Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM JALAN

CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

AS - 01
PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(SNI- 06-2456-1991)
1. Tujuan Umum
Praktikum ini memberikan pengertian dan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk
dapat menentukan nilai penetrasi aspal sebagai salah satu parameter karakteristik utama
aspal yang berfungsi sebagai bahan pengikat dan pengisi.
- Pengikat , Mengetahui seberapa besar nilai penetrasi aspal yang akan digunakan sebagai
bahan pengikat agregat dengan demikian dapat diketahui seberapa kuat atau keras aspal
dalam mengikat agregat dengan nilai penetrasi yang mana semakin kecil nilai penetrasi ,
maka semakin kuat atau keras dalam mengikat agregat.
- Pengisi, Mengetahui seberapa besar nilai penetrasi aspal yang akan digunakan sebagai
bahan pengisi rongga-rongga dalam agregat.

2. Terminologi
- PEN
Singkatan dari Nilai Penetrasi, yang didefinisikan sebagai kedalaman tembus (dalam
ratusan cm) jarum standar dengan berat standar, pada material aspal, pada rentang
waktu standar dan dalam suhu standar.
- Stainless Steel
Bahan baja anti karat, yang dipilih sebagai bahan dasar jarum penetrasi. Bahan ini
dipilih untuk menghindari atau paling tidak meminimasi terjadinya korosi pada jarum
penetrasi, yang senantiasa terendam air. Hal tersebut karena, korosi pada jarum
penetrasi sesungguhnya akan merancukan hasil pengujian penetrasi, karena adanya
gesekan tambahan antara jarum dan material aspal.
- Duplo
Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang di uji adalah dua (ganda) dan dipersiapkan,
dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama.
- Waterbath
Bak air/bejana yang memiliki perangkat pengatur suhu yang dapat mempertahankan
suhu dengan ketelitian yang relatif tinggi dan dipergunakan sebagai tempat menyimpan
sampel yang akan diuji.
- Suhu Ruang
Temperatur ruangan rata-rata, 25C

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

3. Teori Dasar
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun demikian
perilaku/ respon material aspal tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu
spektrum/ beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.

Dari sudut pandang rekayasa (engineering), ragam dari komposisi unsur penyusun aspal
biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon
material aspal tersebut diperkenalkan beberapa paramater, yang salah satunya adalah nilai
PEN (Penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan aspal pada suhu standar 250C, yang
diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar, dengan beban standar (50 gr/
100 gr), dalam rentang waktu yang juga standar (5 detik).

British Standard (BSI) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam, dengan
rentang nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO mendefinisikan nilai PEN 40-50
sebagai nilai PEN untuk material aspal terkeras dan PEN 200-300 untuk material aspal
terlembek/ terlembut.

4. Prosedur Praktikum (AASHTO T 49-89: 1990)


4.1 Peralatan yang Digunakan
1. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC, atau HRC 54 sampai 60. Ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung. (Gambar 1)

Jarum Penetrasi

Gambar 1. Jarum Penetrasi


(Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan 2019)

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

2. Cawan untuk merendam benda uji sebelum dilakukan pengujian. (Gambar 2)

Gambar 2. Benda uji direndam sebelum pengujian


(Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan 2019)

3. Alat penetrasi dapat di lihat pada Gambar 1

Arloji Pembacaan

Pemberat 50 ± 0,05 gram

Pemegang Jarum

Tempat air untuk benda uji

Gambar 3. Alat Penetrasi


(Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan 2019)

4. Infrared Thermometer

Gambar 4. Infrared Thermometer


(Sumber: Dokumentasi Praktikum Jalan 2019)

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

5. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm. (Gambar 3)
6. Pemegang jarum seberat (47,5  0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat
penetrasi untuk peneraan. (Gambar 3)
7. Pemberat sebesar (50  0,05) gr dan (100  0,05) gr masing-masing dipergunakan
untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr. (Gambar 3)
8. Arloji pembacaan (1 div = 0,1 mm). (Gambar 3)

9. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. (Gambar 3)
10. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang
rata-rata berukuran sebagai berikut:

Tabel 1. Diameter cawan untuk pengujian penetrasi

Penetrasi Diameter (mm) Dalam (mm)

dibawah 200 55 35

200 sampai 300 70 45

(Sumber: Modul Praktikum Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Universitas Tadulako 2019)

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

4.2 Penyiapan Sampel

1) Memanaskan contoh perlahan-lahan serta mengaduk hingga cukup cair untuk


dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60oC di atas titik
lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 90oC di atas titik lembek. Waktu
pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara
tidak masuk ke dalam contoh.

2) Setelah contoh cair merata, kemudian menuangkan ke dalam tempat contoh


dengan menggunakan corong kertas agar penuangan dapat dilakukan dengan lebih
aman dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji (duplo).

3) Menutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.

4.3 Prosedur Pengujian Penetrasi

1) Meletakkan benda uji dalam tempat cawan yang agak besar dan telah diisi dengan
air. Diamkan dalam cawan tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil
dan 1,5 sampai 2 jam utnuk benda uji besar.

2) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
memastikan jarum tersebut bersih dari kotoran ataupun karat, agar tidak
mempengaruhi pembacaan penetrasi.

3) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban sebesar


(100  0,1) gram.

4) Memindahkan benda uji yang telah direndam sebelumnya ke tempat air di bawah
alat penetrasi.

5) Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh


permukaan benda uji. Kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

6) Menyalakan mesin penetrasi otomatis yang akan berhenti secara otomatis setelah
5 detik

7) Setelah mesin berhenti, lakukan pembacaan pada arloji.

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

8) Mengangkat jarum dari pemegang jarum dan mengatur cawan agar dapat
melakukan pengujian selanjutnya pada titik yang tidak sama dengan pengujian
sebelumnya.

9) Melakukan pekerjaan diatas sebanyak 5 kali untuk benda uji yang sama, dengan
ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak lebih dari 1 cm.

Gambar 5. Sketsa Jarak Penusukan Penetrasi


(Sumber: Gambar Manual di AutoCad 2016)

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

5. Perhitungan dan Pelaporan


Nilai Penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-kurangnya 3 pembacaan dengan
ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan di bawah ini:
Tabel 2. Ketentuan Hasil Penetrasi

Hasil Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 – 199 200

Toleransi 2 4 6 8

(Sumber: Modul Praktikum Perkerasan Jalan, Fakultas Teknik Universitas Tadulako 2019)

Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi toleransi,


pemeriksaan harus diulang. Dari hasil percobaan di laboratorium diperoleh nilai
penetrasi sebagai berikut:

Tabel 3. Ketentuan Hasil Penetrasi

Penetrasi Sampel 1 Sampel 2

1 72 73

2 75 55

3 67 70

4 69 69

5 78 71

71,54 67,87
Rata - rata
69,73

(Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Jalan Raya Tahun 2019)

 Nilai rata-rata penetrasi untuk Sampel 1


𝑃1 +𝑃2 +𝑃3 +𝑃4 +𝑃5
= 5
72+ 75 + 67 + 69 + 78
= 5

= 71,59 div Masuk spesifikasi PEN 60/70


 Nilai rata-rata penetrasi untuk Sampel 2
𝑃1 +𝑃2 +𝑃3 +𝑃4 +𝑃5
= 5
73+ 55+ 70 +69 + 71
= 5

KELOMPOK XXXIV
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING – TADULAKO UNIVERSITY

= 67,87 div Masuk spesifikasi PEN 60/70

 Maka, nilai rata-rata penetrasi untuk sampel 1 dan sampel 2, yaitu:


71,59+ 67,87
= 2

= 69,73 div Masuk spesifikasi PEN 60/70

6. Pembahasan
 Penggunaan Infrared Termometer harus menyeluruh pada air rendaman .
 Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan penetrasi 350 atau 500 perlu dilakukan dengan alat-alat
lain.
 Apabila tidak menggunakan mesin pada alat , maka pembacaan stopwatch lebih dari (5
± 0,1) detik, hasil tersebut tidak berlaku (diabaikan).
 Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran di atas suhu kamar akan menghasilkan
nilai yang berbeda. Variasi yang terjadi pada suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun
sedemikian rupa sehingga dihasilkan grafik hubungan antara suhu dan nilai penetrasi,
penetrometer indeks dapat ditentukan dari grafik tersebut.

7. Kesimpulan dan Saran


7.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetrasi untuk nilai rata-rata sampel 1 sebesar 71.59 dan nilai
rata-rata sampel 2 sebesar 67.87, sehingga didapat nilai rata-rata dari kedua sampel
tersebut sebesar 69.73. Berdasarkan Spesifikasi Umum 2010 ( Revisi 3 ) Tipe I Aspal
PEN 60/70 sebagai ketentuan untuk aspal keras ( AC-WC ) yaitu 60-70, maka aspal
yang digunakan memenuhi syarat penetrasi pada spesifikasi Aspal PEN 60/70 karena
nilai rata-rata penetrasinya memenuhi spesifikasi.

7.2 Saran
Sebaiknya dalam pengujian pengambilan data maksimal 8 kali untuk memperoleh data
yang lebih akurat. Dan sebaiknya dalam penggunaan alat infrared Thermometer harus
menyeluruh mengingat ketika menggunakan es sebagai bahan bantu untuk
mendapatkan suhu yang diingkan tidak menyeluruh.

KELOMPOK XXXIV

Anda mungkin juga menyukai