Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan informasi pada abad 21 ini telah mengubah

cara pandang seseorang dalam belajar, mengubah sifat pekerjaan yang manual

menjadi berbasis komputer. Selain itu, perkembangan teknologi juga memberikan

dampak perubahan pada makna hubungan sosial yang jauh menjadi lebih dekat

tanpa terkendala jarak. Pada era ini, pengambilan keput usan bersama, beradaptasi,

dan berinovasi menjadi salah satu aspek yang sangat penting. Oleh karena itu,

sekolah ditantang untuk mampu membuat peserta didik memiliki kecakapan dalam

berkomunikasi, berbagi, berpikir kritis, menggunakan teknologi untuk

memecahkan masalah, beradaptasi dan berinovasi serta memperkaya kemampuan

teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru. Untuk membantu menjawab

tantangan tersebut, pemerintah menginisiasi terbentuknya Era Industri Revolusi

4.0.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), menyampaikan bahwa

ada lima kompetensi yang dibentuk dalam membuat standard pembelajaran pada

Era Industri Revolusi 4.0. Adapun lima kompetensi tersebut yakni antara lain;

(1) kemampuan berpikir kritis; (2) kemanpuan kreatif dan inovatif; (3)

keterampilan berkomunikasi; (4) bekerja sama dan berkolaborasi; dan (5) rasa

percaya diri. Muhajir menambahkan bahwasannya rasa percaya diri merupakan

modal yang sangat dibutuhkan peserta didik untuk dapat bergaul pada Era Industri

1
2

Revolusi 4.0 (Jawa Pos, 2 Mei 2018).

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan

berpikir kritis merupakan keterampilan yang paling mendasar pada pembelajaran

di era Industri Revolusi 4.0 ini. Ketrampilan berpikir kritis sangat penting untuk

dimiliki peserta didik agar dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

dalam dunia yang senantiasa berubah. Kemampuan berpikir kritis tidak dapat

dilepaskan dari tingkat kecerdasan dan tingkat pengetahuan peserta didik.

Kecerdasan dan pengetahuan dihasilkan dari seberapa ilmu pengetahuan yang

didapat, sedangkan ilmu pengetahuan didapat dari informasi yang diperoleh baik

secara lisan maupun tulisan. Informasi yang diperoleh melalui tulisan tentu saja

didapat dari kegiatan membaca. Keterampilan membaca dapat membantu peserta

didik dalam memahami berbagai konsep dengan mudah. Hal ini tentu saja dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada anak-anak. Akan tetapi, minat

baca di indonesia masih tergolong rendah.

Berdasarkan study “Most Literred Nation in the World 2016” minat baca

di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara (Replubika, 20 Februari 2018).

Dengan kata lain, negara indonesia menduduki peringkat no dua dari bawah.

Selain itu minat minat baca masyarakat Indonesia disebutkan hanya sebesar 0,01

persen atau 1:10.000. Ironisnya, angka ini berbanding terbalik dengan jumlah

pengguna internet. Data dari statista.com menyebutkan bahwa 44 persen orang

Indonesia mengambil foto dan video menggunakan ponsel. Data Perpustakaan

Nasional tahun 2017 juga menunjukkan bahwa frekuensi membaca orang Indonesia

masih rendah, yakni rata-rata tiga sampai empat kali perminggu, sedangkan jumlah
3

buku yang dibaca rata-rata hanya lima sampai sembilan pertahun (CNN Indonesia,

27 Maret 2108). Minat baca yang renda h merupakan masalah yang serius yang

harus ditanggapi bersama karena berhubungan dengan masa depan generasi muda

bangsa Indonesia. Langkah nyata, yang dapat dilakukan SMK Negeri 1 Prajekan

untuk menumbuhkan minat baca yakni dengan adanya kegiatan budaya literasi di

SMK Negeri 1 Prajekan , yang mana SMK Negeri 1 Prajekan merupakan lembaga

atau tempat dimana proses belajar pembelajaran berlangsung, dan tentunya

kegiatan tersebut tidak terlepas dari aktivitas membaca. Permasalahan yang

ingin dibahas dalam best practice ini adalah bagaimana Peran budaya literasi di

SMK Negeri 1 Prajekan sebagai upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis

untuk siapkan lulusan di era industri 4.0 ?

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan best practice ini adalah

bagaimana pelaksanaan budaya literasi yang dilaksankan di SMK Negeri 1

Prajekan sebagai upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis untuk siapkan

lulusan di era industri 4.0

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan best practice ini adalah Untuk mengetahui

implementasi budaya Literasi di SMK Negeri 1 Prajekan sebagai upaya

peningkatan berpikir kritis untuk siapkan lulusan di era industry 4.0


4

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam keilmuan,

khususnya terkait dengan budaya Literasi Sekolah dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis

2. Manfaat Praktis

a. Menambah wawasan bagi peneliti atau penulis dalam praktik lapangan

yang berhubungan dengan bentuk-bentuk dan implementasi budaya

Literasi Sekolah

b. Memberikan kontribusi sekaligus pemikiran tentang budaya literasi ,

terutama bagi guru dan orang tua agar berperan serta dalam membimbing

anak dalam kegiatan lietarsi.

c. Menunjukkan upaya-upaya kreatif yang dilakukan oleh sekolah untuk

membimbing siswanya dalam menanamkan budaya literasi di sekolah


5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Budaya Literasi

Literasi yang dalam bahasa inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin

yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna

hurufiah literasi berarti kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis.

Seringkali orang yang bisa membaca dan menulis disebut literat, sedangkan orang

yang tidak bisa membaca dan menulis disebut iliterat atau buta aksara. Kern (2000:

) menjelaskan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Selain itu

literasi juga memiliki kesamaan arti dengan belajar dan memahami sumber bacaan.

Menurut Dewi Utama ( 2016 ) Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan

mengakses, memahami, dan mengunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai

aktivitas antara lain membaca, melihat ,menyimak, menulis atau berbicara.

Sedangkan menurut A.Chaedar (2012 ) secara sederhana, literasi dapat diartikan

sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan dalam arti luas kita

mengenalnya dengan melek aksara atau huruf sehingga keberaksaraan bukan lagi

bermaknaan tunggal, melainkan menggandung beberapa arti. Ada macam – macam

keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi komputer, literasi virtual, literasi

matematikan dan sebagainya. Romdhoni (2013) menyatakan bahwa literasi

merupakan peristiwa social yang melibatkan keterampilan-keterampilan tertentu,

yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi dalam bentuk

tulisan.

5
6

Hal ini sejalan dengan pendapat Kern (2000) yang mendefinisikan :

“literasi secara lebih komprehensif sebagai berikut: Literacy is the use of socially,
historically, and culturally-situased practices of creating and interpreting meaning
through texts. It entails at least a tacit awareness of the relationship beetween
textual conventions and their contexts of use and, ideally, the ability to reflect
critically on those relationships. Because it is purposesensitive, literacy is dynamic-
not static-and variable across and within discourse communities and cultures. It
draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of written an spoken
language, on knowledge of genres, and on cultural knowledge. (Literasi adalah
penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, dan situasi kebudayaan
untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi
memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-
hubungan antar konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaannya serta
idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu.
Karena peka dengan maksud/tujuan, literasi itu bersifat dinamis-tidak statis- dan
dapat bervariasi diantara dan didalam komunitas dan kebudayaan. Literasi
memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan,
pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kebudayaan).”

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya literasi

disekolah dapat diartikan sebagai aktivitas literasi antara lain dengan adanya

berbagai aktifitas yang sudah diterapkan disekolah dengan mengumpulkan jurnal

harian siswa dan Ada tagihan lisan dan tulisan yang digunakan sebagai penilaian

non akademik. Menyediakan pojok literasi di perpustakaan, taman, atau lokasi

manapun yang nyaman di lingkungan sekolah.

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi

sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut. :

1. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat

diprediksi,

Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah

untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai

kebutuhan perkembangan mereka


7

2. Program literasi yang baik bersifat berimbang,

Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap

peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi

membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan

jenjang Pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan

memanfaatkan bahan bacaan kayaragam teks, seperti karya sastra untuk anak

dan remaja.

3. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum

Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua

guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun

membutuhkanbahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,

pengembangan professional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada

guru semua mata pelajaran

4. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun

5. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan

Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan

lisan berupadiskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan

diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar

kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk

menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan

menghormati perbedaan pandangan

6. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman

Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di


8

sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan

budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.

B. Meningkatakan Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir merupakan sebuah aktivitas yang selalu dilakukan manusia,

bahkan ketika sedang tertidur. Bagi otak, berpikir dan menyelesaikan masalah

merupakan pekerjaan paling penting, bahkan dengan kemampuan yang tidak

terbatas. Berpikir merupakan salah satu daya paling utama dan menjadi ciri khas

yang membedakan manusia dari hewan. Menurut Sardiman (1996), berpikir

merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis, dan

menarik kesimpulan. Ngalim Purwanto (2007) berpendapat bahwa berpikir adalah

satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu

tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman/pengertian yang

dikehendakinya. Santrock (2011) juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir

adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam

memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan bepikir

secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.

Jika berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak

untuk mengorganisasi informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis

merupakan bagian dari kegiatan berpikir yang juga dilakukan otak. Menurut

Santrock (2011), pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif, serta

melibatkan evaluasi bukti. Jensen (2011) berpendapat bahwa berpikir kritis berarti

proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam mengejar pengetahuan
9

yang relevan dan benar tentang dunia. Cece Wijaya (2010) juga mengungkapkan

gagasannya mengenai kemampuan berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide

atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih,

mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan

mengenai pengertian kemampuan berpikir kritis yaitu sebuah kemampuan yang

dimiliki setiap orang untuk menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih

spesifik untuk mengejar pengetahuan yang relevan tentang dunia dengan

melibatkan evaluasi bukti. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk

menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tidak hanya

mengenal sebuah jawaban. Mereka akan mencoba mengembangkan kemungkinan-

kemungkinan jawaban lain berdasarkan analisis dan informasi yang telah didapat

dari suatu permasalahan. Berpikir kritis berarti melakukan proses penalaran

terhadap suatu masalah sampai pada tahap kompleks tentang “mengapa” dan

“bagaimana” proses pemecahannya.

C. Revolusi Industri 4.0

Istilah Era Revolusi Industri 4.0, pastinya sudah tidak asing lagi bagi kita.

Tetapi juga ada sebagaian orang yang tidak paham dengan apa itu revolusi, apa itu

industri, apalagi ada angka 4 trs angka 0. Pasti sebagian dari kita ada yang kurang

paham atau kurang mengerti istilah ini.


10

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung

secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat.

Sedangkan revolusi industri adalah perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu

dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam

mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi industri telah

mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan

mesin.

Ada empat prinsip rancangan dalam Revolusi Industri 4.0. Prinsip-prinsip

ini membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-

skenario dalam revolusi Industri 4.0

1. Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan

manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain

lewat Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP).

IoT akan mengotomatisasikan proses ini secara besar-besaran

2. Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan

salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital

dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah

agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.

3. Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia

dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh

agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang

mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia


11

secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan,

terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.

4. Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan

sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian,

gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.

Revolusi industry 4.0 telah memperkenalkan teknologi produksi massal

yang fleksibel. Salah satu karakteristik dari revolusi industry 4.0 adalah kecerdasan

buatan atau yang sering disebut AI Artificial Intelligence, salah satunya penggunaan

komputerisasi dan robot yang bertujuan untuk menggantikan tenaga manusia

menjadi murah, cepat, efektif, dan efisien.

Dalam laporan terbaru bertajuk ‘Automation and the future of work in

Indonesia’ yang dirilis September 2019, McKinsey & Company menyebut akan ada

23 juta pekerjaan di Indonesia yang tergantikan robot pada 2030. Meski begitu, ada

27-46 juta pekerjaan baru yang tercipta yang mana 10 juta di antaranya pekerjaan

yang belum pernah ada sebelumnya.

Pekerjaan yang hilang tersebut terutama yang bercirikan pada aktivitas

fisik berulang yang terprediksi. Misalnya, pekerjaan terkait pengumpulan data atau

pemrosesan data yang jumlah pekerjaannya digantikan robot di atas 70 persen.

Sementara pekerjaan baru yang akan lahir lebih banyak terkait dengan

mengelola orang, menyediakan keahlian, dan berinteraksi dengan orang atau

instansi lain.Agar pekerjaan manusia tidak tergantikan oleh robot, perlu SDM yang

mampu bersaing di era industry saat ini.


12

Jadi dapat disimpulkan bahwa revolusi industri memerlukan literasi baru

tidak hanya membaca, menulis, matematika tetapi juga literasi data, berupa

kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di

dunia digital. Lalu literasi teknologi dengan memahami cara kerja mesin, aplikasi

teknologi (coding, artificial intelligence, engineering principles) dan literasi

kemanusiaan, berupa kemampuan mengimplementasikan nilai-nilai humanities,

komunikasi, dan desain.

.
13

BAB III

RENCANA DAN HASIL YANG DICAPAI

A. Pelaksanaan Program Budaya Lietarsi

Berikut adalah Rencana Pelaksanaan Program budaya Literasi yang dilaksnakan di SMK Negeri 1 Prajekan adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1 : Program Pelaksanan Budaya Lietrasi SMK Negeri 1 Prajekan


Indikator Pelaksanaan Realisasi
No Kegiatan/Program Ket
Waktu Pelaks Sdh Blm
1 GERAKAN MEMBACA
a. Membiasakan membaca 1. Terlaksananya program kerja sekolah untuk 15 menit V
senyap 15 menit sebelum membaca.
kegiatan jam pelajaran 2. Tersedia instrumen laporan bacaan siswa V
c. Membudayakan membaca di 1. Tersedia area baca di sekolah. V
setiap kesempatan.
2. Tersedia koleksi bacaan dengan berbagai kebutuhan bahan V
bacaan warga sekolah.
3. Terlihat adanya aktivitas membaca oleh warga sekolah pada V
berbagai kesempatan.

13
14

e. Membiasakan untuk 1. Tersedia kegiatan diskusi atau resensi atau bedah buku. V
berdiskusi tentang buku
2. Terdapat instrumen laporan bacaan pada setiap buku bacaan V
yang sudah dibaca,
non pelajaran
menuliskan
3. Adanya resensi buku yang dibuat oleh peserta didik. V
kembali/membuat resensi,
dan presentasi.
f. Membuat karya atau 1. Adanya kegiatan gelar karya. V
menuliskan kesan atau
2. Tersedianya media untuk memajang karya peserta didik. V
rangkuman setelah selesai
membaca. 3. Adanya dokumentasi kesan atau rangkuman bacaan. V
g. Membudayakan/meramaikan 1. Adanya mading/ buletin/ majalah sekolah. V
mading dan atau buletin/
2. Adanya surat keputusan kepala sekolah tentang susunan V
majalah peserta didik di
redaksi majalah atau bulletin sekolah.
setiap sekolah.
3. Penerbitan mading /buletin/ majalah secara berkala. V
4. Adanya unit kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik. V
h. Mewajibkan setiap guru 1. Adanya penugasan diskusi/presentasi yang tertulis pada V
bidang studi untuk rencana pembelajaran guru.
menerapkan metode diskusi 2. Adanya bahan/materi presentasi oleh peserta didik pada V
dan presen-tasi pada setiap mata pelajaran (powerpoint/bahan belajar lainnya).
beberapa kegiatan 3. Adanya penilaian presentasi peserta didik oleh guru mata V
pembelajaran. pelajaran.
i. Menyediakan sudut Baca 1. Adanya Sudut Buku Kelas di semua atau sebagian kelas. V
buku kelas.
2. Adanya jadwal pengaturan/penggantian koleksi Sudut Baca V
Kelas.
15

3. Terlihat aktivitas membaca oleh peserta didik di luar jam V


pelajaran.
j. Mendokumentasikan karya 1. Adanya kegiatan pengumpulan/pendokumentasian karya V
peserta didik (cerpen, puisi, peserta didik.
dll.) ke dalam bentuk buku. 2. Adanya dokumentasi/display karya peserta didik V
k. Memberikan penghargaan 1. Tersedia program penghargaan kegiatan membaca (pin, V
nonakademik terhadap sertifikat, dll.).
kebiasaan membaca. 2. Adanya kriteria pemberian penghargaan kepada peserta V
didik yang giat membaca.
3. Tersedia contoh penghargaan yang diberikan oleh sekolah. V
l. Mengadakan perayaan litera- 1. Adanya koleksi karya peserta didik yang didokumentasikan V
si sepanjang tahun dan pa- serta ditata.
meran buku, baik nasional 2. Adanya gelar karya peserta didik. V
maupun internasional.
3. Adanya pelaksanaan perayaan hari literasi. V
2 FESTIVAL/ LOMBA LITERASI
a. Lomba penulisan karya 1. Adanya program lomba penulisan karya ilmiah, sastra, atau V
ilmiah, sastra dan atau resensi buku.
resensi buku 2. Adanya kegiatan pembimbingan penulisan karya ilmiah dan V
sastra, atau resensi buku.
b. Lomba membaca puisi, 1. Adanya program lomba membaca puisi, menulis V
menulis puisi/cerpen. puisi/cerpen.
2. Adanya dokumentasi karya puisi/cerpen hasil lomba. V
c. Lomba menulis/mengarang 1. Tersedia jaringan internet. V
di blog bagi guru dan peserta 2. Adanya program lomba menulis/mengarang di blog bagi V
didik SMK guru dan peserta didik.
16

3. Adanya bukti karya tulisan pada blog guru dan peserta didik V
d. Lomba pembuatan desain 1. Adanya program lomba pembuatan desain poster, slogan, V
poster, slogan, karikatur, karikatur, komik untuk konten tertentu.
komik untuk konten tertentu.
2. Adanya contoh penghargaan bagi pemenang lomba.
e. Lomba membuat film 1. Adanya program lomba membuat film pendek/video: V
pendek /video : dokumenter, dokumenter, iklan layanan masyarakat, profil sekolah,
iklan layanan masyarakat, trailer sekolah.
profil sekolah, trailer 2. Adanya dokumentasi karya lomba membuat film
sekolah. pendek/video: dokumenter, iklan layanan masyarakat, profil
sekolah
3 PEMBUDAYAAN E-LEARNING
a. Mendorong pelaksanaan 1. Adanya program penyusunan pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ). 2. Adanya pelatihan penyusunan materi pembelajaran jarak
jauh.
b. Mendorong guru 1. Tersedia jaringan internet.
memproduksi materi 2. Adanya kegiatan penyusunan materi pembelajaran jarak
pembelajaran jarak jauh jauh.
(PJJ). 3. Tersedia bahan presentasi video (video sebagai bagian
presentasi).
4. Tersedia video presentasi (sebagai bentuk upaya guru
memvideokan bahan presentasi).
5. Tersedianya materi jarak jauh (contohnya dengan aplikasi
moodle, quipper.com, edmudo atau lainnya).
17

6. Adanya nama-nama peserta didik yang tercantum dalam


callender edmudo yang dibuka oleh guru.
7. Ada bentuk apresiasi kepada guru yang telah melakukan
memproduksi materi pembelajaran jarak jauh.
4 PEMBUDAYAAN E-MAIL DAN ATAU BLOG WARGA SMK
a. Semua guru dan peserta 1. Tersedianya jaringan internet.
didik SMK memiliki e-mail
dan atau blog. 2. Adanya pelatihan pembuatan blog bagi guru dan peserta
didik.
3. Adanya program pembuatan alamat e-mail dan blog bagi
guru dan peserta didik.
4. Tersedianya hasil unduhan materi-materi yang inspiratif
pada blog warga sekolah
5. Adanya pembimbingan e-literasi secara bertanggung jawab.
b. Membudayakan Guru SMK 1. Adanya materi ajar pada blog guru.
menyajikan materi ajar
melalui blog. 2. Tersedianya materi jarak jauh (contohnya dengan aplikasi
moodle, quipper.com, edmodo atau lainnya).
3. Ada bentuk apresiasi terhadap upaya guru dalam
menyediakan materi ajar pada blog guru.
5 PENYEDIAAN SARANA E-LITERASI
a. Penyediaan akses internet 1. Adanya jaringan internet.
sehat bagi SMK
2. Tersedia area untuk mengakses internet.
3. Adanya program ‘pembatasan’ akses konten internet.
18

6 PENYEDIAAN MATERI AJAR ELEKRONIK


a. Melaksanakan kegiatan 1. Adanya program pelatihan penyusunan materi ajar lektronik.
penyusunan materi ajar.
2. Adanya kegiatan penyusunan materi ajar elektronik.
3. Adanya materi ajar elektronik (telah diunggah dalam laman
sekolah).
b. Mengunggah materi ajar ke Adanya materi ajar elektronik dari SMK yang diunggah di
laman sekolah dan laman laman Direktorat Pembinaan SMK.
Direktorat Pembinaan SMK
7 PENGUATAN/PEMAHAMAN/ APRESIASI BUDAYA
a. Kegiatan ekstrakurikuler 1. Adanya kegiatan ekstrakurikuler teater, tari, seni tradisional.
teater, tari, dan seni 2. Adanya guru pembina ekstrakurikuler teater, tari, seni tra-
tradisional. disional.
3. Adanya jadwal latihan teater, tari, seni tradisional.
4. Adanya kegiatan pementasan teater, tari, seni tradisional.
5. Adanya dokumentasi kegiatan teater, tari, seni tradisional.
b. Nonton bersama, menikmati 1. Adanya program nonton bersama, menikmati budaya.
budaya. 2. Adanya dokumentasi kegiatan nonton bersama, menikmati
budaya.
3. Adanya kegiatan apresiasi budaya.
c. Mengundang budayawan, 1. Adanya program mengundang budayawan, seniman, kreator,
seniman, kreator, tokoh tokoh agama/masyarakat.
agama/masyarakat.
19

2. Adanya kegiatan mengundang budayawan, seniman, kreator,


tokoh agama/masyarakat.
3. Adanya dokumentasi kegiatan mengundang budayawan,
seniman, kreator, tokoh agama/masyarakat.
4. Adanya data peserta didik dan guru yang hadir dalam
mengundang budayawan, seniman, kreator, tokoh agama/
masyarakat.
20

B. Hasil telah dicapai

Peran budaya literasi di SMK Negeri 1 Prajekan sebagai upaya

peningkatan kemampuan berpikir kritis untuk siapkan lulusan di era industri 4.0 ini

sudah kelihatan hasil yang dicapai, adapun hasil dari budaya literasi ini dari adalah

sebagai :

1. Selalui menjadi laganan juara KTI baik tingkat kabupaten, propinsi maupun

tingkat nasional dalam tiap tahunya.

2. Menjadi wakil LKS ( Lomba ketrampilan siswa ) tingkat propinsi jawa timur

3. Sudah membudayanya 15 menit membaca di SMK Negeri 1 Prajekan

4. Sudah adanya situali literasi di lingkungan warga SMK negeri 1 Prajekan

5. Terdapatnya pojok baca di SMK Negeri 1 Prajekan

C. Hambatan Pelaksanaan Budaya Literasi

Adapun pelaksanaan program budaya literasi di SMK Negeri 1 Prajekan

terdapat beberapa Faktor Penghambat dalam pelaksanaannya, adapun faktor –

faktor penghambat itu adalah bedasarkan pengamatan kepala sekolah sebagai

penulis adalah sebagai berikut :

1. Masih belum 100% warga SMK Negeri 1 Prajekan dalam pelaksanaan

program budaya lietarsi

2. Terbatasanya Anggran dalam pelaksanaan program budaya lietarasi di SMK

Negeri 1 Prajekan

3. Masih kurangnya koleksi buku bacaan yang sesuai dengan tingkat

perkembnagan usia siswa dan mendukung revolusi industry 4.0


21

4. Masih belum adanya instrument laporan bacaan yang dilakukan oleh warga

sekolah

D. Startegi Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalah dalam pelaksaan budaya lietrasi di SMK

Negeri 1 Prajekan dapat dilaksanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut

1. Untuk mengatasi tingkat partisipasi budaya lietrasi, di SMK Negeri 1 Prajekan

penulis yang notabennya sebagai kepala SMK Negeri 1 Prajekan melakukan

sosialisasi pelaksanaan program budaya literasi setiap rapat guru, dan rapat

komite tentang pentingnya budaya literasi di SMK Negeri 1 prajekan selain itu

bisa lalui himbauan-himbauan berupa tulisan di lingkungan sekolah

2. Untuk menambah koleksi bahan bacaan imelalui alokasi anggaran belanja

sekolah secara bertahap

3. Menyusun Instrumen tagihan , Untuk memantau pelaksaan budaya literasi di

SMK Negeri 1 Prajekan yang berisi jumlah buku dan jenis buku yang telah

dibaca oleh siswa, guru dan tenaga administrasi dalam tiap harinya

4. Menjalin kerjasama dengan wali murid dan Lembaga terkait tentang pengadaan

koleksi bahan literasi

5. Memprogramkan kegiatan (lomba )yang berhubungan dengan literasi dalam

tiap tahunnya.
22

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada prinsipnya Budaya literasi yang dilaksanakan di SMK Negeri 1

Prajekan terdiri dari 3 Tahap yaitu : 1). Pembiasaan, Pembiasaan kegiatan

membaca yang menyenangkan di sekola. Pembiasaan ini bertujuan untuk

menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri

warga sekolah. 2). Pengembangan, pada tahap ini bertujuan mengembangkan

kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,

berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif

3). Pembelajaran, Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait

dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung

pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku

nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran,

minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran

tertentu

B. Rekomendasi

1. Pengawasan terhadap program-program yang ada ditingkatkan, seperti terdapat

waktu khusus dalam satu minggu untuk membaca bersama buku-buku yang

ada di perpustakaan mini.

22
23

2. Sebaiknya bapak, ibu guru, dan karyawan di sekolah dalam pembiasaan

membaca memberikan ketauladanan dengan mendampingi siswa dan ikut serta

membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, ataupun pada saat waktu

luang.

3. Sebaiknya ada pengembangan program agar tidak terjadi kebosanan pada

siswa, seperti merayakan hari besar nasional dengan nuansa literasi.

4. Sekolah sebaiknya membentuk Tim Literasi Sekolah, agar waktu untuk

kegiatan literasi dapat berjalan lancar.


24

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Satria. 2015. Penumbuhan Budi Pekerti dan Pengembangan Budaya


Literasi. Makalah disajikan dalam Seminar Parenting dan Peluncuran
Gerakan Literasi Sekolah, SMP Negeri 10 Salatiga, 19 Desember 2015.

Direktorat PSMP. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah


Pertama. Jakarta: Kemdikbud.

Eka Nugrahini, 2016, Jendela Pendidikan dan Kebudayaan Gerakan Literasi untuk
Tumbuhkan Literasi, (Edisi VI) (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan,

Farizal, Imronul Novia. 2017. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah


(GLS)dalam Meningkatkan Karakter Peserta Didik di SDN Kauman
1Malang”.Skripsi. Malang: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Faizah, Dewi Utama, dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah. Cet. I.Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Fatmawati, Endang. 2016. “Mendongkrak Minat Baca Melalui Gerakan Literasi


Sekolah”. Membumikan Gerakan Literasi di Sekolah. Yogyakarta: Lembaga
Ladang Kata

Febrianti, Aisah. 2016. Strategi Membangun Budaya Literasi. Diakses dari


http://www. pediapendidikan. com/2016/07/ strategi-membangun budaya
literasi. Html diakses pada 15 Nopember 2019

Hanggi, Olivia Herlina. 2016. “Tiga Perubahan Kecil dalam Literasi Sekolah”.
Membumikan Gerakan Literasi di Sekolah. Yogyakarta: Lembaga Ladang
Kata

Hernowo, ed. 2003. Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk
Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning
Center.

Indartiningsih,2016. “Evaluasi Pelaksanaan Program Gerakan Literasi di SMK


Negeri 4 Purworejo”, Jurnal Porsiding Seminar Nasional

Kundharu Saddhono, dkk. 2014, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia


Teoridan Aplikasi Edisi 2, Yogyakarta: Graha Ilmu,

24
25

Kemdikbud. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta:
Kemdikbud

Muhsin Kalida, dkk., Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri, Cet. II,


(Yogyakarta:Aswaja Pressindo, 2014

Nur Suci Ramadhani, 2018 “Analisis Pelaksanaan Program Gerakan Literasi


(GLS) di SMP Kota Surabaya”, Skripsi, Surabaya: Universitas Airlangga,

Sukino, 2010. Menulis itu Mudah Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal,
Yogyakarta:Pustaka Populer LKIS,

Pangesti Wiedarti, dkk., Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Cet. I, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan,)

Anda mungkin juga menyukai