Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA

Liana Terisno
20717056

Judul buku : Soedirman


Nama pengarang buku : Tim Liputan khusu Soedirman (Tempo, 18 November 2012)
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun dan tempat terbit : Jakarta, cetakan pertama April 2017, cetakan kedua, januari 2018

Soedirman
Soedirman adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional
Indonesia. Ia adalah panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama yang sangat
dihormati oleh orang-orang disekitarnya. Pengangkatan Soedirman sebagai panglima
terbilang unik sebab ia bukan dipilih soekarno sebagai panglima tetapi ia dipilih
sendiri oleh koleganya yang sesama perwira. Sebulan sesudah diangkat menjadi
panglima, ia berhasil Memukul mundur pasukkan inggris yang saat itu baru saja
menaklukan jepang. 18 Desember Soedirman dilantik sebagai panglima besar setelah
kemenangan itu. Setelah diangkat menjadi panglima besar banyak perjuangan yang
dilakukan oleh Soedirman

Bapak Tentara di Banyumas


Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945,
Soedirman melarikan diri dari pusat penahanan, kemudian pergi ke Jakarta untuk
bertemu dengan Presiden Soekarno. Ia ditugaskan untuk mengawasi proses
penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas, yang dilakukannya setelah mendirikan
divisi lokal Badan Keamanan Rakyat. Pada usia 17 tahun, Soedirman menduduki
posisi mentereng wilayah yang diduduki meliputi Banyumas, Purbalingga, dan
Banjarnegara.

Babak belur tergilas spoor


Pada tanggal 21 juli 1947 terjadi penyerangan terhadap indonesia. Pesawat
Mustang mengumbar peluru di Kota-kota besar seperti jakarta, bandung, palembang,
dan pandangan. Belanda telah melanggar perjanjian damai yang telah dibuat. Untuk
melawan belanda Melalui Radio Republik Indonesia, panglima Soedirman meminta
seluruh rakyat Indonesia bersatu menyelamatkan negara. Penyerangan ini menyulut
protes International, beberapa negara belanda telah melanggar perjanjian damai
seperti negara india, pakistan, dan thailand. Dalam pertempuran tersebut memakan
korban di pihak Belanda sebanyak 6200 orang dan Indonesia 150.000 orang.

Bernafas dengan kelemut


Sebelum Rera, sudah ada konflik akibat hasil perjanjian Renville. benih perpecahan
mulai muncul saat adanya perjanjian tersebut. Tantangan lainnya yang dihadapi
Indonesia datang dari kalangan militer. jenderal soedirman dan letnan Jenderal Oerip
Soemohardjo dikabarkan sakit karena menolak perjanjian itu.Hasil yang didapatkan
dari perjanjian tersebut adalah wilayah Jawa Tengah tinggal sepertiga bagian,
selebihnya orang yang ada di wilayah jajahan belanda tersebut harus angkat kaki dari
wilayah tersebut.
kota-kota besar di Jawa, Yogya, Magelang, Solo, dan Madiun pun sesak. sekitar
30.000 tentara beserta keluarga harus hijrah.
situasi semakin sulit ketika bahan makanan semakin menipis. daerah penghasil bahan
kebutuhan pokok seperti Malang, Besuki, dan Jawa Barat telah dikuasai oleh Belanda.
Akibat menyaksikan pembantaian PKI, soedirman mengalami tekanan batin karena
harus menyaksikan genangan darah sedalam 5 cm dan banyak kondisi korban yang
sangat mengenaskan.

Jejak Gerilya dan perjuangan Gerilya


perang yang membuat soedirman banyak dikenal salah satunya adalah Perang
Gerilya. Ia menempuh jarak 35 kilometer untuk menyusun strategi perang untuk
Belanda dan sekutu. Sejak memutuskan bergerilya pada 19 desember 1948, soedirman
bergerak dari Yogyakarta ke Kediri. di wilayah itulah soedirman mematangkan.
rute gerilya soedirman dari kediri ke Karangnongko lumayan cukup berat. waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tempat itu sekitar 4.5 jam dengan berjalan kaki karena
sebagian besar jalan mendaki. Dalam perang tersebut Soedirman sedang mengalami
sakit Tbc yang cukup parah. Walaupun sakit Soedirman masih tetap berjuang,
perjuangan yang dilakukannya namun tidak sia-sia. Pada tanggal 27 Desember 1949
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secara resmi. Setelah 1 bulan kedaulatan
yang didapatkan indonesia, Soedirman meninggal dunia karena penyakitnya yang
semakin parah

Warisan panglima Soedirman untuk TNI


Soedirman merupakan pemimpin yang telah meletakkan landasan bagi kejiwaan TNI
karena merespon tantangan yang cepat. Tantangan tersebut mencangkup seluruh
fungsi TNI. Pada saat itu soedirman hanya harus menentukan posisi dalam hubungan
TNI dan pemimpin politik. TNI haru tetap patuh terhadap keputusan yang diberikan
walaupun keputusan tersebut dianggap kurang menguntungkan untuk militer. Hal ini
harus dilakukan TNI agar dapat terjun dalam dunia politik hal ini mengandung visi
untuk menjadikan TNI yang profesional. Hal ini telah dilakukan oleh Soedirman,
kepatuhan dan kesetiaannya kepada pemimpin politik memberikan fondasi hubungan
yang sangat penting yang dapat menjalin kerjasama yang baik dalam membangun dan
melindungi Indonesia.

Kesimpulan : Hal yang dapat dipelajari dari seorang tokoh Soedirman adalah seorang
yang taat dengan Nasionalisme yang tinggi, hingga mendapatkan kemerdekaan.
Perjuangan ini merupakan hal yang harus dicontoh oleh generasi milenial saat ini,
dengan melakukan melakukan hal-hal positif yang dapat membangun negara agar
lebih berkembang.

Anda mungkin juga menyukai