Anda di halaman 1dari 6

PR UJIAN KASUS

ILMU KESEHATAN JIWA

Oleh:
Achmad Dana Firmanjaya
NIM 182011101082

DokterPembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

LAB/SMF PSIKIATRI RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
PERBEDAAN GEJALA PSIKOTIK ORGANIK DAN FUNGSIONAL

Definisi psikosis yaitu suatu gangguan jiwa dengan kehilangan daya nilai kenyataan
(“sense of reality”). Hal ini mencakup gangguan pada perasaan (afek dan emosi), proses
berpikir, psikomotorik, dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan
kenyataan lagi. Penderita tidak dapat “dimengerti” dan tidak dapat “dirasai” lagi oleh orang
normal. Penderita juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa bahwa dirinya sakit.
Psikosa ialah suatu gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik
atau pun emosional (fungsional) dan menunjukan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi
secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai
dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup
sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku agresif serta waham dan halusinasi.

Menninger telah menyebutkan 5 sindrom klasik yang menyertai sebagian besar pola
psikotik, yaitu :
1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu yang mendalam
2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai
pembicaraan dan motorik yang berlebihan
3. Regresi ke autism (“autism”) manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran
yang berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan social.
4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri
atau rasa kebesaran
5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

Psikosa dapat dibagi menjadi dua kelompok yang besar, yaitu : psikosa yang
berhubungan dengan sindrom otak organik dan psikosa fungsional. Pada penulisan ini, akan
lebih dibahas tentang kelainan psikosis oleh penyakit organik. Sindrom otak organik (SOO) ialah
gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan
otak.Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan
sebagainya) atau di luar otak atau tengkorak (misalnya tifus, endomtritis, payah jantung, toxemia
kehamilan, intoxikasi, dan sebagainya).Untuk mengetahui etiologi penyakit badaniah dari gejala
psikotik, perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologis yang teliti.

Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental
sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkan. Bila hanya bagian otak dengan
fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokalisasi inilah yang menentukan gejala dan sindrom,
bukan penyakit yang menyebabkannya.Sindrom otak organik dinyatakan akut atau menahun
berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau
sindrom otak organic itu dan bukan berdasarkan penyebabnya, permulaan, gejala atau lamanya
penyakit yang menyebabkannya.

Pada dasarnya harus dibedakan terlebih dahulu gejala psikosis dengan delirium.Psikosis lebih
menjurus pada gangguan realita karena terdapatnya halusinasi, delusi atau pemikiran yang
kacau.Psikosis dapat disebabkan oleh penyakit organik dimana penyebabknya dapat
diketahui.Delirium lebih menunjukan pada sindroma otak organik yang secara keseluruhan
menyebabkan gangguan kognitif, dengan disorientasi, gangguan memori, dan gangguan
kesadaran.Penyakit-penyakit yang menyebabkan delirium sering mengancam hidup, dan
delirium harus disadari menjadi kedaruratan medis. Gejala lain yang membedakan dengan
psikosis adalah adanya fluktuasi atau gangguan level kesadaran, menurunnya kesigapan terhadap
lingkungan, afek yang labil, gangguan keputusan atau tilikan, gejala ketidak normalan autonomic
pada tekanan darah, nadi, temperature, keringat, kemerahan, dll.

Pada penelitian yang dilakukan oleh J Cutting, mengatakan bahwa terdapat perbedaan
gejala psikotik yang dialami oleh pasien dengan penyakit organik dan non-organik baik waham,
halusinasi, gangguan emosi dan gangguan proses dan isi pikir.

Waham

Menurut DSM IV, waham akibat zat dan waham sekunder biasanya ada dalam keadaan
sadar penuh. Pasien tidak mengalami perubahan tingkat kesadaran, meskipun gangguan kognitif
ringan dapat ditemukan.Pasien tampak bingung, kusut, atau eksentrik, dengan bicara tangensial
atau bahkan inkoheren.Hiperaktivitas dan apati dapat timbul, sering disertai mood
disforik.Waham dapat sistematis atau terfragmentasi, dengan isi pikiran bervariasi, tetapi waham
kejar paling sering. Hal ini tidak seluruhnya sama dengan hasil penelitian yang dilakukan J
Cutting. Pada 35 dari 74 pasien gangguan organik memiliki waham yang 8 darinya hanya berisi
waham paranoid yang sederhana (tabel I).Sembilan darinya memiliki waham serta gangguan
mood (tabel II).Hanya satu pasien yang dengan gangguan waham disertai dengan elasi, satunya
memiliki gambaran afektif yang acak, dan ketujuh lainnya memiliki waham depresi.Sedangkan
pada tabel III menunjukan bahwa pasien memiliki gejala gangguan mood tanpa disertai waham
paranoid. (Tabel I, II, III terdapat pada lembar lampiran)Seluruh hasil pengamatan gejala
psikotik dibandingkan dengan 74 pasien skizofrenia non-organik dalam tabel IV.Gejala psikotik
organik lebih menunjukan adanya jumlah yang sangat minimal pada waham first-rank sangat
jarang, serta waham paranoid disertai gangguan mood sangat umum terjadi.Penelitian pada
pasien psikotik organik dengan delusi, seperempatnya dan hampir setengahnya menceritakan
wahamnya dengan tema dekat dengan bencana atau nasib sial atau kejadian bizarre yang tibat-
tiba terjadi di sekitarnya, dan hal tersebut sangat jarang terjadi pada pasien skizofrenia pada
umumnya. Gambaran intinya muncul sebagai banyaknya beberapa tragedy atau kelakuan jahat
dari orang lain tanpa ada yang peduli atau membantu. Walau pasien skizofrenia memiliki gejala
serupa, gejalanya lebih melibatkan dirinya.

Persepsi

Menurut DSM IV, halusinasi dapat terjadi pada satu atau lebih modalitas sensorik.
Halusinasi taktil (seperti sensasi dirayapi kutu pada kulit) khas pada penggunaan
kokain.Halusinasi pendengaran biasanya disebabkan penyalahgunaan zat psikoaktif; halusinasi
pendengaran juga dapat terjadi pada pasien tuli.Halusinasi penghidu dapat disebabkan epilepsy
lobus temporalis; halusinasi penglihatan dapat terjadi pada pasien buta akibat katarak.Halusinasi
dapat bersifat baik rekuren maupun persisten yang dialami pada keadaan sadar penuh atau siaga;
pasien yang mengalami halusinasi tidak memperlihatkan adanya perubahan fungsi kognitif yang
signifikan.Halusinasi penglihatan sering mengambil bentuk gambar yang melibatkan gambar
manusia kerdil (liliput) atau hewan kecil.Halusinasi musik yang langka biasanya berupa lagu
rohani.Pasien dengan gangguan psikotik akibat kondisi medis umum dan akibat zat dapat
bertindak berdasarkan halusinasinya. Pada halusinasi akibat alkohol, suara ancaman, kritis, atau
menghina dari orang ketiga berbicara mengenai pasien dan dapat memberitahu mereka agar
mencelakakan diri mereka sendiri atau orang lain. Pasien tersebut berbahaya dan beresiko
signofikan untuk melakukan bunuh diri atau pembunuhan.

Pada 25 pasien psikotik organik, 25 nya memiliki halusinasi visual yaitu 11 kasus melihat
manusia, 5 melihat manusia dan hewan, 6 pada binatang atau serangga, serta 3 pada benda).
Halusinasi auditori muncul pada 13 kasus yang meliputi tagisan bayi, kerabat yang meminta
pertolongan, percakapan tentang percintaan dan gossip, serta suara Tuhan.Tiga pasien memiliki
halusinasi taktil seperti mencengkram pasien, kasur terasa basah, serta kasur yang bergerak.Tiga
lainnya ada memiliki distorsi visual.Yang memberdakan dengan pasien skizofrenia adalah pasien
psikotik organik terlibat pada kesalahan identifikasi orang-orang baik staf di rumah sakit atau
keluarga terdekat yang menjenguknya dan hal itu jarang terjadi pada pasien skizofrenia.

Isi dan proses pikir

Gangguan isi dan proses pikir terjadi pada 47 pasien organik. Hasil penilaian PSE yang
menggunakan Anderson’s scaleterdapat 2 pasien dengan flight of ideas yang juga mendapat
tekanan, 14 nya terdapat disorientasi fantasi yang terlihat ilogikal, 6 pasien memiliki percakapan
tangensial dengan irrelevant manners. Dibandingkan dengan pasien non-organik, pasien organik
lebih menunjukan kemiskinan isi pikir, lambat, ilogikal, dan tangensial.

Gangguan emosi

Tidak terdapat hasil yang signifikan pada keduanya, namun pasien psikotik organik lebih
menunjukan adanya gejala hipomanik atau labil.

Berikut ini adalah ciri ciri umum gangguan mental organik menurut Rathus & Nevid, 1991:

1. Penurunan fungsi intelektual dan ingatan.


2. Gangguan dalam berbicara dan berbahasa.
3. Disorientasi ruang, waktu, dan orang.
4. Adanya gangguan motorik.
5. Mengalami gangguuan dalam membuat keputusan.
6. Emosi dan perasaan menjadi tidak stabil.
7. Kepribadian yang berubah dan menyimpang.
Gangguan jiwa fungsional disebabkan oleh fungsi sistem transmisi penghantar sinyal pada sel –
sel saraf otak. Beberapa gejala utamanya berupa gangguan mood pada anak yang dapat
menyebabkab rasa iri hati .
 Tidak adanya kesadaran pada kenyataan, apalagi untuk menyadari gejala – gejala dari
penyakitnya sendiri. Dengan kata lain, penderita psikosis fungsional mengalami putus hubungan
dengan dunia nyata.
 Mengalami maladjusment berat, juga disorganisasi dan tidak dapat menyesuaikan fungsi – fungsi
kewajibannya, dan juga fungsi inteligensi juga perasaan dan kemauan sendiri.
 Mengalami pemecahan kepribadian serta disorientasi terhadap lingkungan. Mengalami gangguan
efektif yang parah sebagai reaksi terhadap tekanan batin serta tekanan sosial.
 Salah dalam cara menilai dunia luar dan selalu melakukan introspeksi secara mendalam dan
berlebihan sehingga menjadi terlalu keras terhadap dirinya sendiri.
 Mengalami kekalutan mental yang progresif dan terpecah secara pribadi.
 Tidak dapat menemukan respons yang tepat terhadap lingkungan sekitar dan bertindak kegilaan,
maniak, atau eksentrik. Contohnya selalu tertawa mengikik terus menerus tanpa dapat
dihentikan.
 Kerap dibayangi oleh halusinasi dan delusi.
 Selalu merasa ketakutan, kebingungan, dan kacau secara emosional yang kronis.
 Menjadi agresif, kasar, keras kepala dan kurang ajar, meledak- ledak, tidak bisa tenang, ribut dan
sangat berbahaya untuk diri sendiri serta orang lain. Kerap menunjukkan ciri – ciri orang ingin
melakukan bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai