Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD FUAD FAHRUDIN
1110016100045
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara
siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
dan project based learning pada materi fungi di kelas X MAN 11 Jakarta tahun
pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu
(quasi experiment) dengan desain Two group, pretest posttest design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling.
Sampel penelitian berjumlah 36 siswa untuk kelas eksperimen Problem Based
Learning dan 36 siswa untuk kelas eksperimen Project Based Learning.
Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan
ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukan
bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning adalah 75,83 dengan standar deviasi 8,06, sedangkan hasil belajar
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
adalah 73.47 dengan standar deviasi 7,45. Meskipun hasil belajar berbeda, namun
hasil uji-t pada taraf α = 0,05 menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
dimana thitung < ttabel atau 1.26 < 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan model pembelajaran Project
Based Learning pada materi fungi.
i
ABSTRACT
Key words: learning model, problem based learning, project based learning,
learning outcomes
ii
KATA PENGANTAR
6. Kepala MAN 11 Jakarta, Ibu Dra. Hj. Naimah Fathoni, Lc., MA., yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut. Bapak Drs.
Amir Kodir, M.Si., selaku Guru Biologi kelas X yang telah membantu
iii
penulis selama melakukan penelitian, dan seluruh siswa kelas X MIA 1, X
MIA 2, dan X MIA 3 yang sangat luar biasa semangatnya dalam belajar.
7. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Muhadirin dan Ibunda Siti
Zuhariyah yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i
ABSTRACT .......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................6
D. Perumusan Masalah .........................................................................7
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................7
F. Manfaat Penaelitian ..........................................................................7
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis ...........................................................................8
1. Belajar dan Hasil Belajar ...........................................................8
a. Pengertian Belajar .................................................................8
b. Pengertian Hasil Belajar .......................................................10
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................11
2. Model Pembelajaran ..................................................................13
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning ........................14
a. Pengertian Problem Based Learning.....................................14
b. Karkateristik Problem Based Learning.................................16
c. Tahap Problem Based Learning ...........................................18
4. Model Pembelajaran Project Based Learning ...........................20
a. Pengertian Project Based Learning.......................................20
b. Karkateristik Project Based Learning...................................22
v
c. Tahap Project Based Learning .............................................23
5. Perbedaan Problem Based Learning dan Project Based
Learning ....................................................................................25
B. Hasil Penelitian Relevan .................................................................27
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................30
D. Hipotesis penelitian ........................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................32
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian .......................................32
C. Populasi dan Sampel .......................................................................33
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................34
E. Instrumen Penelitian ......................................................................34
F. Kalibrasi Instrumen ........................................................................36
G. Teknik Analisi Data ........................................................................38
H. Hipotesis Statistik ...........................................................................41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning ...........43
B. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning ..............46
C. Hasil Penelitian ...............................................................................48
D. Teknik Analisis data .......................................................................52
E. Pembahasan ...................................................................................55
F. Keterbatasan Penelitian ..................................................................60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................61
B. Saran ...............................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................65
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun
manusia yang berpengetahuan. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis
berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan, dan mengontrol
gejala dan peristiwa pendidikan yang bersumber dari pengalaman. 1 Pengetahuan
salah satunya diperoleh melalui jalur sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pengetahuan yang
diperoleh siswa melalui lembaga formal berfungsi untuk membuat kemampuan
berpikir menjadi lebih terstruktur. Walaupun menurut I Gusti Agung Nyoman
Setiawan, seseorang yang tidak memiliki pendidikan formal sekalipun,
kemampuan berpikirnya akan meningkat apabila sering berhadapan dengan
berbagai masalah yang harus dipikirkannya.2
Pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil yang diperoleh melalui
belajar dan diukur dari hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan
alat untuk mengukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang
diajarkan oleh guru. Penguasaan materi oleh siswa beragam ada rendah, sedang,
dan tinggi, hal tersebut tergantung pada sulit dan mudahnya materi pembelajaran.
Permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar ini juga ditemukan khususnya
pada sekolah menengah atas di MAN 11 Jakarta, khususnya mengenai hasil
belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil belajar biologi berdasarkan
wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di sekolah tersebut menunjukan
bahwa kurang dari 50% hasil belajar siswa, yaitu nilai ulangan harian, masih
berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dikarenakan hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam
1
2
waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Oleh
karena itu, rendahnya hasil belajar siswa di sekolah saat ini sangat perlu
diperhatikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa, menurut
Muhibbin Syah keberhasilan proses dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan belajar. Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
siswa, Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa dan faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam
mempelajari materi pelajaran.3
Rendahnya hasil belajar biologi siswa salah satunya disebabkan oleh faktor
pendekatan belajar. Pembelajaran masih menitikberatkan pada peran guru dalam
mentransfer pengetahuan kepada siswa dan menjadi pusat kegiatan pembelajaran
kurang melibatkan peran aktif siswa. Pemahaman siswa akan konsep materi yang
diajarkan akan dirasa kurang dimengerti karena siswa tidak merasakan betul apa
yang disampaikan guru di kelas dan ini dirasa tidak efektif dalam proses
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran seharusnya memberikan peran lebih
banyak kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dirinya. Hal tersebut
dilakukan dengan cara menerapkan metode atau model pembelajaran yang efektif
di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa. Penerapan metode atau model
yang demikian sangat dibutuhkan pada pelajaran sains seperti halnya pada
pelajaran biologi. Dalam hal ini penerapan strategi pembelajaran memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar
siswa.
Menurut Yatim Riyanto suatu prinsip penting dalam psikologi pendidikan
adalah bahwa guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi
siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam dirinya. Guru dapat
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995), h. 132.
3
4
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 145.
4
yang cocok dengan model pembelajaran tertentu pula. Untuk itu dijumpai banyak
model pembelajaran dan gaya belajar dengan tujuan yang berbeda-beda.
Penggunaan model pembelajaran juga karena tuntutan kurikulum yang berlaku,
pada pembelajaran kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud No 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
yang menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran dapat menggunakan beberapa
strategi seperti pembelajaran kontekstual diantaranya yaitu Project Based
Learning dan Problem Based Learning.5
Problem Based Learning merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang
diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seseorang individu yang
mandiri. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dituntut terlibat aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. Langkah awal kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk memahami situasi yang
diajukan baik oleh guru maupun siswa yang dimulai dari apa yang diketahui
siswa.6 Hal ini juga dijelaskan oleh Ridwan Abdullah Sani yang menyatakan
bahwa Problem Based Learning dapat membuat siswa belajar melalui upaya
penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur untuk mengonstruksi
pengetahuan siswa. pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan
penyelidikan dalam menyelesaikan permaslahan dan guru sebagi fasilitator atau
pembimbing.7 Dan juga dijelaskan oleh Sobry Sutikno yang menyatakan bahwa
Problem Based Learning dirancang untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam memecahkan masalah dalam kelompok. Aktivitas siswa dimulai dengan
mengidentifikasi masalah kemudian mencari alternatif jawaban yang paling tepat
sebagai jawaban dari masalah tersebut dan merumuskannya dalam bentuk
pertanyaan yang kemudian ditarik kesimpulannya.8
5
Kemendikbud, Permendikbud No. 103 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, 2014, h. 4
6
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), ed. 2, cet. 2, h. 245-246.
7
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik; Untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Akasara, 2014), h. 127
8
Sobry Sutikno, op cit., h. 101-102
5
9
I Made Wirasana, dkk, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA”, Jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi IPA, Vol. 4, Tahun 2014, h.3.
10
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), ed.
1, cet. 6, h. 144.
11
Ridwan Abdullah Sani, op cit., h. 172.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka terdapat
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Rendahnya hasil belajara biologi siswa, yaitu kurang dari 50% siswa yang
hasil belajarnya mencapai KKM.
2. Pemilihan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajara siswa.
3. Problem Based Learning dan Project Based Learning sudah diteliti
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa, namun belum diketahui mana yang
lebih baik antara keduanya.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah yang akan diteliti dan agar
penelitian lebih jelas serta terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran yang di terapkan yaitu model pembelajaran
Problem Based Learning menurut Ibrahim dan model pembelajaran Project
Based Learnig menurut Ridwan Abdullah Sani.
2. Hasil belajar siswa hanya dibatasi pada aspek kognitif (C1 sampai C4).
3. Konsep yang diajarkan pada penelitian ini adalah konsep fungi (jamur).
4. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X MAN 11 Jakarta tahun
pelajaran 2014/2015.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang
dirumuskan dalam penelitian adalah “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
biologi siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
dan Project Based Learning pada konsep fungi?”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi
siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan
Project Based Learning pada konsep fungi.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang baik kepada semua pihak yang terkait langsung kepada dunia pendidikan dan
sebagai referensi dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi, secara khusus
sebagai berikut:
1. Bagi guru, sebagai bahan masukan agar dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam memilih variasi pembelajaran biologi untuk meningkatkan
hasil belajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk guru-guru lain
dalam memperbaiki teknik pengajarannya sehingga dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar di sekolah.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi belajar, melatih
keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan
kemampuan berfikir dan kemampuan bertanya siswa.
4. Bagi peneliti, sebagai penambah wawasan dan pengalaman serta masukan
untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri
seseorang. Proses belajar dan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait
yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai hasil dari proses. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan,
keterampilan, maupun yang menyangkut nilai sikap.1
Belajar adalah perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya
sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang.2
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.3
Menurut Ernes ER. Hilgard dikutip oleh Riyanto definisi belajar adalah
“Learning is the process by which an activity originates or is changed throught
training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as
distinguished from changes by factor not attributable to training”. Pernyataan ini
memiliki maksud bahwa seseorang dapat dikatakan belajar jika dapat melakukan
1
Tegku Zahara Djaafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta:
Universitas Negeri Padang, 2001), h. 82.
2
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), ed. 2, cet. 2, h. 134.
3
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 88.
8
9
4
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 4-5
5
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: Remaja
Rodakarya. 2011), h. 2.
6
Suyono dan Haryanto, Belajar Dan Pembelajaran; Teori Dan Kosep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9.
7
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 103.
10
8
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet. 4, h. 1.
9
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), h. 155.
10
Tengku Zahara Djaafar, loc cit.
11
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011), cet. 6, h. 162-163.
14
Muhibin Syah, op cit., h. 132.
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 102.
16
Suyono dan Haryanto, op cit., h. 127.
13
2. Model Pembelajaran
Sebelum membahas Problem Based Learning dan Project Based Learning
perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari model pembelajaran itu sendiri.
Menurut Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini model merupakan rencana
atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran
meliputi sumber belajar, subyek pembelajar, lingkungan belajar, dan kurikulum.17
Menurut Dahlan dikutip oleh Sobry Sutikno menjelaskan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.18
Menurut Joyce dan Weil dikutip oleh Rusman berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.19
Model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek proses dan
produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan (joyfull learning) serta mendorong siswa untuk aktif
belajar dan berpikir kreatif. Sedangkan aspek produk mengacu apakah
pembelajaran mampu mencapai tujuan kompetensi, yaitu meningkatkan
kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang
ditentukan.20
17
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 117.
18
Sobry Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran; Menjadikan Proses Pembelajaran
Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, (Lombok: Holistica, 2014), h. 57.
19
Rusman, op cit., h. 133.
20
Sobry Sutikno, op cit., h. 64.
14
21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2010), ed. 1, cet. 7, h. 214.
22
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010) ed. 1, cet.
2, h. 92.
15
sama dalam kelompok untuk mencari solusi dalam masalah dunia nyata dan
mengembangkan keterampilan untuk menjadi siswa yang mandiri. Instruksi dalam
Problem Based Learning lebih berpusat pada siswa, guru berperan sebagai
fasilitator. Selain itu pendekatan ini memungkinkan siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis mereka, menganalisa dan memecahkan permasalahan
yang kompleks, bekerja sama dalam kelompok, dan berkomunikasi secara lisan
ataupun tertulis.23
Menurut Dutch dikutip oleh Taufik Amir menjelaskan bahwa Problem Based
Learning merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar
untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah
yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based Learning
mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber pelajaran yang sesuai.24
Menurut Tan dikutip oleh Taufik Amir Problem Based Learning memiliki
ciri-ciri pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah
memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif
merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka,
mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan
melaporkan solusi dari Masalah.25
Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang penyampaianya
dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang
dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan
23
Behiye Akçay, Problem-Based Learning in Science Education, Journal of Turkish Science
Education, Volume 6, Issue 1, April 2009
24
M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan, (Jakarta: Kencana, 2010), ed. 1, cet. 2
h. 21.
25
Ibid., h. 12.
16
menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan
tercakup dalam kurikulum mata pelajaran.26
Problem Based Learning tidak didesain untuk membantu guru
menyampaikan konsep atau informasi yang terlalu banyak kepada siswa,
melainkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya,
kemampuan problem-solving, dan kemampuan intelektual, belajar berperan
seperti layaknya orang dewasa melalui situasi yang disimulasikan; melatih
ketidaktergantungan dan belajar mandiri.27
Dari beberapa pengertian ahli dapat disimpulkan bahwa Problem Based
Learning adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa terhadap suatu
permasalahan. Dan dalam proses pembelajaran materi bercirikan masalah.
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa akan diberikan masalah-masalah. Masalah
yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Dari
masalah yang diberikan siswa bekerjasama dalam kelompok, mencoba
memcahkannya dengan dengan memanfaatkan berbagai macam kemampuannya
untuk memecahkan suatu permasalahan, dan sekaligus mencari informasi-
informasi baru yang relevan untuk solusinya.
26
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik; Untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Akasara, 2014), h. 127.
27
Richard I. Arends, Learning to Teach, (New York: McGraw Hill, 2007), Seventh edition, pp.
381-382.
17
28
M. Taufik Amir, op cit., h. 22.
29
Ridwan Abdullah Sani, op cit., h. 131.
30
Wina Sanjaya, op cit., h. 214-215
31
M. Paroth dan E. Jordan, “Problem Based Learning Communities: Using The Social
Environment To Support Creativity”, dalam Oon-Seng Tan (Ed.) Problem Based Learning And
Creativity, (Singapore: Cengage Learning, 2009), p. 63.
18
32
I wayan Warmada, Problem Based Learning (PBL) Berbasis ICT, Prosiding seminar
penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan-Based Learning Berbasis ICT
(Information and Communication Technology). 22-23 Oktober 2003, h. 2-3
33
Trianto, op cit., h. 98.
19
34
M. Taufik Amir, op cit., h. 24-25.
35
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), ed.
1, cet. 6, h. 144.
36
Ridwan Abdullah Sani, op cit., h. 172.
21
37
Ida Ayu, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep
dan Keterampilan Berpikir Kritis”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, Volume. 3, Tahun 2013, h. 2-3.
22
38
John W. Thomas, A Review of Research on Project-Based Learning, (California: The
Autodesk Foundation, 2000), pp. 3-4.
39
Made Wena, op cit., h. 145
40
Ibid., h. 151.
23
41
Ridwan Abdullah Sani, op cit., h. 173-174.
24
oleh The George Lucas Educational Foundation, yaitu, Start With the Essential
Question, Design a Plan for the Project, Create a Schedule, Monitor the Students
and the Progress of the Project, Assess the Outcome, Evaluasi the Experince.42
Start With the Essential Question, Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
essensial, yaitu pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa
serta memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Design a Plan
for the Project, Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru
dan siswa dalam menentukan aturan main pengerjaan proyek, guru membantu
siswa untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan materi dan
permasalahannya. Create a Schedule, guru dan siswa secara kolaboratif menyusun
jadwal aktivitas dalam meneyelesaikan proyek. Monitor the Students and the
Progress of the Project, Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor
terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Assess the Outcome,
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian dan
tujuan belajar. Evaluasi the Experince, Guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil akhir proyek yang sudah dijalankan.
Pengerjaan proyek harus melibatkan siswa dalam belajar untuk mencapai
standar yang ditetapkan dalam kurikulum. Pada akhir proses pembelajaran, guru
dan siswa melakukan proses evaluasi baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, mendiskusikan apa yang
sukses mendiskusikan apa yang perlu diubah, dan berbagi ide, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu pengetahuan baru untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pembelajaran.
Menurut Ibrahim yang dikutip oleh Ridwan Abdullah Sani tahap Project
Based Learning dapat dijelaskan pada Tabel 2.2. 43 Sama halnya dengan Problem
Based Learning tahapan ini merupakan tahapan hasil adaptasi untuk pembelajaran
42 The George Lucas Educational Foundation. How Does Project-Based Learning Work?
Tools for understanding the process of planning and building projects . 2007,
(http://www.edutopia.org/project-based-learning-guide-implementation).
43
Ridwan Abdullah Sani, op cit. ,h. 183-185.
25
di Indonesia. Tahapan ini lebih jelas strukturnya sehingga lebih mudah diterapkan
oleh peneliti atau guru.
44
Maggi Slavi-Baden, “Challenging Models and Perspectives of Problem-Based Learning”,
dalam Erik and Anette (Ed.), Management of Change, Implementation of Problem-Based and
Project-Based Learning in Engineering, (Rotterdam: Sense Publisher, 2007), pp. 18-19.
26
Tabel 2.3 Perbedaan Problem based learning dan Project based learning
45
Ridwan Abdullah Sani, op cit., h. 187.
27
Tabel 2.4 Perbedaan Problem based learning dan Project based learning
ditinjau dari proses belajar
46
Miftah Arina Harahap, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Model
Pembelajaran Project Based Learning Dengan Problem Based Learning Pada Materi Pencemaran
Lingkungan Dan Upaya Mengatasinya di Kelas X SMA Negeri 11 Medan”, Skripsi pada
Universitas Negeri Medan, 2014.
47
Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, Andreas Priyono Budi Prasetyo, “Pengaruh Pendekatan
Problem-Based Learning Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis”,
Unnes Journal of Biology Education, Vol. 1, No. 3, Tahun 2012.
48
Bekti Wulandari dan Herman Dwi Surjono, “Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap
Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC di SMK”, Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol. 3,
No. 2, Juni 2013.
29
49
Indah Susilowati, Retno Sri Iswari dan Sri Sukaesih. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Manusia”. Unnes Journal of
Biology Education, Vol. 2, No. 1, Tahun 2013.
50
Susriyati Mahanal, dkk., “Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Pada
Materi Ekosistem Terhadap Sikap Dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang”, Jurnal Pendidikan
Biologi FKIP UM Metro, Vol. 1, No. 1, Tahun 2010.
30
C. Kerangka Berpikir
Sebagai ilmu pengetahuan empiris, perkembangan biologi selalu diawali dari
sebuah permasalahan. Berawal dari permasalahan tersebut, seseorang akan
melakukan observasi yang kemudian akan dilanjutkan oleh kegiatan-kegiatan
yang lain sehingga menghasilkan sebuah teori baru. Berdasarkan kenyataan itu,
maka para pakar pendidikan mulai merumuskan sebuah model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik biologi ini. Pengembangan model pemebelajaran ini
didasarkan pada kurang optimalnya model pembelajaran konvensional yang hanya
dapat membantu siswa memiliki hapalan jangka pendek saja. Pembelajaran
konvensional membuat siswa tidak bisa menghubungkan pengetahuan yang
diperoleh di sekolah dengan pemecahan masalah yang dihadapi siswa pada
kehidupan sehari-hari mereka.
Setiap proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan karakteristik materi yang dipelajari. Karena ketidaksesuaian pembelajaran
yang dilakukan, berkembanglah persepsi pada siswa bahwa biologi merupakan
pelajaran yang sulit dan membosankan. Problem Based Learning dan Project
Based Learning berupaya memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini.
Problem Based Learning dan Project Based Learning menjamin keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan pembelajaran akan
berjalan lebih mudah dan menyenangkan. Diduga terdapat perbedaan hasil belajar
biologi antara yang menggunakan model Problem Based Learning dengan yang
menggunakan model Project Based Learning. Kerangka berpikir penelitian ini
dapat dilihat pada Bagan 2.1.
51
I Made Wirasana Jagantara, Putu Budi Adnyana, dan Ni Luh Putu Manik Widiyanti,
“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha, Program Studi IPA, Vol. 4, Tahun 2014.
31
D. Hipotesis
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang
menggunakan model Problem Based Learning dengan yang menggunakan model
Project Based Learning pada konsep fungi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. 18,
h.114
32
33
Keterangan:
T1 : Hasil pretest
T2 : Hasil posttest
X1 : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen I
X2 : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen II
2 Ibid., h.117.
3 Ibid., h. 119-120.
34
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pada suatu penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua
fenomena itu ini disebut variabel penelitian.4 Dalam penelitian ini digunakan
instrumen tes hasil belajar dan lembar observasi proses belajar.
1. Tes Tertulis
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. yang
disusun berdasarkan KI dan KD yang dipelajari. Adapun tipe tes tertulis yang
digunakan adalah tes objektif berupa pilihan ganda berjumlah 20 soal dengan 5
pilihan jawaban.5 Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan
(pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) yang keduanya dibuat sama untuk dua
kelompok penelitian. Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, tes tersebut
terlebih dahulu diuji-cobakan di kelas XII IPA. Hal ini bertujuan untuk menguji
apakah tes tersebut telah memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian
dengan dilakukan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda
setiap soal. Pada uji coba ini, jumlah soal yang digunakan sebanyak 40 soal
dengan 5 pilihan jawaban. Untuk memudahkan melihat keterwakilan indikator
dalam instrumen ini, maka dibuatlah kisi-kisi instrumen. Untuk lebih memahami
instrumen tes pada penelitian ini, kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.2.
4
Ibid., h. 148.
5
Lampiran 13, h. 137
35
Total 14 10 9 7 40
Keterangan:
*) : soal yang tidak valid
2. Non Tes
Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar
observasi. Lembar observasi merupakan metode pengumpulan data secara
sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada
ojek penelitian. Lembar observasi ini berupa daftar cek (check list) yaitu penataan
data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat nam observer
disertai jenis gejala yang diamati.6
Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar berkaitan dengan
aktivitas guru selama pembelajaran. Selain itu, lembar observasi ini digunakan
untuk mengetahui tercapai tidaknya tahapan kegiatan pembelajaran pada model
Problem based Learning dan Project based Learning.7
6
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 158-160.
7
Lampiran 5 dan 6, h. 105-112
36
F. Kalibrasi instrumen
Untuk menghitung kalibrasi instrumen dalam penelitian ini penulis
menggunakan alat bantu perhitungan analisis data yaitu program anates yang
dikembangkan oleh Drs. Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono ST yang digunakan
untuk uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Hasil
perhitungan tersebut digunakan untuk mengambil soal-soal yang layak diberikan
kepada siswa.
Adapun langkah-langkah penggunaan program anates yaitu: Pertama, Buka
program anates Versi 4.0.9. Kedua, Pilih jalankan anates Pilihan Ganda. Ketiga,
Pilih buat file baru kemudian mengisi jumlah subyek/siswa, jumlah butir soal dan
jumlah pilihan jawaban. Keempat, mengisi kunci jawaban, nama siswa, dan
jawaban siswa pada kolom yang telah disediakan kemudian pilih kembali ke menu
utama. Kelima, pilih olah semua otomatis pada kolom penyekoran. Keenam,
melihat hasil penyekoran kemudian pilih cetak ke file untuk disimpan dan di cetak
1. Uji validitas
Karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaklah memenuhi
persyaratan tes, yakni memiliki validitas yang baik. Menurut Scarvia B. Anderson
yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto disebutkan bahwa sebuah tes disebut valid
apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.8
Perhitungan validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Anates.9 Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan
Anates, dari 40 soal yang diberikan terdapat 22 soal yang valid yaitu nomor 1, 2,
3, 7, 8, 11, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 25, 26, 17, 29, 31, 32, 35, 36, 38, 40. Sedangkan
soal yang tidak valid sebanyak 18 soal. Dari jumah butir soal yang valid yaitu 22
butir soal, peneiti hanya menggunakan soal sebanyak 20 butir soal.10
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara. 2013), ed. 2,
cet. 2, h. 80.
9
Karno To dan Yudi Wibisono, Anates Versi 4.0.9, www.antes.com
10
Lampiran 8, h. 128
37
2. Uji Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.11 Reliabilitas bermakna
keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau konsistensi, dapat
diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dan dapat dipercaya dan konsisten.
Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Anates.12 Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
reliabilitas dari 40 soal yang telah diuji cobakan dengan n=36 tergolong memiliki
reliabilitas tinggi (0,76).13
3. Tingkat kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau
mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu.
Perhitungan tingkat kesukaran dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program Anates.14 Berdasarkan data yang diperoleh dari 40 soal
yang diujicobakan, diperoleh 1 soal dengan kriteria mudah, 21 soal dengan
kriteria sedang, 14 soal dengan kriteria sukar dan 4 soal dengan kriteria sangat
sukar.15 Adapun klasifikasi indeks kesukaran pada Tabel 3.3.
11
Suharsimi Arikunto, op cit., h. 100.
12
Karno To dan Yudi Wibisono, loc cit.
13
Lampiran 9, h. 129
14
Karno To dan Yudi Wibisono, loc cit.
15
Lampiran 10, h. 130
38
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Perhitungan daya pembeda dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program Anates. 16 Adapun klasifikasi indeks daya pembeda dapat
dilihat pada Tabel 3.4.
b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi).
c. Selanjutnya dihitung proporsi z 1, z2, . . . , zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z1),
ୠ ୠ ୠ ୠ
maka S(z1) = ୠ
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan L 0 ini dengan
nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis uji Lilliefors untuk taraf nyata α
yang dipilih.
a. Jika Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima yang berarti data berdistribusi normal
b. Jika Lhitung > Ltabel, maka H0 ditolak yang berarti data tidak berdistribusi
normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan atau perbedaan antara dua
populasi atau sampel. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher, dengan
rumus sebagai berikut:18
ୠ
F= ୠ
ୠ
17
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), ed. 6, cet. 1, h. 466.
18
Ibid., h. 249.
40
Keterangan:
F : Homogenitas
S12 : varians terbesar
S22 : varians terkecil
3. Uji N-gain
Setelah diperoleh data nilai pretest dan postest tiap siswa, kemudian
dilakukan penghitungan N-Gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang
diperoleh setelah kegiatan pembelajaran. Uji N-Gain dapat dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut:19
ୠ ୠ ି ୠ ୠ
N-Gain =
ି ୠ ୠ
19
David E. Meltzer, “The relationship between mathematics preparation and conceptual
learning gains in physics: a possible ‘hidden variable’ in diagnostic pretest scores,” American
Journal of Physics, Vol. 70, No. 12, December 2002, p. 2
41
4. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Uji
hipotesis penelitian ini dengan menggunakan uji-t. Uji-t digunakan untuk
mengetahui apakah kedua kelompok yang diberi perlakuan berbeda atau tidak,
maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata data awal. Penelitian ini menggunakan
uji-t pada taraf siginfikan α = 0,05. Adapun rumus uji t sebagai berikut:20
ିୠ ି ୠୠ ୠ
ୠ ୠି ୠ ୠ
ݐୠୠ ୠ
dengan
ୠୠୠ
ୠ
Keterangan:
x1 = rata hasil belajar kelompok eksperimen I
x2 = rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen II
n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen I
n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen II
S12 = varians data kelompok eksperimen I
S22 = varians data kelompok eksperimen II
S2 = varians total kelompok eksperimen I dan II
t = hasil hitung distribusi t
H. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Keterangan:
µ1 : hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen I
µ2 : hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen II
20
Sudjana, Op cit., h. 239.
42
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes
hasil belajar biologi yang diberikan kepada siswa kelas X MAN 11 Jakarta berupa
pretest dan posttest yang dilakukan pada dua kelas dengan model pembelajaran
yang berbeda, yaitu kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning pada kelas X MIA 2 (36 siswa), sedangkan kelas
eksperimen II menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada
kelas X MIA 3 (36 siswa). Pretest diberikan sebelum perlakuan dilakukan yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kedua kelompok
tersebut. Posttest diberikan setelah perlakuan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar biologi siswa dalam memahami
konsep fungi. Adapun instrumen yang digunakan pada pretest dan posttest dalam
penelitian ini meliputi data hasil belajar biologi siswa melalui tes kognitif
sebanyak 20 soal pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis. berdaskan
data yang terkumpul maka akan dijelaskan gambaran umum dari data yang
diperoleh, yaitu data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II, pengujian hipotesis, pembahasan dari hasil penelitian.
43
44
kebingungan dan bertanya tentang LKS serta proyek yang akan mereka kerjakan.
Setelah dijelaskan siswa pun mulai merencanakan proyek yang akan mereka buat
dan guru berperan sebagai fasilitator.
Tahap ketiga penyusunan jadwal, pada tahap ini guru meminta siswa untuk
menyusun jadwal dalam pelaksanaan proyek yang sudah siswa buat, dan
memberikan masukkan dan menanyakan kendala apa yang mereka hadapi, serta
membimbing siswa selama merancang jadwal penyusunan jadwal proyek. Terlihat
siswa mulai aktif dalam kelompok untuk menentukan jadwal poyek yang akan
mereka kerjakan.
Tahap keempat memonitor siswa dan kemajuan proyek, pada tahap ini guru
meminta laporan dari setiap kelompok apa yang menjadi kendala dan memonitor
sampai dimana pelaksanaan proyek yang sudah mereka lakukan. Terdapat
beberapa kelompok yang memiliki kendala dalam menyelesaikan proyek seperti
perencanaan proyek yang kurang tepat.
Tahap kelima menilai hasil proyek, pada tahap ini guru mempersilahkan
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil proyeknya dan
menunjukkan laporan LKS yang sudah mereka kerjakan dan mengamati jalannya
presentasi dan mengatur waktu untuk kelompok yang tampil. Beberapa siswa aktif
dalam mengikuti presentasi meskipun ada beberapa siswa yang masih pasif saat
temannya sedang presentasi. Siswa menjelaskan hasil diskusinya secara percaya
diri dan sedikit melihat catatan hasil dari diskusi.
3. Kegiatan akhir pembelajaran
Kegiatan akhir pembelajaran atau tahap keenam yaitu mengevaluasi
pengalaman belajar. Pada akhir pembelajaran guru merefleksi semua kegiatan
yang sudah mereka lakuakan tentang pembelajaran berbasis proyek dan
memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai evaluasi mengenai materi
yang telah dipelajari menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.
Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan terhadap materi yang telah mereka
pelajari. Kemudian guru menutup pelajaran dan memberikan kesimpulan terhadap
materi yang telah dipelajari menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning pada konsep fungi.
48
C. Hasil Penelitian
Pembelajaran yang telah dilakukan di kedua kelas eksperimen diakhiri
dengan pemberian tes akhir (posttest). Penggunaan tes dalam penelitian ini
betujuan untuk melihat hasil belajar yang dilakukan selama penelitian. dalam
penelitian ini meliputi data hasil belajar biologi siswa melalui tes kognitif
sebanyak 20 soal pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis. Analisis hasil
belajar siswa pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisis Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
Kelas Kelas
Indikator No Ranah Eksperimen I Eksperimen II
Soal Kognitif
F % F %
1. Mengidentifikasi ciri- 1 C2 35 97.22 33 91.67
ciri umum dan 2 C1 34 94.44 33 91.67
struktur tubuh jamur 3 C1 36 100.00 36 100.00
4 C1 24 66.67 22 61.11
2. Menjelaskan cara 5 C2 16 44.44 13 36.11
hidup dan reproduksi 6 C2 32 88.89 30 83.33
jamur 7 C3 31 86.11 29 80.56
8 C4 29 80.56 30 83.33
9 C4 15 41.67 12 33.33
10 C1 29 80.56 30 83.33
11 C1 25 69.44 32 88.89
3. Mengklasifikasikan 12 C2 33 91.67 33 91.67
dasar pengelompokan 13 C3 26 72.22 15 41.67
jamur 14 C6 20 55.56 24 66.67
15 C3 21 58.33 22 61.11
16 C3 30 83.33 22 61.11
17 C3 25 69.44 28 77.78
4. Menjelaskan peranan 18 C3 24 66.67 26 72.22
jamur bagi kehidupan 19 C2 34 94.44 31 86.11
20 C4 27 75.00 28 77.78
Keterangan:
F : Jumlah siswa yang menjawab benar
49
pertemuan 2 adalah 95 dan nilai terendah adalah 75. Rata-rata dari 2 pertemuan
adalah 81.7. Nilai rata-rata yang didapatkan lebih dari nilai KKM. Hal ini
menunjukan bahwa keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
model pembelajaran Problem Based Learning berhasil dengan baik.
Sedangkan kelas eksperimen II memiliki nilai tertinggi untuk pertemuan 1
adalah 90 dan nilai terendah adalah 75. Nilai tertinggi untuk pertemuan 2 adalah
95 dan nilai terendah adalah 75. Rata-rata dari 2 pertemuan adalah 85.3. Nilai
rata-rata yang didapatkan lebih dari nilai KKM. Hal ini menunjukan bahwa
keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
Project Based Learning berhasil dengan baik.
Dari data rekapitulasi nilai LKS diatas terlihat bahwa nilai rata-rata LKS
kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen I, meskipun
begitu keduanya sama-sam melebihi nilai KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kedua model pembelajaran yaitu Problem Based Learning dan Project Based
Learning keduanya sama-sama memberikan hasil yang baik.
Tabel 4.3 Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Data (Problem Based Learning) (Project Based Learning)
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 36 36 36 36
Nilai tertinggi 65 95 55 85
Nilai terendah 20 65 15 60
Rata-rata 36.81 75.83 35.83 73.47
SD 13.79 8.06 12.45 7.45
51
Berdasarkan Tabel 4.3, data yang diperoleh melalui tes hasil belajar yang
berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal, nilai pretest kelas
eksperimen I model Problem Based Learning dari 36 siswa yang dijadikan sampel
penelitian diperoleh nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 20 dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 36.81 dan standar deviasi (SD) sebesar 13.79. Sedangkan nilai
pretest kelas eksperimen II model Project Based Learning dari 36 siswa yang
dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 55 dan nilai terendah 15
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 35.83 dan standar deviasi (SD) sebesar
12.45.
Data nilai posttest pada kelas eksperimen I model Problem Based Learning
dari 36 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 95 dan
nilai terendah 65, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 75.83 dan standar deviasi
(SD) sebesar 8.06. Sedangkan nilai posttest kelas eksperimen II model Project
Based Learning dari 36 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 73.47 dan
standar deviasi (SD) sebesar 7,45.
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen 1 maupun pada kelas eksperimen 2. Hal ini dapat
1
Lampiran 18, h.146
52
dilihat dari skor rata-rata nilai N-gain kelas eksperimen I sebesar 0,62 yang
termasuk dalam kategori sedang dan nilai rata-rata nilai N-gain kelas eksperimen
II sebesar 0,59 yang termasuk kategori sedang. Namun, diketahui nilai rata-rata
N-Gain kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata N-Gain kelas
eksperimen II.
Masing-masing nilai N-gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu
tinggi (G ≥ 0,70), sedang (0,30 ≤ G ≤ 0,70), dan rendah (G < 0,30). Frekuensi dari
ketiga kategori nilai N-gain dapat dilihat pada Tabel 4.5.
rumusan, jika Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal sedangkan Jika Lhitung >
Ltabel berarti data tidak berdistribusi normal. Adapun hasil perhitungan uji
normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Berdasarkam Tabel 4.6, pada data pretest kelas eksperimen I diperoleh Lhitung =
0.14 dan pada kelas eksperimen II Lhitung = 0,11, sedangkan Ltabel = 0,15. Dapat
dilihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa populasi berdistribusi
normal. Perhitungan uji normalitas data pretest disajikan pada lampiran.2 Pada data
postest kelas eksperimen I diperoleh Lhitung = 0.13 dan pada kelas eksperimen II Lhitung
= 0,12, sedangkan Ltabel = 0,15. Dapat dilihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka dapat
disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas
data posttest disajikan pada lampiran.3
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya
dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak.
Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan varians
kedua kelas, menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan
kriteria pengujian yaitu: jika Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok
2
Lampiran 19, h. 147
3
Lampiran 20, h. 148
54
mempunyai varians yang sama atau homogen. Adapun hasil perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Berdasarkan Tabel 4.7, data pretest didapat Fhitung = 1,23 dan Ftabel = 1,74. Dari
data tersebut maka didapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
pretest kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.
Perhitungan uji homogenitas data pretest disajikan pada lampiran.4
Data posttest didapat Fhitung = 1,17, dan Ftabel = 1,74. Dari data tersebut maka
didapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua
sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen. Perhitungan uji
homogenitas data posttest disajikan pada lampiran.5
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil
belajar kedua kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen,
sehingga pengujian data hasil belajar kedua kelompok dilanjutkan pada analisis
data berikutnya, yaitu uji hipotesis menggunakan uji-t. Pengujian hipotesis ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen I. Adapun kriteria hasil kesimpulan uji-t yaitu
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima, Ha ditolak dan Jika thitung > ttabel maka Ho
4
Lampiran 21, h. 149
5
Lampiran 22, h. 150
55
ditolak, Ha diterima. Adapun hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada
Tabel 4.8.6
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis
Pretest Posttest
Keterangan
Eksperimen I Eksperimen II Eksperimen I Eksperimen II
X 36.81 35.83 75.83 73.47
S2 190.16 155.00 64.96 55.50
Thitung 0.31 1.26
Ttabel (0.05) 1.96 1.96
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan
Berdasarkan Tabel 4.8, hasil perhitungan uji hipotesis data pretest diperoleh
nilai thitung sebesar 0.31 dan ttabel sebesar 1.96. Hasil pengujian yang diperoleh
menunjukkan bahwa hasil thitung < ttabel (0.31 < 1.96). Hal ini berarti bahwa pada
taraf signifikansi 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak, dan ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II.
Hasil perhitungan uji hipotesis data posttest diperoleh nilai thitung sebesar 1.26
dan ttabel sebesar 1.96. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil
thitung < ttabel (1.26 < 1.96). Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 0,05 Ho
diterima dan Ha ditolak, dan ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
hasil prosttest yang signifikan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
E. Pembahasan
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam proses
pembelajaran di MAN 11 Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua kali
pertemuan pada konsep fungi (jamur) yang dilaksanakan pada dua kelas
eksperimen yaitu kelas X MIA 2 berjumlah 36 siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, dan kelas X MIA 3
berjumlah 36 siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pemebelajaran
Project Based Learning. Dalam hal ini peran guru memberikan arahan, motivator,
dan fasilitator apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum
6
Lampiran 23, h. 151
56
dimengerti oleh siswa dalam kelompok, dan bukan sebagai pemberi materi total
dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam
menyampaikan materi ke siswa, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan
solusi dari permasalahan secara bersama-sama.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap hasil belajar, didapatkan hasil pretest
kelas eksperimen I dari 36 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai
tertinggi 65 dan nilai terendah 20 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 36.81 dan
standar deviasi (SD) sebesar 13.79. Sedangkan hasil pretest kelas eksperimen II
dari 36 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 55 dan
nilai terendah 15 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 35.83 dan standar deviasi
(SD) sebesar 12.45. Kemudian hasil posttest kelas eksperimen I dari 36 siswa
yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 65,
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 75.83 dan standar deviasi (SD) sebesar 8.06.
Sedangkan hasil posttest kelas eksperimen II dari 36 siswa yang dijadikan sampel
penelitian diperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 73.47 dan standar deviasi (SD) sebesar 7.45. Dari data tersebut
diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada kedua kelas, baik kelas
eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Dari data tersebut diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan hasil peningkatan yang signifikan pada kedua kelas
tersebut. Pada kelas eksperimen I peningkatan hasil yang didapat yaitu sebesar
39.02 , sedangkan pada kelas eksperimen II yaitu sebesar 37.64.
Pada pengujian normalitas diketahui bahwa agar data berdistribusi normal
maka thitung<ttabel. Berdasarkan data pretest kelas eksperimen I diperoleh 0.14<0.15
dan pada kelas eksperimen II diperoleh 0,11<0.15. Sedangkan Pada data postest
kelas eksperimen I diperoleh 0.13<0.15 dan pada kelas eksperimen II diperoleh
0,12<0.15. Dengan demikian didapatkan bahwa kedua data kelas eksperimen I dan
eksperimen II berdistribusi normal.
Pada pengujian homogenitas diketahui bahwa agar data homogen maka
fhitung<ftabel. Berdasarkan data pretest didapat Fhitung = 1,23 dan Ftabel = 1,74. Dari
data tersebut maka didapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data
pretest kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen dan
57
7
Miftah Arina Harahap, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Model
Pembelajaran Project Based Learning Dengan Problem Based Learning Pada Materi Pencemaran
Lingkungan Dan Upaya Mengatasinya di Kelas X SMA Negeri 11 Medan”, Skripsi pada
Universitas Negeri Medan, 2014.
8
Wuri Widyaingsih, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Minyak Bumi, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012.
9
Susriyati Mahanal, dkk., “Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Pada
Materi Ekosistem Terhadap Sikap Dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang”, Jurnal Pendidikan
Biologi FKIP UM Metro, Vol. 1, No. 1, Tahun 2010.
59
pengetahuan yang didapat oleh siswa lebih bermakna sehingga dapat bermanfaat
dalam kehidupan.10
Perbedaan yang tidak terlalu signifikan pada kedua kelas, kemungkinan
dikarenakan siswa pada kedua kelas tersebut sangat aktif dalam bertanya. Karena
pada saat proses tanya jawab yang dilakukan pada kelas eksperimen I, siswa pada
kelas tersebut sangat antusias bertanya, tidak jauh berbeda dengan keadaan pada
kelas eksperimen II. Perbedaannya hanya pada kelas eksperimen kegiatan Tanya
jawab dilaksanakan pada awal pembelajaran, sebelum penjelasan mengenai materi
fungi dilakukan oleh guru. Tanya jawab di awal tersebut dimaksudkan untuk
mengembangkan pemikiran siswa mengenai konsep fungi secara mandiri,
sebelum dibantu guru
Istilah Problem Based Learning dan Problem Based Learning masing-masing
digunakan untuk menggambarkan sebuah rangkaian model pembelajaran. Secara
konsep keduanya memiliki kesamaan dan sering kali penggunaan istilah PBL
menghasilkan kebingungan, project-based atau problem-based. Problem Based
Learning dan Project Based Learning menunjukkan beberapa kesamaan.
Keduanya merupakan model pembelejaran yang ditujukan untuk membuat siswa
terlibat dalam pembelajaran yang otentik. Siswa disuguhkan proyek atau masalah
yang bersifat terbuka dengan pendekatan dan jawaban yang terbuka pula, kegiatan
pembelajaran direncanakan untuk menstimulasi pengetahuan siswa. Kedua
pendekatan pembelajaran ini didefinisikan pula sebagai pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dan melibatkan guru dalam peranannya sebagai fasilitator.
Problem Based Learning dan Project Based Learning pada dasarnya
mempunyai orientasi yang sama yaitu keduanya merupakan pendekatan
konstruktivis yang menuntut keaktifan siswa dalam belajar. Perbedaan diantara
keduanya mungkin pada langkah pembelajaran. dalam Project Based Learning
produk akhir dikendalikan oleh perencanaan, penghasilan produk dan proses
evaluasi sedangkan Problem Based Learning lebih dikendalikan oleh proses untuk
10
Indah Susilowati, Retno Sri Iswari dan Sri Sukaesih. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Manusia”. Unnes Journal of
Biology Education, Vol. 2, No. 1, Tahun 2013.
60
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat beberapa
kekurangan serta keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara
lain, ialah:
1. Keterbatasan tempat penelitian
Penelitian yang dilakukan terbatas pada satu tempat saja, yakni MAN 11
Jakarta. Sehingga jika penelitian ini dilakukan di tempat lain hasil yang diperoleh
dimungkinkan berbeda. Namun demikian, tempat ini dapat mewakili sekolah
tingkat menengah atas lainnya dan kalaupun hasil yang didapatkan berbeda
dimungkinkan tidak akan jauh berbeda dari hasil penelitian ini.
2. Keterbatasan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan menyesuaikan dengan kebijakan yang diberikan
pihak sekolah, sehingga membatasi penulis dalam memberikan perlakuan
terhadap objek yang akan diteliti. Waktu yang diberikan memungkinkan peneliti
hanya dapat memberikan du kali perlakuan saja. Sehingga dalam penerapan
pembelajaran dirasa kurang optimal.
3. Keterbatasan objek penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi hasil belajar pada aspek kognitif saja,
belum mencakup aspek afektif dan aspek psikomotorik. Sehingga kemampuan
siswa dalam sikap dan praktik tidak menjadi prioritas dalam penelitian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
biologi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning dengan model pembelajaran Project Based Learning pada konsep fungi.
Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji-t yaitu thitung < ttabel (1.26 < 1,96) dengan taraf
signifikan 5%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Guru diharapkan untuk menggunakan pembelajaran Problem Based Learning
dan Project Based Learning dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena
kedua model tersebut mampu memberi nilai hasil belajar yang optimal.
61
DAFTAR PUSTAKA
Basleman, Anisah., dan Mappa, Syamsu. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:
Remaja Rodakarya. 2011.
Paroth, M., and Jordan, E. “Problem Based Learning Communities: Using The
Social Environment To Support Creativity”, in Oon-Seng Tan (Ed.)
Problem Based Learning And Creativity. Singapore: Cengage Learning,
2009.
Siregar, Eveline., dan Nara, Hartini. Teori belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2010.
Suyono dan Haryanto. Belajar Dan Pembelajaran; Teori Dan Kosep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
Lampiran 1
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
B. Kopetensi Dasar
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun
dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong
royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan
dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
Indikator:
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur
3.6.2 Menjelaskan cara hidup dan Reproduksi jamur
3.6.3 Mengklasifikasikan dasar pengelompokkan jamur
3.6.4 Menjelaskan peranan jamur bagi kehidupan
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator:
4.6.1 Merancang percobaan pengamatan jamur mikroskopis pada tempe atau
roti dan makroskopis pada jamur jenis Basidiomycota dengan mengamati
morfologi jamurnya.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali/meneliti, kaji pustaka, berdiskusi, kerja kelompok,
eksperimen siswa dapat :
1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur
2. Menjelaskan cara hidup dan Reproduksi jamur
3. Mengklasifikasikan dasar pengelompokkan jamur
4. Menjelaskan macam-macam peranan jamur dalam kehidupan
5. Merancang percobaan pengamatan jamur mikroskopis pada tempe dan
makroskopis pada jamur jenis Basidiomycota dengan mengamati morfologi
jamurnya
D. Materi ajar
1. Materi Fakta
67
Fungi adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak
memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof. Sel jamur memiliki dinding yang
tersusun atas kitin. . Beberapa jenis jamur memiliki peran yang menguntungkan
dalam pembuatan makanan, diantaranya peranannya dalam pembuatan tempe dan
tapai.
2. Materi Konsep
Jamur memiliki beberapa peranan dalam kehidupan manusia, ada yang
menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Jamur yang menguntungkan
mempunyai berbagai manfaat di antaranya menjaga keseimbangan dan kelestarian
ekosistem, sebagai sumber bahan makanan bergizi tinggi, membuat jenis makanan
baru dan makanan suplemen, untuk obat-obatan dan membasmi organisme penyebab
penyakit.
Beberapa jenis jamur yang dapat merugikan manusia, misalnya jamur yang
bersifat patogen atau menimbulkan penyakit, menghasilkan racun, merusak tanaman
budidaya sehingga menggagalkan panen dan membusukkan bahan makanan.
3. Materi Prinsip
Fungi memiliki ciri-ciri
- Eukariotik
- Tidak berklorofil
- Hidup di tempat yang lembab
- Ada yang berukuran mikroskopis dan makroskopis.
E. Metode pembelajaran :
1. Model : Problem Based Learning
2. Metode : Diskusi Kelompok, Penugasan dan Pengamatan
F. Sumber Pembelajaran
1. Irnaningtyas. 2013. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
2. Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 1: SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta:
ESIS.
3. Lembar Kerja Siswa Problem Based Learning
Tahap 2. Mengorganisasikan
siswa dalam belajar 15
Guru membagikan dan Siswa mencoba menit
menjelaskan LKS berbasis memahami langkah
masalah dan diharapkan kerja pada LKS
terjadi tanya jawab
mengenai LKS tersebut Mengekplorasi
Guru membantu siswa Siswa memulai
untuk mendefinisikan dan perencanaan untuk
mengorganisasikan tugas pemecahan masalah
belajar yang berhubungan yang disajikan dalam
dengan masalah tersebut LKS
Guru memberikan
penjelasan mengenai Siswa menyimak dan
pengamatan yang akan memperhatikan
dilakukan untuk manambah penjelasan guru
informasi dalam pemecahan
masalah
Tahap 3. Membimbing
penyelidikan individu 35
maupun kelompok menit
Guru menyiapkan alat dan Mengamati
bahan percobaan secara Siswa dalam
cermat dan teliti,untuk kelompok :
memenuhi rasa ingin tahu Mengamati
siswa morfologi jamur
mikroskopis dan
makroskopis dari
berbagai bahan
(roti dan tempe
yang sudah
berjamur, jamur
merang, dan jamur
kuping)
70
Tahap 4. Mengembangkan 35
dan mempresentasikan hasil Mengkomunikasi menit
Guru memandu siswa untuk Masing-masing
mempresentasikan hasil kelompok
diskusi kelompok mengenai mempresentasikan
hasil pemecahan masalah hasil diskusi didepan
pada LKS yang sudah kelas
diberikan sebelumnya
Guru mengamati jalannya Setiap kelompok
presentasi dan mengatur tampil presentasi,
waktu untuk kelompok siswa yang lain
yang tampil memberi masukkan
dan pertanyaan
Pertemuan 2
Mengeksplorasi
Guru mengorientasi siswa
pada masalah dengan Siswa memperhatikan
memberikan gambar tempe dan menjawab sesuai
bongkrek dan pertanyaan pengetahuan siswa
Tahap 2. Mengorganisasikan 15
siswa dalam belajar menit
Guru memberikan LKS Siswa mulai
untuk siswa kerjakan secara mengerjakan LKS
berkelompok sesuai langkah kerja
Guru membantu siswa Siswa memulai
untuk mendefinisikan dan perencanaan untuk
mengorganisasikan tugas pemecahan masalah
belajar yang berhubungan yang disajikan dalam
dengan masalah tersebut. LKS
Tahap 3. Membimbing 40
penyelidikan individu menit
maupun kelompok Mengasosiasi
Guru membimbing siswa Siswa berdiskusi
dalam kegiatan diskusi untuk mengumpulkan
untuk mengumpulkan informasi dari
informasi dari berbagai berbagai literatur
literatur
Guru membimbing dan Siswa memperhatikan
memberikan penjelasan dan menyimak
untuk manambah informasi penjelasan guru serta
dalam pemecahan masalah mencatat hal-hal yang
perlu dicatat
Tahap 4. Mengembangkan 40
dan mempresentasikan hasil Mengkomunikasi Menit
Guru memandu siswa untuk Masing-masing
mempresentasikan hasil kelompok
diskusi kelompok mengenai mempresentasikan
hasil pemecahan masalah hasil diskusi didepan
pada LKS yang sudah kelas
diberikan sebelumnya
Guru mengamati jalannya Setiap kelompok
presentasi dan mengatur tampil presentasi,
waktu untuk kelompok siswa yang lain
yang tampil memberi masukkan
dan pertanyaan
I. Penialaian
Teknik penilaian : Tes hasil belajar (PG 20 Soal)
Instrumen : LKS Problem Based Learning
PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e di jawaban yang benar
2. Gunakan waktu yang dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri
6. Tergolong ke dalam jenis jamur apakah jamur roti dan jamur tempe?
a. Zygomycotina
b. Ascomycotina
c. Deuteromycotina
d. Basidiomycotina
e. Eumycotina
8. Roti yang mengandung jamur sebaiknya dibuang saja, karena roti tersebut
mengandung toksin, dari jenis apakah jamur tersebut?
a. Pencillium
b. Aspergillus
c. Fusarium
d. Rosellina
e. Rhizopus
10. Disebut apakah proses pembuatan tapai yang melibatkan jamur Saccharomyces?
a. Meiosis
b. Fragmentasi
c. Fermentasi
d. Hidrolisis
e. Konjugasi
12. Berikut ini manakah yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual dari
jamur divisi Basidiomycotina?
a. Konjugasi & Spora
b. Spora & Konjugasi
c. Konidia & Konidiapora
d. Konidiaspora & Konidia
e. Basidiospora & Konidia
13. Berikut ini manakah yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual dari
jamur divisi Deuteromycotina?
a. Belum diketahui & Konidia
b. Konidia & Belum diketahui
c. Belum diketahui & Askospora
d. Askospora & Belum diketahui
e. Belum diketahui keduanya
14. Dibawah ini manakah pernyataan yang benar mengenai simbion pembentuk
liken?
a. Golongan lumut yang tidak berklorofil
b. Lumut yang hidup saprofit pada kayu mati
c. Lumut penyebab lapuknya kayu dan batuan
d. Simbiosis antara alga dan fungi tertentu
e. Simbiosis antara lumut tak berklorofil dengan alga
c. Konidiospora
d. Miselium
e. Spora
16. Berikut ini manakah pernyataan yang tidak benar mengenai mikoriza?
a. Mikoriza meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah
b. Mikroiza menjadi penghalang biologi terhadap infeksi pathogen akar
c. Mikoriza meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan kelembaban
d. Mikoriza meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur
tumbuhan
e. Mikoriza memindahkan nutrisi dari satu tanaman ke tanaman yang lain
17. Apakah manfaat yang dapat diambil dari jamur Saccharomyces cereviceae dan
Neurospora crassa?
a. Untuk membuat tempe dan alkohol
b. Untuk membuat tape dan tempe
c. Untuk membuat tape dan oncom
d. Penelitian genetika dan oncom
e. Fermentasi alcohol dan penelitian genetika
19. Dibawah ini manakah yang bukan merupakan jenis jamur yang banyak dimakan
oleh manusia?
a. Auricularia polytricha
b. Rhizopus oryzae
c. Saccharomyces cereviceae
d. Volvariella volvacea
e. Pneumonia carinii
KUNCI JAWABAN
1. E
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. E
9. C
10. C
11. D
12. A
13. A
14. D
15. D
16. E
17. C
18. B
19. E
20. B
79
Lampiran 2
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
B. Kopetensi Dasar
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun
dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong
royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan
dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
Indikator:
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur
3.6.2 Menjelaskan cara hidup dan Reproduksi jamur
3.6.3 Mengklasifikasikan dasar pengelompokkan jamur
3.6.4 Menjelaskan peranan jamur bagi kehidupan
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan
dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Indikator:
4.6.1 Merancang percobaan pengamatan jamur mikroskopis pada tempe atau
roti dan makroskopis pada jamur jenis Basidiomycota dengan mengamati
morfologi jamurnya.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali/meneliti, kaji pustaka, berdiskusi, kerja kelompok,
eksperimen siswa dapat :
1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur
2. Menjelaskan cara hidup dan Reproduksi jamur
3. Mengklasifikasikan dasar pengelompokkan jamur
4. Menjelaskan macam-macam peranan jamur dalam kehidupan
5. Merancang percobaan pengamatan jamur mikroskopis pada tempe dan
makroskopis pada jamur jenis Basidiomycota dengan mengamati morfologi
jamurnya
D. Materi ajar
1. Materi Fakta
81
Fungi adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak
memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof. Sel jamur memiliki dinding yang
tersusun atas kitin. . Beberapa jenis jamur memiliki peran yang menguntungkan
dalam pembuatan makanan, diantaranya peranannya dalam pembuatan tempe dan
tapai.
2. Materi Konsep
Jamur memiliki beberapa peranan dalam kehidupan manusia, ada yang
menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Jamur yang menguntungkan
mempunyai berbagai manfaat di antaranya menjaga keseimbangan dan kelestarian
ekosistem, sebagai sumber bahan makanan bergizi tinggi, membuat jenis makanan
baru dan makanan suplemen, untuk obat-obatan dan membasmi organisme penyebab
penyakit.
Beberapa jenis jamur yang dapat merugikan manusia, misalnya jamur yang
bersifat patogen atau menimbulkan penyakit, menghasilkan racun, merusak tanaman
budidaya sehingga menggagalkan panen dan membusukkan bahan makanan.
3. Materi Prinsip
Fungi memiliki ciri-ciri
- Eukariotik
- Tidak berklorofil
- Hidup di tempat yang lembab
- Ada yang berukuran mikroskopis dan makroskopis.
E. Metode pembelajaran :
1. Model : Project Based Learning
2. Metode : Diskusi Kelompok dan Penugasan
F. Sumber Pembelajaran
1. Irnaningtyas. 2013. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
2. Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 1: SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta:
ESIS.
3. Lembar Kerja Siswa Project Based Learning
Pertemuan 2
I. Penialaian
Teknik penilaian : Tes hasil belajar (PG 20 Soal)
Instrumen : LKS Project Based Learning
PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e di jawaban yang benar
2. Gunakan waktu yang dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. Kerjakan soal secara jujur dan mandiri
6. Tergolong ke dalam jenis jamur apakah jamur roti dan jamur tempe?
a. Zygomycotina
b. Ascomycotina
c. Deuteromycotina
d. Basidiomycotina
e. Eumycotina
8. Roti yang mengandung jamur sebaiknya dibuang saja, karena roti tersebut
mengandung toksin, dari jenis apakah jamur tersebut?
a. Pencillium
b. Aspergillus
c. Fusarium
d. Rosellina
e. Rhizopus
10. Disebut apakah proses pembuatan tapai yang melibatkan jamur Saccharomyces?
a. Meiosis
b. Fragmentasi
c. Fermentasi
d. Hidrolisis
e. Konjugasi
12. Berikut ini manakah yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual dari
jamur divisi Basidiomycotina?
a. Konjugasi & Spora
b. Spora & Konjugasi
c. Konidia & Konidiapora
d. Konidiaspora & Konidia
e. Basidiospora & Konidia
13. Berikut ini manakah yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual dari
jamur divisi Deuteromycotina?
a. Belum diketahui & Konidia
b. Konidia & Belum diketahui
c. Belum diketahui & Askospora
d. Askospora & Belum diketahui
e. Belum diketahui keduanya
14. Dibawah ini manakah pernyataan yang benar mengenai simbion pembentuk
liken?
a. Golongan lumut yang tidak berklorofil
b. Lumut yang hidup saprofit pada kayu mati
c. Lumut penyebab lapuknya kayu dan batuan
d. Simbiosis antara alga dan fungi tertentu
e. Simbiosis antara lumut tak berklorofil dengan alga
c. Konidiospora
d. Miselium
e. Spora
16. Berikut ini manakah pernyataan yang tidak benar mengenai mikoriza?
a. Mikoriza meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah
b. Mikroiza menjadi penghalang biologi terhadap infeksi pathogen akar
c. Mikoriza meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan kelembaban
d. Mikoriza meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur
tumbuhan
e. Mikoriza memindahkan nutrisi dari satu tanaman ke tanaman yang lain
17. Apakah manfaat yang dapat diambil dari jamur Saccharomyces cereviceae dan
Neurospora crassa?
a. Untuk membuat tempe dan alkohol
b. Untuk membuat tape dan tempe
c. Untuk membuat tape dan oncom
d. Penelitian genetika dan oncom
e. Fermentasi alcohol dan penelitian genetika
19. Dibawah ini manakah yang bukan merupakan jenis jamur yang banyak dimakan
oleh manusia?
a. Auricularia polytricha
b. Rhizopus oryzae
c. Saccharomyces cereviceae
d. Volvariella volvacea
e. Pneumonia carinii
KUNCI JAWABAN
1. E
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. E
9. C
10. C
11. D
12. A
13. A
14. D
15. D
16. E
17. C
18. B
19. E
20. B
Lampiran 3 91
JAMUR (FUNGI)
Hari/tanggal : kelompok
Kelas :
Anggota : …………………………. ………...
………………………….
………………………….
………………………….
………………………….
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri dan struktur jamur
2. Siswa dapat menjelasakan dasar pengelompokkan jamur
3. Siswa dapat mengenal macam-macam jamur baik secara mikroskopis dan
makroskopis
Sekantong roti yang disimpan di dalam lemari terlupakan selama seminggu, ketika
dibuka roti terlihat kehitaman karena tertutup oleh jamur. Roti yang berjamur
tersebut juga berbau tidak enak, sehingga tidak layak dikonsumsi. Lalu mengapa
roti cepat sekali tumbuh jamur? Jamur jenis apakah yang terdapat pada roti yang
sudah kadaluarsa? Samakah jenis jamur tersebut dengan jamur yang lain? Apakah
ada ciri-ciri tertentu antara jamur yang dapat dimakan dengan jamur yang beracun?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Buatlah sebuah hipotesis pada kolom di bawah ini ! Kamu dapat melakukannya dengan
menjawab pertanyaan sesuai dengan masalah diatas.
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Menguji jawaban sementara sesuai dengan data relevan dari sumber yang kalian
dapatkan. Apakah hipotesis kalian sesuai?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Tulislah kesimpulan dari kegiatan pemecahan masalah yang telah kalian diskusikan
bersama kelompok
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Hari/tanggal : kelompok
Kelas :
Anggota : …………………………. ………...
………………………….
………………………….
………………………….
………………………….
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu mengidentifikasi dasar pengelompokkan jamur
2. Siswa mampu menjelasakan peranan jamur bagi kehidupan
3. Siswa mampu memecahkan masalah dan memberikan solusi pada kasus tempe
bongkrek
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Buatlah sebuah hipotesis pada kolom di bawah ini ! Kamu dapat melakukannya dengan
menjawab pertanyaan sesuai dengan masalah diatas.
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Menguji jawaban sementara sesuai dengan data relevan dari sumber yang kalian
dapatkan. Apakah hipotesis kalian sesuai?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Tulislah kesimpulan dari kegiatan pemecahan masalah yang telah kalian diskusikan
bersama kelompok
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
JAMUR (FUNGI)
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri umum dan struktur tubuh jamur
2. Siswa dapat menjelaskan cara hidup dan Reproduksi jamur
3. Siswa dapat mengklasifikasikan dasar pengelompokkan jamur
4. Siswa dapat menjelaskan macam-macam peranan jamur dalam kehidupan
Petunjuk Umum
1. Bentuklah kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang setiap kelompok
2. Bacalah literatur tentang kingdom fungi untuk memperkuat pemahaman anda
3. Dalam mengerjakan LKS diskusikanlah dengan teman kelompokmu
4. Konsultasikanlah dengan guru jika menemui kesulitan dalam mengerjakan LKS
5. Setelah mengerjakan LKS dalam kelompok, maka presentasikanlah tugas yang
telah kalian kerjakan di depan kelas agar anggota kelompok yang lain
menanggapi
Hari/tanggal : kelompok
Kelas :
Anggota : …………………………. ………...
………………………….
………………………….
………………………….
………………………….
3. Jika kalian tidak yakin dengan rumusan pertanyaan yang kalian buat, silahkan
meminta bantuan kepada bapak/ibu guru dalam merumuskan pertanyaan dan
mencari informasi
Judul Proyek :
Tujuan :
Langkah kerja :
Pembahasan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kesimpulan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Lampiran 5
Keterlaksanaan
No Aspek yang diamati (√)
Ya Tidak
KEGIATAN AWAL
Guru mengucapkan salam dan berdoa √
Guru mengabsensi siswa √
Guru menjelaskan tentang pembelajaran berbasis √
1. masalah
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
√
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang
terdiri dari 5-6 orang
KEGIATAN INTI
Tahap 1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menarik perhatian siswa dengan menampilkan √
gambar berkaitan dengan jamur
Guru mengorientasi siswa pada masalah dengan
menampilkan gambar roti berjamur dan √
memberikan pertanyaan
Mengapa roti cepat sekali tumbuh jamur?
Jamur jenis apakah yang terdapat pada roti yang
sudah kadaluarsa?
Apakah ada ciri-ciri tertentu antara jamur yang
dapat dimakan dengan jamur yang beracun?
2
Tahap 2. Mengorganisasikan siswa dalam belajar
Guru membagikan dan menjelaskan LKS berbasis √
masalah
Guru membantu siswa dalam mengorganisasikan √
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
√
Guru memberikan penjelasan mengenai pengamatan
yang akan dilakukan manambah informasi dalam
pemecahan masalah
106
KEGIATAN AKHIR
Guru mengajukan beberapa pertanyaan sebagai √
3 evaluasi
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan √
salam
Keterlaksanaan
No Aspek yang diamati (√)
Ya Tidak
KEGIATAN AWAL
Guru mengucapkan salam dan berdoa √
Guru mengabsensi siswa √
1. √
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
√
Guru meminta siswa duduk dengan kelompoknya
KEGIATAN INTI
Tahap 1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menarik perhatian siswa dengan menampilkan √
gambar berkaitan dengan jamur
Guru mengorientasi siswa pada masalah dengan √
memberikan gambar tempe bongkrek dan
pertanyaan
Apakah semua jenis jamur dapat dikonsumsi?
Tahukah kalian tentang kasus tempe bongkrek?
Mengapa tempe bongkrek dapat menyebabkan
kematian?
KEGIATAN AKHIR
Guru mengajukan beberapa pertanyaan sebagai √
3 evaluasi
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan √
salam
Lampiran 6
Keterlaksanaan
No Aspek yang diamati (√)
Ya Tidak
KEGIATAN AWAL
Guru mengucapkan salam dan berdoa √
Guru mengabsensi siswa √
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
Guru menjelaskan tentang pembelajaran berbasis √
1.
proyek, aturan main dan hal-hal yang akan
dilakukan siswa
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang √
terdiri dari 5-6 orang
KEGIATAN INTI
Tahap 1. Dimulai dengan pertanyaan penting
Guru menarik perhatian siswa dengan menampilkan √
gambar berkaitan dengan jamur
Guru memberikan pertanyaan Essensial kepada √
siswa
Apakah kalian pernah melihat jamur? Bagaimana
ciri-cirinya? Dimana kalian melihatnya?
Sebutkan peranan jamur bagi kehidupan?
Apakah kalian tahu bahwa jamur pun dapat hidup
2 bersimbiosis mutualisme, tidak hanya parasit?
Guru memberikan pertanyaan penuntun agar siswa √
dapat merumuskan masalah yang ingin mereka teliti,
terkait dengan proyek yang akan mereka buat
KEGIATAN AKHIR
Guru mengingatkan tentang jadwal yang sudah √
mereka sepakati tentang batas akhir proyek dan
3 mengingatkan untuk mengisi LKS
Guru mengundi kelompok yang akan presentasi √
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan √
salam
Keterlaksanaan
N Aspek yang diamati (√)
o
Ya Tidak
KEGIATAN AWAL
Mengucapkan salam dan berdoa √
Guru mengabsensi siswa √
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
Guru meminta siswa duduk dengan kelompoknya √
1.
Guru menyampaikan aturan dalam presentasi, yaitu √
masing-masing kelompok yang tampil diberikan
waktu 10 menit untuk memaparkan hasil proyeknya
dan tanya jawab
KEGIATAN INTI
Tahap 4. Memonitor siswa dan kemajuan proyek
Guru meminta laporan dari setiap kelompok apa √
yang menjadi kendala dan memonitor sampai
dimana pelaksanaan proyek yang sudah mereka
lakukan
KEGIATAN AKHIR
Tahap 6. Mengevaluasi pengalaman belajar
3 Guru merefleksi semua kegiatan yang sudah mereka √
lakuakan tentang pembelajaran berbasis proyek
112
Lampiran 7
Membedakan jamur C2 Faktor yang membedakan antara jamur dengan organisme lain 2
dengan organisme lain diantaranya adalah pada dinding selnya. Tersusun atas apakah
Dinding sel pada jamur?
a. Lipoprotein d. Zat kersik
114
Menjelaskan cara Menyebutkan tempat C1 Dimanakah tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur? 7
hidup dan Reproduksi pertumbuhan jamur a. Lembab d. basah
jamur b. Kering e. semua jawaban benar
c. Berair
Menyebutkan tubuh C1 Bagian tubuh jamur manakah yang berperan untuk menyerap 8
jamur yang berfungsi makanan di lingkungan yang lembab?
menyerap makanan a. miselium
b. gametangium
c. sporangium
d. basidium
e. konidium
Memilih cara jamur C1 Manakah dibawah iini yang bukan merupakan cara jamur 9
memperoleh energi memperoleh makanan?
a. saprofit d. fotosintesis
b. parasit e. simbiosis
c. heterotrof
Menyebutkan istilah C1 Disebut apakah jamur yang menyerap makanannya dari sisa-sisa 10
cara jamur organisme untuk memperoleh energi?
116
Menentukan yang C3 Berikut ini manakah yang tidak termasuk spora seksual pada 11
termasuk spora jamur?
seksual jamur a. zigospora d. konidia
b. askospora e. sporangiospora
c. basidiospora
Mengklasifikasikan Mengidentifikasi ciri- C2 Manakah yang bukan merupakan ciri-ciri divisi Zygomycotina? 13
divisi jamur ciri divisi a. hidup di darat sebagai saprofit
Zygomycotina b. dinding sel tersusun atas zat kitin
c. hifa bercabang tidak bersekat
117
Menentukan alat C2 Apakah nama alat reproduksi aseksual pada Zygomycotina yang 14
reproduksi aseksual dapat menyebar ke mana-mana?
pada divisi a. sporangium d. hifa
Zygomycotina b. spora e. miselium
c. zigospora
Menggolongkan jenis C2 Tergolong ke dalam jenis jamur apakah jamur roti dan jamur 17
jamur roti dan jamur tempe?
tempe ke dalam divisi a. Zygomycotina
tertentu b. Ascomycotina
c. Deuteromycotina
d. Basidiomycotina
e. Eumycotina
Menganalisis marga C4 Roti yang mengandung jamur sebaiknya dibuang saja, karena 19
jamur yang roti tersebut mengandung toksin, dari jenis apakah jamur
mengandung toksin tersebut?
pada roti a. Pencillium d. Rosellina
b. Aspergillus e. Rhizopus
c. Fusarium
Mengidentifikasi jenis C1 Dari divisi manakah jmur yang membentuk Liken (lumut 30
jamur yang kerak)?
membentuk liken a. Zygomycotina dan Ascomycotina
b. Zygomycotina dan Basidiomycotina
c. Ascomycotina dan Basidiomycotina
d. Ascomycotina dan Deuteromycotina
e. Basidiomycotina dan Deuteromycotina
Menentukan fungsi C3 Berikut ini manakah pernyataan yang tidak benar mengenai 32
mikoriza mikoriza ?
a. Mikoriza meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah
124
Menjelaskan peranan Menyebutkan jenis C1 Jamur apakah yang membantu dalam proses pembuatan tempe 33
jamur bagi kehidupan jamur yangn tempe ?
digunakan untuk a. Rhizopus divisi Zygomycota
membuat tempe b. Mucor divisi Zygomycota
c. Rhizopus divisi Ascomycota
d. Mucor divisi Ascomycota
e. Neurospora divisi Basidiomycota
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4
e. Semua benar
Menyebutkan jamur C3 Jamur apakah yang berperan dalam proses pembuatan kecap ? 36
yang berperan dalam a. Aspergillus flavus
proses pembuatan b. Aspergillus wentii
kecap c. Aspergillus oryzae
d. Roselina arcuata
e. Volvariella volvaceae
Menetukan jenis C4 Dibawah ini manakah yang bukan merupakan jenis jamur yang 38
jamur yang banyak banyak dimakan oleh manusia ?
dimakan manusia a. Auricularia polytricha
b. Rhizopus oryzae
c. Saccharomyces cereviceae
d. Volvariella volvacea
e. Pneumonia carinii
Memilih jamur yang C3 Jenis jamur apakah yang dapat digunakan sebagai obat ? 39
dapat digunakan a. Ganoderma lucidum
sebagai obat b. Rhizopus stolonifer
c. Amanita phalloides
d. Volvariella volvacea
e. Pneumonia carinii
127
Lampiran 12
Total 14 10 9 7 40
Keterangan:
*) : soal yang tidak valid
137
Lampiran 13
PETUNJUK UMUM
1. Berilah tanda (x) pada huruf a, b, c, d atau e di jawaban yang benar
2. Gunakan waktu yang dengan efektif dan efisien
3. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada pengawas
4. KERJAKAN SOAL SECARA JUJUR DAN MANDIRI
4. Bagian tubuh jamur manakah yang berperan untuk menyerap makanan di lingkungan
yang lembab?
a. Miselium
b. Gametangium
c. Sporangium
d. Basidium
e. Konidium
138
6. Tergolong ke dalam jenis jamur apakah jamur roti dan jamur tempe?
a. Zygomycotina
b. Ascomycotina
c. Deuteromycotina
d. Basidiomycotina
e. Eumycotina
Gambar di atas adalah Rhizopus stolonifer. Bagaimanakah rutan nama bagiannya dari no.
1 s.d. 4 ?
a. Sporangium - sporangiofor - stolon - rhizoid
b. Sporangiofor - stolon - rhizoid - sporangium
c. Sporangium - rhizoid - sporangiofor - stolon
d. Stolon - sporangiofor - sporangium - rhizoid
e. Sporangium - sporangiofor - rhizoid - stolon
8. Roti yang mengandung jamur sebaiknya dibuang saja, karena roti tersebut mengandung
toksin, dari jenis apakah jamur tersebut?
a. Pencillium
b. Aspergillus
c. Fusarium
d. Rosellina
e. Rhizopus
139
10. Disebut apakah proses pembuatan tapai yang melibatkan jamur Saccharomyces?
a. Meiosis
b. Fragmentasi
c. Fermentasi
d. Hidrolisis
e. Konjugasi
12. Berikut ini manakah yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual dari jamur divisi
Basidiomycotina?
a. Konjugasi & Spora
b. Spora & Konjugasi
c. Konidia & Konidiapora
d. Konidiaspora & Konidia
e. Basidiospora & Konidia
13. Berikut ini manakah yang merupakan reproduksi seksual dan aseksual dari jamur divisi
Deuteromycotina?
a. Belum diketahui & Konidia
b. Konidia & Belum diketahui
c. Belum diketahui & Askospora
d. Askospora & Belum diketahui
e. Belum diketahui keduanya
140
14. Dibawah ini manakah pernyataan yang benar mengenai simbion pembentuk liken?
a. Golongan lumut yang tidak berklorofil
b. Lumut yang hidup saprofit pada kayu mati
c. Lumut penyebab lapuknya kayu dan batuan
d. Simbiosis antara alga dan fungi tertentu
e. Simbiosis antara lumut tak berklorofil dengan alga
16. Berikut ini manakah pernyataan yang tidak benar mengenai mikoriza?
a. Mikoriza meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah
b. Mikroiza menjadi penghalang biologi terhadap infeksi pathogen akar
c. Mikoriza meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan kelembaban
d. Mikoriza meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuhan
e. Mikoriza memindahkan nutrisi dari satu tanaman ke tanaman yang lain
17. Apakah manfaat yang dapat diambil dari jamur Saccharomyces cereviceae dan
Neurospora crassa?
a. Untuk membuat tempe dan alkohol
b. Untuk membuat tape dan tempe
c. Untuk membuat tape dan oncom
d. Penelitian genetika dan oncom
e. Fermentasi alcohol dan penelitian genetika
19. Dibawah ini manakah yang bukan merupakan jenis jamur yang banyak dimakan oleh
manusia?
a. Auricularia polytricha
b. Rhizopus oryzae
c. Saccharomyces cereviceae
d. Volvariella volvacea
e. Pneumonia carinii
20. Epidermophyton floccosum merupakan jamur yang merugikan manusia, kerugian atau
penyakit apakah yang disebabkan oleh jamur tersebut?
a. Menginfeksi tanaman jagung
b. Menginfeksi kuku dan kulit
c. Menginfeksi tanaman kacang
d. Menginfeksi hati
e. Menginfeksi paru-paru
142
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Analisis N-gain
Lampiran 19
Lhitung = 0.137
Ltabel = 0.886/ ͵ = 0.148
Lhitung < Ltabel = 0.137 < 0.148, Sehingga data pretest kelompok eksperimen I
(Problem Based Learning) berdistribusi normal.
Lhitung = 0.113
Ltabel = 0.886/ ͵ = 0.148
Lhitung < Ltabel = 0.113 < 0.148, Sehingga data pretest kelompok eksperimen II
(Project Based Learning) berdistribusi normal.
148
Lampiran 20
No.
Xi F Zn Zi F (Zi) S (Zi) |F(Zi) - S (Zi)|
1 65 7 7 -1.344 0.090 0.194 0.105
2 70 6 13 -0.724 0.235 0.361 0.126
3 75 8 21 -0.103 0.459 0.583 0.124
4 80 8 29 0.517 0.697 0.806 0.108
5 85 4 33 1.137 0.872 0.917 0.044
6 90 2 35 1.757 0.961 0.972 0.012
7 95 1 36 2.377 0.991 1.000 0.009
Lhitung = 0.126
Ltabel = 0.886/ ͵ = 0.148
Lhitung < Ltabel = 0.126 < 0.148, Sehingga data prostest kelompok eksperimen I
(Problem Based Learning) berdistribusi normal.
Lhitung = 0.124
Ltabel = 0.886/ ͵ = 0.148
Lhitung < Ltabel = 0.124 < 0.148, Sehingga data postest kelompok eksperimen II
(Project Based Learning) berdistribusi normal.
149
Lampiran 21
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Kelas
Inkuiri terstruktur Inkuiri terbimbing
N 36 36
ୠ 36.81 35.83
SD 13.79 12.45
Varians 190.16 155.00
ୠୠ ୠ
1. Fhitung = =
ୠୠ ୠ ୠ
= 1.23
Db penyebut =n-1
= 36 - 1
= 35
Fhitung < Ftabel (1.23 < 1.74), sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua
kelas eksperimen memiliki varians yang homogen.
150
Lampiran 22
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Kelas
Inkuiri terstruktur Inkuiri terbimbing
N 36 36
ୠ 75.83 73.47
SD 8.06 7.45
Varians 64.96 55.50
ୠୠ ୠ
3. Fhitung = =
ୠୠ ୠ ୠ
= 1.17
Db penyebut =n-1
= 36 - 1
= 35
Fhitung < Ftabel (1.17 < 1.74), sehingga dapat disimpulkan bahwa data postest kedua
kelas eksperimen memiliki varians yang homogen.
151
Lampiran 23
Uji Hipotesis
ିୠ ିୠ
S2
ି
ିୠ ିୠ
ି
ୠ ୠ
= = 172.58
S = ͺ = 13.14
Mencari t hitung
ି
t
ୠ ୠ
0.31
ୠ
Setelah thitung diperoleh, langkah selanjutnya yaitu menentukan ttabel pada taraf
signifikan α = 0.05 adalah 1.96
152
Kesimpulan:
Dapat diperoleh bahwa thitung<ttabel (0.31<1.96) maka HO diterima, artinya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan
menggunakan model Problem Based Learning dengan model Project Based
Learning.
153
Kriteria pengujian:
1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima
2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak
ିୠ ିୠ
S2
ି
ିୠ ିୠ
ି
ୠ ୠ
= 60.23
S = ͵ = 7.76
Mencari t hitung
ିt
ୠ ୠ
= 1.26
ୠ
Setelah thitung diperoleh, langkah selanjutnya yaitu menentukan ttabel pada taraf
signifikan α = 0.05 adalah 1.96
154
Kesimpulan:
Dapat diperoleh bahwa thitung<ttabel (1.26<1.96) maka HO diterima, artinya tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan
menggunakan model Problem Based Learning dengan model Project Based
Learning
155
Lampiran 24
1. Metode apa yang biasa bapak/ibu guru gunakan dalam proses pembelajaran?
Jawab: Beberapa guru biasa menggunakan metode ceramah dan Power Point,
dan ada pula beberapa guru yang menggunkan poster, kartu bergambar dan
ada yang mengajar hanya menggunakan white board.