TINJAUAN PUSTAKA
Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada
daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling
dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis
sekitar 5 – 10 detik.
Tanda sirkulasi normal :
a. Perfusi perifer : teraba hangat, kering
b.Warna akral : pink/merah muda
e. Agranulositosis
Agranulositosis merupakan kebalikan dari leukemia yang
berakibat pada menurunnya daya tahan terhadap penyakit. Penyakit
ini dapat menyebabkan seorang pasien meninggal karena infeksi yang
tidak dapat ia lawan.
f. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan
sedikitnya kandungan keping darah di dalam darah.
g. Hemofilia
Hemofilia merupakan suatu penyakit yang berakibat sukarnya
darah membeku ketika terjadi pendarahan. Hemofilia termasuk
penyakit keturunan yang terjadi hampir pada semua keturunan
berjenis kelamin laki-laki.
h. Hipertrofi
Hipertrofi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
menebalnya otot-otot jantung. Kelainan ini terjadi akibat katup-katup
jantung tidak berfungsi secara wajar sehingga jantung tidak bekerja
secara esktra agar darah terus mengalir. Pada waktu tertentu, jantung
tidak dapat lagi memberi cukup oksigen kepada jaringan.
i. Jantung koroner
Jantung koroner merupakan penyakit jantung yang di sebabkan
oleh tersumbatnya arteri koroner, yaitu pembuluh yang menyuplai
darah ke jantung. Penyumbatan pembuluh tersebut dapat terjadi
karena adanyaendapan lemak, terutama berupa kolesterol pada lapisan
dalam dinding pembuluh. Penyumbatan pembuluh arteri demikian di
kenal dengan istilaharteriosklerosis.
j. Embolisme koroner
Embolisme koroner merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
arteri koroner terisi oleh bekuan darah secara mendadak. Bekuan
darah berasal dari bagian tubuh lain yang terbawa oleh aliran darah ke
arteri koroner. Jika seluruh arteri terisi (tersumbat), maka dapat
menyebabkan kematian.
k. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium merupakan suatu kelainan pada jantung yang
berakibat atrium berdenyut cepat dan tidak beraturan. Kelainan ini
terjadi akibatdemam rematik dan penyakit tertentu lainnya
l. Varises
Varises merupakan suatu pelebaran pada pembuluh balik (vena).
Varises sering terjadi pada bagian bawah tubuh. Hemaroid atau wasir
merupakan varises yang terjadi pada daerah dubur.
m. Flebitis
Flebitis merupakan gangguan pada vena, yaitu berupa radang
vena. Flebitis dapat di sebabkan oleh tukak atau abses di luar
pembuluh vena. Pada kasus tertentu, flebitis dapat juga terjadi dalam
pembuluh vena.
n. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan
tekanan sistoldi atas 150 mmHg atau tekanan diastol di atas 100
mmHg. Hipertensi atau yang di kenal sebagai tekanan darah tinggi di
tandai dengan badah lemah, pusing, napas pendek dan palpitasi
jantung. Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh arteri dan
kapiler.jika terjadi pada otak, maka di sebut pendarahan otak.
o. Hipotensi
Hipotensi merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan
tekanan sistol dan diastolnya di bawah ukuran normal. Tekanan darah
ideal adalah 120 mmHg untuk sistol dan 70 atau 80 mmHg untuk
diastol. Hipotensi atau tekanan darah rendah di tandai dengan gejala
badan cepat lelah, tangan dan kaki terasa dingin, dan mudah pusing
ketika bangun dari tidur
p. Hemorage
Hemorage merupakan suatu kelainan berupa pendarahan arteri
atau vena, baik di bagian dalam maupun di bagian luar tubuh.
Hemorage selalu berbahaya. Jika pendarahan yang terjadi sebanyak
lebih kurang 30% darivolume darah, maka dapat berakibat kematian
q. Trombus (embolus)
Trombus adalah kelainan pada jantung karena adanya gumpalan di
dalam nadi tajuk. Gumpalan ini menyebabkan penyumbatan di dalam
nadi sehingga otot jantung kekurangan makanan dan oksigen. Hal ini,
menyebabkan sebagian otot jantung mati sehingga terjadi serangan
jantung. Pengobatan dapat dilakukan dengan tekhnik angioplasty yaitu
teknik dimana suatu balon yang tipis dan panjang dimasukkan kedalan
pembuluh darah yang menyempit, kemudian balon itu ditiup
menggelembung dengan tekanan tinggi sehingga melebarkan
pembuluh darah.
2.3 Gangguan Sirkulasi
1. Shock
a. Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok
merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa klien
(BPPPKMN, 2010).
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah
kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme
(Sarwono, 2012).
b. Jenis-jenis Shock menurut Sarwono (2012)
1) Shock Hipovolemik
Shock hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana
terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya
multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok
hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan
hebat (syok hemoragik).
a) Penyebab
Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang
sering/frekuensi, peritonitis)
Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma
(perdarahan post partum / HPP massif, KET-kehamilan
ekstra-uterina terganggu).
b) Diagnosa
Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan
pucat, Capillary refill time memanjang > 2 detik
Tachikardia
Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah,
Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis,
kesadaran menurun
c) Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan
berikan infus cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan
sejumlah kristaloid melebihi yang hilang.
2) Shock Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah
yang beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi
tubuh seseorang. Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan
yang terjadi, maka makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan
yang banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi
dan makin lama syok berlangsung, makin besar risiko mati. Satu
jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”. Dalam
periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat
diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti
kehilangan voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di
jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel
mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell), maka akan
terjadi gagal organ dan kematian.
a. Perdarahan Menyebabkan :
1) Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi
darah dan jumlah oksigen jaringan menurun
2) Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas
transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh
memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang
beredar) 65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata
EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20%
EBV), terjadilah perubahan hemodinamik :
Nadi meningkat
Kekuatan kontraksi miokard meningkat
Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan
nadi turun
b. Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan
kecukupan oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka
hemodinamik terjaga. Untuk perdarahan dengan syok kelas III-
IV diberikan infus kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah
segera setelah sumber perdarahan dan dapat diberikan cairan
golongan plasma substitute (cairan koloid).
c. Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak
jumlah perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.
3) Shock Anafilaktik
a. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi
anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan
kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis
yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks.
Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai
anafilaksis.
b. Penyebab
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien
yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda
asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
c. Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan
penurunan tekanan darah yang tiba - tiba) dengan riwayat
adanya alergi (makanan atau hal – hal lain) atau riwayat setelah
pemberian obat-obatan.
d. Tindakan
1) C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus
kristaloid (RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan
atau intra muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis
yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila
ternyata jantung tidak berdenyut).
2) Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
3) Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.
4) Shock Septik
a. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf
dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden
syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik
pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat,
melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik,
pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan secara menyeluruh.
b. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram
negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh,
pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini
membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang
mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok.
Peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan cairan dari
kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
c. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia.
Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi
menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock
sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh
mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan
mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi
saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi.
Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan
kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering
menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan
pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock sepsis
merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat
diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala
umum adalah:
1) Demam
2) Berkeringat
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot
d. Diagnosis
1) Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
2) Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
e. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean
Arterial Pressure 60 mmHg)
1) Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang
sumber infeksi (pembedahan)
2) Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan
vasopressor (Dopamine atau dikomnbinasi dengan
Noradrenaline).
5) Shock Kardiogenik
a. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang
atau berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi
jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau
obstruksi mekanik jantung; manifestasinya meliputi
hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah,
kekacauan mental, dan kegelisahan.
b. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan –
keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan
Tension pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok,
ada yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk
gangguan yang disebabkan karena gangguan pada fungsi
myocard. Missal : decomp cordis, trauma langsung pada
jantung, kontusio jantung. Tamponad jantung dan tension
pneumothoraks dikelompokkan dalam syok obstructive (syok
karena obstruksi mekanik)
c. Diagnosa
1) Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
2) Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
3) Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade
jantung (bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension
pneumothoraks (hipersonor dan pergeseran letak trakea).
d. Tindakan
1) Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
2) Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
3) Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring
EKG.
4) Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di
ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam
rongga pleura (dekompresi).
2. Aritmia
a. Definisi
Aritmia merupakan masalah pada jantung yang terjadi ketika organ
tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Hal ini
disebabkan oleh impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak
jantung tidak bekerja dengan baik (Dhilon and Bittner, 2010).
b. Jenis Aritmia
Ada empat jenis aritmia menurut Dhilon and Bittner (2010) yang
tergolong umum terjadi, di antaranya:
1) Bradikardia, yaitu suatu kondisi ketika jantung berdetak lebih
lambat atau tidak teratur.
2) Takikardia supraventrikular, yaitu suatu kondisi ketika jantung
berdenyut cepat secara tidak normal.
3) Fibrilasi atrium, yaitu suatu kondisi yang terjadi ketika detak
jantung menjadi tidak teratur dan tingkat kontraksi organ tersebut
sangat tinggi.
4) Fibrilasi ventrikel, yaitu suatu jenis aritmia yang dapat
menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran atau kematian
mendadak akibat detak jantung yang cepat dan tidak teratur.
3. Henti Jantung
Henti jantung ( cardiac death) adalah kematian yang terjadi sebagai
akibat dari hilangnya fungsi jantung secara mendadak. Keadaan ini
termasuk permasalahan kesehatan yang besar dan mengenaskan karena
dapat menyerang secara tiba-tiba serta terjadi pada usia tua maupun muda.
Keadaan henti jantung mendadak bisa saja terjadi pada seseorang dengan
ataupun tanpa penyakit jantung sebelumnya. Penyebab henti jantung yang
paling umum adalah gangguan listrik di dalam jantung. Jantung memiliki
sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap normal.
Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang
abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat
berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak.
Ketika aritmia terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada
darah ke dalam sirkulasi (Dhilon and Bittner, 2010).
2.4 Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
3. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
5. Asidosis metabolik.
6. Pemantauan hemodinamik :
7. Tekanan darah arteri
8. Tekanan vena sentral
9. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
10. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit.
(Mansjoer, 2009)