Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Aparatur


Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintahan.
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi
tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan perundang-undangan.

Ada banyak ASN yang bekerja disetiap instansi pemerintahan, ada yang
melaksaakan tugasnya dengan jabatan fungsional dan ada juga yang memiliki
jabatan struktural, salah satunya yaitu dibawah Kementrian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan Provinsi/Kab/Kota yang pada hal ini contohnya Perawat Terampil.

Perawat Terampil sebagai salah satu Aparatur Sipil Negara seharusnya juga
dapat membentuk karakter dari dalam dirinya sendiri untuk menjadi ASN yang
berkompeten baik atas tugas dan fungsinya. Untuk itulah dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis diklat yang
strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN menjadi profesional
seperti tersebut diatas adalah Diklat Prajabatan atau saat ini dikenal dengan nama
Pelatihan Dasar (Latsar).

Pelatihan Dasar (Latsar) ini berjalan dengan landasan Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara merujuk pada Pasal 63 ayat
3 dan ayat 4 yang menyatakan CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses Diklat terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter

1
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.

Untuk itu Pelatihan Dasar (Latsar) merupakan pelatihan inovatif dan


terintegrasi dimana pembelajaran klasikal ditempat pelatihan (on campus)
dipadukan dengan non klasikal ditempat kerja masing-masing CPNS (off campus)
sehingga diharapkan CPNS yang mengikuti Pelatihan Dasar (Latsar) dapat
menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan serta menjadikan nilai-
nilai yang ditanamkan dapat menjadi sebuah kebiasaan (habituasi). Diharapkan
nantinya seorang ASN dapat menjunjung tinggi nilai-nilai komitmen dan
integritas. Sehingga nantinya ASN ini dapat memiliki daya saing tinggi dan hebat
kedepannya dengan tetap menjaga tanggung jawab, komitmen dan tugasnya.

Dalam Kegiatan Latsar Ini setiap CPNS diwajibkan untuk membuat


Aktualisasi dari Permasalahan Isu yang ada di tempat kerjanya masing-masing.
Salah satu Isu yang diangkat oleh peserta adalah “Tidak Berfungsinya Pelayanan
Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) di Puskesmas”, pojok Upaya Rehidrasi Oral
(URO) atau lebih dikenal nama pojok oralit. Pojok oralit didirikan sebagai upaya
terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat ibu
rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Adapun
jumlah kasus diare di Puskesmas Padarincang bulan Mei balita sebanyak 41
Orang, total semua umur 96 orang, bulan Juni Balita sebatnyak 31 Orang , total
semua umur 91 Orang, bulan Juli Balita 64 Orang, total semua umur 137. Dengan
kasus diare di Puskesmas dan masih belum dilakukan pelayanan rehidrasi oral
secara langsung maka dianggap perlu diberikan gagasan kreatif dan dapat di
implementasikan dengan baik sehingga meningkatkan layanan rehidrasi oral
dalam tatalaksana diare salah satunya melalui “Repitalisasi pelayanan pojok URO
melalui penataan Pojok URO di Puskesmas”.

2
1. Gambaran umum organisasi

Puskesmas terletak di jalan Raya Palka KM 33, Kampng Cacaban


Desa Citasuk, Kecamatan Padarincang. Berdasarkan tata wilayah, tampak
bahwa wilayah kerja puskesmas padarincang memiliki batas-batas sebagai
berikut :

Sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan mancak

Sebelah selatan: berbatasan dengan kabupaten pandeglang

Sebelah barat : berbatasan dengan kecamatan cinangka

Sebelah timur : berbatasan dengan kecamatan ciomas

Kecamatan padarincang terdiri dari 14 desa :

Tabel 1.1 Kecamatan padarincang terdiri dari 14 desa :

No Nama Desa No Nama Desa


1 Cibojong 8 Batu kuwung
2 Kramat laban 9 Curug goong
3 Kadu beureum 10 Cisaat
4 Padarincang 11 Cipayung
5 Bugel 12 Ciomas
6 Kalumpang 13 Barugbug
7 Citasuk 14 Kadu kempong

Berdasarkan data yang diperoleh BPS 2016 (Badan Pusat Statistik)


dan di ketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Padarincang adalah
65.514 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki
33.609 dan 31.905 perempuan. Puskesmas Padarincang merupakan Unit
Pelayanan Terpadu dibawah Dinas kesehatan Provinsi Banten. Puskesmas
dapat memberikan pelayanan rawat jalan dan pelayanan UGD 24 Jam.

3
2. Visi dan misi organisasi

Visi dari Puskesmas Padarincang adalah "Terwujudnya masyarakat


yang sehat dengan pelayanan prima di wilayah kecamatan padarincang”.
Untuk mencapai visi ini Puskesmas Padarincang memiliki Misi:

a. Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi


masyarakat.

b. Meningkatkan upaya kesehatan dalam pencegahan dan


pengendalian penyakit.

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

Nilai- nilai organisasi:

Bersih : bebas dari kotoran, tidak tercemar (terkena kotoran),


tulus, ikhlas, tidak bernoda, suci.

Rapi : baik, teratur, dan bersih, apik, sebagaimana


mestinya,tidak asal saja, tertib, serba beres.

4
3. Struktur organisasi

Menurut PERBUP Kab. Serang No. 16 Tahun 2015

Tentang Pedoman Pembentukan Organisasi

4. Uraian tugas dan fungsi unit kerja

a. Tugas Puskesmas

Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan


pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya Kecamatan Sehat.

5
b. Fungsi Puskesmas

Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsinya :

- Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya


- Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

c. Wewenang Puskesmas

Dalam menyelenggarakan fungsi UKM, Puskesmas berwenang untuk :

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan


masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
3) Melaksanakan komumkasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
Masyarakat dalam bidang kesehatan.
4) Menggerakkan masyarakat unluk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait.
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat.
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia
Puskesmas.
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses
mutu dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon Penanggulangan Penyakit.
Dalam menyelenggarakan fungsi Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), Puskesmas
berwenang untuk :

6
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dasar secara
Komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasœn, petugas dan pengunjung.
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi.
6. Melaksanakan Rekam Medis.
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan.
8. Melaksanakan peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan.
9. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya,
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.
5. Uraian tugas (peseta)

a. Melaksanakan pengkajian lanjutan keperawatan pada individu.


b. Melaksanakan analisis komplek untuk merumuskan diagnosa
keperawatan pada individu.
c. Melaksanakan evaluasi keperawatan sederhana pada masyarakat
dan keperawatan kompleks pada individu.
d. Menerima konsultasi evaluasi keperawatan sederhana pada
masyarakat dan kelompok.
e. Melaksanakan tugas jaga, tugas siaga, tugas khusus dan tugas
kunjungan
f. Menyusun draf laporan kegiatan
g. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
h. Menyusun laporan pelaksanaan tugas lain-lain

7
6. Role model

Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, (lahir di Parepare,


Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 – meninggal di Jakarta, 11 September
2019 pada umur 83 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang
ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden
Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie
menggantikan Soeharto. Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-
Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di
Hamburg, Jerman. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas
permintaan mantan presiden Soeharto.

Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan


Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie
saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk
mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-
lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan
teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT.
IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara
agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga


terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang
pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada
tanggal 7 Desember 1990.

Puncak karir Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu ia
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7
(menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

8
7. Nilai-nilai dasar PNS

a. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus


dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban individu, kelompok,
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain :

1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi


konflik kepentingan antara kepentingan publik dengan sektor,
kelompok dan pribadi.
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis.
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
4) Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintah.

Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI


(2015:8), aspek-aspek tersebut terdiri dari :

1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan.


2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja.

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku


pada setiap level/ unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu :

9
1) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi) dengan
membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users
yang lebih luas.
2) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional).
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
akuntabilitas vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
tinggi. Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan “ke bawah” kepada publik. Sedangkan akuntabilitas
horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan “ke samping” kepada para pejabat lainnya dan lembaga
negara. Selain itu, menurut LAN RI (2015: 11), akuntabilitas terdiri dari 5
tingkatan sebagai berikut :
1) Akuntabilitas personal
2) Akuntabilitas individu;
3) Akuntabilitas kelompok;
4) Akuntabilitas organisasi;
5) Akuntabilitas stakeholder.
Akuntabilitas memiliki empat dimensi agar memenuhi terwujudnya
sektor publik yang akuntabel, diantaranya sebagai berikut :
1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity
and legality).
2) Akuntabilitas proses (process accountability).
3) Akuntabilitas program (program accountability).
4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Dalam pengambilan keputusan yang akuntabel, seorang PNS
mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

10
1) Memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak
bias.
2) Bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process.
3) Akuntabel dan transparan.
4) Melakukan pekerjaan secara penuh, efektif, dan efisien.
5) Berperilaku sesuai dengan standar sektor etika publik sesuai
dengan organisasinya.
6) Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi
konflik kepentingan.
Nilai-nilai sebagai upaya menciptakan lingkungan kerja yang
akuntabel antara lain :
1) Kepemimpinan: memberikan contoh pada orang lain, adanya
komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
2) Transparansi: mendorong komunikasi dan kerjasama,
meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan.
3) Integritas: kewajiban untuk mematuhi undang– undang,
kontrak, kebajikan, dan peraturan yang berlaku.
4) Tanggungjawab/Responsibilitas: terbagi atas responsibilitas
perseorangan dan responsibilitas institusi.
5) Keadilan: ketidakadilan dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi.
6) Kepercayaan: lingkungan akuntabilitas akan lahir dari hal– hal
yang dapat dipercaya.
7) Keseimbangan: keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan: mengetahui kewenangan dan tanggungjawab dan
9) Konsistensi: konsistensi menjamin kestabilan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
merupakan kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai oleh PNS.
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang
tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik

11
praktis, melayani warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.

b. Nasionalisme

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang


meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya (chauvinism). Sedangkan dalam arti luas,
nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain
(LAN RI, 2015:1). Secara politis nasionalisme berarti pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.

Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN
adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat
dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani publik sehingga dalam
menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah aparat pelaksana
yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Prinsip nasionalisme Bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai


pancasila. Hal ini diarahkan agar Bangsa Indonesia senantiasa
menempatkan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi atau golongan, menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan negara, bangga sebagai Bangsa Indonesia
dan bertanah air Indonesia, mengakui persamaan derajat, persamaan hak
dan kewajiban antara sesama manusia dan semua bangsa, menumbuhkan
saling mencintai sesama manusia dan mengembangkan sikap tenggang
rasa (Lembaga Administrasi Negara, 2014).

ASN dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar nasionalisme


pancasila dan juga mampu mengaktualisasikan nasionalisme dan
menjalankan nilai-nilai pancasila dalam menjalankan tugasnya dengan

12
tujuan agar setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir memikirkan
kepentingan publik, bangsa dan negara. Nilai-nilai dasar pancasila terdiri
dari :

1) Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Nilai-nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Nilai-nilai Persatuan Indonesia
4) Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5) Nilai-nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Selain itu, setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai


kepublikan, baik sebagai pelaksana publik, sebagai pelayan publik
maupun sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Mereka hanıs bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan, tidak
mengejar keuntungan pribadi dan golongan namun mengedepankan
kepentingan publik dan menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik.

Indikator-indikator yang terdapat dalam nilai nasionalisme yang


harus dimiliki Aparatur Sipil Negara antara lain sebagai berikut :

1) Berwawasan kebangsaan yang kuat


2) Memahami pluralitas
3) Berorientasi kepublikan yang kuat
4) Mementingkan kepentingan nasional di atas segalanya.

Sebagaı perekat dan pemersatu bangsa, seorang ASN senantiasa


mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
secara implisit terkait dengan asas, prinsip, nilai dasar, kode etik dan kode
perilaku.

13
c. Etika

Konsep etika sering digunakan sinonim dengan moral. Etika lebih


dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/ salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan
moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa
yang seharusnya dilakukan.

Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah


refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik (LAN,
2015: 6). Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi,
dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko dalam LAN,
2015: 7).

Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam


suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode
etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.

Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku


ASN yakni sebagai berikut :

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan


berintegritas tinggi
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan

14
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Selanjutnya, perlu diketahui tentang nilai-nilai dasar etika publik
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-undang dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.

15
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.

Dimensi etika publik terdiri dari:

1) Dimensi kualitas pelayanan public yang bertujuan untuk


mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan.
2) Dimensi modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi,
dan netralitas.
3) Dimensi tindakan integritas public.

Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk menjadi


pelayan publik yang beretika. Etika publik menjadi sebuah refleksi kritis
yang mengarahkan nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, dan
kesetaraan yang dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat. Pelayanan publik yang profesional
membutuhkan tidak hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga
kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik
pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung
menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali diskriminatif,
terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung.

16
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan
lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat. Dengan diterapkannya kode etik ASN,
perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa menjadi pelayan,
dari wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan publik
adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia
namun juga di akhirat. Terdapat 6 prinsip etika publik, yaitu :

1) Keindahan (beauty): prinsip yang berkaitan/dapat menghasikan


rasa senang.
2) Persamaan (equality): prinsip yang berkaitan dengan kesamaan
harkat dan derajat/tidak diskriminatif.
3) Kebaikan (goodness): prinsip yang berkaitan dengan cita
rasa/perasaan.
4) Keadilan (justice): prinsip yang berkaitan dengan rasa adil
(didasarkan kebutuhan).
5) Kebebasan (liberty): prinsip yang berkaitan dengan keleluasaan
namun tidak mengganggu orang lain.
6) Kebenaran (truth): prinsip yang didasarkan pada kebenaran
baik secara ilmiah maupun mutlak.

Agar etika publik dapat dihayati, diperlukan kode etik diantara


aparatur sipil negara. Dengan rumusan kode etik yang baik dan diikuti
sebagai pedoman bertindak dan berperilaku, sehingga para aparatur
negara akan melihat kedudukan mereka sebagai alat bukan sebagai
tujuan. Mengacu pada TAP MPR NO.VI/MPR/2001 ada pokok-pokok
etika kehidupan berbangsa yaitu :

1) Etika sosial dan budaya


2) Etika politik dan pemerintahan
3) Etika ekonomi dan bisnis
4) Etika penegakan hukum yang berkeadilan

17
5) Etika keilmuan
6) Etika lingkungan.

Adapun aktualisasi etika Aparatur Sipil Negara antara lain :

1) Aktualisasi etika publik untuk peningkatan kualitas pelayanan


public.
2) Aktualisasi kode etik untuk melawan korupsi.
3) Aktualisasi kode etik untuk peningkatan kinerja organisasi.
4) Aktualisasi kode etik untuk peningkatan integritas public.

Sumber-sumber kode etik dalam sistem administrasi publik adalah


sebagai berikut :

1) Peraturan pemerintah nomor 11 tahun 1959 tentang Sumpah


Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang
2) Peraturan pemerintah nomor 21 tahun 1975 tentang Sumpah/
Janji Pegawai Negeri Sipil
3) Peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Sebagai Pegawai Negeri Sipil
4) Peraturan pemerintah nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
5) Peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin
PNS
6) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN).

d. Komitmen mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Aspek utama yang menjadi target stakeholder adalah layanan
yang komitmen pada mutu melalui penyelenggaraan tugas secara efektif,
efisien, inovatif dan berorientasi mutu.

18
1) Efektif
Efektivitas menunjukan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja sedangkan efektivitas organisasi berarti sejauh mana
organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, atau berhasil
mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai
oleh pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan atau tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
tidak terjadi pemborosan sumber daya sedangkan efisiensi
organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi. Efisiensi organisasi ditentukan
oleh berapa banyak bahan baku, uang, dan manusia yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
Efisensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
3) Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien antara
lain: penghematan, ketercapaian target secara tepat sesuai
dengan yang direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua
pihak: pimpinan, pelanggan, masyarakat, dan pegawai itu
sendiri.
4) Inovasi
Inovasi adalah cara utama dimana suatu organisasi beradaptasi
terhadap perubahan di pasar, teknologi dan persaingan
5) Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yag
diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan

19
keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja.
Nilai-nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima
sekurang-kurangnya akan mencakup hal-hal berikut :
1) Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan
customer/clients.
2) Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga
dan memelihara agar customer/clients tetap setia.
3) Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi tanpa cacat,
tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan.
4) Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan
dengan pergeseran tuntutan kebutuhan customer/clients mauun
perkembangan teknologi.
5) Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
6) Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui
berbagai cara, antara lain pendidikan, pelatihan,
pengembangan ide kreatif, dan kolaborasi.
Perilaku yang didukung sebagai ASN dalam memaknai esensi
komitmen mutu dapat diwujudkan melalui karakter kepribadian yang
jujur, amanah, cermat, disiplin, efektif, efisien, kreatif, inovatif, melayani
dengan sikap hormat, bertutur kata sopan dan ramah, berlaku adil, bekerja
tanpa tekanan, memiliki integritas tinggi, serta menjaga nama baik dan
reputasi ASN (Lembaga Administrasi Negara, 2014).

e. Anti korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti
kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani coruptio artinya
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral,

20
menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, material,
mental dan umum.

Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk


memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-
norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan Negara
atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada 7 jenis
korupsi menurut Syed Husin Alatas (LAN, 2014:17) yaitu :

1) Korupsi Transaktif yaitu ditandai adanya kesepakatan timbal


balik kedua pihak yang sama-sama aktif demi keuntungan
bersama;
2) Korupsi Ekstroaktif yaitu ditandai adanya tekanan kepada
pihak pemberi untuk menyuap demi kepentingan keselamatan
diri dan koleganya;
3) Korupsi Investif yaitu penawaran barang/jasa yang
keuntungannya diharapkan dimasa datang;
4) Korupsi Nepotistik yaitu ditandai dengan perlakuan khusus
kepada kerabatnya dalam suatu kedudukan;
5) Korupsi Autogenik yaitu korupsi yang di lakukan individu
dengan memanfaatkan kelebihan pemahaman dan
pengetahuannya sendiri;
6) Korupsi Suportif yaitu tindakan korupsi untuk melindungi
tindak korupsi lainnya;
7) Korupsi Defensif yaitu korupsi yang terpaksa dilakukan untuk
mempertahankan diri dari pemerasan.

Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7


kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan
negara; (2) suap-menyuap; (3) pemerasan; (4) perbuatan curang; (5)
penggelapan dalam jabatan; (6) benturan kepentingan dalam pengadaan;
dan (7) gratifikasi.

21
Menanamkan sikap sadar anti korupsi merupakan salah satu cara
untuk menjauhkan diri kita dari korupsi. Nilai-Nilai dasar anti korupsi
adalah sebagai berikut :

1) Jujur
2) Peduli
3) Mandiri
4) Disiplin
5) Tanggungjawab
6) Kerja keras
7) Sederhana
8) Berani
9) Adil
Korupsi juga disebut sebagai kejahatan yang luar biasa, karena
dampaknya menyebabkan kerusakan dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat, dan kehidupan yang luas. Menurut LAN RI
(2014:8) yang dikutip dari berbagai sumber, dampak perilaku dan tindak
pidana korupsi adalah sebagai berikut :
1) Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar
2) Harga infrastruktur lebih tinggi
3) Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan
4) Korupsi menurunkan investasi dan karenanya menurunkan
pertumbuhan ekonomi
5) Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif
terhadap arus investasi asing
6) Negara-negara yang dianggap memiliki tingkap korupsi yang
relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada
negara rentan korupsi
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia
di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu

22
kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi
benteng kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan
menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan
misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses
atau usaha untuk mendapatkan hasil terbaik agar dapat
dipertanggungjawabkan secara publik.

8. Peran dan kedudukan PNS dalam kerangka NKRI

Kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sebagai Role Model, yaitu
merupakan seseorang yang memiliki sifat-sifat yang memenuhi nila-nilai
ANEKA, sehingga menjadi panutan di Lingkungan Kerja. Dalam
membuat rancangan Aktualisasi ini, penulis memiliki panutan seorang
pemimpin yang berintegritas yang tinggi, memiliki kompetensi
dibidangnya, bijaksana, cermat, bertanggung jawab, memiliki visi dan
misi yang baik dan terarah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.

a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. Pelayanan
publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasaan pelanggan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN

23
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
b. Whole of government
Whole of Government adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan darikeseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik.
Whole of Government (WoG) menjelaskan bagaimana instansi
pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah
terhadap isu-isu tertentu. WoG merupakan pendekatan yang
menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat
sektor yang selama ini terbangun.
WoG menjadi hal yang sangat penting yang mendapat
perhatian dari pemerintah karena, pertama, adanya faktor-faktor
eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrsi
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan program pemerintahan yang lebih baik selain
itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya
WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik.
Sebagai institusi formal negara, pemerintah wajib mendorong
tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaan yang menjamin
bersatunya berbagai elemen kebangsaan dalam satu frame. Whole
of Government merupakan salah satu frame yang dapat
diterapkan dalam pemerintahan dalam rangka meminimalisir

24
disintegrasi bangsa dan menghilangkan fragmentasi sektor.
Seluruh elemen Pemerintah, khususnya Aparatur Sipil Negara
(ASN) memiliki peran yang sangat besar terhadap terwujudnya
whole of government. Jenis-jenis pelayanan publik yang dikenal
dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah :
1) Pelayanan yang bersifat administrative
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk
dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Praktek
WoG dalam jenis pelayanan administrasi dapat dilihat dalam
praktek-praktek penyelenggaraan izin dalam satu pintu
seperti PTSP atau kantor SAMSAT.
2) Pelayanan jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan dan lainnya.
3) Pelayanan barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan,
jaringan telepon, listrik dan lainnya.
4) Pelayanan regulative
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang
mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan dalam
5 (lima) macam pola pelayanan, antara lain :
1) Pola pelayanan teknis fungsional
Pola pelayanan ini adalah pelayanan sektoral, yang sifatnya
hanya relevan antara satu sektor dengan sektor tertentu. WoG
dapat dilakukan apabila pola pelayanan publik ini memiliki
karakter atau keterkaitan yang sama.

25
2) Pola pelayanan satu atap
Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadau pada satu
instansi pemerintah yang berkaitan sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Pola ini memudahkan
masyarakat pengguna ijin untuk mengurus permohonan
perijinan,
3) Pola pelayanan satu pintu
Pola pelayanan masyarakt yang diberikan secara tunggal oleh
sutua unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewenang dari unit kerja pemerintah terkait laiinya yang
berkaitan. Wog dilakukan secara utuh, manakala pelayanan
publik disatukan dalam satu unit pelayanan saja, dan rantai
ijin dipangkas menjadi satu.
4) Pola pelayanan terpusat
Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi
pemerintah yang bertindak sebagai koordinator terhadap
pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan
bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan. Pola
ini mirip dengan pelayanan satu atap atau pelayanan satu
pintu. Perbedaannya tergantung pada sejauh mana
kewenangan koordinasi yang diberikan kepada koordinator.
5) Pola pelayanan elektronik
Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan otomasi
dan otomastisasi pemberian layanan yang bersifat elektronik
atau on-line sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.
c. Pelayanan publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

26
barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur
penting dalam pelayanan publik, yaitu:
 Organisasi penyelenggara pelayanan publik.
 Penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentingan.
 Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan (pelanggan).
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah :
1. Partisipatif
2. Transparan
3. Responsif
4. Tidak diskriminatif
5. Mudah dan murah
6. Efektif dan efisien
7. Aksesibel
8. Akuntabel
9. Berkeadilan

d. Konsep Dasar
a) Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya (tiga kalimatau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI 2011)
Pojok Oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan
dalam tatalaksana penderita diare, pojok URO merupakan
bagian dari suatu ruangan di puskesmas (sudut ruangan

27
tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil seorangpetugas
puskesemas dapat mempromosikan Upaya Rehidrasi Oral
(URO) kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk
suatu pemeriksaan bila seseorang penderita memerlukan
URO, maka penderita tersebut dapat duduk di kursi dibantu
oleh ibu/ keluarganyauntuk melarutkan dan meminum oralit
selama waktu observasi 3 jam
b) Fungsi pojok URO
 Mempromosikan upaya – upaya Rehidrasi oral (URO)
 Memberi pelayanan penderita diare
 Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
c) Cara membuat oralit :
 Cuci tangan dengan air dan sabun
 Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc)
 Masukan satu bungkus oralit 200cc
 Aduk sampai larut benar
 Berikan larutan oralit kepada balita
d) Cara memberikan larutan oralit :
 Berikan dengan sendok atau gelas
 Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak
tidak kelihatan haus
 Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian
lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit
 Walau diare beranjut, oralit tetap diteruskan’

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan
a. Tujuan umum
Penyusunan rancangan aktualisasi ini bertujuan untuk dapat
memahami dan memaknai nilai-nilai dasar ASN yang meliputi

28
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi (ANEKA), dapat mengimplementasikan nilai-nilai
ANEKA dan World Of Government (WoG) serta memberikan
kontribusi di lingkungan kerja UPT Puskesmas Kecamatan
Padarincang. Hal tersebut dilakukan guna menerapkan fungsi
ASN sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan, serta perekat
dan pemersatu bangsa.
b. Tujuan khusus
Peserta dapat menerapkan nilai organisasi dalam keseharian
bekerja sesuai dengan nilai organisasi puskesmas padarincang
yaitu bersih dan rapih.
2. Manfaat
a) Organisasi
Puskesmas dapat memberikan pelayanan publik professional
dan berkwalitas.
b) Masyarakat
Masyarakat mendapatkan pelayanan yang prima, professional
dan berkwalitas.
c) Peserta
Pererta menjadi seorang ASN mempunyai nilai dasar
(akuntabilitas, nasionalisme, etika , komitmen mutu, anti
korups) dan dapat memenuhi fungsi dan tugas ASN.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan aktualisasi dilaksanakan mulai tanggal
13 September 2019 sampai dengan 13 Oktober 2019.
2. Tempat pelaksanaan
Kegiatan aktualisasi dilaksanakan di Puskesmas Padarincang.

29

Anda mungkin juga menyukai