Anda di halaman 1dari 11

RESUME BUKU BAHASA INDONESIA

UNTUK PERGURUAN TINGGI

Disusun oleh:

Gamaliel Prominent 11000119120126

Kelas D

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019


BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah terbentuk dalam kurun


waktu kurang lebih satu abad. Dalam perjalanan sejarah itu, seluruh akal budi,
pengalaman batin manusia Indonesia terdokumentasikan dalam bahasa Indonesia.
Seiring berjalannya waktu di dunia pendidikan telah dilaksanakan proses
internalisasi Bahasa Indonesia yang sudah tercantum dalam kurikulum SD,
SMTP, dan SMTA. Hal ini dilakukan agar nilai- nilai luhur yang dimiliki para
pendahulu bangsa Indonesia dapat diketahui dan dipelajari generasi masa depan
sebagaimana tercermin di dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana keadaan bahasa
Indonesia, kepribadian juga bergerak secara dinamis. Meski demikian, dinamika
itu hendaknya diarahkan jangan sampai mengikis hati diri bangsa. Lantas,
mengapa mahasiswa dituntut untuk mencermati masalah- masalah kebahasaan
dewasa ini? Dalam mencermati aspek kebahasaan, khususnya pada ragam bahasa
ilmiah, seorang penulis akan dihadapkan pada masalah- masalah yang kompleks.
Dinamika mahasiswa yang penuh karya tulis dan penugasan sehari- hari dikatakan
memerlukan suatu upaya yang berkesinambungan di dalam tata kelola bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Untuk itu seluruh mahasiswa di Perguran Tinggi
patut mencermati kaidah kebahasaan yang hakiki di dalam bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat Perguruan Tinggi di samping


dimaksudkan untuk memupuk rasa memiliki, mencintai, dan bangga
menggunakannya, juga agar para mahasiswa sampai dengan setelah menjadi
sarjana memimiliki tanggung jawab untuk terus membina bahasa Indonesia dan
mengembangkan kemampuan dirinya dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Secara pragmatis, bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi disamping memiliki
kapabiltas sebagai bahasa pengantar di Perguruan Tinggi tetapi secara substansial
bahasa Indonesia juga harus digunakan sebagai alat pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
BAB II

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Dengan Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945,


berarti secara resmi ada negara yang bernama Indonesia. Salah satu yang penting
bagi sebuah negara ialah adanya suatu bahasa yang dapat menghubungkan
pemerintah dengan rakyat, yang biasanya disebut sebagai bahasa resmi. Tonggak
penting pada awal kemerdekaan ialah penetapan Ejaan Republik atau Ejaan
Suwandi 1947. Sejak saat itu ejaan banyak berkembang seperti (pedoman umum
tanggal 9 September 1987, pedoman umum tanggal 11 Agustus 1988, Tata
Bahasa Baku Bahasa indonesia edisi ketiga 2003).

Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan


ini dimiliki bahasa Indonesia sejak dicetuskannya Sumpah pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928 dan terus terpelihara selama bangsa Indonesia tetap kokoh
berdiri. Selanjutnya adalah fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang
berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan alat perhubungan
antarbudaya dan antardaerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di
dalam dunia pendidikan, alat perhubungan tingkat nasional dan alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk itu
kedudukan bahasa Indonesia di alam sosial Indonesia sangat dibutuhkan untuk
merawat dan merajut kebhinekaan yang ada di dalamnya.

Bahasa selalu mengalami perubahan, terjadi karena adanya interaksi berbagai


macam keperluan dan sistem hubungan yang terbuka dan mudah antara satu
daerah dan daerah lainnya, antar satu bangsa dan bangsa lainnya dan dari satu
masa ke masa lainnya tersebarnya konsep – konsep baru mengakibatkan perlunya
perbendaharaaan kata dengan cara meminjma dari bahasa daerah atau bahasa
asing dengan pembentukan kata – kata baru dengan unsur unsur yang sudah ada
dalam bahasa indonesi

BAB III

BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

Bahasa Indonesia digunakan oleh penutur dari berbagai wilayah, lapisan


masyarakat dan usia, dengan tujuan dan konteks yang berbeda- beda. Bahasa
Indonesia dipakai oleh berbagai penutur dengan berbagai tujuan dan berbagai
konteks itu melahirkan corak atau ragam bahasa Indonesia yang berbeda- beda.
Perbedaan ragam hanyalah berkenaan dengan hal- hal seperti misalnya ucapan
atau lafal, intonasi, dan sebagaian kosakata, serta susunan kalimatnya, namun
bahasanya tetap bahasa Indonesia. Berdasarkan tujuan dan konteks pemakaiannya,
bahasa juga memperlihatkan ciri yang berbeda. Bahasa iklan berbeeda dengan
bahas sastra. Sebenarnya keragaman ini masih memiliki berberapa subragam yang
berbeda. Perbedaan yang mendasar untuk membandingkan subragam tersebut
terlatak kepada pengistilahan kosakata setiap bahasa yang dibangun. Setiap
disiplin ilmu disamping menggunakan istilah umum, juga memiliki istilah khusus
atau istilah teknis. Yang dikedepankan oleh kekuatan fundamentalis yang hakiki
dari kaidah ragam kebahasaan Indonesia adalah kekuatan bahasa untuk
mengontrol massa yang banyak untuk menggunakan bahasa tersebut.

Ragam bahasa ilmiah mengikuti tata tulis karya ilmiah yang standar.
Misalnya penggunaan salah satu sistem penulisan rujukan atau catatan kaki
diterapkan secara konsisten, demikian pula dalam menyusun daftar pustaka.
Kegiatan ilmiah termasuk dalam sebagai kegiatan akademis termasuk dalam
situasi resmi, formal sehingga ragam bahasa yang tepat untuk digunakan ialah
ragam bahasa resmi. Ilmu itu berkembang secara akumulatif dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Apa yang sudah dicapai oleh suatu generasi dipelajari oleh
generasi berikutnya, kemudian dikembangkan dan diperluas baik makna yang
tersirat dan tersurat.

BAB IV

MEMBACA KRITIS

Membaca berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis
dengan melisankan dalam hati mengeja atau melafalkan apa yang tertulis dalam
pengertian tersebut membaca merupakan langkah awal untuk memahami suatu
tulisan.

Membaca kritis adalah kegitan membaca sumber bacaan dengan cermat


dan teliti. Membaca kritis juga dapat diartikan membaca dengan ce[at dan tepat
untuk mendapatkan berbagai informasi. Sumber bacaan untuk menulis bermacam-
macam jenisnya. Sumber itu bisa berasal dari sumber yang tersaji baik dalam
bentuk cetakan atau sumber yang tersaji dalam jaringan internet. Keberagaman
membaca kritis tersebut dapat dilakukan sekurang- kurangnya dengan dua teknis
membaca, yaitu: membaca cepat atau sekilas dan membca intensif atau teliti.
Membaca cepat atau sekilas bisa dilakukan untuk dua tujuan, yaitu membaca
cepat untuk menemukan topik sumber bacaan dan membaca cepat untuk
menemukan informasi khusus dari sumber bacaan.

Ragam membaca kritis yaitu ada membaca cepat untuk menjelaskan


berbagai konsep, teori, pendapat pakar, hasil penelitian lalu ada membaca cepat
dilakukan dengan mencari topik- topik utama dari sumber bacaan lalu membaca
cepat untuk menemukan informasi khusus berupa buku standar lalu membaca
cermat untuk menemukan informasi rinci untuk menekankan pada suatu usaha
lalu membaca kritis tulisan yaitu sejenis esai yang membahas suatu masalah
berdasarkan logika lalu mengenali tesis yaitu dengan mengenali tesis dalam
artikel itu lalu meringkas butir – butir penting setiap artikel dapat membantu
dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya ada menyitir konsep – konsep penting
dari pendapat para pakar lalu menentukan bagian yang akan dikutip dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung lalu menentukan implikasi dari
bagian atau sumber yang akan dikutip digunakan sebagai rujukan lalu yang
terakhir ada menentukan posisi penulis sebagai pengutip dipakai sebagai referensi
atau bahan pada karya ilmiah yang akan datang

BAB V

MENULIS PROPOSAL

Berbagai kegiatan pada umumnya didahului oleh suatu usulan atau


proposal kegiatan. Semua kegiatan yang bersifat formal, baik interlembaga
maupun antarlembaga, seperti kegiatan penulisan tugas akhir (skripsi, tesis, atau
disertasi), penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kuliah kerja lapangan,
seminar, pelatihan, dan sebagainya sudah tentu didahului usulan atau proposal
kegiatan. Secara umum proposal adalah suatu saran atau permintaan kepada
seseorang atau suatu lembaga untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Tentunya di dalam suatu proposal memiliki struktur penulisan yang fundamental.
Struktur atau bagian- bagian proposal, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi atau
batang tubuh, latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat, hipotesis,
landasan teori dan tinjauan pustaka serta metode penilitian. Bila kita kaitkan
dengan kehidupan sehari- hari penulisan proposal banyak ragam dan tujuan
pembuatan atau keperluan yang ingin dicapai. Berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai inilah struktur atau bagian- bagian dalam menulis proposal dapat
mengikuti asas kemanfaatan yang artinya dapat disesuaikan, meskipun terdapat
beberapa struktur penting yang tidak boleh dilewatkan atau dihilangkan.

Pembuatan proposal harus memperhatikan hal-hal tertentu agar proposal


yang diajukan dapat diterima atau disetujui oleh pihak donatur atau pimpinan,
yakni Memiliki struktur dan logika bahasa yang jelas, Penyusunan proposal
hendaknya menunjuk orang atau beberapa orang yang ahli dalam menyusun
proposal, Penyusun proposal mempersiapkan bahan-bahan dan informasi yang
diperlukan, yaitu berupa bahan-bahan hasil kesepakatan seluruh panitia,
Menyusun draft proposal dengan sistematis, menarik, dan realistis Proposal
dibicarakan dalam forum musyawarah untuk dibahas, direvisi dan disetujui,
Dibuat proposal yang telah disempurnakan untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya. Lantas mahasiswa atau masyarakat umum haruslah dapat memilah
secara struktur dan kaidah suatu proposal agar menjadi pedoman bersama.

BAB VI

MENULIS AKADEMIK

Menulis akademik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


menghasilkan tulisan akademik. Tulisan akademik ialah karya tulis yang disusun
mahasiswa untuk memperoleh gelar akademik. Terdapat 3 tahap menulis yang
umum yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi. Tahapan ini
memiliki bagian- bagian tersendiri di dalamnya yang saling berkaitan sehingga
menjadi satu kesatuan membentuk suatu karya tulis akademik. Tahap
prapenulisan adalah tahap pemilihan atau penentuan topik, setelah ditentukan
topiknya barulah ditentukan tema dan dibuat judulnya. Kedua, tahap penulisan
yang diawali dengan pengolahan dan analisis data. Ketiga, tahap revisi atau tahap
mengedit tulisan sendiri. Sistematika menulis akademik ini bila kita ikuti dari
awal pastilah memiliki suatu produk karya salah satu contohnya makalah.

Dalam dunia akadeik para ilmuwan (dosen, peneliti) atau calon ilmuwan
(mahasiswa, karyasiswa) dituntut utuk mengembangkan kemampuan, intelektual
pada disiplin ilmu yang ditekuninya. Makalah adalah karya tulis yang membahas
suatu masalah berdasarkan logika, pustaka, atau faktayang disajikan pada suatu
diskusi, lokakarya, simposisum, atau seminar. Sistematika penulisan makalah
yakni judul karangan, abstrak, pendahuluan, pembahasan, simpulan, daftar
pustaka. Selanjutnya terdapat produk dari menulis akademik yaitu menulis
laporan. Laporan adalah dokumen yang menyampaikan informasi mengenai
sebuah masalah yang telah atau sedang diteliti dalam bentuk fakta- fakta yang
diarahan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil. Jenis- jenis laporan
dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu laporan perkembangan, laporan
berkala, laporan laboratoris, laporan praktik kerja, dan laporan hasil penelitian
ilmiah. Unsur- unsur struktur yang umum di dalam laporan adalah halaman udul,
daftar penyerahan, daftar isi, intisari atau abstrak, pendahuluan, isi laporan,
simpulan dan saran, apendiks, bibiliografi. Tentunya penulisan karya tulis
akademik diperlukan sepanjang sebuah manusia berpikir di alam akademik.

BAB VII

PRESENTASI ILMIAH

Dewasa ini presentasi merupakan kegiatan yang sering dilakukan baik


dalam kegiatan ilmiah maupun nonilmiah. Kegiatan ilmiah yakni seminar,
lokakarya, semiloka, diskusi, ujian atau sidang. Sedangkan, kegiatan non ilmiah
seperti pertemuan bisnis, rapat, bahkan kegiatan pramuniaga dalam menawarkan
barang atau jasa. Untuk dapat melakukan presentasi diperlukan pemahaman
tentang dasar- dasar presentasi yaitu bahan, topik, tujuan, kerangka karangan,
pembicara, pendengar, pesan yang dituju, teknisi, alat bantu dan refleksi diri.
Tujuan dalam presentasi ilmiah secara umum juga dapat dijabarkan yaitu
mendorong atau motivasi, menyakinkan, mengajak berbuat, menjelaskan,
menyenangkan. Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan
dalam kegiatan atau forum ilmiah. Kegiatan tersebut berfungsi untuk penyebaran
informasi atau fakta- fakta ilmiah mulai dari pemilihan topik, menentukan tujuan,
mengumpulkan bahan, fakta, dan data yang secara metodologis dapat
dipertanggungjawabkan, melakukan verifikasi data, mengklarifikasikan, sampai
pada menganilisis hingga siap menyajikannya dalam konteks akademik.

Pelaksanaan presentasi yang efektif dapat kita ketahui sebagai langkah


atau upaya untuk menarik minat masyarakat atau kaum awam untuk mendengar
paparan materi yang akan kita sampaikan. Pertama, menjadi pembicara yang
efektif artinya diperlukan kiat. Untuk menarik minat dan bakat peserta, menjaga
agar perhatian peserta, mempertahankan mood peserta, menjaga agar presentasi
tetap fokus pada masalah yang dibahas serta menjaga etika diperlukan hal- hal
berikut yaitu membernaikan diri berbicara, berbicara dengan penuh keyakinan,
mengenali pendengar dan melakukan kontak mata dengan peserta. Kedua, tata
cara dan etika presentasi ilmiah artinya di dalam suatu presentasi haruslah
mengerti etika dan tata cara bagaimana berbicara di depan umum. Bentuk
presentasi di alam ilmiah secara umum dibagi menjadi tiga bentuk yaitu presentasi
mendadak, presentasi dengan persiapan, dan presentasi manuskrip.

BAB VIII

PENYAJIAN LISAN

Istilah berpidato sejajar dengan berceramah, berkhotbah, dan berorasi.


Beberapa istilah tersebut juga bermodal dasar sebagaimana berpidato, yaitu mahir
berbahasa. Pola yang ada dalam keempat istilah tersebut berunsur: pembicara-
pendengar- bahasa- materi. Pola tesebut menggambarkan adanya kegiatan dimana
pembicara bertutur kepada pendengar dengan bahasa sebagai medium demi
tersampaikannya tujuan pesan atau materi yang diinginkan. Kriteria berpidato
yang baik mencakup dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal
berkaitan dengan aspek kebahasaaan, yaitu baik dari segi keindahan maupun dari
segi kesantunan. Kedua, faktor eksternal berkaitan dengan penciptaan karakter di
depan umum.

Tentunya selain terdapat faktor yang memengaruhi sebuah pidato, kita


juga mengenal tata cara dan etika dalam berpidato. Permasalahan yang berkatan
langsung dengan tata cara berpidato seudah semestinya mengacu pada kebenaran
urutan penyusunan seuah wacana atau bentuk karangan. Yaitu berpola urutan:
pembukaan- pengembangan- penutup. Sebab secara isi pidato sejalan dengan isian
uutan sebuah karangan. Menulis naskah pidato hakikatnya adalah menuangkan
gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang akan dilisankan melalui kegiatan
berpidato. Penulisan naskah pidto perlu juga memperhatikan aspek alamiah yang
ada pada setiap manusia, sehingga apa yang disampaikan pertama kali akan
menggungah hati pendengar dan apa yang disampaikan terkahir kali akan
berkesan. Sementara itu menyampaikan pidato banyak ragamnya seperti
menyampaikan tanpa teks, mengahafal teks, membaca teks, membuat kisi- kisi
teks. Untuk itulah kita harus mengenal berbagai macam pidato.

Selain mengenal kita juga harus menyampaikan pidato dengan baik dengan
melisankan naskah/ bahan yang telah disiapkan. Penyampaian materi berpidato
sebenarnya tidak hanya berpusat demi tersalurnya informasi saja, tetapi harus
didasari akan pentingnya menghidupkan dan menghangatkan suasana.

BAB IX

MENULIS SURAT

Dalam kehidupan sehari- hari manusia sebagai makhluk sosial selalu


berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu alat komunikasi dengan orang lain.
Salah satu alat komunikasi yang biasa digunakan adalah surat. Dengan surat
seseorang dapat menyampaikan informasi kepada pihak lain. Fungsi surat dapa
dirinci seperti berikut: sarana komunikasi tertulis, wakil atau duta penulis,
pedoman pelaksanaan tugas, alat bukti, dan alat pengingat. Surat yang baik
memenuhi syarat umum yaitu menggunakan bentuk surat yang standar,
menggunakan bahas Indonesia yang baku, menyatakan isi surat dengan ringkas
dan jelas agar penerima surat dapat memahami isi surat secara cepat. Pemilihan
kata merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan surar. Kata- kata yang
dipilih hendaknya disampaikan secara langsung agar dapat dipahami oleh
pembaca. Ketepatan pilihan kata biasanya berhubungan dengan kata yang
bersinonim. Selanjutnya, kebakuan yang dipergunakan untuk membuat kalimat
harus baku. Serta keumuman yang artinya kata- kata yang digunakan bersifat
umum dan mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia secara umum.
Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan pesan atau
gagasan kepada orang lain. Agar pesan atau gagasan yang disampaikan dapat
dengan mudah dimengerti orang lain, kalimat dalam surat harus disusun secara
efektif. Alinea adalah sejumlah kalimat yang tersusun secara logis dan sistematis
dan mendukung satu ide pokok. Fungsi alinea bagi pembaca adalah untuk
memudahkan pembaca memahami isi surat. Aline dalam surat dinas dibagi
menjadi tiga bagian yaitu alinea pembuka, alinea isi, dan alinea penutup. Jenis
surat dapat diklasifikasikan berdasarkan wujud, pemakaian, kegiatan, sasaran
yang dituju, sifat, dan urgensi penyelesaiannya. Bentuk surat adalah pola atau
susuna letak bagian- bagian surat. Penentuan letak bagian- bagian surat
membentuk bermacam- macam model surat. Dalam surat meyurut ada lima
macam bentuk surat yaitu bentuk lurus penuh, bentuk lurus, dan setengah lurus.

Anda mungkin juga menyukai