Mata Kuliah :
EKOLOGI ARSITEKTUR
Disusun oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
2018
ABSTRAK
Pada daerah tropis mempinyai suhu udara dan tingkat kelembaban yang
mendapatkan kenyamanan, namun hal ini dapat diatasi dengan menciptakan aliran
udara di dalam ruangan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sirkulasi udara di
dalam ruangan tidak hanya ditentukan oleh kecepatan udara exterior tetapi juga oleh
keberadaan balkon dan penataan tata ruang interior. Pada tudy ini bertujuan untuk
Maha Esa, karena atas rahmat-nyalah kami dapat menyelesaikan laporan observasi
ini. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan kami
nasihat serta terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi arsitektur
Ibu Ni Made Swanendri, ST., MT. Jika tidak karena bimbingan beliau makalah ini
tidak akan berjalan dengan lancar dan hingga kami dapat membuat makalah ini
dengan baik. Kami berharap agar laporan observasi ini dapat berguna dengan baik,
bagi semua pihak yang terkait dan para pembacanya. Namun dari segala aspek yang
terdapat dalam laporan observasi ini tidak luput dari segala kekurangannya, besar
harapan kami untuk mengharapkan kritik dan saran dari ibu dan pembaca yang
dapat menjadi koreksi kami dalam memperbaiki penulisan dan penyusunan karya
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Indonesia berada dalam garis katulistiwa atau tropis jika dilihat secara
geografis, namun secara termis (suhu) tidak semua wilayah Indonesia merupakan
daerah tropis. Daerah tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan
suhu rata-rata 20º C, sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat
mencapai 35º C dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85%
(iklim tropis panas lembab). Hal itu beraitan dengan kenyamanan yang tercipta
pada setiap penghuni bangunannya. Suhu nyaman termal untuk orang Indonesia
berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%. Ada banyak
desain bangunan dan sistem kontrol atau tindakan adaptif sebagaimana dalam
penelitian Brager dan Dear (2000); ASHRAE (2004). Langkah yang paling mudah
berdampak pada bertambahnya penggunaan energi listrik. Cara yang paling murah
thermal.
Pinggan ?
1.3 Tujuan penulisan Dari rumusan masalah diatas, didapatkan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1.4 Manfaat penulisan adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini,
wawasan masyarakat.
melakukan observasi/penelitian.
3. Bagi Mahasiswa, observasi ini berguna menambah pengetahuan
pada bangunan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan
fungsi. Menurut Amos Rappoport (1981) arsitektur adalah ruang tempat hidup
manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata
budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya
yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan/atau
http://kbbi.web.id/arsitektur).
Pengertian tropis berasal dari kata tropicos dalam bahasa Yunani Kuno
berarti garis balik. Daerah tropis dapat dibagi dalam dua kelompok iklim utama
yaitu tropis basah dan tropis. Indonesia termasuk dalam daerah tropis lembab yang
ditandai oleh kelembaban udara yang relatif tinggi pada umumnya di atas 90%,
curah hujan yang tinggi, serta temperatur rata-rata tahunan di atas 18ÛC dan
biasanya sekitar 23ÛC dan dapat mencapai 38ÛC dalam musim kemarau. Lebih
khusus lagi, Indonesia termasuk dalam daerah sekunder hutan hujan tropis (tropis
lembab).
Indonesia yaitu tropis lembab. Konsep arsitektur tropis, pada dasarnya adalah
tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya ada pada tingkat kenyamanan
ketika pengguna berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk
udara dalam bangunan, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep
sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga
interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat; sebagai
seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
panas dari sumber matahari melalui media bangunan seperti bahan bangunan,
bukaan, shading hingga arah orientasi bangunan. Penggunaan passive design disini
selatan equator dan arah selatan untuk wilayah dibagian utara equator. Hal tersebut
- Thermal Mass, untuk menyimpan panas jika dibutuhkan atau sebagai heat
matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah
secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif.
akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum dijumpai di
Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas
manusia, bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh
didapati. Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu pemikiran mengenai persamaan
thermal merupakan kepuasan yang dialami oleh manusia yang menerima suatu
keadaan thermal, keadaan ini alami baik secara sadar ataupun tidak sadar.
Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang dinilai agak
kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan nilai yang pasti dan selalu
faktor iklim dan faktor individu. Faktor iklim yang mempengaruhi kondisi termal
terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban udara relatif, dan
kecepatan angin serta pergerakan udara di dalam ruang. Sedangkan faktor individu
yang menentukan keadaan suhu nyaman adalah jenis aktivitas serta jenis pakaian
yang digunakan.
1. Temperatur udara
seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin,
dan Kelvin.
lingkungan mulai cukup sulit diterima dirasakan pada suhu 33,5°C TE–
35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak
dapat ditolerir lagi. Kondisi udara yang tidak nyaman cenderung akan
kenyamanan dan kelembanan udara lebih dari 70% serta kurang dari
pelepasan kalor dari tubuh manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan
kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara dengan
tertentu.
3. Kecepatan Angin
hari atau pada musim pergantian. Peranan udara yang bergerak ini
kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang maka kalor yang
4. Insulasi pakaian
dan bahan pakaian yang digunakan. Salah satu cara manusia untuk
beradaptasi dengan keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah
yang ada.
5. Aktivitas
semakin besar.
dari segi arsitektural (Latifa, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald
1. Desain Bangunan
1980). Oleh karena itu, bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas
2. Desain Bukaan
mengurangi tingkat kelembaban di dalam ruangan. Bukaan yang baik harus terjadi
cross ventilation, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan Pengaruh
3. Pengaruh Luar
matahari ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. • semakin jauh
jarak pohon dari suatu bangunan, maka pergerakan udara di dalam bangunan yang
tercipta akan menjadi lebih baik Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya
4. Radiant Cooling
b). Tipe kedua adalah sistem yang memberikan pendinginan melalui panel
khusus
5. Vegetasi
(Sumber : https://www.slideshare.net/kansaamirah/pendinginan-pasif)
BAB IV
TINJAUAN OBYEK
Lokasi Obyek : Desa Pinggan, Kec. Kintamani, Kab. Bangli, Prov. Bali
Fungsi
BAB IV
PEMBAHASAN
Prinsip dasar pertama pada sebuah passive design adalah orientasi, di mana
fasad selatan bangunan harus berorientasi ke arah khatulistiwa di belahan
bumi utara. Ada bangunan Tradisional di Pinggan berorintasi menghadap ke arah
natah,dimana bangunannya saling berhadapan, sehingga dinding dan bukaan ada
yang beberapa mengarah kea rah matahari langsung, membuat ruangan menjadi
lebih cepat panas di pagi dan sore hari karena sudut cahaya matahari mencapai titik
terendah pada waktu tersebut.
4.1.2 Bukaan
4.1.3 Landscape
Penerapan vegetasi pada landscape rumah tradisional bali cukup dominan terlihat
pada bagian selatan, berupa tumbuhan tebu dan tumbuhan hias lainnya.
4.1.5 Overstek
Overstek Adalah perangkat yang sangat berpengaruh di passive design
karena dapat membantu dalam mengurangi overheating selama musim panas. Pada
rumah tradisional Pinggan ini memiliki overstek yang cukup lebar yaitu selebar
50cm pada atap yang berbentuk limasan.
Pola ruang yang berbeda dengan bale – bale yang ada di Bali pada
umumnya. Dimana pada bale ini terdapat tiga ruangan, yaitu : 1. Ruang tidur, 2.
Dapur, 3. Teras. Perbedaan yang sangat menonjol adalah ruang tidur yang
menjadi satu dengan dapur. Alasan mengapa kedua ruang tersebut menjadi satu
adalah, agar pada malam hari saat beristirahat tidak kedinginan. Karena suhu di
daerah Pinggan yang sangat dingin, maka ruang tidur dan Dapur dijadikan satu,
untuk mendapatkan kehangatan.
Elemen Atas
Elemen Bawah
Sumber : Google.com
Elemen Samping
Gambar : Elemen Samping (Anyaman bamboo)
Bahan dinding pada rumah tradisional bali adalah terbuat dari anyaman
bambu yang merupakan material dengan massa thermal tinggi. Material dengan
massa termal bekerja dengan baik sebagai penyimpanan panas baik untuk panas
maupun dingin saat panas dan dingin cukup lambat.
4.1.8 Interior
Pada interior ruangan sebagian besar dipenuhi oleh alat – alat dapur.
Di bagian timur terdapat kayu jati dipotong dengan ukuran yang berbeda –
beda, ada yang tebal dan tipis, kayu jati tersebut didesain seperti rak yang
difungsikan sebagai tempat meletakkan alat – alat dapur.
Gambar : Denah dan Tampak selatan interior
Sumber : Vernadoc
Gambar : Cangkem paon
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Passive desain adalah suatu tindakan yang mengambil manfaat dari
aliran energi alam untuk mengelola kenyamanan termal. Bangunan harus
berorientasi dengan tepat. ciri khas rumah Desa adat Pinggan adalah dengan
Penerapan material menyatu dengan alam yang mudah didapatkan disekitar
Desa Pinggan, karena Pinggan adalah daerah perkebunan dan sebagian
besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Dan sebagian besar
menggunakan material yang dapat menghantarkan panas, karena suhu di
daerah Pinggan sangat dingin.
5.2 Saran
http://e-journal.uajy.ac.id/6806/4/TA313643.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/6931/3/MTA202035.pdf