Anda di halaman 1dari 7

Legal Opinoin

Ratio Legis Pengaturan 9 Jenis Tindak Pidana


Dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual1
Oleh Eddy O.S Hiariej2
Salah satu kejahatan yang menjadi perhatian kita bersama sebagai bangsa adalah kekerasan seksual khususnya terhadap anak
dan perempuan. Meminjam istilah Paus Yohanes Paulus II, kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan adalah graviora delicta
yang berarti kejahatan paling serius. Mengapa ? anak dan perempuan adalah kelompok rentan yang seharusnya dilindungi, namun
justru menjadi objek kejahatan. Sampai dengan tahun 2018 lebih dari 3000 kasus kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan.
Ironinya, hanya sedikit kasus yang dapat dilakukan total enforcement. (Masuk di keterangan Menimbang di DIM 3) Formatted: Font color: Red

Paling tidak ada tiga faktor sehingga lemahnya penegakan hukum terkait kekerasan seksual terhadap perempuan. Pertama,
blaming the victim yang berdasarkan gender stereotyping Kedua, masih ditemukan korban-korban kekerasan seksual sulit memproses
kasusnya karena pandangan kontribusi korban (victim participation ) sehingga diarahkan untuk tidak meneruskan perkaranya ke
pengadilan. Ketiga, kondisi korban yang sangat rentan untuk dijadikan tersangka. Dalam konteks ketiga, kasus Nuril Baiq adalah
contoh konkrit yang berupaya mengungkap kasusnya namun justru dijadikan tersangka dalam kasus pencemaran nama baik dengan
menggunakan UU informasi dan transasksi elektronik. (Masuk sebagai argumentasi DIM 11, DIM 229, DIM 286, DIM 287 , DIM 288, Formatted: Font color: Red

DIM 290) Formatted: Font color: Red

1
Disampaikan secara tertulis kepada Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
2
Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

1
Paling tidak ada tiga faktor sehingga lemahnya penegakan hukum terkait kekerasan seksual terhadap perempuan. Pertama,
blaming the victim yang berdasarkan gender stereotyping Kedua, masih ditemukan korban-korban kekerasan seksual sulit memproses
kasusnya karena pandangan kontribusi korban (victim participation) sehingga diarahkan untuk tidak meneruskan perkaranya ke
pengadilan. Ketiga, kondisi korban yang sangat rentan untuk dijadikan tersangka. Dalam konteks ketiga, kasus Nuril Baiq adalah
contoh konkrit yang berupaya mengungkap kasusnya namun justru dijadikan tersangka dalam kasus pencemaran nama baik dengan
menggunakan UU informasi dan transasksi elektronik. Jika memang demikian, maka untuk memanggulangi kekerasan seksual di masa
mendatang, intervensi negara harus dilakukan dengan menyegerakan pengesahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan
Kekerasan Seksual yang berorientasi pada korban. Termasuk pula formulasi delik serta penanganan dan pemulihan terhadap korban.
Tidak hanya menghukum pelaku, namun lebih dari itu harus ada reparasi terhadap korban termasuk pendampingan secara psikologis.
(Masuk sebagai argumentasi DIM 46-56)

Dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual terhadap 9 jenis tindak pidana yang bila dilihat sepintas
kilas menimbulkan kesan tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, bila dikaji lebih mendalam, antara tidak pidana
yang satu dengan tindak pidana yang lain terdapat perbedaan prinsip. Mengapa tindak pidana dalam Rancangan Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Seksual harus diatur secara rinci ? Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan: Pertama, banyak sekali
modus operandi kekerasan seksual yang berkembang sehingga celah hukum selalu dicari oleh para pelaku. Kedua, korban kekerasan
seksual kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak yang harus dilindungi. Ketiga, masih dalam konteks korban kekerasan seksual,
faktor ekonomi, pendidikan dan strata sosial masih mendominasi para korban. Keempat, sedapat mungkin jangan sampai pelaku
kejahatan lolos dari jeratan hukum, kendatipun penghukuman bukanlah satu-satunya tujuan dari pengaturan ini. Kelima, pengaturan
dalam KUHP sangat terbatas dan sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Keenam, agar lebih komprehensif dalam
menanggulangi kekerasan seksual berdasarkan hasil penelitian panjang yang telah dilakukan terhadap para korban kekerasan seksual.
Amatlah sangat penting jika perumusan tindak pidana dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual

2
disertai dengan penegasan setiap unsur dari tindak pidana tersebut. Selain menampilakn unsur pembeda antara tindak pidana yang
satu dengan tindak pidana yang lain, penguraian setiap unsur amat sangat bermanfaat bagi aparat penegak hukum untuk menjerat
para pelaku tanpa keraguan. Selain itu memberi kemudahan kepada Penuntut Umum terkait unsur-unsur pasal yang harus dibuktikan
di persidangan. Tidaklah menutup kemungkinan seorang pelaku kekerasan seksual dijerat dengan dakwaan berlapis apabila dalam
rangkaian tindak pidana yang dilakukan memenuhi unsur lebih dari satu pasal.

(Masuk sebagai argumentasi DIM 104, DIM 105, DIM 107, DIM 108, DIM 109, DIM 110, DIM 111, DIM 112 DIM 114 – dicantumkan
dibawah masukan JKP3 dan KP)

Amatlah sangat penting jika perumusan tindak pidana dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual
disertai dengan penegasan setiap unsur dari tindak pidana tersebut. Selain menampilakn unsur pembeda antara tindak pidana yang
satu dengan tindak pidana yang lain, penguraian setiap unsur amat sangat bermanfaat bagi aparat penegak hukum untuk menjerat
para pelaku tanpa keraguan. Selain itu memberi kemudahan kepada Penuntut Umum terkait unsur-unsur pasal yang harus dibuktikan
di persidangan. Tidaklah menutup kemungkinan seorang pelaku kekerasan seksual dijerat dengan dakwaan berlapis apabila dalam
rangkaian tindak pidana yang dilakukan memenuhi unsur lebih dari satu pasal.

3
Berikut adalah penguraian setiap unsur pasal 9 jenis tindak pidana Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual

Jenis Tindak Pidana Unsur-Unsur Delik Keterangan

1. Pelecehan Seksual 1) Setiap orang Delik ini dirumuskan secara materiil yang harus menimbulkan
2) Melakukan tindakan fisik atau non fisik kepada orang akibat. Delik ini juga merupakan delik aduan, kecuali
lain terhadap anak dan atau penyandang disabilitas
3) Berhubungan bagian tubuh seseorang dan terkait
hasrat seksual (Masukan sebagai argumentasi di DIM 115) Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
4) Mengakibatkan korban terintimidasi, terhina, Formatted: Normal, Indent: Left: 0"
direndahkan atau dipermalukan
4) Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
(Masukan sebagai usulan perubahan di DIM 115) Formatted: Font color: Red
Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
2. Eksploitasi Seksual 1) Setiap orang Delik ini merupakan delik formil yang lebih menetikberatkan
Formatted: Font color: Red
2) Melakukan tindakan kekerasan, ancaman kekerasan, pada tindakan dan bukan akibat. Bentuk kesengajaan dalam
tipu daya, rangkaian kebohongan, nama atau identitas Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
delik ini sangat spesifik yaitu kesengajaan sebagai maksu.
atau martabat palsu, atau penyalahgunaan Artinya, antara motiv, perbuatan dan akibat haruslah Formatted: Normal, Indent: Left: 0"
kepercayaan terwujud. Keuntungan di sini tidak hanya keuntungan Formatted: Font color: Red
ekonomi, namun juga keuntungan lainnya yang Formatted: Tab stops: 3.46", Left

4
3) Agar seseorang melakukan hubungan seksual mendatangkan kesenangan pada pelaku atau orang lain.
dengannya atau orang lain dan atau perbuatan yang Tegasnya, keuntunga tersebut baik langsung maupun tidak
memanfaatkan tubuh orang tersebut yang terkait langsung.
hasrat seksual
4) Dengan maksud (Masukan sebagai argumentasi di DIM 117)
5) Menguntungkan diri sendiri atau orang lain
5)
(Masukan sebagai usulan perubahan di 117)
3. Pemaksaan Kontrasepsi 1) Setiap orang Delik ini dirumuskan secara materiil yang harus menimbukan
2) Melakukan perbuatan mengatur, menghentikan dan akibat bagi korban tidak dapat memiliki keturunan
atau merusak organ, fungsi dan atau sistem reproduksi
bilogis orang lain (Masukan sebagai argumentasi di DIM 118) Formatted: Font color: Red
3) Dengan kekerasan, ancaman kekerasan, tipu muslihat,
rangkaian kebohongan atau penyalahgunaan
kekuasaan
4) Sehingga orang tersebut kehilangan kontrol terhadap
organ, fungsi dan atau sistem reproduksi
5) Mengakibatkan korban tidak dapat memiliki keturunan
Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
(Masukan sebagai usulan perubahan di 118) Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
5)
Formatted: Font: 12 pt
Formatted: Normal, No bullets or numbering
4. Pemaksaan Aborsi 1) Setiap orang Pemaksaan aborsi dalam delik ini adalah aborsi provocatus
2) Melakukan perbuatan memaksa orang lain melakukan dan bukan aborsi medicinalis. Formatted: Normal, Left, Indent: Left: 0"
aborsi
3) Dengan kekerasan, ancaman kekerasan, tipu muslihat, (Masukan sebagai argumentasi di DIM 119) Formatted: Font color: Red
rangkaian kebohongan atau penyalahgunaan
kekuasaan atau menggunakan kondisi seseroang yang
Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
tidak mampu memberikan persetujuan
Formatted: Normal, Indent: Left: 0"
3)
(Masukan sebagai usulan perubahan di 119) Formatted: Font color: Red
Formatted: Font: 12 pt

5
5. Perkosaan 1) Setiap orang Hal terpenting dari tindak pidana ini adalah merumuskan
2) Melakukan kekerasan ancaman kekerasan, tipu perkosaan sebagai tindakan seseroang memasukkan dan
muslihat, rangkaian kebohongan atau penyalahgunaan atau menggesekkan alat kelaminnya ke vagina, anus, mulut
kekuasaan atau menggunakan kondisi seseroang yang atau bagian tubuh orang lain yang patut diduga sebagai
tidak mampu memberikan persetujuan hubungan seksual. Meliputi perkosaan juga adalah
3) Melakukan hubungan seksual memasukkan bagian tubuhnya yang bukan alat kelamin atau
3) suatu benda ke dalam alat kelamin atau anus orang lain. Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
(Masukan sebagai usulan perubahan di 120) Dengan demikian, perkosaan tidak hanya laki-laki terhadapFormatted: Font: 12 pt, Font color: Red
perempuan, namun juga dapat terjadi laki-laki terhadap laki-
Formatted: Font: 12 pt
laki atau permepuan terhadap perempuan.
Formatted: Normal, Indent: Left: 0"

(Masukan sebagai argumentasi di DIM 120) Formatted: Font color: Red

6. Pemaksaan Perkawinan` 1) Setiap orang


2) Melakukan perbuatan menyalahgunakan kekuasaan
3) Dengan kekerasan ancaman kekerasan, tipu muslihat,
rangkaian kebohongan atau tekanan pisikis lainnya
4) Sehingga seseorang tidak dapat memberikan
persetujuan yang sesungguhnya untuk melakukan
perkawinan
(Masukan sebagai usulan perubahan di 121) Formatted: Font color: Red

7. Pemaksaan Pelacuran 1) Setiap orang Sepintas kiulas tindak pidana pemaksaan pelacuran sama
2) Melakukan kekerasan, ancaman kekerasan, rangkaian dengan tindak pidana eksploitasi seksual, namun terdapat
kebohongan, nama identitas atau martabat palsu, atau perbedaan prinsip mengenai unsur agar seseorang
penyalahgunaan kepercayaan melakukan hubungan seksual dengannya atau orang lain dan
3) Melacurkan seseorang atau perbuatan yang memanfaatkan tubuh orang tersebut
4) Dengan maksud yang terkait hasrat seksual sebagimana yang terdapat dalam
Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
5) Menguntungkan diri sendiri atau orang lain eksploitasi seksual. Sedangkan unsur tersebut tidak ada
Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
dalam pemaksaan pelacuran. Tegasnya, eksploitasi seksual
5) (Masukan sebagai usulan perubahan di 122) lebih luas bila dibandingkan dengan pemaksaan pelacuran.Formatted: Normal, No bullets or numbering
Formatted: Font: 12 pt

6
(Masukan sebagai argumentasi di DIM 122)
8. Perbudakan seksual 1) Setiap orang Bentuk kesengajaan dalam delik ini adalah kesengajaan
2) Melakukan perbuatan yang membatasi ruang gerak sebagai maksud. Hal ini ditandai dengan kata-kata “dengan
atau mencabut kebebasan seseorang tujuan” dalam rumusan delik. Kesengajaan sebagai maksud
3) Dengan tujuan atau dolus directus menghendaki motivasi, perbuatan dan
4) Menempatkan orang tersebut melayani kebutuhan akibat yang terwujud.
seksual dirinya sendiri atau orang lain dalam jangka
waktu tertentu (Masukan sebagai argumentasi di DIM 123) Formatted: Font color: Red
4) Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
(Masukan sebagai usulan perubahan di 123)
Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
9. Penyiksaan Seksual 1) Setiap orang Penyiksaan seksual adalah salah satu bentuk kekerasan
Formatted: Font: 12 pt
2) Melakukan perbuatan seksual yang terdapat dalam gross violence of human right
3) Kekrasan seksual dengan menyiksa korban yang mana seseroang disiksa secara seksual namun Formatted: Normal, Indent: Left: 0"

3) bertujuan di luar hasrat seksual. Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or numbering
(Masukan sebagai usulan perubahan di 124) Formatted: Font: 12 pt, Font color: Red
(Masukan sebagai argumentasi di DIM 124)
Formatted: Normal, Indent: Left: 0"
Formatted: Font: 12 pt
Formatted: Font color: Red

Anda mungkin juga menyukai