Epidemi AIDS (acqiured immunodeficiency syndrome) dan kemajuan teknologi terapi
(termasuk teknologi transplantasi organ), peningkatan penggunaan regimen kemoterapi
yang agresif dan alat-alat intravaskular, berperan pada peningkatan drastis infeksi jamur invasif selama dekade terakhir dan diperkirakan akan sangat meningkat jumlahnya dalam beberapa tahun kemudian.1-3 Data epidemiologi terbaru menunjukkan peningkatan infeksi yang disebabkan oleh spesies jamur resisten, terutama spesies Candida yang resisten terhadap flukonazol.1,4 Selain itu jamur yang sebelumnya dianggap kontaminan, ternyata resisten terhadap semua obat antijamur yang tersedia bahkan dapat menyebabkan infeksi invasif dan mengancam nyawa sehingga disebut emerging fungi. Dengan meluasnya infeksi jamur dan masih sedikit pilihan terapi yang tersedia, resistensi antijamur dapat menjadi masalah serius di masa yang akan datang.1