Pengaruh Kombinasi Media Kultur dari Limbah Organik terhadap Kandungan Nutrien
Hermetia illucens sebagai Pakan Alternatif Ikan
Bidang Kegiatan :
PKM - P
Diusulkan Oleh:
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
Judul Program 1
Latar Belakang Masalah 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
Luaran yang diharapkan 2
Kegunaan 3
Tinjauan Pustaka 3
Metode Pelaksanaan 7
Jadwal Kegiatan 10
Rancangan Biaya 10
Daftar Pustaka 12
Lampiran
1.) Biodata Ketua 13
2.) Biodata Dosen Pendamping 14
3.) Dokumentasi Pendukung 15
iii
1
A. Judul Program
Pengaruh Kombinasi Media Kultur dari Limbah Organik terhadap Kandungan
Nutrien Hermetia illucens sebagai Pakan Alternatif Ikan.
agroindustri. Oleh karena itu, untuk menunjang budidaya maggot, perlu diketahui media
yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot. Media pertumbuhan
maggot yang selama ini digunakan yaitu PKM (Palm Kernel Meal). PKM merupakan
media pertumbuhan maggot yang berasal dari bungkil kelapa sawit. Namun PKM hanya
dapat ditemukan pada daerah-daerah tertentu saja.
Ampas tahu dan ampas kelapa merupakan limbah rumah tangga yang belum
banyak dimanfaatkan. Limbah ini lebih mudah didapatkan hampr disemua daerah dan
harganya relative murah.Selain itu ampas tahu dapat menjadi pencemar lingkungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut alasan dipilih ampas tahu dan ampas kelapa
digunakan untuk media kombinasi budidaya maggot. Sehingga dengan demikian dapat
tercipta suatu komposisi media yang mudah didapat dan nilai ekonomisnya rendah serta
memiliki kandungan nutrient yang tinggi untuk memproduksi maggot terbaik.
C. Perumusan Masalah
1. Adakah Pengaruh Kombiasi media dari limbah organik terhadap kandungan nutrien
maggot Hermetia illucens ?
2. Berapa kandungan nutrien Hermetia illucens dari kombinasi media limbah organic ?
3. Bagaimana kombinasi media limbah organik yang dapat menghasilkan kandungan
nutrien yang baik?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi media limbah organik terhadap kandungan
nutrien Hermetia illucens.
2. Untuk mengetahui berapa kandungan nutrien Hermetia illucens dari beberapa
kombinasi media limbah organik
3. Untuk mengetahui kombinasi media limbah organik yang menghasilkan kandungan
nutrien Hermetia illucens yang terbaik.
4. Mampu mengetahui kombinasi limbah organik sebagai media Hermetia illucens yang
menghasilkan kandungan nutrien yang terbaik.
5. Menghasilkan maggot Hermetia illucens dengan kandungan nutrien yang tinggi.
F. Kegunaan
1. Bagi Masyarakat
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk memproduksi pakan
alami alternatif bernutrisi baik dari maggot Hermetia illucens.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan solusi dari permasalahan mahalnya pakan ikan
dalam kegiatan budidaya.
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk meneliti lebih lanjut
tentang pengaruh kombinasi media pertumbuhan Hermetia illucens terhadap
kandungan nutriennya.
3. Bagi Pengusaha Pakan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memproduksi pakan alami maggot
Hermetia illucens dengan kualitas nutrisi yang baik dan menguntungkan.
G. Tinjauan Pustaka
1. Maggot Hemetia illucens
Maggot merupakan larva dari Black Soldier Fly (Hermetia illucens).
Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk
mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran
manusia. Sedangkan DuPonte (2003), menyebutkan bahwa makanan utama dari larva
dari lalat ini adalah kotoran ayam dan bahan-bahan organik.
Diener (2007) telah menyebutkan beberapa keunggulan dari larva dari Black
Soldier Fly. Beberapa karakteristik larva dapat diaplikasikan untuk penerapan
teknologi. Sifat larva yang memakan sisa-sisa bahan dapur ataupun kotoran dapat
dimanfaatkan untuk mendaur ulang sampah-sampah tersebut. Sifat stadia prepupa
yang dapat bergerak memanjat kemiringan hingga 45 o dapat dimanfaatkan sebagai
cara panen (self harvesting). Selain itu, karena sifat dari lalat Black Soldier Fly yang
tidak membawa makanan dan hidup liar di luar rumah hunian manusia, maka larva dari
lalat ini diduga tidak membawa vektor penyakit.
4
Dalam siklus hidupnya lalat Hermetia illucens memiliki lima stadia (Diener,
2007). Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase
pupa. Dari ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan
ikan (Newton, 2005). Siklus hidup dari lalat Hermetia illucens dapat dilihat pada
Gambar sebagai berikut :
Kandungan protein dari maggot cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Oliver
(2004) melaporkan bahwa larva BSF mengandung 42% protein. Sheppard and
Newton (1994) juga melaporkan hal yang serupa. Selanjutnya Sogbesan et. al.
(2006) menyebutkan bahwa protein dari maggot dapat mencapai 50%. Kandungan nutrisi
maggot berdasarkan penelitian oleh Oliver (2004), yaitu :
Tabel 1. Kandungan nutrisi maggot
Nutrisi Jumlah
Protein 42,1 %
Lemak 34,8%
Abu 14,6%
Serat kasar 7%
NFE 1,4%
Kadar air 7,9%
Phospor 1,5%
Kalsium 5%
Selain itu, kandungan asam amino esensial maggot cukup lengkap. Maggot
memiliki 10 asam amino esensial. Kandungan asam amino esensial dari maggot
berdasarkan penelitian Newton (2005) disajikan pada Tabel 2.
5
2. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan makanan tambahan yang berasal dari hasil ikutan
proses pembuatan tahu. Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa ampas tahu yang
diberikan secara ad libitum akan meningkatkan pertambahan bobot badan domba
sebesar 123 g/hari, sedangkan koefisien cerna protein, bahan kering, neutral
detergent fiber (NDF) dan energi naik seiring dengan bertambahnya pemberian
ampas tahu. Ampas tahu dapat digunakan seb agai bahan pakan sumber protei n
karena mengandung protein lebih dari 20%. Karossi, et al. (1982) menyatakan bahwa
ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Disamping
itu, ampas tahu mengandung NDF dan acid detergent fiber (ADF) yang rendah
sedangkan persentase proteinnya tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas
tinggi, akan tetapi bahan paka n ini mengandung bahan kering rendah atau banyak
mengandung air (Pulungan, dkk. 1985).
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Ampas Tahu
Komposisi Nutrisi Kadar (%)
Bahan kering 14,6
Protein 30,2
Serat kasar 22,2
Lemak 9,9
Abu 5,2
Beta-N 32,5
3. Bungkil Kelapa
Menurut SNI (1996) bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang didapat dari
ekstraksi daging buah kelapa segar/kering. Mutu bungkil kelapa digolongkan dalam 2
tingkat. Kopra merupakan buah kelapa yang dikeringkan dan digunakan sebagai
sumber minyak. Pengeringan kelapa tersebut biasanya dilakukan dibawah sinar
matahari atau dengan menggunakan pengering buatan (Woodrof,1979). Child (1964),
menyebutkan bahwa bungkil kopra masih mengandung protein, karbohidrat, mineral
dan sisa-sisa minyak yang masih tertinggal. Karena kandungan protein yang cukup
tinggi, maka bungkil kelapa cukup baik apabila digunakan sebagai makanan ternak.
4. Bungkil Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis quneensis jacq) merupakan tanaman yang termasuk
keluarga palma yang tumbuh baik di daerah tropis, di Nigeria disebut Orbignya
cohune (Hartadi et al., 1980 dalam Aritonang, 1984). Kelapa sawit berasal dari
Afrika Barat yang mempunyai iklim tropis sejalan dengan perdagangan budak dari
Afrika, bangsa Inggris dan Portugis membawa kelapa sawit ke Amerika (Hartley,
1967 dalam Simanjuntak, 1998).
Kelapa sawit mempunyai bunga yang terdapat dalam satu tandan dan
bergerombol. Buah kelapa sawit berwarna merah kehitaman dan mengkilap. Bagian luar
dinding buah tebal dan sangat berserat sedangkan bagian dalam buah berwarna putih,
bagian dinding tersebut sangat kasar (Simanjuntak, 1998).
Kelapa sawit (Elaeis quneensis jacq) merupakan tanaman yang termasuk
keluarga palma yang tumbuh baik di daerah tropis, di Nigeria disebut Orbignya
cohune (Hartadi et al., 1980 dalam Aritonang, 1984). Kelapa sawit berasal dari
Afrika Barat yang mempunyai iklim tropis sejalan dengan perdagangan budak dari
Afrika, bangsa Inggris dan Portugis membawa kelapa sawit ke Amerika (Hartley,
1967 dalam Simanjuntak, 1998). Kelapa sawit mempunyai bunga yang terdapat dalam
satu tandan dan bergerombol. Buah kelapa sawit berwarna merah kehitaman dan
mengkilap. Bagian luar dinding buah tebal dan sangat berserat sedangkan bagian dalam
buah berwarna putih, bagian dinding tersebut sangat kasar (Simanjuntak, 1998).
7
H. Metode Pelaksanaan
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ikan, Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Penelitian dilakukan dengan 4
perlakuan dengan tiga ulangan untuk setiap perlakuan.
3. Tahapan Penelitian
Adapun tahapan penelitian dapat dilihat dalam diagram berikut ini:
Persiapan Media Kultur
Penyebaran benih
Pemeliharaan
Panen
50% ampas tahu) diberi ampas kelapa dan ampas tahu masing-masing sebanyak 2 kg.
Perlakuan C (25% ampas kelapa, 75% ampas tahu) diberi ampas kelapa sebanyak 1 kg
dan ampas tahu sebanyak 3 kg. Perlakuan D (kontrol) diberi PKM sebanyak 4 kg.
Masing-masing perlakuan diberi air sebanyak 8 l.
b.) Penebaran benih maggot
Benih maggot yang digunakan untuk penelitian adalah benih maggot berumur 7
hari. Benih maggot yang digunakan berasal dari maggot yang dikultur di media PKM.
Benih maggot umur 7 hari disortir dengan cara pengayakan supaya ukuran benih
seragam. Ayakan yang digunakan berukuran 1 mm. Benih maggot yang ditebar pada
setiap perlakuan sebanyak 30 g.
c.) Pemeliharaan
Lama fase maggot dalam siklus hidup Hermetia illucens adalah 21 hari. Setelah
21 hari, maggot akan memasuki fase prepupa. Oleh karena itu, penelitian hanya
dilakukan selama 21 hari. Pengambilan sampel dilakukan setiap 7 hari sekali, yaitu
pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Pengambilan sampel sebanyak 5 g
untuk dianalisis kandungan nutriennya.
d.) Panen
Panen dilakukan pada hari ke-21 dengan cara pengayakan untuk memisahkan
maggot dengan sisa-sisa media kultur. Ayakan yang digunakan berukuran 4 mm.
Maggot yang masih lengket ditambahkan air dan dibilas sampai bersih.
4. Analisis Proksimat
Analisis proksimat terdiri dari protein, lemak, abu, dan air. Sampel yang dianalisis
berupa media kultur sebelum digunakan untuk budidaya dan maggot yang dipelihara
selama penelitian. Analisis protein dilakukan dengan metode mikro-kjeldahl. Tahap-tahap
dalam analisis protein ada 3, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Analisis lemak dilakukan
dengan metode ekstraksi soxhlet. Ekstraksi lemak dilakukan dengan alat berupa Fat
Extractor Buchi. Analisis kadar abu dilakukan dengan metode pengabuan. Sampel
dipanaskan dalam tanur listrik pada suhu 800 oC. Pada suhu tersebut semua bahan organik
akan menguap dan yang tertinggal hanya bahan anorganik berupa abu. Analisis kadar air
dilakukan dengan metode thermogravimetri. Sampel ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat awal, kemudian dipanaskan pada suhu 150 oC selama ± 3 jam untuk
menguapkan air dalam sampel. Sampel ditimbang kembali untuk mengetahui berat akhir.
Selisih berat tersebut dihitung dan dinyatakan dalam persen.
10
Sampel yang digunakan ditimbang dan dimasukkan dalam labu kjeldahl dengan
ditambahkan H2SO4 dan katalisator. Destruksi sampel dilakukan sampai warnanya hijau
bening. Destilasi dilakukan dengan Destilation Unit Buchi dengan ditambahkan NaOH.
Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer yang telah diberi asam borat dan indikator
BCG MR, kemudian dititrasi dengan 0,02N HCl sampai warna pink tipis. Volume titran
dicatat dan dihitung dengan rumus.
I. Jadwal kegiatan
Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan (Tahun 2013)
No Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Persiapan
a. Penyiapan Alat dan
bahan
b. koordinasi dan
konsultasi
2. Kultur Hermetia illucens
pada Media
3. Panen dan Pengeringan
maggot
4. Analisis Proksimat
a. Analisis lemak
b. Analisis kadar air
c. Analisis Protein
d. Analisis Abu
5. Pembuatan Laporan
J. Rancangan Biaya
Total Pengeluaran
No. Pengeluaran Biaya
1. Alat dan Bahan Rp. 7.873.000, 00
2. Administratif Rp. 1.927.000, 00
3. Transportasi dan Akomodasi Rp. 1.250.000, 00
4. Lain – lain Rp. 150.000, 00
Total Rp. 11.200.000, 00
11
2. Administrasi
No Nama barang Jumlah Harga Harga Total
1 Kertas HVS 80gr 1 rim @ Rp 45.000 Rp 45.000
2 Alat tulis Rp 100.000
3 Jilid dan fotocopy Rp 75.000
4 Print Rp 67.000
4 Flashdisk 3 buah @ Rp 80.000 Rp 240.000
5 Biaya Sewa Laboratorium 2 kali @ Rp 600.000 Rp 600.000
Nutrisi dan Pakan ikan UGM
6 Publikasi ilmiah Rp.800.000
Total Rp 1.927.000
12
L. Daftar Pustaka
Aritonang, D. 1984. Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum babi yang
sedang bertumbuh. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Child, R. 1964. Coconut. Longman. London
Diener S. 2007. Conversion of Organic Refuse by Saprophages. Eawag: Swiss Federal
Institute of Aquatic Science and Technology. Costa Rica p.1.
DuPonte M.W. and Larish L.B. 2003. Tropical Agriculture and Human Resources (CTAHR).
Hawaii
Karossi, A.A ., Sunardi, L.P.S. Patuan, and A. Hanafi. 1982. Chemical Composition of
Potential Indon esian Agroindustri and Agricul tural Waste Materials for Animal
Feeding, Feed Information and Animal Pr oduction. Proc. of the 2nd Symposium
of the Internationa l Net Work of Feed Information Centers. Eds. : G.E. Robardsand
LG. Packlam.
Newton G.L. et. al. 2005. The Black Soldier Fly, Hermetia Illucens, as A Manure
Management / Resource Recovery Tool. Agricultural and Food Processing
Wastes, Proceedings of the 8th International Symposium. ASAE, St Joseph, MO.
ASAE, St Joseph, MO.
Oliver P. A. 2004. The Bio-Conversion of Putrescent Wastes. ESR LLC. Washington.
P. 1-90
Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1985. Penggunaan ampas tahu sebagai
makanan tambahan pada domba lepas sapih yang mempero leh rumput lapangan.
Ilmu dan Peternakan Vol. I No. 8.Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI Bungkil
Kelapa. Revisi SNI. 01-2904-1992
Simanjuntak, S.D. 1998. Penggunaan Aspergillus niger untuk meningkatkan nilai gizi
Bungkil Inti sawit dalam ransum Broiller. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. IPB.
Bogor.
Songbesan O. A., ND. Ajuau, A.A.A. Ugwumba and C.T Madu, 2005 Cost benefits
of maggot meal as supplemented feed in the diets of ♀Hererobranchus longifilis
x ♂Clarias gariepinus (Pisces Clariidae) hybrid fingerlings in outdoor concrete
tan Joumal of Industrial and Scientific Research, 3; 51-55
Sutardi, T. 1997. Peluang dan tantangan pengembangan ilmu – Ilmu Nutrisi Ternak. Makalah
orasi ilmiah sebagai guru besar tetap Ilmu Nutrisi Ternak pada Fakultas
Peternakan. IPB.
Woodrof, J.G. 1979. Coconut: Production, Processing ang Product, 2nd Edition. The AVI
Publ. Co., Inc., Wesport, Connecticut
13
14
15
3) Dokumentasi Pendukung