalah wavy laminasi (Sf) dan ripple laminasi (Sr). Pada core interval ini
Sedangkan hasil analisis petrografi dari side wall core pada interval ini (6471ft)
adalah sebagai berikut: kandungan mineral kuarsa 76%, mineral lempung 9% (kolinite
9% dan illite ini masih berupa trace, proses perubahan dari mineral illsmec), plagioklas
11%, dan pirite 4%. Hal ini dapat dilihat pada diagram pie gambar 2.4.
Bila dilihat dari asosiasi fasies yang berkembang pada interval ini adalah Sf, Sr dan
M2. Hal ini menandakan bahwa fasies ini berkembang pada lingkungan Interdistributary
Hasil Penelitian
9
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
6470,5 ft 6470.25 ft
Coal Fragment
B
B
.
6471.75 ft 6471.75 ft
S
r
M2
A S
f
6472,5 ft Sf
Sf
6472.25 ft
Foto 4.1 Perulangan Batupasir medium (sedang) pada gambar sebelah kiri. Pada endapan
Interdisributary Bay, dengan sruktur sedimen wavy laminasi (Sf), ripple laminasi (Sr) dan
jejak fosil/burrow (M2) pada foto A, sedangkan coal fragmen pada foto B.
4% 9%
11%
Quartz
Clay
76% Pyrite
Plagioklas
Gambar 4.1 Diagram petrografi pada Side Wall Core pada kedalaman 6471 kaki.
Hasil Penelitian
10
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Foto 4.2 Foto sayatan tipis Side Wall Core, pada kedalaman 6471 kaki.
Dari hasil deskripasi diatas, interval tersusun dari paket finining upward dari
endapan batupasir sedang sampai halus, dimana pada endapan batu pasir halus terdapat
struktur jejak organisma atau burrows (M2), Endapan ini di interpertasikan sebagai
struktur sedimen berupa jejak fosil atau burrow, pada interval ini, hal ini menandakan
bahwa pada kondisi lingkungan ini adalah kering sampai terendam (sub aqeous),
kemungkinan adalah shallow water atau back swamp. Sedangkan mineral lempung
Pada interval ini tesusun dari Batupasir sisipan lanau, dimana makin kearah atas
makin menghalus (lanau) atau disebut dengan coarsening upward. Berwarna abu-abu
sampai abu-abu kehitaman, besar butir batupasir berkisar batupasir sedang hingga lanau,
yang berkembang pada interval ini adalah flat bedding (Sp), lenticular (FL), ripple
laminasi (Sr) dan jejak fosil (burrow) (M2). Tetapi pada interval ini lebih didominasi
Hasil Penelitian
11
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
6486 ft
FU
6486 ft
Siltstone
Sandstone Sp
Siltstone
6486.25
6487.75 ft
S
FL r
M2
6488 ft
6490 ft
Foto 4.2 Endapan Tidal dengan Stuktur sedimen penciri utama berupa Lenticular
(FL), flat bedding (Sp), dan bekembangnya jejak fosil (burrow) (M2), yang
berasosiasi dengan struktur sedimen ripple laminasi (Sr), dengan karakter log
finning upward (FU).
Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies Sp, FL, Sr, dan M2, maka
endapan ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan fluvial yang dipengaruhi oleh arus
tidal, yang diendapkan pada lingkungan Interdistributary Bay. Asosiasi fasies yang ada
pada interval ini, diinterpertasikan pada zona delta plain (Lower delta plain).
Sedangkan hasil analisis petrografi dari side wall core pada interval ini (6487ft)
adalah sebagai berikut: kandungan mineral kuarsa 70%, mineral lempung 12% (kolinite
Hasil Penelitian
12
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
10% dan illite 2%), plagioklas 8%, dan pirite 5%. Hal ini dapat dilihat pada diagram pie
gambar 4.2.
PETROGRAPHY
ANALISIS ANALYSIS
PETROGRAFI SUMURBDK 120
PUTRI-120
5% 12%
8%
1%
Clay
Quartz
K-Feldspar
Plagioklas
Pyrite
70%
Gambar 4.2 Diagram petrografi pada Side Wall Core pada kedalaman 6489 kaki.
Dari hasil deskripasi diatas, interval tersusun dari paket finining upward dari
endapan batupasir sedang sampai lanau, dimana pada endapan batu pasir halus terdapat
struktur jejak organisma atau burrows (M2), Endapan ini di interpertasikan sebagai
struktur sedimen berupa jejak fosil atau burrow, pada interval ini, hal ini menandakan
bahwa pada kondisi lingkungan ini adalah kering sampai terendam (sub aqeous),
kemungkinan adalah shallow water atau back swamp. Sedangkan mineral lempung
sehingga terjadi pelapukan pada mineral lempungnya. Pada interval ini terdapat mineral
Siderite, yang menandakan, bahwa supply sedimen yang berkembang pada interval ini
dari darat.
Hasil Penelitian
13
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Interval ini tersusun atas batupasir tersusun dari lanau hingga batupasir sedang,
dimana makin kearah atas makin mengkasar (coarsening upward), berwarana abu-abu
terang hingga abu-abu, basar butir pasir sedang hingga – lanau, pemilahan sedang-
pada interval ini adalah flat bedding (Sp), lenticular (FL), ripple laminasi (Sr) dan jejak
fosil (burrow) (M2). Tetapi pada interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen
lenticular. Pada interval ini terdapat pula mineral siderite dan fragmen-fragmen batubara
(coal fragment).
6580 ft
CS
Coal Fragment
FL
S
r
S
p
M2
6582.5 ft
Foto 4.3 Endapan Splay dengan Stuktur sedimen penciri berupa Lenticular (FL), flat
bedding (Sp), dan bekembangnya jejak fosil (burrow) (M2), yang berasosiasi dengan
struktur sedimen ripple laminasi (Sr), dengan karakter log coarsening upward (CS).
Hasil Penelitian
14
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies Sp, FL, Sr, dan M2, maka
endapan ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan fluvial yang dipengaruhi oleh arus
tidal terutama pada saat kondisi air laut transgresi. Sehingga menyebabkan benyaknya
pasokan supply sedimen (influx sedimen) pada suatu channel sehingga tidak tertampung
lagi pada volume channel itu sendiri, sehingga influx sedimen itu tumpah keluar dari
channel itu sendiri melewati batas tanggul alam (Levee), yang diendapkan pada
lingkungan Splay, tepatnya crevasse splay. Asosiasi fasies yang ada pada interval ini,
Core6582.5
#4 Interval
ft Kedalaman 6582.5 – 6585 Kaki.
Interval ini tersusun atas batupasir tersusun dari lanau hingga batupasir sedang,
dimana makin kearah atas makin menghalus (finning upward), berwarana abu-abu
terang hingga abu-abu kehitaman, basar butir pasir sedang hingga – lanau, pemilahan
berkembang pada interval ini adalah lenticular (FL), ripple laminasi (Sr) dan jejak fosil
(burrow) (M2). Tetapi pada interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen
lenticular. Pada interval ini terdapat pula mineral siderite dan fragmen-fragmen batubara
(coal fragment), yang merupakan penanda indikasi endapan fluvial, biasanya pada
daerah marsh.
Coal fragment
M2
Sr
Hasil Penelitian
15
6585 ft
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
FU
Foto 4.4 Endapan Tidal dengan Stuktur sedimen penciri berupa Lenticular (FL)), dan
bekembangnya jejak fosil (burrow) (M2), yang berasosiasi dengan struktur sedimen
ripple laminasi (Sr), dengan karakter log finning upward (FU).
Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies FL, Sr, dan M2, maka endapan
ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan yang berasal dari fluvial yang dipengaruhi
oleh arus tidal (tide-dominated distributary) terutama pada saat kondisi air laut
Hasil Penelitian
16
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
transgresi. Arus yang berkembang pada fase ini energi lemah, yang diikuti oleh
kenaikan muka air laut, sehingga material sedimen terendapkan sejajar dengan tanggul
alam (levee), biasanya endapannya berupa muddy sand, dan dekat dengan lingkungan
masrh. Dapat di interpertasikan bahwa lingkungan pengendapan pada interval ini adalah
tidal flat levee, yaitu pada delta plain (lower delta plain).
Interval ini tersusun atas batupasir sedang, berwarana abu-abu terang hingga abu-
abu kehitaman, basar butir pasir halus, pemilahan sedang, permabilitas dan porositas
sedang. Struktur sedimen yang berkembang pada interval ini adalah wavy lamination
(Sf), cross bedding (Sc), rip-up clast (Sc), dan jejak fosil (burrow) (M2). Tetapi pada
interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen Cross bedding (Sc). Pada interval ini
terdapat pula mineral siderite dan fragmen-fragmen batubara (coal fragment), dan
terdapat bidang kontak erosional pada bagian dasar (bottom) dari batupasir sedang
dengan batubara (coal). Hal ini menandakan hubungan ketidakselarasan antara batupasir
Pada interval ini didominasi oleh struktur sedimen cross bedding (Sr), hal ini
menandakan bahwa energi arus yang berkerja tinggi. Fasises ini sendiri berasosiasi
dengan wavy lamination (Sf) dan rip up-clast (Sr), unsur organik hanya sedikit yang
berkembang.
Sedangkan hasil analisis petrografi dari side wall core pada interval ini (6487ft)
adalah sebagai berikut: kandungan mineral kuarsa 80%, mineral lempung 8% (kolinite
8% dan terdapat jejak ubahan mineral illite), plagioklas 6%, dan pirite 2%. Hal ini dapat
Hasil Penelitian
17
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
6585 ft
6594 ft
Erosional
contact
siderite
Sr
Sf
Sr
Foto 4.5 Endapan distributary channel dengan Stuktur sedimen berupa cross bedding
(Sr)), Wavy lamination (Sf), dan rip up-clast (Sr), dimana struktur sedimen cross
bedding lebih mendominasi pada interval ini.
PETROGRAPHY
ANALISIS ANALYSIS
PETROGRAFI BDK 120
SUMUR PUTRI-120
2% 8%
6%
Clay
Quartz
Plagioklas
Pyrite
Gambar 4.2 Diagram petrografi pada Side Wall Core pada kedalaman 6586 kaki.
Dari hasil deskripasi diatas, interval tersusun dari paket endapan batupasir sedang,
dimana terdapat fragmen-fragmen batubara dan mineral siderite berwarna merah pucat,
Ini ditandai banyaknya hadirnya struktur sedimen berupa cross bedding dan minimnya
jejak fosil atau burrow dikarenakan arus pada lingkungan ini memiliki energi yang
cukup tinggi, pada interval ini, hal ini menandakan bahwa pada kondisi lingkungan ini
terendapkan sehingga terjadi pelapukan pada mineral lempungnya. Pada interval ini
terdapat mineral Siderite, yang menandakan, bahwa supply sedimen yang berkembang
Hasil Penelitian
19
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Pada interval ini keseluruhan terdiri dari batubara, berwarna hitam pekat, pemilahan
baik, porositas dan permeabilitas buruk, kilap dull, kekerasannya keras, mengandung
karbor (carbonaceous). Struktur sedimen yang berkembang pada interval batu inti ini
Pada interval ini fasies yang berkembang hanyalah Sp, hal ini menandakan bahwa
energi arus yang berkerja pada saat itu rendah, sehingga membentuk struktur sedimen
Berdasarkan dari hasil analisa deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa batubara ini
diendapkan pada daerah genag air (sub aqeous), pada lingkungan pengendapan marsh,
6594 ft
Sr
Sr
6596 ft
Foto 4.6 Endapan batubara pada lingkungan marsh dengan stuktur sedimen flat bedding
(merah), parallel lamination (hijau) (Sr).
Hasil Penelitian
20
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Interval ini tersusun atas lanau, berwarana abu-abu terang hingga abu-abu
kehitaman, basar butir pasir sangat halus, pemilahan sedang, permabilitas dan porositas
sedang. Struktur sedimen yang berkembang pada interval ini adalah wavy lamination
(Sf), ripple lamination (Sr), lenticular (Fl), flat bedding (Sp) dan jejak fosil (burrow)
(M1). Tetapi pada interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen flat bedding (Sp)
dan lenticular (FL). Pada interval ini terdapat pula mineral siderite dan pada bagian atas
fasies lanau terdapat kontak tegas selaras anatara fasies lanau dengan fasies batubara
Pada interval ini didominasi oleh struktur sedimen lenticular (FL) dan flat bedding
(Sp), hal ini menandakan bahwa energi arus yang berkerja relatif lemah dan diikuti oleh
proses pasang surut muka air laut. Fasises ini sendiri berasosiasi dengan wavy
lamination (Sf) dan ripple lamintion (Sr), unsur organik sangat berkembang, terlihat
Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies Sf, FL, Sr, Sp, dan M1, maka
endapan ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan campuran antara fluvial dan laut
yang dipengaruhi oleh arus tidal, sedangkan lingkungan pengendapan fasies lanau ini
berada pada distributary bay to mud flat marsh, karena terdapat kontak selaras antara
batubara dengan lanau. Asosiasi fasies yang ada pada interval ini, diinterpertasikan pada
zona transisi antara delta plain (Lower delta plain) dengan delta front, hal ini dilihat dari
Hasil Penelitian
21
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
6596 ft
M2
Sr
Sr
Sf
FL
6600 ft
Foto 4.7 Endapan interdistributary bay dengan Stuktur sedimen penciri berupa
Lenticular (FL), dan bekembangnya jejak fosil (burrow) (M1), yang berasosiasi dengan
struktur sedimen ripple laminasi dan flat bedding(Sr), wavy laminasi (Sf) dan burrow
(M1).
Hasil Penelitian
22
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Analisa log yang dilakukan meliputi analisa bentuk log (log shape), pola log (log
mempertimbangkan hasil analisa fasies dari data core. Hasil analisa fasies dari data core
ini, merupakan data utama , dalam penentuan marker korelasi, serta batas perubahan
boundaries.
Pada data wireline log, yang tidak memiliki data core, analisa fasiesnya dilakukan
dengan cara membandingkan karalteristik log tersebut dengan pola elekrofasies, dengan
cara analog, yaitu dengan melihat pola umum pada log yang memiliki data core
Dari hasil analisa data core dan log sumur PUTRI-120, terdapat satu perioda
5, dan FS 6 (MFS).
Penentuan marker FS_1 ini, ditarik berdasarkan analisa interpretsi log shape yang
berbentuk bell shape, finning upward, yang di dominasi oleh endapan fasies
Interdistributary Bay to mud flat marsh, hal ini dapat dilihat dalam analisa core. Pada
core interval ini litologi yang berkembang adalah siltysand-shale dengan struktur
sedimen seperti : Ripple lamination, lenticular, flat bedding, wavy lamination dan
burrow. Dan pada top facies Interdistributar Bay to mud flat, terdapat batubara (coal)
yang tererosi yang dapat dilihat dari data core. Batubara itu sendiri merupakan batubara
hitam (black coal), yang memeng terbentuk pada lingkungan marsh (insitu), ditandai
Hasil Penelitian
23
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
oleh kurva low GR, dan coal itu sendiri terbentuk secara numerus kesemua sumur
penelitian. Dan coal ini dijadikan sebagai kandidat sebagai flooding surface, karena coal
Tetapi dalam defleksi kurva pada log, tidak teridentifikasi, dengan asumsi bahwa
coal tersebut telah tererosi dan diisi oleh sand. Pada fase ini dapat di interpretasikan
bahwa endapan interdistributary bay, terjadi pada saat terjadinya muka air laut naik,
sehingga endapan fasies shale marine ini, memiliki ketebalan yang sangat tebal yaitu
Marker FS_2 ini ditarik berdasarkan dari hasil analisa core 06, sumur PUTRI-120,
oleh litologi batupasir yang tebal dengan struktur sedimen wavy lamination, ripple
lamination, rip-up clast dan trough cross bedding. Ketebalan endapan ini berkisar
kurang lebih tigapuluh kaki. Endapan Fasies Distributary Channel ini dapat dijadikan
sebagai kandidat flooding Surface yang merupakan puncak dari melemahnya energi
fluvial akibat naiknya muka air laut (baselevel rise), hal ini ditandai oleh terdapatnya
shale pada top endapan fasies Distributary Channel, yang menandakan terjadinya
Naiknya base level dapat diamati dari fasies yang sebelumnya, pada interval
sebelumnya, yang menunjukan adanya perubahan fasies dari tipe endapan marin
menjadi endapan pada posisi lower delta plain yang ditunjukan oleh fasies Distributary
Channel dimana perbandingan antara sand bengan shale lebih didominasi oleh sand, hal
ini juga ditandai mineral penciri darat, yaitu seperti mineral siderit, dan berlimpahnya
mineral kuarsa, berdasarkan analisis petrografi side wall core, pada interval ini.
Hasil Penelitian
24
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Pada data log sumur PUTRI-120, permukaan flooding surface ini dapat dilihat pada
interval kedalaman 6630 kaki, dengan karakteristik pembacaan kurva log yang
menunjukan defleksi nilai GR dan Sonic maksimum pada litologi shale, ditandai dengan
defleksi Gamma Ray maksimum kearah kanan, sedangkan kurva Sonicnya maksimum
Marker FS_3 merupakan fase regresif. Pada interval ini terdapat data core, dan pada
data core interval ini terdapat struktur sedimen berupa flat bedding, lenticular, ripple
lamintion wavy bedding dan berlimpahnya burrow. Dan pada interval ini juga terdapat
facies carbonaceous ditandai oleh adanya defleksi kurva GR yang rendah, yang terdapat
pada kurva log. Kenampakan log pada marker ini, yaitu berupa pengkasaran kearah
atas (coarsening upward), hal ini menunjukan terjadinya perubahan muka air laut dari
Dari hasil data core ini, di interpretasikan interval ini dibagi menjadi dua fasies,
yaitu Fasies Tidal Flat Levee dan Distributary Channel. Hal ini disebabkan karena
energi pada saat pengisian channel yang lemah, yang didominasi oleh sedimen asal
fluvial, diikuti oleh pengaruh surutnya muka air laut, sampai keposisi maksimum
tanggul alam (Levee) yang kemudian secara tiba-tiba muka air laut naik secara cepat
sehingga enadapan tidal levee terendapkan diatas levee, tetapi posisi endapan tidal
levee dengan channel cendrung sejajar dengan levee itu sendiri. Endapan levee itu
sendiri berupa shale yang sangat tipis, yang kemudian pada posisi diatasnya di
Naiknya base level dapat diamati dari fasies yang sebelumnya, pada interval
sebelumnya, pada interval ini yang terjadi adalah penurunan muka air laut yang
Hasil Penelitian
25
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
perubahan fasies dari tipe endapan lowerdelta plain menjadi endapan pada posisi upper
delta plain yang ditunjukan oleh Fasies Distributary Channel, hal ini juga ditandai
mineral penciri darat, yaitu seperti mineral siderit, dan berlimpahnya mineral kuarsa,
Berdasarkan hasil analog dari log dapat dilihat log shape, berupa funnel shape, yang
endapan marine shale pada posisi diatas fasies channel, dimana posisi marine shale
tersebut dijadikan kandidat flooding surface yang kedua (FS_3), hal ini juga ditandai
oleh adanya defleksi maksimum dari kurva GR yang menyimpang ke arah kanan dan
defleksi maksimum kurva sonic log (DT) yang menyimpang ke arah kiri pada interval
Marker FS_4 terdiri dari dua fase yaitu fase regresi dan transgresif, namun pada
interval ini tidak terdapat core. Namun dari hasil analisa log menunjukan defleksi
simpangan maksimum dari kurva GR dan DT. Terlihat bahwa marker FS_3, merupakan
pola penghalusan kearah atas (finning upward) secara gradual, dengan bentuk log,
Dari hasil analisa log shape, dapat di interpretasikan bahwa interval ini merupakan
fasies Tidal Distributary Channel pada fase regresi, hal ini disebabkan karena posisi
channel yang berfungsi sebagai tempat mengangkut suplay sedimen, berada dalam
posisi lower delta plain, hingga berbatasan langsung antara delta plain dengan delta
front. Sehingga pengaruh pasang surut pada keadaan ini sangat mempengaruhi. Pada
marker ini, diinterpretasikan sebagai lower delta plain yang berbatasan langsung dengan
Hasil Penelitian
26
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
delta front sehingga endapan sand lebih sedikit dibandingkan shale. Dimana Sand ini
membentuk pola funnel shape (coarsening upward), yang menandakan terjadinya fase
regresi.
Berdasarkan analisa diatas maka, maka puncak maksimum dari endapan marin
Pada marker FS_5, fase transgresi masih terus berlangsung, hal ini ditandai oleh log
shape berupa bell shape, finning upward, dan fasies yang berkembang pada interval ini
adalah fasies distributary channel. Fase transgresif ini sendiri ditandai oleh munculnya
limestone, menjadi sisipan sandstone pada interval 6350 kaki, hal ini ditandai oleh nilai
sonic yang rendah, dengan refleksi kearah kanan dengan bentuk karakter spiky, namun
tidak numerus keseluruh sumur daerah penelitian, kemungkinan limestone ini sudah
tererosi dan kemudian diikuti endapan sand. Penentuan Marker ini sendiri didasarkan
atas nilai defleksi maksimum dari kurva Gamma Ray dengan Kurva Sonic, dari litologi
shale.
Pada marker ini dapat di interpertasilkan bahwa lingkungan pengendapan pada fase
ini masih berada di lower delta plain, hal ini dilihat pula dari sand shale rasionya dimana
shale, lebih dominan dibandingkan sand, walaupun tebal sand dengan shale relatif sama.
Marker FS_6 dijadikan kandidat flooding surface, selain oleh karena nilai defleksi
maksimum dari GR dan DT, juga oleh sebaran brown coal yang tersebar dibeberapa
sumur penelitian. Brown coal ini, dapat di identifikasi dari nilai Gamma Ray yang
tinggi dengan arah defleksi kearah kanan, brown coal ini adalah merupakan fragmen-
fragmen coal, yang berasal dari black coal yang tererosi, dan kemudian tertransportasi.
Hasil Penelitian
27
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Pada Marker FS_6 bentuk log berupa funnel shape, yang merupakan pertanda
terjadinya fase regresi, yang kemudian mengerosi coal yang berada pada upper delta
Fasies yang berkembang pada fase ini adalah fasies Interdistributary Bay, hal ini
dapat dilihat langsung dari data core, yang memiliki struktur sedimen seperti flat
Sedangkan dari hasil analisa petrografi side wall core, terdapat mineral kuarsa,
dimana mineral kuarsa ini, mendominasi dari pada mineral-mineral lainnya, dan
terdapat mineral siderit pada interval ini yang merupakan penciri utama dari endapan
sedimen darat.
Marker FS_7, pada marker interval ini, tidak terdapat data core. Marker FS_7 ini
ditarik berdasarkan hasil interpretasi analisa log yang mengambarkan fase terjadinya
transgresi muka air laut, hal ini dapat dilihat dari log shapenya yang berupa cylindrical
dimana defleksi kurvanya rata-rata bernilai tinggi, yang mengambarkan bahwa litologi
pada interval ini adalah clean shale. Berdasarkan nilai simpangan yang paling
maksimum pada gamma ray dan sonic ini , maka dijadikanlah pada kedalaman 6425
Pada interval ini fasies yang berkembang adalah fasies marine shale, dapat dilihat
dalam log bahwa pada interval ini didominasi oleh shale, yang menunjukan fase
transgresi yang ditandai oleh berlimpahnya endapan shale yang cukup tebal, yang
Dari hasil analog pada interval yang sebelumnya terdapat endapan Interdistributary
Bay pada lower deltaplain, yang disebabkan oleh fase regresif, sedangkan pada fase
Hasil Penelitian
28
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
merupakan bay, berubah menjadi endapan marin, pada lingkungan delta front, yang
Pada Marker FS_8, tidak terdapat data core, sehingga untuk dapat
menginterpretasikan, maka penulis mengunakan karakter log, dari bertuk log shape
untuk menginterpertasi fasies, litologi dan lingkungan pengendapan. Pada interval 6410
kaki dijadikan sebagai kandidat batas Flooding Surface (FS_8), dan juga merupakan
batas maksimum dari flooding surface, yang dikenal sebagai Maksimum Flooding
Surface (MFS). Bentuk log pada interval ini adalah cylindrical yang ditandai oleh clean
shale, dan pada bagian atas shale terdapat fasies carbonaceous berupa brown coal, yaitu
Fasies pada interval ini merupakan fasies marine shale, yang ditandai oleh tebalnya
endapan shale, dengan ketebal kuarang lebih 20 kaki, yang merupakan ciri terjadinya
fase transgresi masih terus berlanjut dari interval yang sebeslumnya. Dan terdapat fasies
carbonaceous brown coal pada interval ini, yang telah tertransportasi dari sumbernya
yaitu yang berasal dari delta plain. Fasies marine shale ini, biasanya terendapkan pada
Hasil Penelitian
29
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Gambar 4.3 Pembagian Zona Reservoar, pada sumur PUTRI-120, Formasi Balikpapan,
Berdasarkan Konsep Sikuen Stratigrafi.
Hasil Penelitian
30
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
Dari hasil analisa bentuk log (log shape), pola log, dan perubahan defleksi,
Perubahan siklus pengendapan pada sumur PUTRI-120 dapat dibagi menjadi tujug
Parasikuen Set A terdiri dari paket sand tebal dan shale yang agak tebal, dengan
karakteristik menghalus keatas (Bell shape). Pada bagian atas dibatasi oleh shale dengan
pembacaan Gamma Ray (GR) yang tinggi (marker FS_2) dan dibagian bawah dibatasi
Parasikuen set B ini, terdiri dari paket sand yang sangat tebal dimana terdapat
sisipan shale dan coal pada bagian paling bawahnya, dengan karakteristik log
menghalus kearah atas (Bell shape). Pada bagian atas dibatasi oleh shale, yaitu dengan
pembacaan GR, yang tinggi (marker FS_3), dan pada bagian bawah dibatasi oleh black
coal, yaitu ditandai oleh pembacaan kurva GR, Sonic (DT) yang tinggi dan Kurva
Parasikuen set C terdiri dari dominan shale, dimana sand merupakan sisipan pada
interval ini. Karakteristik log pada interval ini membentuk funnel shape yaitu defleksi
kurva Gamma Ray kearah kanan, dan Resistivity kearah kiri dan menujukan
pengkasaran kearah atas (coarsening upward). Pada bagian atas parasikuen C ini,
dibatasi oleh marker merah dan bagian bawah dibatasi oleh marker biru yang
merupakan batas antara tipe mengkasar kearah atas dengan menghalus kearah atas
Hasil Penelitian
31
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
(finning upward), dimana penghalusan kearah atas yang berupa shale dengan GR yang
Parasikuen set D terdiri dari sand dan shale yang tebal, dengan karakteristik log
berbentuk Bell Shape, dengan pola umum pembacaan kurva Gamma Ray dan
Resistivity penghalusan kearah atas (finning upward). Batas atas parasikuen set D pada
bagian ini, dibatasi oleh shale dengan pembacaan GR yang tinggi (marker FS_5)
sedangkan bagian bawah pada prasukuen set D dibatasi dengan batas antara sand dan
shale.
Parasikuen set E terdiri dari shale yang tebal, dimana terdapat perubahan
gradasional dari shale ke sand ke arah atas yang kemudian di tutupi oleh brown coal.
Karakteristik log pada parasikuen ini berupa pengkasaran ke arah atas (funnel shape),
batas atas parasikuen E ini, dobatasi oleh brown coal, sedangkan bagian bawah dibatasi
Parasikuen set F terdiri clean shale yang tebal, memiliki karakteristik cylindrical
shape, dan batas atas parasikuen ini dibatasi oleh shale dengan pembacaan kurva GR
dan DT yang tinggi, demikian pula dengan batas bawah parasikuen ini di batasi oleh
shale dengan pembacaan kurva yang sama seperti pada bagian atas parasikuen.
Parasikuen set G ini, terdiri clean shale yang tebal, memiliki karakteristik cylindrical
shape, dan batas atas parasikuen ini dibatasi oleh shale dengan pembacaan kurva GR
Hasil Penelitian
32
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
dan DT yang tinggi, demikian pula dengan batas bawah parasikuen ini di batasi oleh
shale dengan pembacaan kurva yang sama seperti pada bagian atas parasikuen.
Dari hasil analisa sumur kunci PUTRI-120, yang memiliki analisa batuan inti,
stacking pattern dan bentuk log, diperoleh gambaran urutan fasies serta batas-batas
bidang kesamaan waktu seperti Flooding Surface (FS), Maximum Flooding Surface
mengetahui penyebaran dan perubah fasies secara lateral. Perubahan vertikal dan lateral
siklus sikuen.
parasikuen set menurut pattern log, terkadang batas dari parasikuen dibatasi oleh
batubara, dimana batubara ini dapat dijadikan marker untuk korelasi. Namun marker ini
tidaklah selamanya menerus, tetapi korelasi marker ini dapat disebandingkan dengan
carbonaceous shale yang ditunjukan oleh kemiripan pola Gamma Ray, Sonic, Neutron
dan Resistivity. Kadang-kadang marker ini benar-benar hilang, yang disebabkan oleh
Korelasi dibuat dengan pola grid dengan arah utara-selatan dan barat timur, dan
beberapa sumur dijadikan titik ikat (perpotongan antara penampang vertikal dan
horizontal). Korelasi utara dan selatan terdiri dari satu jalur korelasi yaitu P-P’, dan
korelasi pada barat-timur terdapat dua jalur korelasi yaitu : C-C’ dan I-I’.
Hasil Penelitian
33
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
perubahan muka air laut dan energi yang berkerja pada saat terjadinya sedimentasi pada
saat itu, hal ini erat hubungannya dengan suplai sedimen dan akomodasi. Analisa ini
berdasarkan dari hasil analisa fasies pada batuan inti yang didukung oleh analisa betuk
dan pola log. Urutan analisa vertikal ini dimulai dari parasikuen set yang paling bawah
blocky, dengan bentuk log shape bell shape, yang terdiri sand yang bertumpuk cukup
tebal yang kemudian menghalus keatas, yang terdiri dari shale yang cukup tebal pula.
oleh tidal dan pada parasikuen set A fasies distributary channel sangat berkembang. Bila
dilihat dari log shape pada parasikuen A, dapat dianalisa bahwa energi yang
Hasil analisa core pada parasikuen set A ini terlihat bahwa pada parasikuen A ini,
terjadi penghalusan kearah atas (finning upward), dan terdapat pula berlimpahnya jejak
fosil (burrow) yang menandakan bahwa pada saat terjadinya suplai material sedimen,
dipengaruhi pula, oleh pengaruh pasangsurut muka air laut. Sedangkan fasiesnya
environment pada parasikuen set A terdiri dari emapat fasies yaitu Fasies
Interdistributary Bay to Mud Flat Marsh, Fasies Distributary Channel, Fasies Tidal Flat
Levee dan Fasies Splay. Hal ini menceritakan bahwa fasies yang terlebih dahulu
dilingkungan rawa, yang kemudian terjadi kenaikan muka air laut yang relatif rendah
sehingga fasies Interdistributary Bay to Mud Flat tersebut tererosi yang kemudian
berkembangnya endapan Fasies Distributary Channel, dan karena kenaikan muka air
laut terjadi relatif tinggi sehingga endapan Distributary Channel, dipengaruhi oleh
Hasil Penelitian
34
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E
pasangsurut dengan energi yang rendah, dan terbentuklah endapan fasies Tidal Flat
Levee. Endapan Fasies Tidal Levee ini sendiri mempunyai geometri channel, dan
memiliki volume yang terbatas, untuk menampung suplai sedimen, sehingga Levee
yang bertindak sebagai tanggul alam, tidak mampu lagi menampung posokan sedimen
yang akan teredapakan dalam channel tersebut sehingga meluaplah suplai sedimen
melewati batas Levee, yang kemudian membentuk endapan Fasies Levee. Kemudian
terjadi kenaikan muka air yang laut relatif tinggi, sehingga ke empat endapan fasies ini,
yang merupakan dominasi dari endapan fluvial, tertutupi oleh endapan shale marine,
pada saat terjadinya muka air laut naik. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa fasies
suksesi dari endapan ini adalah Upper Delta Plain, hal ini juga tidak lepas dari
interpretasi sand shale ratio, pada parasikuen set A. Seiring muka air laut naik
terendapkanlah shale marin namun pada saat terjadinya penurunan muka air laut dengan
tiba-tiba yang diatandai dengan pola log blocky dan ditandai juga dengan terbentuklah
fasies black coal, batas maksimum dari endapan marine tersebut dijadikan marker FS_2,
dengan ketentuan memiliki nilai gamma ray (GR) dan Sonic (DT) yang maksimum.
sedangkan batas maksimum dari FS_1 diinterpretasikan sama seperti pendekatan diatas.
Setelah terjadinya penuruan muka air laut secara tiba-tiba (regresi), kemudian
Hasil Penelitian
35