Anda di halaman 1dari 35

Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Batuan Inti

Analisa batuan inti dilakukan pada sumur PUTRI-120 sebagai sumur kunci karena

pada lapangan Badak ini hanya sumur PUTRI-120 yang memiliki data batuan inti

(core), dimaksudkan untuk mengetahui lingkungan pengendapan, perubahan vertikal

pada siklus pengendapan.

Hasil interpretasi dari data core ini dipadukan dengan data log untuk menentukan

marker, batas kesamaan waktu dan ketidakselarasan yang berguna dalam korelasi dan

penentuan perubahan secara lateral dari pengendapan, Perpaduan antara hasil log dan

hasil analisa pada sumur PUTRI-120 akan dijadikan acuan untuk dasar analisa sumur

lainnya.

4.1.1 Analisa Litofasies

Data batuan inti (core) merupakan data utama yamg sangat penting dalam analisa

fasies. Dibandingkan dengan data lainnya seperti log dan seismik, pada daerah

penelitian tidak terdapat data seismik. Data batuan inti ini lebih memberikan informasi

yang nyata, lengkap dan lebih detail. Secara harfiah arti fasies adalah kenempakan atau

karekteristik yang terdapat dalam suatu tubuh batuan yang dapat dibedakan dengan

tubuh batuan lainnya, yaitu berdasarkan perbedaan karakteristik fisik, kimia dan biologi

(Boggs,1987).

Sebagian dasar penentuan fasies dan analisanya, penulis mengunakan pembanding

klasifikasi dari beberapa peneliti sebelumnya yaitu klasifikasi menurut Mc. Gardner

Hasil Penelitian
1
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

(1998), Colin P. North dan Katy S. Tylor (1996), A. Hallam (1980), dan Andrew D.

Miall(1978).

Dari hasil deskripsi batuan inti pada sumur PUTRI-120 secara garis besar variasi

fasies utama berdasarkan besar butir (tekstur) dan kandungan karbon (komposisi) yaitu

fasies batubara dan lanau karbonan, fasies siltstone, dan fasies batupasir. Fasies-fasies

tersebut dibagi-bagi lagi menjadi lebih kecil (sub-fasies) untuk mempermudah

analisanya.

4.1.1.1 Fasies Batubara dan carbonaceous siltstone

 Fasies Batubara Tua (C)

Fasies ini dicirikan oleh warna hitam gelap, berstuktur clatty atau blocky, fragile,

terdapat struktur sedimen berupa parallel laminasi (<0,1 Inch) memiliki kilap (vitrous),

kadang setempat-setempat berasosiasi dengan mineral sidertic yang terdapat nodul

lempung didalamnya. Kandungan sideritic yang memiliki nodul lempung, pada

batubara memiliki kaitan dengan lingkungan pengendapannya, dimana sideritc ini

merupakan mineral penciri dari daratan, sedangkan nodul lempung itu sendiri erat

kaitannya dengan lingkungan laut, dalam hal ini kemungkian nodul lempung itu

terbentuk pada saat terjadi transgressive flooding surface. Sedangkan struktur sediment

yang ada bahwa arus yang berkembang pada fasies ini adalah arus traksi regime aliran

bawah, diman arur tesebut cendrung tenang. Barubara ini sendiri terendapkan

dilingkungan sub-aerial dan terbentuk pada lingkungan yang lembab, dimana terdapat

koloni tumbuhan diatasnya seperti daerah delta plain, interdistributary bay.

Hasil Penelitian
2
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

 Carbonaceous siltstone

Fasies ini dicirikan dengan hadirnya siltystone dengan kandungan karbon yang

sangat tinggi (hampir seperti batubara) dengan warna abu-abu gelap – kehitaman. Tidak

memiliki kilap (earth luster), berstruktur blocky.

Carbonaceous siltystone terbantuk pada lingkungan yang relatif basah sampai

tergenang, dengan vegetasi tumbuhan didalamnya namun masih dipengaruhi oleh

endapan klastik halus yang diendapkan pada arus suspensi secara bertahap (Haszeldine,

R.S.,1989). Carbonaceous siltstone dapat terbentuk pada daerah rawa, interdistributary

bay to mud flat marsh.

4.1.1.2 Fasies Sedimen Sandy mudstone (Fl)

Proses pengendapan dan kompaksi sediment halus sangat dipengaruhi oleh beberapa

kondisi lingkungan tempat diendapkan, apakah dalam lingkungan basah, kering,

ataupun terendam, dan juga proses yang berkerja diatasnya seperti vegetasi dan aktivitas

organisma. Fasies ini didominasi arus traksi ataupun suspensi dimana secara proses

pengendapan terjadi secara bertahapatau berkala dan pada fasies ini biasanya

didominasi oleh energi yang lemah. Fasies ini sendiri dibagi menjadi tujuh subfasies

berdasarkan struktur sedimennya (Andrew D. Mial, 1978), yaitu sbb:

 Sandy Mudstone Berstruktur Sedimen Lenticular (Lc)

Litologi pada fasies ini didominasi oleh perselingan antara batupasir dan lanau.

Lenticular merupakan struktur khas yang mencirikan lingkungan yang dipengaruhi

pasang surut (tidal). Bentuk endapan lenticular dicirikan oleh perlapisan lanau dimana

didalamnya terdapat lensa-lensa batupasir, dengan struktur yang membentuk paralel

laminasi.(Hallam, 1980).

Hasil Penelitian
3
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

 Sandy Mudstone Berstruktur Sedimen Paralel Laminasi (Sp)

Litologi pada 6599 - 6600 kaki tepatnya pada posisi paling bawah dari batuan inti,

didominasi oleh lanau, dengan sorting yang sedang-buruk. Terbentuk karena perbedaan

ukuran dan pemilahan berat jenis dari endapan mineral berat (Gersib dan McLibe,

1981). Fasies ini diendapkan pada kondisi upper-transitional flow regim, ketika endapan

terdegradasi secara vertical ,biasanya terjadi pada endapan channel fluvial atau pada

endapan bar tops (Colin P. North dan Katy S. Tylor, 1996), atau bias juga

diinterpertasikan sebagai endapan overbank atau endapan hasil wanning flood yang

diikuti fall out suspension (Andrew D. Miall, 1978).

 Sandy Mudstone Berstruktur Sedimen Ripple laminasi (Sr)

Litologi pada fasies ini didominasi oleh lanau dielingi oleh laminasi karbon, lamina

menunjukan asimetric ripple yang merupakan hasil dari migrasi current ripple pada

regime aliran bawah dan dekat dengan water table sehingga terpengaruh oleh riak arus

(Colin P.North dan Katy S.Tylor, 1996).

Struktur ripple biasanya terbentuk pada channel fill deposit dan kadang berasosiasi

dengan lensa-lensa planar crossbed. Kadang struktur climbing ripple juga ditemukan

yang merupakan hasil suspension fallout pada saat waning flow (Andrew D.Miall,

1978). Biasanya besar butir pada fasies ini menghalus keatas.

 Sandy Mudstone Berstruktur Sedimen wavy badding (Sf)

Lapisan pada unit ini didominasi oleh lanau sisipan batupasir halus dangan

pemilahan sedang sampai buruk. Terdapat pula laminasi asimetric ripple karbon ripple

yang merupakan hasil dari migrasi current ripple pada regime aliran bawah dan dekat

Hasil Penelitian
4
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

dengan water table sehingga terpengaruh oleh riak arus (Colin P.North dan Katy

S.Tylor, 1996).

Struktur wavy biasanya terbentuk pada disributary channel, Indistributary Bay, tidal

flat levee, dan interdistributy bay to mud flat, biasanya struktur sedimen ini berasosiasi

dengan struktur sedimen current ripple dan paralel laminasi. Mekanisme arus yang

berperan pada struktur sedimen ini adalah arus traksi regime alir bawah dimana energi

arus mulai melemah secara bertahap.

 Sandy Mudstone Berstruktur Sedimen Burrowed (M1)

Litologi pada fasies ini, masih didominasi oleh lanau sisipan batupasir halus,

berwarna putih sampai kehitaman. Fasies ini didirikan dengan kelimpahan jejak

aktivitas organima (burrow), dan diendapkan di daerah yang humid antara subaerial

sampai dengan aqueous sehingga seringkali berasosiasi dengan fasies rootlet maupun

carbonaceous (Gardner, 1998). Batas aqueous (swampy area) lebih ditandai dengan

perubahan yang berangsur dari jenis burrow lingkungan dangkal menjadi burrow

lingkungan dalam, sedangkan batas dari subterestrial lebih jelas dengan ditandai dengan

roolet yang melimpah.

4.1.2 Fasies Sedimen Batupasir

Penulis membagi fasies batupasir menjadi enam subfasies berdasarkan struktur

sedimen yang berkembang didalamnya (Andrew D. Mial), yaitu berupa:

 Batupasir Berstruktur Sedimen wavy bedding (Sf)

Lapisan pada unit ini didominasi oleh batupasir sedang sampai halus dangan

pemilahan baik sampai sedang. Struktur wavy biasanya terbentuk pada fasies

lingkungan disributary channel dan biasanya struktur sedimen ini berasosiasi dengan

Hasil Penelitian
5
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

struktur sedimen cross laminasi dan paralel laminasi. Mekanisme arus yang berperan

pada struktur sedimen ini adalah arus yang berenergi kuat, dimana struktur sediment ini

juga berasosiasi dengan struktur sedimen laminasi.

 Batupasir Berstruktur Sedimen Burrowed (M2)

Litologi pada fasies ini, didominasi oleh batupasir sedang sampai halus, berwarna

putih sampai kehitaman. Fasies ini didirikan dengan kelimpahan jejak aktivitas

organisma (burrow), an diendapkan di daerah yang humid antara subaerial sampai

dengan aqueous sehingga seringkali berasosiasi dengan fasies rootlet maupun

carbonaceous (Gardner, 1998). Batas aqueous (swampy area) lebih ditandai dengan

perubahan yang berangsur dari jenis burrow lingkungan dangkal menjadi burrow

lingkungan dalam, sedangkan batas dari subterestrial lebih jelas dengan ditandai dengan

roolet yang melimpah.

 Batupasir Berstruktur Sedimen Lenticular (FL)

Litologi pada fasies ini didominasi oleh batupasir sedang. Lenticular merupakan

struktur khas yang mencirikan lingkungan yang dipengaruhi pasang surut (tidal).

Bentuk endapan lenticular dicirikan oleh perlapisan lanau dimana didalamnya terdapat

lensa-lensa batupasir, dengan struktur yang membentuk parallel laminasi.(Hallam,

1980).

 Batupasir Berstruktur Sedimen Ripple laminasi (Sr)

Litologi pada fasies ini didominasi oleh batupasir sedang, lamina menunjukan

asimetric ripple yang merupakan hasil dari migrasi current ripple pada regime aliran

bawah dan dekat dengan water table sehingga terpengaruh oleh riak arus (Colin P.North

dan Katy S.Tylor, 1996).

Hasil Penelitian
6
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Struktur ripple biasanya terbentuk pada channel fill deposit dan kadang berasosiasi

dengan lensa-lensa planar crossbed. Kadang struktur climbing ripple juga ditemukan

yang merupakan hasil suspension fallout pada saat waning flow (Andrew D.Miall,

1978). Biasanya besar butir pada fasies ini menghalus keatas.

 Batupasir Berstruktur Sedimen Paralel Laminasi dan Flat Bedding (Sp)

Fasies ini dijadikan satu kesatuan, karena pada terjadi satu kesamaan proses ke

terjadiannya dan kesamaan ukuran butir. Dimana pada proses keterjadiannya sama-sama

pada arus traksi bagian atas dengan regim aliran bawah yang lebih berkembang.

(Miall(1978, 1996)

Litologi batuan inti, didominasi oleh batupasir sedang-halus sisipan lanau, dengan

sorting yang baik-buruk. Terbentuk karena perbedaan ukuran dan pemilahan berat jenis

dari endapan mineral berat (Gersib dan McLibe, 1981). Fasies ini diendapkan pada

kondisi upper-transitional flow regim, ketika endapan terdegradasi secara vertical

,biasanya terjadi pada endapan channel fluvial atau pada endapan bar tops (Colin P.

North dan Katy S. Tylor, 1996), atau bisa juga diinterpertasikan sebagai endapan

overbank atau endapan hasil wanning flood yang diikuti fall out suspension (Andrew D.

Miall, 1978). Sedangkan fasies batupasir flat bedding, didominasi oleh batupasir sisipan

lanau, dengan sorting baiksampai buruk, dimana terdapat paralel laminasi pada bagian

bawah batu inti. Fasies flat bedding ini terbentuk oleh adanya pengendapan secara

bertahap dimana proses kenaian muka air sungai relatif kecil bahkan sangat kecil

sehingga membentuk struktur perlapisan yang tipis memiliki ketebalan antara lamina

(0.1-0.6 Inch)-medium bed (0.6-1.6 Inch). Fsasies ini basanya terbentuk pada daerah

pasangsurut atau Tidal.

Hasil Penelitian
7
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

 Batupasir Berstruktur Sedimen Trough Cross Bedding dan Rip-Up Clast(Sc).

Fasies batupasir berstuktur sedimen trough cross bedding dan rip-up clast (Sc)

dijadikan menjadi satu kesatuan fasies, karena pada saat terbentuknya kedua struktur

sedimen ini terjadi pada saatarus traksi berenergi tinggi, tetapi berada posisi regime

aliran bawah (Miall, 1978,1996)

Litologi pada fasies ini didominasi oleh batupasir sedang berwarna abu-abu

kecoklatan, dengan sorting sedang, dimana fasies ini berasosiasi dengan struktur

sedimen wavy laminasi, paralel laminasi dan rip-up clast, dimana biasanya pada paralel

laminasi terdapat bidang kontak erosional antara parallel laminasi dengan cross

bedding. Fasies ini menandakan bahwa energi yang berkerja pada saat pembentukan

struktur sedimen ini, termasuk dalam arus traksi regime aliran atas, tetapi berada dalam

bagian arus bagian bawahnya, pada umumnya terbentuk pada lingkungan air dangkal,

tepatnya pada bagian dasarnya. Biasanya fasies ini terbentuk pada fluvial sand bodies,

distributary channel, dan distributary mouth bar.

Litologi pada fasies rip-up clast ini masih didominasi oleh batupasir sedang,

berwarna abu-abu kecoklatan, dengan sorting sedang. Struktur sedimen ini berasosiasi

dengan struktur sedimen berupa wavy laminasi dan cross bedding. Mekanisme

terbentuknya struktur sedimen ini diakibatkan karena belum terlitifikasinya lanau secara

sempurna, kemudian diendapkan lagi sedimen yang memilki ukuran butir yang lebih

besar dari lanau sehingga meterial yang mempunyai ukuran butir yang lebih kasar atau

pun lebih besar, menggerus bagian bawah dari material lanau dan berasosiasi secara

sempurna dan tersedimentasikan kembali secara sempurna dalam atu tubuh batuan yang

sama, biasanya ini terjadi antara batupasir dengan lempung ataupun lanau, sehingga

Hasil Penelitian
8
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

terkesan seperti nodul. Baisanya fasies ini diendapkan di distributary channel, atau pun

distributary mouth bar.

4.1.3 Deskripsi Batuan Inti dan Interpertasi Fasies

 Core #1 Interval Kedalaman 6470 – 6475 Kaki

Hubungan fasies perlapisan ini tersusun atas perlapisan-perlapisan, atau sering

disebut satu paket perlapisan (bedset), berupa perulangan batupasir sedang, dengan

karakter fining upward. Batupasir ini sendiri berwarna abu-abu, dengan ukuran butir

sangat halus sampai sedang, pemilahan sedang, porositas sedang sampai buruk. Struktur

sedimen yang berkembang pada core interval ini adalah wavy bedding (Sf), ripple

laminasi (Sr), dan burrow (M2). Tetapi struktur sedimen yang paling mendominasi pada

interval ini adalah wavy laminasi (Sf) dan ripple laminasi (Sr). Pada core interval ini

terdapat pula fragmen-fragmen batubara, berupa lensa-lensa tipis.

Sedangkan hasil analisis petrografi dari side wall core pada interval ini (6471ft)

adalah sebagai berikut: kandungan mineral kuarsa 76%, mineral lempung 9% (kolinite

9% dan illite ini masih berupa trace, proses perubahan dari mineral illsmec), plagioklas

11%, dan pirite 4%. Hal ini dapat dilihat pada diagram pie gambar 2.4.

Bila dilihat dari asosiasi fasies yang berkembang pada interval ini adalah Sf, Sr dan

M2. Hal ini menandakan bahwa fasies ini berkembang pada lingkungan Interdistributary

Bay, pada zona delta plain (Lower delta plain).

Hasil Penelitian
9
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

6470,5 ft 6470.25 ft
Coal Fragment

B
B
.

6471.75 ft 6471.75 ft

S
r

M2

A S
f

6472,5 ft Sf

Sf

6472.25 ft

Foto 4.1 Perulangan Batupasir medium (sedang) pada gambar sebelah kiri. Pada endapan
Interdisributary Bay, dengan sruktur sedimen wavy laminasi (Sf), ripple laminasi (Sr) dan
jejak fosil/burrow (M2) pada foto A, sedangkan coal fragmen pada foto B.

PETROGRPHY ANALYSIS BDK-120

4% 9%
11%

Quartz
Clay
76% Pyrite
Plagioklas

Gambar 4.1 Diagram petrografi pada Side Wall Core pada kedalaman 6471 kaki.

Hasil Penelitian
10
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Foto 4.2 Foto sayatan tipis Side Wall Core, pada kedalaman 6471 kaki.

Dari hasil deskripasi diatas, interval tersusun dari paket finining upward dari

endapan batupasir sedang sampai halus, dimana pada endapan batu pasir halus terdapat

struktur jejak organisma atau burrows (M2), Endapan ini di interpertasikan sebagai

lingkungan pengendapan Interdistributary Bay. Ini ditandai banyaknya hadirnya

struktur sedimen berupa jejak fosil atau burrow, pada interval ini, hal ini menandakan

bahwa pada kondisi lingkungan ini adalah kering sampai terendam (sub aqeous),

kemungkinan adalah shallow water atau back swamp. Sedangkan mineral lempung

berupa kolinite, menandakan bahwa pernah tersingkapnya batuan setekah terendapkan

sehingga terjadi pelapukan pada mineral lempungnya.

 Core #2 Interval Kedalaman 6486 – 6490 Kaki

Pada interval ini tesusun dari Batupasir sisipan lanau, dimana makin kearah atas

makin menghalus (lanau) atau disebut dengan coarsening upward. Berwarna abu-abu

sampai abu-abu kehitaman, besar butir batupasir berkisar batupasir sedang hingga lanau,

pemilahan sedang-buruk, permabilitas dan porositas sedang-buruk. Struktur sedimen

yang berkembang pada interval ini adalah flat bedding (Sp), lenticular (FL), ripple

laminasi (Sr) dan jejak fosil (burrow) (M2). Tetapi pada interval ini lebih didominasi

oleh struktur sedimen lenticular.

Hasil Penelitian
11
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

6486 ft
FU
6486 ft
Siltstone
Sandstone Sp

Siltstone

6486.25

6487.75 ft

S
FL r

M2

6488 ft
6490 ft

Foto 4.2 Endapan Tidal dengan Stuktur sedimen penciri utama berupa Lenticular
(FL), flat bedding (Sp), dan bekembangnya jejak fosil (burrow) (M2), yang
berasosiasi dengan struktur sedimen ripple laminasi (Sr), dengan karakter log
finning upward (FU).

Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies Sp, FL, Sr, dan M2, maka

endapan ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan fluvial yang dipengaruhi oleh arus

tidal, yang diendapkan pada lingkungan Interdistributary Bay. Asosiasi fasies yang ada

pada interval ini, diinterpertasikan pada zona delta plain (Lower delta plain).

Sedangkan hasil analisis petrografi dari side wall core pada interval ini (6487ft)

adalah sebagai berikut: kandungan mineral kuarsa 70%, mineral lempung 12% (kolinite

Hasil Penelitian
12
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

10% dan illite 2%), plagioklas 8%, dan pirite 5%. Hal ini dapat dilihat pada diagram pie

gambar 4.2.

PETROGRAPHY
ANALISIS ANALYSIS
PETROGRAFI SUMURBDK 120
PUTRI-120

5% 12%
8%
1%
Clay
Quartz
K-Feldspar
Plagioklas
Pyrite

70%

Gambar 4.2 Diagram petrografi pada Side Wall Core pada kedalaman 6489 kaki.

Dari hasil deskripasi diatas, interval tersusun dari paket finining upward dari

endapan batupasir sedang sampai lanau, dimana pada endapan batu pasir halus terdapat

struktur jejak organisma atau burrows (M2), Endapan ini di interpertasikan sebagai

lingkungan pengendapan Interdistributary Bay. Ini ditandai banyaknya hadirnya

struktur sedimen berupa jejak fosil atau burrow, pada interval ini, hal ini menandakan

bahwa pada kondisi lingkungan ini adalah kering sampai terendam (sub aqeous),

kemungkinan adalah shallow water atau back swamp. Sedangkan mineral lempung

berupa kolinite, menandakan bahwa pernah tersingkapnya batuan setelah terendapkan

sehingga terjadi pelapukan pada mineral lempungnya. Pada interval ini terdapat mineral

Siderite, yang menandakan, bahwa supply sedimen yang berkembang pada interval ini

dari darat.

Hasil Penelitian
13
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

 Core #3 Interval Kedalaman 6580 – 6582.5 Kaki

Interval ini tersusun atas batupasir tersusun dari lanau hingga batupasir sedang,

dimana makin kearah atas makin mengkasar (coarsening upward), berwarana abu-abu

terang hingga abu-abu, basar butir pasir sedang hingga – lanau, pemilahan sedang-

buruk, permabilitas dan porositas sedang-buruk. Struktur sedimen yang berkembang

pada interval ini adalah flat bedding (Sp), lenticular (FL), ripple laminasi (Sr) dan jejak

fosil (burrow) (M2). Tetapi pada interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen

lenticular. Pada interval ini terdapat pula mineral siderite dan fragmen-fragmen batubara

(coal fragment).

6580 ft

CS

Coal Fragment

FL

S
r
S
p
M2

6582.5 ft

Foto 4.3 Endapan Splay dengan Stuktur sedimen penciri berupa Lenticular (FL), flat
bedding (Sp), dan bekembangnya jejak fosil (burrow) (M2), yang berasosiasi dengan
struktur sedimen ripple laminasi (Sr), dengan karakter log coarsening upward (CS).

Hasil Penelitian
14
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies Sp, FL, Sr, dan M2, maka

endapan ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan fluvial yang dipengaruhi oleh arus

tidal terutama pada saat kondisi air laut transgresi. Sehingga menyebabkan benyaknya

pasokan supply sedimen (influx sedimen) pada suatu channel sehingga tidak tertampung

lagi pada volume channel itu sendiri, sehingga influx sedimen itu tumpah keluar dari

channel itu sendiri melewati batas tanggul alam (Levee), yang diendapkan pada

lingkungan Splay, tepatnya crevasse splay. Asosiasi fasies yang ada pada interval ini,

diinterpertasikan pada zona delta plain (Lower delta plain).

 Core6582.5
#4 Interval
ft Kedalaman 6582.5 – 6585 Kaki.

Interval ini tersusun atas batupasir tersusun dari lanau hingga batupasir sedang,

dimana makin kearah atas makin menghalus (finning upward), berwarana abu-abu

terang hingga abu-abu kehitaman, basar butir pasir sedang hingga – lanau, pemilahan

sedang-buruk, permabilitas dan porositas sedang-buruk.FL


Struktur sedimen yang

berkembang pada interval ini adalah lenticular (FL), ripple laminasi (Sr) dan jejak fosil

(burrow) (M2). Tetapi pada interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen

lenticular. Pada interval ini terdapat pula mineral siderite dan fragmen-fragmen batubara

(coal fragment), yang merupakan penanda indikasi endapan fluvial, biasanya pada

daerah marsh.

Coal fragment

M2

Sr

Hasil Penelitian
15
6585 ft
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

FU

Foto 4.4 Endapan Tidal dengan Stuktur sedimen penciri berupa Lenticular (FL)), dan
bekembangnya jejak fosil (burrow) (M2), yang berasosiasi dengan struktur sedimen
ripple laminasi (Sr), dengan karakter log finning upward (FU).

Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies FL, Sr, dan M2, maka endapan

ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan yang berasal dari fluvial yang dipengaruhi

oleh arus tidal (tide-dominated distributary) terutama pada saat kondisi air laut

Hasil Penelitian
16
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

transgresi. Arus yang berkembang pada fase ini energi lemah, yang diikuti oleh

kenaikan muka air laut, sehingga material sedimen terendapkan sejajar dengan tanggul

alam (levee), biasanya endapannya berupa muddy sand, dan dekat dengan lingkungan

masrh. Dapat di interpertasikan bahwa lingkungan pengendapan pada interval ini adalah

tidal flat levee, yaitu pada delta plain (lower delta plain).

 Core #5 Interval Kedalaman 6585 – 6594 Kaki

Interval ini tersusun atas batupasir sedang, berwarana abu-abu terang hingga abu-

abu kehitaman, basar butir pasir halus, pemilahan sedang, permabilitas dan porositas

sedang. Struktur sedimen yang berkembang pada interval ini adalah wavy lamination

(Sf), cross bedding (Sc), rip-up clast (Sc), dan jejak fosil (burrow) (M2). Tetapi pada

interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen Cross bedding (Sc). Pada interval ini

terdapat pula mineral siderite dan fragmen-fragmen batubara (coal fragment), dan

terdapat bidang kontak erosional pada bagian dasar (bottom) dari batupasir sedang

dengan batubara (coal). Hal ini menandakan hubungan ketidakselarasan antara batupasir

sedang dengan batubara.

Pada interval ini didominasi oleh struktur sedimen cross bedding (Sr), hal ini

menandakan bahwa energi arus yang berkerja tinggi. Fasises ini sendiri berasosiasi

dengan wavy lamination (Sf) dan rip up-clast (Sr), unsur organik hanya sedikit yang

berkembang.

Sedangkan hasil analisis petrografi dari side wall core pada interval ini (6487ft)

adalah sebagai berikut: kandungan mineral kuarsa 80%, mineral lempung 8% (kolinite

8% dan terdapat jejak ubahan mineral illite), plagioklas 6%, dan pirite 2%. Hal ini dapat

dilihat pada diagram pie gambar 4.3

Hasil Penelitian
17
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

6585 ft

6594 ft

Erosional
contact

siderite

Sr
Sf

Sr

Foto 4.5 Endapan distributary channel dengan Stuktur sedimen berupa cross bedding
(Sr)), Wavy lamination (Sf), dan rip up-clast (Sr), dimana struktur sedimen cross
bedding lebih mendominasi pada interval ini.
PETROGRAPHY
ANALISIS ANALYSIS
PETROGRAFI BDK 120
SUMUR PUTRI-120

2% 8%
6%

Clay
Quartz
Plagioklas
Pyrite

Hasil Penelitian 80%


18
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Gambar 4.2 Diagram petrografi pada Side Wall Core pada kedalaman 6586 kaki.

Dari hasil deskripasi diatas, interval tersusun dari paket endapan batupasir sedang,

dimana terdapat fragmen-fragmen batubara dan mineral siderite berwarna merah pucat,

Endapan ini di interpertasikan sebagai lingkungan pengendapan distributary channel.

Ini ditandai banyaknya hadirnya struktur sedimen berupa cross bedding dan minimnya

jejak fosil atau burrow dikarenakan arus pada lingkungan ini memiliki energi yang

cukup tinggi, pada interval ini, hal ini menandakan bahwa pada kondisi lingkungan ini

adalah terendam (aqeous), kemungkinan adalah shallow water. Sedangkan mineral

lempung berupa kolinite, menandakan bahwa pernah tersingkapnya batuan setelah

terendapkan sehingga terjadi pelapukan pada mineral lempungnya. Pada interval ini

terdapat mineral Siderite, yang menandakan, bahwa supply sedimen yang berkembang

pada interval ini dari darat.

Hasil Penelitian
19
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

 Core #6 Interval Kedalaman 6594-6596 Kaki

Pada interval ini keseluruhan terdiri dari batubara, berwarna hitam pekat, pemilahan

baik, porositas dan permeabilitas buruk, kilap dull, kekerasannya keras, mengandung

karbor (carbonaceous). Struktur sedimen yang berkembang pada interval batu inti ini

berupa flat bedding dan parallel lamination (Sp).

Pada interval ini fasies yang berkembang hanyalah Sp, hal ini menandakan bahwa

energi arus yang berkerja pada saat itu rendah, sehingga membentuk struktur sedimen

flat bedding dan parallel lamination.

Berdasarkan dari hasil analisa deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa batubara ini

diendapkan pada daerah genag air (sub aqeous), pada lingkungan pengendapan marsh,

pada zona delta plain (lower delta plain).

6594 ft

Sr

Sr

6596 ft
Foto 4.6 Endapan batubara pada lingkungan marsh dengan stuktur sedimen flat bedding
(merah), parallel lamination (hijau) (Sr).

Hasil Penelitian
20
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

 Core #6 Interval Kedalaman 6596-6600 Kaki

Interval ini tersusun atas lanau, berwarana abu-abu terang hingga abu-abu

kehitaman, basar butir pasir sangat halus, pemilahan sedang, permabilitas dan porositas

sedang. Struktur sedimen yang berkembang pada interval ini adalah wavy lamination

(Sf), ripple lamination (Sr), lenticular (Fl), flat bedding (Sp) dan jejak fosil (burrow)

(M1). Tetapi pada interval ini lebih didominasi oleh struktur sedimen flat bedding (Sp)

dan lenticular (FL). Pada interval ini terdapat pula mineral siderite dan pada bagian atas

fasies lanau terdapat kontak tegas selaras anatara fasies lanau dengan fasies batubara

(carbonaceous). Hal ini menandakan hubungan kesamaan waktu proses pengendapan

pada saat terjadi proses sedimentasi.

Pada interval ini didominasi oleh struktur sedimen lenticular (FL) dan flat bedding

(Sp), hal ini menandakan bahwa energi arus yang berkerja relatif lemah dan diikuti oleh

proses pasang surut muka air laut. Fasises ini sendiri berasosiasi dengan wavy

lamination (Sf) dan ripple lamintion (Sr), unsur organik sangat berkembang, terlihat

oleh adanya jejek fosil (burrow).

Dari asosiasi fasies yang berkembang yaitu fasies Sf, FL, Sr, Sp, dan M1, maka

endapan ini dapat diinterpertasikan sebagai endapan campuran antara fluvial dan laut

yang dipengaruhi oleh arus tidal, sedangkan lingkungan pengendapan fasies lanau ini

berada pada distributary bay to mud flat marsh, karena terdapat kontak selaras antara

batubara dengan lanau. Asosiasi fasies yang ada pada interval ini, diinterpertasikan pada

zona transisi antara delta plain (Lower delta plain) dengan delta front, hal ini dilihat dari

tekstur dan struktur sedimen pada interval ini.

Hasil Penelitian
21
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

6596 ft

M2

Sr

Sr

Sf

FL

6600 ft

Foto 4.7 Endapan interdistributary bay dengan Stuktur sedimen penciri berupa
Lenticular (FL), dan bekembangnya jejak fosil (burrow) (M1), yang berasosiasi dengan
struktur sedimen ripple laminasi dan flat bedding(Sr), wavy laminasi (Sf) dan burrow
(M1).

Hasil Penelitian
22
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

4.2 Analisa Wireline Log

Analisa log yang dilakukan meliputi analisa bentuk log (log shape), pola log (log

pattern), dan perubahan penyimpangan kurva log (log deflection) dengan

mempertimbangkan hasil analisa fasies dari data core. Hasil analisa fasies dari data core

ini, merupakan data utama , dalam penentuan marker korelasi, serta batas perubahan

siklus lingkungan pengendapan seperti adanya flooding surface atau sequence

boundaries.

Pada data wireline log, yang tidak memiliki data core, analisa fasiesnya dilakukan

dengan cara membandingkan karalteristik log tersebut dengan pola elekrofasies, dengan

cara analog, yaitu dengan melihat pola umum pada log yang memiliki data core

sehingga kecendrungan perubahan fasies dapat ditentukan.

4.2.1 Marker Flooding Surface dan Maximum Flooding Surface.

Dari hasil analisa data core dan log sumur PUTRI-120, terdapat satu perioda

maximum flooding surface dan enam flooding surface, yaitu FS 1, FS 2, FS 3, FS 4, FS

5, dan FS 6 (MFS).

 Marker FS 1 (Layer D004E)

Penentuan marker FS_1 ini, ditarik berdasarkan analisa interpretsi log shape yang

berbentuk bell shape, finning upward, yang di dominasi oleh endapan fasies

Interdistributary Bay to mud flat marsh, hal ini dapat dilihat dalam analisa core. Pada

core interval ini litologi yang berkembang adalah siltysand-shale dengan struktur

sedimen seperti : Ripple lamination, lenticular, flat bedding, wavy lamination dan

burrow. Dan pada top facies Interdistributar Bay to mud flat, terdapat batubara (coal)

yang tererosi yang dapat dilihat dari data core. Batubara itu sendiri merupakan batubara

hitam (black coal), yang memeng terbentuk pada lingkungan marsh (insitu), ditandai

Hasil Penelitian
23
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

oleh kurva low GR, dan coal itu sendiri terbentuk secara numerus kesemua sumur

penelitian. Dan coal ini dijadikan sebagai kandidat sebagai flooding surface, karena coal

tersebar dengan baik di daerah penelitian,.

Tetapi dalam defleksi kurva pada log, tidak teridentifikasi, dengan asumsi bahwa

coal tersebut telah tererosi dan diisi oleh sand. Pada fase ini dapat di interpretasikan

bahwa endapan interdistributary bay, terjadi pada saat terjadinya muka air laut naik,

sehingga endapan fasies shale marine ini, memiliki ketebalan yang sangat tebal yaitu

berkisar kurang lebih 25 feet.

 Marker FS 2 (Layer D004D)

Marker FS_2 ini ditarik berdasarkan dari hasil analisa core 06, sumur PUTRI-120,

yang menunjukan adanya fasies endapan Distributary Channel yang dikarakteristikan

oleh litologi batupasir yang tebal dengan struktur sedimen wavy lamination, ripple

lamination, rip-up clast dan trough cross bedding. Ketebalan endapan ini berkisar

kurang lebih tigapuluh kaki. Endapan Fasies Distributary Channel ini dapat dijadikan

sebagai kandidat flooding Surface yang merupakan puncak dari melemahnya energi

fluvial akibat naiknya muka air laut (baselevel rise), hal ini ditandai oleh terdapatnya

shale pada top endapan fasies Distributary Channel, yang menandakan terjadinya

kenaikan muka air laut (transgressive).

Naiknya base level dapat diamati dari fasies yang sebelumnya, pada interval

sebelumnya, yang menunjukan adanya perubahan fasies dari tipe endapan marin

menjadi endapan pada posisi lower delta plain yang ditunjukan oleh fasies Distributary

Channel dimana perbandingan antara sand bengan shale lebih didominasi oleh sand, hal

ini juga ditandai mineral penciri darat, yaitu seperti mineral siderit, dan berlimpahnya

mineral kuarsa, berdasarkan analisis petrografi side wall core, pada interval ini.

Hasil Penelitian
24
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Pada data log sumur PUTRI-120, permukaan flooding surface ini dapat dilihat pada

interval kedalaman 6630 kaki, dengan karakteristik pembacaan kurva log yang

menunjukan defleksi nilai GR dan Sonic maksimum pada litologi shale, ditandai dengan

defleksi Gamma Ray maksimum kearah kanan, sedangkan kurva Sonicnya maksimum

dengan ditandai defleksi kurva kearah kiri.

 Marker FS 3 (Layer D004C)

Marker FS_3 merupakan fase regresif. Pada interval ini terdapat data core, dan pada

data core interval ini terdapat struktur sedimen berupa flat bedding, lenticular, ripple

lamintion wavy bedding dan berlimpahnya burrow. Dan pada interval ini juga terdapat

facies carbonaceous ditandai oleh adanya defleksi kurva GR yang rendah, yang terdapat

pada kurva log. Kenampakan log pada marker ini, yaitu berupa pengkasaran kearah

atas (coarsening upward), hal ini menunjukan terjadinya perubahan muka air laut dari

transgresif menjadi regresif, berdasarkan hasil interpretasi fasies sebelumnya.

Dari hasil data core ini, di interpretasikan interval ini dibagi menjadi dua fasies,

yaitu Fasies Tidal Flat Levee dan Distributary Channel. Hal ini disebabkan karena

energi pada saat pengisian channel yang lemah, yang didominasi oleh sedimen asal

fluvial, diikuti oleh pengaruh surutnya muka air laut, sampai keposisi maksimum

tanggul alam (Levee) yang kemudian secara tiba-tiba muka air laut naik secara cepat

sehingga enadapan tidal levee terendapkan diatas levee, tetapi posisi endapan tidal

levee dengan channel cendrung sejajar dengan levee itu sendiri. Endapan levee itu

sendiri berupa shale yang sangat tipis, yang kemudian pada posisi diatasnya di

endapakan Fasies Channel kembali.

Naiknya base level dapat diamati dari fasies yang sebelumnya, pada interval

sebelumnya, pada interval ini yang terjadi adalah penurunan muka air laut yang

Hasil Penelitian
25
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

menyebabkan pengkasaran kearah atas (coarsening upward), yang menunjukan adanya

perubahan fasies dari tipe endapan lowerdelta plain menjadi endapan pada posisi upper

delta plain yang ditunjukan oleh Fasies Distributary Channel, hal ini juga ditandai

mineral penciri darat, yaitu seperti mineral siderit, dan berlimpahnya mineral kuarsa,

berdasarkan analisis petrografi side wall core, pada interval ini.

Berdasarkan hasil analog dari log dapat dilihat log shape, berupa funnel shape, yang

mennandakan pengkasaran kearah atas (coarsening upward), yang kemudian di ikuti

endapan marine shale pada posisi diatas fasies channel, dimana posisi marine shale

tersebut dijadikan kandidat flooding surface yang kedua (FS_3), hal ini juga ditandai

oleh adanya defleksi maksimum dari kurva GR yang menyimpang ke arah kanan dan

defleksi maksimum kurva sonic log (DT) yang menyimpang ke arah kiri pada interval

kedalaman 6445 kaki.

 Marker FS_4 (Layer D004B)

Marker FS_4 terdiri dari dua fase yaitu fase regresi dan transgresif, namun pada

interval ini tidak terdapat core. Namun dari hasil analisa log menunjukan defleksi

simpangan maksimum dari kurva GR dan DT. Terlihat bahwa marker FS_3, merupakan

pola penghalusan kearah atas (finning upward) secara gradual, dengan bentuk log,

berupa bell shape.

Dari hasil analisa log shape, dapat di interpretasikan bahwa interval ini merupakan

fasies Tidal Distributary Channel pada fase regresi, hal ini disebabkan karena posisi

channel yang berfungsi sebagai tempat mengangkut suplay sedimen, berada dalam

posisi lower delta plain, hingga berbatasan langsung antara delta plain dengan delta

front. Sehingga pengaruh pasang surut pada keadaan ini sangat mempengaruhi. Pada

marker ini, diinterpretasikan sebagai lower delta plain yang berbatasan langsung dengan

Hasil Penelitian
26
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

delta front sehingga endapan sand lebih sedikit dibandingkan shale. Dimana Sand ini

membentuk pola funnel shape (coarsening upward), yang menandakan terjadinya fase

regresi.

Berdasarkan analisa diatas maka, maka puncak maksimum dari endapan marin

shale, dijadikan sebagai kandidat flooding surface (FS_4).

 Marker FS_5 (Layer D004A)

Pada marker FS_5, fase transgresi masih terus berlangsung, hal ini ditandai oleh log

shape berupa bell shape, finning upward, dan fasies yang berkembang pada interval ini

adalah fasies distributary channel. Fase transgresif ini sendiri ditandai oleh munculnya

limestone, menjadi sisipan sandstone pada interval 6350 kaki, hal ini ditandai oleh nilai

sonic yang rendah, dengan refleksi kearah kanan dengan bentuk karakter spiky, namun

tidak numerus keseluruh sumur daerah penelitian, kemungkinan limestone ini sudah

tererosi dan kemudian diikuti endapan sand. Penentuan Marker ini sendiri didasarkan

atas nilai defleksi maksimum dari kurva Gamma Ray dengan Kurva Sonic, dari litologi

shale.

Pada marker ini dapat di interpertasilkan bahwa lingkungan pengendapan pada fase

ini masih berada di lower delta plain, hal ini dilihat pula dari sand shale rasionya dimana

shale, lebih dominan dibandingkan sand, walaupun tebal sand dengan shale relatif sama.

 Marker FS_6 (Layer D002B)

Marker FS_6 dijadikan kandidat flooding surface, selain oleh karena nilai defleksi

maksimum dari GR dan DT, juga oleh sebaran brown coal yang tersebar dibeberapa

sumur penelitian. Brown coal ini, dapat di identifikasi dari nilai Gamma Ray yang

tinggi dengan arah defleksi kearah kanan, brown coal ini adalah merupakan fragmen-

fragmen coal, yang berasal dari black coal yang tererosi, dan kemudian tertransportasi.

Hasil Penelitian
27
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Pada Marker FS_6 bentuk log berupa funnel shape, yang merupakan pertanda

terjadinya fase regresi, yang kemudian mengerosi coal yang berada pada upper delta

plain ke lower delta plain.

Fasies yang berkembang pada fase ini adalah fasies Interdistributary Bay, hal ini

dapat dilihat langsung dari data core, yang memiliki struktur sedimen seperti flat

bedding, lenticular dan burrow.

Sedangkan dari hasil analisa petrografi side wall core, terdapat mineral kuarsa,

dimana mineral kuarsa ini, mendominasi dari pada mineral-mineral lainnya, dan

terdapat mineral siderit pada interval ini yang merupakan penciri utama dari endapan

sedimen darat.

 Marker FS_7 (Layer D002A)

Marker FS_7, pada marker interval ini, tidak terdapat data core. Marker FS_7 ini

ditarik berdasarkan hasil interpretasi analisa log yang mengambarkan fase terjadinya

transgresi muka air laut, hal ini dapat dilihat dari log shapenya yang berupa cylindrical

dimana defleksi kurvanya rata-rata bernilai tinggi, yang mengambarkan bahwa litologi

pada interval ini adalah clean shale. Berdasarkan nilai simpangan yang paling

maksimum pada gamma ray dan sonic ini , maka dijadikanlah pada kedalaman 6425

kaki menjadi sebagai kandidat flooding surface (FS_7)

Pada interval ini fasies yang berkembang adalah fasies marine shale, dapat dilihat

dalam log bahwa pada interval ini didominasi oleh shale, yang menunjukan fase

transgresi yang ditandai oleh berlimpahnya endapan shale yang cukup tebal, yang

berasal dari material sedimen laut.

Dari hasil analog pada interval yang sebelumnya terdapat endapan Interdistributary

Bay pada lower deltaplain, yang disebabkan oleh fase regresif, sedangkan pada fase

Hasil Penelitian
28
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

selanjutnya terjadi fase transgresi, dimana lingkungan pengendapan yang sebelumnya

merupakan bay, berubah menjadi endapan marin, pada lingkungan delta front, yang

didominasi oleh shale.

 Marker FS_8 (Layer D0010)

Pada Marker FS_8, tidak terdapat data core, sehingga untuk dapat

menginterpretasikan, maka penulis mengunakan karakter log, dari bertuk log shape

untuk menginterpertasi fasies, litologi dan lingkungan pengendapan. Pada interval 6410

kaki dijadikan sebagai kandidat batas Flooding Surface (FS_8), dan juga merupakan

batas maksimum dari flooding surface, yang dikenal sebagai Maksimum Flooding

Surface (MFS). Bentuk log pada interval ini adalah cylindrical yang ditandai oleh clean

shale, dan pada bagian atas shale terdapat fasies carbonaceous berupa brown coal, yaitu

dengan ditandainya dengan nilai defleksi high GR pada brown coal.

Fasies pada interval ini merupakan fasies marine shale, yang ditandai oleh tebalnya

endapan shale, dengan ketebal kuarang lebih 20 kaki, yang merupakan ciri terjadinya

fase transgresi masih terus berlanjut dari interval yang sebeslumnya. Dan terdapat fasies

carbonaceous brown coal pada interval ini, yang telah tertransportasi dari sumbernya

yaitu yang berasal dari delta plain. Fasies marine shale ini, biasanya terendapkan pada

lingkungan pengendapan delta front-prodelta.

Hasil Penelitian
29
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

Gambar 4.3 Pembagian Zona Reservoar, pada sumur PUTRI-120, Formasi Balikpapan,
Berdasarkan Konsep Sikuen Stratigrafi.

Hasil Penelitian
30
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

4.2.2 Pembagian Parasikuen Set

Dari hasil analisa bentuk log (log shape), pola log, dan perubahan defleksi,

Perubahan siklus pengendapan pada sumur PUTRI-120 dapat dibagi menjadi tujug

parasikuen set, terdiri dari :

 Parasikuen Set A (6598.7 - 6553.1 kaki)

Parasikuen Set A terdiri dari paket sand tebal dan shale yang agak tebal, dengan

karakteristik menghalus keatas (Bell shape). Pada bagian atas dibatasi oleh shale dengan

pembacaan Gamma Ray (GR) yang tinggi (marker FS_2) dan dibagian bawah dibatasi

oleh sand (marker FS_1).

 Parasikuen Set B (6553.1 - 6520.3 kaki)

Parasikuen set B ini, terdiri dari paket sand yang sangat tebal dimana terdapat

sisipan shale dan coal pada bagian paling bawahnya, dengan karakteristik log

menghalus kearah atas (Bell shape). Pada bagian atas dibatasi oleh shale, yaitu dengan

pembacaan GR, yang tinggi (marker FS_3), dan pada bagian bawah dibatasi oleh black

coal, yaitu ditandai oleh pembacaan kurva GR, Sonic (DT) yang tinggi dan Kurva

Neutron (NPHI) yang tinggi juga.

 Parasikuen Set C (6520.3 – 6490.7 kaki)

Parasikuen set C terdiri dari dominan shale, dimana sand merupakan sisipan pada

interval ini. Karakteristik log pada interval ini membentuk funnel shape yaitu defleksi

kurva Gamma Ray kearah kanan, dan Resistivity kearah kiri dan menujukan

pengkasaran kearah atas (coarsening upward). Pada bagian atas parasikuen C ini,

dibatasi oleh marker merah dan bagian bawah dibatasi oleh marker biru yang

merupakan batas antara tipe mengkasar kearah atas dengan menghalus kearah atas

Hasil Penelitian
31
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

(finning upward), dimana penghalusan kearah atas yang berupa shale dengan GR yang

tinggi, dijadikan sebagai marker FS_4.

 Parasikuen Set D (6490.7 - 6456.4 kaki)

Parasikuen set D terdiri dari sand dan shale yang tebal, dengan karakteristik log

berbentuk Bell Shape, dengan pola umum pembacaan kurva Gamma Ray dan

Resistivity penghalusan kearah atas (finning upward). Batas atas parasikuen set D pada

bagian ini, dibatasi oleh shale dengan pembacaan GR yang tinggi (marker FS_5)

sedangkan bagian bawah pada prasukuen set D dibatasi dengan batas antara sand dan

shale.

 Parasikuen Set E (6456.4 – 6438.2 kaki)

Parasikuen set E terdiri dari shale yang tebal, dimana terdapat perubahan

gradasional dari shale ke sand ke arah atas yang kemudian di tutupi oleh brown coal.

Karakteristik log pada parasikuen ini berupa pengkasaran ke arah atas (funnel shape),

batas atas parasikuen E ini, dobatasi oleh brown coal, sedangkan bagian bawah dibatasi

oleh shale dengan pembacaan kurva GR dan Sonic yang tinggi.

 Parasikuen Set F (6438.2 – 6424.3 kaki)

Parasikuen set F terdiri clean shale yang tebal, memiliki karakteristik cylindrical

shape, dan batas atas parasikuen ini dibatasi oleh shale dengan pembacaan kurva GR

dan DT yang tinggi, demikian pula dengan batas bawah parasikuen ini di batasi oleh

shale dengan pembacaan kurva yang sama seperti pada bagian atas parasikuen.

 Parasikuen Set G (6424.3 – 6410.4 kaki)

Parasikuen set G ini, terdiri clean shale yang tebal, memiliki karakteristik cylindrical

shape, dan batas atas parasikuen ini dibatasi oleh shale dengan pembacaan kurva GR

Hasil Penelitian
32
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

dan DT yang tinggi, demikian pula dengan batas bawah parasikuen ini di batasi oleh

shale dengan pembacaan kurva yang sama seperti pada bagian atas parasikuen.

4.3 Urutan Perubahan Vertikal dan Lateral

Dari hasil analisa sumur kunci PUTRI-120, yang memiliki analisa batuan inti,

stacking pattern dan bentuk log, diperoleh gambaran urutan fasies serta batas-batas

bidang kesamaan waktu seperti Flooding Surface (FS), Maximum Flooding Surface

(MFS). Bidang-bidang kronostratigrafi ini, dikorelasikan pada sumur-sumur lain, untuk

mengetahui penyebaran dan perubah fasies secara lateral. Perubahan vertikal dan lateral

ini, erat hubungannya dengan perubahan lingkungan pengendapan, untuk mengetahui

siklus sikuen.

Teknik korelasi yang dilakukan yaitu berdasarkan dengan mengkorelsikan

parasikuen set menurut pattern log, terkadang batas dari parasikuen dibatasi oleh

batubara, dimana batubara ini dapat dijadikan marker untuk korelasi. Namun marker ini

tidaklah selamanya menerus, tetapi korelasi marker ini dapat disebandingkan dengan

carbonaceous shale yang ditunjukan oleh kemiripan pola Gamma Ray, Sonic, Neutron

dan Resistivity. Kadang-kadang marker ini benar-benar hilang, yang disebabkan oleh

penipisan (pinch out) atau terpotong oleh channel.

Korelasi dibuat dengan pola grid dengan arah utara-selatan dan barat timur, dan

beberapa sumur dijadikan titik ikat (perpotongan antara penampang vertikal dan

horizontal). Korelasi utara dan selatan terdiri dari satu jalur korelasi yaitu P-P’, dan

korelasi pada barat-timur terdapat dua jalur korelasi yaitu : C-C’ dan I-I’.

4.3.1 Urutan Vertikal

Perubahan vertikal fasies sangat penting untuk menentukan suksesi pengendapan

dan urutan pengendapan. Dengan mengetahui urutan pengendapan dapat diperkirakan

Hasil Penelitian
33
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

perubahan muka air laut dan energi yang berkerja pada saat terjadinya sedimentasi pada

saat itu, hal ini erat hubungannya dengan suplai sedimen dan akomodasi. Analisa ini

berdasarkan dari hasil analisa fasies pada batuan inti yang didukung oleh analisa betuk

dan pola log. Urutan analisa vertikal ini dimulai dari parasikuen set yang paling bawah

samapai parasikuen yang paling atas.

Karakteristik parasikuen set A, yaitu memiliki pola stacking pattern berbentuk

blocky, dengan bentuk log shape bell shape, yang terdiri sand yang bertumpuk cukup

tebal yang kemudian menghalus keatas, yang terdiri dari shale yang cukup tebal pula.

Parasikuen A ini diinterpretasikan sebagai enadapan sistem fluvial yang dipengaruhi

oleh tidal dan pada parasikuen set A fasies distributary channel sangat berkembang. Bila

dilihat dari log shape pada parasikuen A, dapat dianalisa bahwa energi yang

berkembang pada parasikuen set A makin lama makin melemah.

Hasil analisa core pada parasikuen set A ini terlihat bahwa pada parasikuen A ini,

terjadi penghalusan kearah atas (finning upward), dan terdapat pula berlimpahnya jejak

fosil (burrow) yang menandakan bahwa pada saat terjadinya suplai material sedimen,

dipengaruhi pula, oleh pengaruh pasangsurut muka air laut. Sedangkan fasiesnya

environment pada parasikuen set A terdiri dari emapat fasies yaitu Fasies

Interdistributary Bay to Mud Flat Marsh, Fasies Distributary Channel, Fasies Tidal Flat

Levee dan Fasies Splay. Hal ini menceritakan bahwa fasies yang terlebih dahulu

diendapkan adalah fasies Interdistributary Bay to Mud Flat, yang terbentuk

dilingkungan rawa, yang kemudian terjadi kenaikan muka air laut yang relatif rendah

sehingga fasies Interdistributary Bay to Mud Flat tersebut tererosi yang kemudian

berkembangnya endapan Fasies Distributary Channel, dan karena kenaikan muka air

laut terjadi relatif tinggi sehingga endapan Distributary Channel, dipengaruhi oleh

Hasil Penelitian
34
Dinamika Sedimentasi Reservoar Batupasir Interval X1-X4 E

pasangsurut dengan energi yang rendah, dan terbentuklah endapan fasies Tidal Flat

Levee. Endapan Fasies Tidal Levee ini sendiri mempunyai geometri channel, dan

memiliki volume yang terbatas, untuk menampung suplai sedimen, sehingga Levee

yang bertindak sebagai tanggul alam, tidak mampu lagi menampung posokan sedimen

yang akan teredapakan dalam channel tersebut sehingga meluaplah suplai sedimen

melewati batas Levee, yang kemudian membentuk endapan Fasies Levee. Kemudian

terjadi kenaikan muka air yang laut relatif tinggi, sehingga ke empat endapan fasies ini,

yang merupakan dominasi dari endapan fluvial, tertutupi oleh endapan shale marine,

pada saat terjadinya muka air laut naik. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa fasies

suksesi dari endapan ini adalah Upper Delta Plain, hal ini juga tidak lepas dari

interpretasi sand shale ratio, pada parasikuen set A. Seiring muka air laut naik

terendapkanlah shale marin namun pada saat terjadinya penurunan muka air laut dengan

tiba-tiba yang diatandai dengan pola log blocky dan ditandai juga dengan terbentuklah

fasies black coal, batas maksimum dari endapan marine tersebut dijadikan marker FS_2,

dengan ketentuan memiliki nilai gamma ray (GR) dan Sonic (DT) yang maksimum.

sedangkan batas maksimum dari FS_1 diinterpretasikan sama seperti pendekatan diatas.

Setelah terjadinya penuruan muka air laut secara tiba-tiba (regresi), kemudian

terbentuklah fasies batubara

Hasil Penelitian
35

Anda mungkin juga menyukai